• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Latar Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Karanganyar yang beralamat di Kelurahan Donomulyo Tegalgede Jalan AW. Monginsidi No. 3 Karanganyar, Telp/fax (0271) 495068, Kode Pos 57714. Lokasi sekolah sangat strategis berada di kompleks sekolahan di ibu kota Kabupaten Karanganyar dikelilingi jalan umum beraspal. Memiliki luas tanah 11.740 m2, luas bangunan 6.625 m2, luas lapangan olahraga dan upacara 2.330 m2, luas halaman 1.150 m2, luas taman 240 m2, pagar keliling 1.395 m2. SMA Negeri 1 Karanganyar berdiri pada tahun 1961 kemudian berubah menjadi sekolah negeri pada tahun 1962 pada 1 Agustus dengan 1962/SK Menteri Pendidikan No. 21/SK/B/III. Akreditasi SMA Negeri 1 Karanganyar terakreditasi A (Amat Baik Skor: 96) berdasarkan Keputusan BAN S/M Provinsi Jawa Tengah tanggal 27 Oktober 2011.

Sarana dan prasarana sekolah tersebut cukup menunjang jalannya proses kegiatan belajar mengajar. SMA Negeri 1 Karanganyar memiliki ruang kelas yang memiliki fasilitas yang memadai seperti sudah ada 2 buah AC di setiap kelas, 1 perangkat komputer (PC), LCD proyektor, speaker, dan kamera pengawas

CCTV. Selain itu, kelengkapan laboratorium juga sudah memadai, sudah terdapat

laboratorium bahasa, laboratorium biologi, laboratorium kimia, laboratorium fisika, laboratorium komputer, perpustakaan, fasilitas ibadah, ruang olahraga, ruang multimedia, dan ruang bimbingan konseling.

SMA Negeri 1 Karanganyar memiliki beberapa program kelas, untuk kelas X terdapat 8 kelas reguler yang terdiri dari 5 kelas IPA dan 3 Kelas IPS. Selain itu terdapat 2 kelas IMERSI IPA, 1 kelas IMERSI IPS, 2 kelas ICT IPA dan 1 kelas ICT IPS. Kelas XI terdapat 9 kelas reguler yang terdiri dari 5 kelas IPA dan 4 kelas IPS. Kelas XII terdapat 11 kelas yang terdiri dari 5 kelas IPA, 4 kelas IPS dan 2 kelas akselerasi.

Setiap lembaga memiliki arah dan tujuan yang digambarkan melalui pernyataan visi dan misi. Visi SMA Negeri 1 Karanganyar adalah “Berbasis

(2)

commit to user

Teknologi, Unggul dalam Prestasi, Luhur dalam Budi Pekerti dan Berwawasan Internasional”, sedangkan misi dari SMA Negeri 1 Karanganyar adalah sebagai berikut.

1. Menyelenggarakan pelayanan sekolah yang berbasis teknologi informasi. 2. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik sesuai dengan bakat

minat dan potensi siswa sesuai dengan tuntutan era globalisasi.

3. Membentuk karakter siswa beriman, bertakwa, berbudi luhur sesuai dengan agama dan nilai-nilai budaya daerah.

4. Mewujudkan rasa kebersamaan, kerukunan, kekeluargaan yang harmonis serta saling menghormati intern dan antarwarga sekolah dengan masyarakat. 5. Menjalin hubungan dengan sekolah bertaraf internasional dalam negeri

maupun luar negeri.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini mendeskripsikan kumpulan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot di sekolah menengah atas yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Karanganyar kelas X sesuai dengan Kurikulum 2013. Menghasilkan informasi yang meliputi: (1) perencanaan pembelajaran menulis teks anekdot yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia sesuai dengan kurikulum 2013; (2) pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia sesuai dengan Kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar; (3) kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis teks anekdot sesuai dengan kurikulum 2013; dan (4) upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis teks anekdot. Hasil penelitian tersebut secara rinci dideskripsikan dalam pembahasan berikut.

1. Perencanaan Pembelajaran Menulis Teks Anekdot yang Dilakukan oleh Guru Bahasa Indonesia Sesuai dengan Kurikulum 2013

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran hal yang paling utama yang harus dilakukan seorang guru adalah membuat perencanaan pembelajaran. Perencanaan tersebut sangat penting karena dapat menjadi

(3)

commit to user

pedoman guru dalam mengajar dan dapat mempermudah guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Perencanaan pembelajaran akan menentukan jalannya pembelajaran yang akan dilalui peserta didik. Perencanaan pembelajaran tersebut berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Perbedaan pokok antara Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya KTSP atau kurikulum tingkat satuan pendidikan yaitu berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan. Di samping silabus, pemerintah juga telah menerbitkan buku panduan, baik buku panduan guru maupun buku panduan siswa.

Meskipun silabus sudah dikembangkan oleh pemerintah pusat, namun guru tetap dituntut untuk dapat memahami seluruh pesan dan makna yang terkandung dalam silabus, terutama untuk kepentingan operasionalisasi pembelajaran. Oleh karena itu, kajian silabus menjadi penting, baik dilakukan secara mandiri maupun kelompok sehingga diharapkan para guru dapat memperoleh perspektif yang lebih tajam, utuh dan komprehensif dalam memahami seluruh isi silabus yang telah disiapkan tersebut.

Adapun penyusunan RPP masih merupakan kewenangan guru yang bersangkutan, yaitu dengan berusaha mengembangkan dari buku panduan dan silabus yang telah disiapkan pemerintah. RPP pembelajaran menulis teks anekdot di SMA Negeri 1 Karanganyar dibuat sendiri oleh guru. Guru menyusun RPP berdasarkan silabus yang sudah dibuat oleh pemerintah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti terhadap guru yang menjelaskan bahwa guru membuat RPP setahun sekali pada saat sebelum mulai pelajaran semester awal. Pada awalnya RPP disusun oleh tim MGMP guru bahasa Indonesia di Kabupaten Karanganyar. RPP tersebut disusun berdasarkan silabus yang telah dibuat pemerintah. Guru juga menjelaskan bahwa pada

(4)

commit to user

Kurikulum 2013 silabus sudah dibuat oleh pemerintah jadi para guru tinggal mengembangkan RPP sesuai kebutuhan. Dari RPP yang disusun MGMP lalu oleh guru kembangkan sendiri berdasarkan kebutuhan siswa, karena setiap sekolah memiliki karakteristik siswa yang berbeda-beda (CLHWG No. 1).

Berdasarkan hasil wawancara, guru menyusun RPP berdasarkan hasil MGMP guru bahasa Indonesia kabupaten Karanganyar yang disusun berdasarkan pada silabus dan buku panduan yang telah dibuat oleh pemerintah. Kemudian guru mengembangkan RPP yang telah disusun MGMP sesuai kebutuhan SMA Negeri 1 Karanganyar.

RPP yang sesuai dengan Kurikulum 2013 yang dibuat guru memuat identitas sekolah, kelas/semester, mata pelajaran, tema, alokasi waktu, kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, pembelajaran, media dan sumber belajar, penilaian proses, dan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru yang mengatakan bahwa sesuai prosedur yang telah ditentukan, RPP itu harus memuat identitas sekolah, kelas/semester, mata pelajaran, tema, alokasi waktu, kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, pembelajaran, media dan sumber belajar, penilaian proses dan hasil belajar (CLHWG No.1).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMA Negeri 1 Karanganyar tersebut RPP sudah dibuat berdasarkan prosedur penyusunan RPP Kurikulum 2013. RPP sudah memuat identitas sekolah, kelas/semester, mata pelajaran, tema, alokasi waktu, kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, pembelajaran, media dan sumber belajar, penilaian proses dan hasil belajar.

RPP menulis teks anekdot kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar berdasarkan analisis dokumen sebagai berikut. RPP tersebut menuliskan identitas mata pelajaran yang meliputi: a) satuan pendidikan , yaitu SMA Negeri 1 Karanganyar; b) kelas/semester, yaitu kelas X semester 2; c) mata

(5)

commit to user

pelajaran, yaitu bahasa Indonesia; d) tema, yaitu kritik dan humor dalam layanan publik; e) pertemuan, yaitu pertemuan ke-1; dan f) alokasi waktu, yaitu 4 x 45 menit.

RPP yang disusun guru memuat empat kompetensi inti, yaitu: (K1) menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. (K2) menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong-royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Selanjutnya (K3) memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. (K4) mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi dasar yang terdapat dalam RPP tersebut, yaitu (1.1) mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa; (2.1) menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat anekdot mengenai permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik; (3.1) memahami struktur dan kaidah teks anekdot baik melalui lisan maupun tulisan; dan (4.3) memproduksi teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan.

Indikator pencapaian kompetensi yang terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut, yaitu (1) menunjukkan rasa syukur atas

(6)

commit to user

anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa; (2) menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk memahami struktur dan kaidah teks anekdot; (3) menentukan isi anekdot untuk memecahkan permasalahan sosial; dan (4) mengonversi puisi ke dalam bentuk drama berstruktur teks anekdot.

Tujuan pembelajaran yang terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut, yaitu (1) selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan rasa syukur atas anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempelajari teks anekdot; (2) selama dan setelah proses pembelajaran, siswa menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk memahami teks anekdot mengenai permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik; (3) selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menentukan kaidah teks anekdot; dan (4) setelah mengidentifikasi teks anekdot, siswa dapat membuat teks anekdot tentang lingkungan sekolah.

Materi pembelajaran sudah dibedakan berdasarkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur, yaitu fakta berupa contoh teks anekdot “KUHP dalam Anekdot” dan contoh teks anekdot “Anekdot Hukum Peradilan”. Konsep berupa struktur teks anekdot dan kaidah menentukan isi penulisan teks anekdot. Prinsip berupa karakteristik teks anekdot. Prosedur berupa cara menginterpretasi teks anekdot dan langkah membuat drama berstruktur teks anekdot.

RPP tersebut memuat metode pembelajaran, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, inquiri, dan penugasan. RPP tersebut memuat kegiatan pembelajaran mulai dari pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

Media dan sumber belajar dalam RPP tersebut berisi media berupa LCD, laptop, contoh teks anekdot, dan buku sumber belajar Bahasa

Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X yang diterbitkan oleh

(7)

commit to user

RPP tersebut memuat penilaian proses dan penilaian hasil belajar. Aspek penilaian proses meliputi kejujuran, tanggung jawab, responsif, kepedulian dan kesantunan, sedangkan penilaian hasil berupa tes tulis dan unjuk kerja.

Dari hasil analisis dokumen di atas, RPP yang telah disusun oleh guru sudah sesuai dengan panduan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran salinan - Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013. Namun, masih dijumpai berbagai komponen yang belum sesuai, diantaranya perumusan kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dan metode pembelajaran.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Sesuai dengan Kurikulum 2013

Pada penelitian pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot sesuai dengan Kurikulum 2013, peneliti melakukan observasi sebanyak dua kali pertemuan pada kelas X Imersi IPA 7 pada saat pembelajaran kritik dan humor layanan publik. Dalam pembelajaran itu pelaksanaan pembelajaran menulis dialokasikan selama dua kali pertemuan dan setiap pertemuan terdiri dari 4 x 45 menit.

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 23 Januari 2014 di kelas X Imersi IPA 7 pada jam pelajaran ke-1 sampai dengan ke-4. Setelah guru memasuki kelas seluruh siswa duduk di tempat duduk masing-masing. Guru meminta ketua kelas untuk menyiapkan kelas dan mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama. Setelah selesai berdoa guru menyapa siswa, dengan serempak siswa membalas salam guru. Selanjutnya guru menanyakan kabar kepada siswa, beberapa siswa antusias menjawab pertanyaan guru. Guru mengarahkan siswa agar pelajaran “Kritik dan Humor dalam Layanan Publik” dapat mengembangkan sikap santun, jujur, tanggung jawab, cinta damai melalui kegiatan belajar teks anekdot.

Guru melakukan apersepsi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui tema “Kritik dan Humor dalam Layanan Publik”. Guru juga membangkitkan minat baca siswa dengan memberikan tugas tambahan

(8)

commit to user

membaca buku tentang topik pelajaran ini. Guru meminta siswa untuk mencari buku yang berisi kritik dan humor mengenai layanan publik dan membaca buku itu. Guru menjelaskan pengertian pelayanan publik, penyelenggara pelayanan publik, pelaksana pelayanan publik, dan masyarakat. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang pengertian tersebut. Setelah tanya jawab, guru meminta siswa untuk membuka buku bahasa Indonesia halaman 112.

Guru meminta siswa mengamati contoh teks anekdot yang ada dalam buku yang berjudul “KUHP DALAM ANEKDOT”. Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi struktur teks anekdot dalam bacaan tersebut. Setelah 10 menit guru meminta salah seorang siswa untuk membacakan hasil pekerjaannya. Salah seorang siswa berdiri dan membacakan hasil pekerjaannya mengenai struktur pada teks anekdot. Kemudian guru menanyakan kepada siswa lainnya apakah ada pendapat yang berbeda dengan apa yang diutarakan teman mereka sebelumnya. Kemudian ada seorang siswa yang mengangkat tangan dan kemudian mengutarakan pendapatnya. Setelah itu guru memberikan apresiasi kepada kedua siswa yang telah menyampaikan pendapatnya dengan mengajak siswa lainya untuk tepuk tangan. Guru kemudian memberikan penjelasan mengenai struktur teks anekdot. Pada saat menjelaskan materi sesekali siswa bertanya kepada guru.

Setelah pembelajaran memasuki jam ke-4, guru meminta siswa untuk membuat 6 buah kelompok yang berisi 5 orang siswa. Agar pemilihan anggota kelompok bisa berjalan adil maka guru menggunakan sebuah permainan untuk membentuk sebuah kelompok. Permainannya adalah dengan menunjuk 6 ketua kelompok, kemudian ketua kelompok tersebut ditutup matanya dan mulai mencari siswa lain yang akan menjadi anggota kelompoknya. Pada saat ketua kelompok ditutup matanya semua siswa lain berjalan ke berbagai arah sehingga ketua kelompok tidak bisa mengetahui siapa yang akan dipilih. Pemilihan kelompok semacam ini menjadikan suatu hiburan tersendiri bagi siswa karena merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan. Setelah ketua

(9)

commit to user

kelompok mengambil satu persatu anggotanya terbentuklah 6 buah kelompok yang berisi 5 orang tiap kelompoknya.

Setelah semua kelompok sudah lengkap guru meminta siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing. Guru menjelaskan tugas yang akan diberikan kepada masing-masing kelompok. Guru meminta setiap kelompok mencari teks anekdot di buku, koran maupun internet. Kemudian dari teks-teks yang telah didapat guru meminta siswa membuat monolog dan dialog berdasarkan teks yang didapat, lalu dirangkai menjadi sebuah teks drama.

Pada saat menjelaskan tugas yang diberikan kepada siswa, beberapa siswa bertanya kepada guru tentang berbagai macam hal yang berkaitan dengan tugas tersebut. Sebelum menutup pembelajaran guru mengingatkan kepada siswa agar tugas tersebut sudah selesai pada pertemuan berikutnya. Karena masih ada waktu sekitar 10 menit, guru memberikan motivasi-motivasi kepada siswa. Siswa pun dengan antusias mendengarkan motivasi-motivasi dari guru tersebut. Ketika bel jam ke-5 berbunyi, guru segera menutup pembelajaran dan mengucapkaan salam.

Dari hasil observasi pada pertemuan pertama, pembelajaran menulis teks anekdot sudah berjalan dengan baik. Akan tetapi pelaksanaan pembelajaran sedikit melenceng dari rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pelaksanaan pembelajaran ini guru belum memberikan evaluasi dan kesimpulan di akhir pertemuan. Namun secara keseluruhan pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Tujuan dari pembelajaran pada pertemuan pertama sudah tercapai.

Pertemuan kedua, yaitu pada hari Kamis, 6 Februari 2014. Setelah guru memasuki kelas, seluruh siswa duduk di tempat duduk masing-masing. Guru meminta ketua kelas untuk menyiapkan kelas dan mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama. Setelah selesai berdoa guru menyapa siswa, dengan serempak siswa membalas salam guru. Selanjutnya guru menanyakan kabar siswa, beberapa siswa antusias menjawab pertanyaan guru.

(10)

commit to user

Selanjutnya guru memberi motivasi kepada siswa tentang bagaimana menjadi warga negara yang baik. Sebagai warga negara yang baik siswa diharap peduli dengan keadaan yang berada di sekitarnya. Selain itu guru juga meminta siswa agar berperan aktif dalam kegiatan di masyarakat dengan mengutarakan pendapat, kritik dengan cara yang benar. Lalu guru menghubungkan itu dengan materi yang akan diberikan hari ini yaitu mengenai kritik dan humor dalam layanan publik.

Guru kemudian menanyakan kembali materi yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Tetapi tidak ada satu siswa pun yang mau menjawab pertanyaan tersebut. Kemudian guru berkata apabila ada yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar maka siswa yang bersangkutan akan mendapatkan nilai tambahan. Kemudian ada beberapa siswa yang mengangkat tangan dan mencoba menjawab pertanyaan dari guru. Dari berbagai jawaban yang di lontarkan siswa, guru kemudian menambahkan dan menjelaskan kembali materi pertemuan sebelumnya dengan memberi tekanan pada bagian-bagian inti. Setelah mengulangi materi yang diberikan pertemuan sebelumnya guru menghubungkan materi terebut dengan materi yang akan disampaikan pada hari ini.

Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran guru meminta siswa kembali berkumpul dengan anggota kelompoknya yang telah dibuat pada minggu sebelumnya. Kemudian siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya. Setelah duduk berdasarkan anggota kelompoknya guru menanyakan tugas yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya, yaitu mencari teks anekdot di internet kemudian membuat teks anekdot dalam bentuk monolog dan dialog berdasarkan pada teks yang telah didapat dari internet. Selain itu, guru juga meminta tugas mengerjakan soal dari buku yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Akan tetapi, banyak kelompok yang belum menyelesaikan tugas tersebut. Karena banyak kelompok yang belum selesai mengerjakan tugas itu maka guru memberi waktu kepada setiap kelompok untuk berdiskusi menyelesaikan tugasnya.

(11)

commit to user

Siswa terlihat aktif berdiskusi dengan kelompoknya, suasana yang dibangun guru membuat siswa nyaman dan tidak segan untuk bertanya apabila mendapati kesulitan. Saat diskusi berlangsung guru selalu berkeliling melihat perkembangan hasil pekerjaan tiap kelompok. Sesekali guru memberikan arahan kepada siswa yang membutuhkan.

Setelah waktu yang ditentukan sudah habis, guru meminta jawaban dari soal-soal yang ada dalam buku untuk dikumpulkan terlebih dahulu. Kemudian, guru membagikan kembali secara acak hasil pekerjaan tiap kelompok itu untuk dikoreksi. Pengoreksian ini dilakukan oleh masing-masing kelompok, jadi jawaban juga tergantung jawaban dari kelompok pengoreksi. Hal ini dilakukan agar siswa menemukan sendiri jawaban yang ada dalam soal tersebut. Supaya hasil koreksi tiap kelompok bisa objektif, maka pengoreksian dilakukan 2 tahap dengan kelompok yang berbeda. Setelah selesai pengoreksian dari tahap pertama, siswa mengembalikan hasil koreksinya kepada guru, kemudian guru membagikan lagi kepada kelompok yang berbeda dari tahap yang pertama. Setelah didapat dua hasil koreksi, hasil tersebut di jumlah lalu dirata-rata dan akhirnya menjadi nilai dari masing-masing kelompok.

Setelah selasai dikoreksi, lembar jawaban diberikan kepada masing-masing kelompok. Kemudian guru meminta setiap kelompok untuk melanjutkan tugas membuat teks anekdot berupa monolog dan dialog kemudian dijadikan satu dengan hasil dari pekerjaan sebelumnya dan menjadi tugas portofolio. Ketika jam pelajaran hampir habis, guru meminta siswa kembali ke tempat duduk masing-masing. Kemudian guru berpesan untuk melanjutkan tugas kelompok ini di rumah, sekaligus membuat video dari teks monolog dan dialog yang telah ditulis pada pertemuan hari ini. Setelah menyimpulkan hasil pembelajaran pada hari ini, guru menutup pembelajaran dan mengucapkan salam.

Dari hasil observasi kedua pada pembelajaran menulis teks anekdot pada pertemuan kedua, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Rencana pelaksanaan pembelajaran juga sudah

(12)

commit to user

dilaksanakan sesuai rencana. Berakhirnya kegiatan pembelajaran menulis teks anekdot ditandai dengan adanya evaluasi dari guru berupa penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan guru saat proses diskusi berlangsung. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru yang menjelaskan bahwa evaluasi bisa dilakukan secara langsung saat proses pembelajaran, maupun setelah proses pembelajaran berakhir yang diambil dari hasil tulisan siswa yang dikumpulkan menjadi sebuah portofolio (CLHWG No. 1).

Dari petikan wawancara guru tersebut, guru tidak hanya melakukan evaluasi berupa penilaian proses tetapi juga penilaian hasil. Hasil dari pembelajaran menulis teks anekdot berupa portofolio dari kumpulan berbagai jenis teks anekdot yang dihasilkan siswa.

Berdasarkan hasil observasi mengenai pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot terdapat unsur-unsur yang membangun suatu proses pelaksanaan pembelajaran. Unsur-unsur tersebut meliputi materi, media, metode, dan evaluasi.

a. Materi

Materi pembelajaran pada hakikatnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan, prediksi, dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran. Secara garis besar, dapat diungkapkan bahwa materi pelajaran adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi kompetensi inti yang ditetapkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan materi pelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan terhadap materi tersebut. Amri (2013: 73) menjelaskan jenis-jenis materi pembelajaran dalam Kurikulum 2013 diklasifikasikan menjadi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.

Fakta merupakan segala yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda dan sebagainya. Dalam

(13)

commit to user

pembelajaran menulis anekdot materi yang masuk dalam kategori fakta adalah contoh teks anekdot “KUHP dalam Anekdot” dan contoh teks anekdot “ Anekdot Hukum Peradilan”.

Konsep adalah segala sesuatu yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti atau isi dan sebagainya. Dalam pembelajaran menulis teks anekdot, materi yang tergolong konsep adalah hakikat teks anekdot, kaidah penulisan teks anekdot, dan struktur teks anekdot.

Prinsip berupa hal-hal utama, pokok, memiliki posisi terpenting meliputi dalil, rumus, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Dalam pembelajaran menulis teks anekdot yang tergolong materi berupa prinsip adalah karakteristik teks anekdot dan struktur teks anekdot.

Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Dalam pembelajaran menulis teks anekdot materi yang tergolong materi prosedur adalah langkah membuat drama berstruktur teks anekdot dan cara menginterpretasi teks anekdot.

b. Media

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti media pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis teks anekdot hanya menggunakan media buku saja. Buku yang dipakai adalah buku pegangan siswa yang dibuat oleh pemerintah. Selain itu, guru juga menggunakan buku-buku lain yang berkaitan dengan pembelajaran menulis teks anekdot. Dalam proses pembelajaran guru juga memperbolehkan siswa menggunakan media internet untuk memperbanyak informasi.

c. Metode

Kurikulum 2013 mengamanatkan nilai pendekatan ilmiah dalam pembelajaran, karena pendekatan ilmiah dapat digunakan sebagai jalan

(14)

commit to user

perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik, dinyatakan bahwa untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan pendekatan

scientific.

Dalam pembelajaran menulis teks anekdot, guru menggunakan metode pembelajaran diskusi kelompok dengan pendekatan scientific. Aplikasi dari metode pembelajaran diskusi kelompok dengan pendekatan

scientific dalam pembelajaran menulis teks anekdot kelas X SMA Negeri

1 Karanganyar adalah sebagai berikut.

Dalam kegiatan diskusi kelompok guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru menyuruh peserta didik dalam setiap kelompok untuk melakukan pengamatan terhadap contoh teks anekdot yang berada dalam buku yang berjudul “KUHP dalam Anekdot” dan “Anekdot Hukum Peradilan”.

Guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang tidak dimengerti peserta didik dari teks anekdot yang sudah dibaca. Guru masih perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan berbagai pertanyaan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

Banyak peserta didik yang menggunakan internet untuk menggali dan mengumpulkan informasi tentang teks anekdot. Selain itu, peserta didik menggunakan buku-buku yang dibawa oleh guru maupun yang dipinjam dari perpustakaan. Setelah mengamati berbagai contoh teks anekdot dan mencari informasi mengenai struktur teks anekdot, peserta didik diminta mendeskripsikan struktur teks anekdot yang berjudul “KUHP dalam Anekdot” dan “Anekdot Hukum Peradilan” dan membuat teks anekdot seperti contoh yang sudah ada.

(15)

commit to user

Kegiatan diskusi diakhiri dengan cara menuliskan atau menceritakan hasil dari teks anekdot yang telah dibuat oleh peserta didik. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

d. Evaluasi

Mulai dari awal pembelajaran hingga berakhirnya pembelajaran guru mengadakan evaluasi. Evaluasi dari guru berupa penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan guru saat proses diskusi berlangsung. Dari hasil wawancara dengan guru, guru tidak hanya melakukan evaluasi berupa penilaian proses tetapi juga penilaian hasil. Hasil dari pembelajaran menulis teks anekdot berupa portofolio dari kumpulan berbagai jenis teks anekdot yang dihasilkan siswa.

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes, atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa terhadap pembelajaran menulis teks anekdot. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok selama proses pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot.

Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: (a) guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio; (b) guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat; (c) peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio

(16)

commit to user

pembelajaran; (d) guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya; (e) guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu; (f) guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan; dan (g) guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

3. Kendala-kendala yang Timbul dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Sesuai dengan Kurikulum 2013

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada guru dan siswa, proses pembelajaran menulis teks anekdot pada kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar sudah berjalan dengan baik. Namun, masih ditemui kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis teks anekdot. Kendala-kendala tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Peneliti menemukan kendala yang timbul dalam proses pembelajaran, kendala tersebut meliputi kendala guru dan kendala siswa.

a. Kendala Guru

Dalam melaksanakan proses pembelajaran menulis teks anekdot guru mendapati beberapa kendala yang timbul, yaitu: perencanaan, materi bahan ajar, metode, media, dan waktu.

1) Perencanaan

Perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran. Perencanaan akan mengarahkan bagaimana pembelajaran itu akan berjalan. Jika perencanaan baik maka jalannya proses pembelajaran juga akan menjadi baik. Namun apabila perencanaan tidak dibuat dengan benar maka proses pembelajaran yang akan berlangsung tidak sesuai dengan harapan.

Kendala yang ditemui guru saat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran adalah perbedaan struktur RPP berdasarkan kurikulum KTSP dengan RPP berdasarkan Kurikulum 2013. Hal

(17)

commit to user

tersebut terlihat dari RPP yang disusun guru masih belum sesuai dengan Kurikulum 2013.

2) Materi Bahan Ajar

Materi dalam pembelajaran menulis teks anekdot meliputi kaidah teks anekdot, strukur teks anekdot, dan contoh teks anekdot. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru, guru menggunakan buku panduan siswa yang diterbitkan pemerintah, akan tetapi guru masih merasa kurang cukup jika hanya berpatokan pada buku tersebut, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru yang mengatakan bahwa kendala yang ditemui dalam melaksanakan pembelajaran menulis anekdot adalah antusias siswa terhadap pembelajaran menulis masih sangat rendah, hal tersebut terjadi karena persepsi siswa sendiri yang beranggapan bahwa menulis itu sulit. Jika ada ide pun kadang siswa merasa sulit mengungkapkan ide-ide itu dalam bentuk tulisan. Selain itu, kendala lain adalah materi, materi pelajaran teks anekdot ini baru muncul ketika ada Kurikulum 2013. Jadi materi yang ada juga sangat terbatas. Selain itu sebelumnya siswa juga belum pernah mengenal jenis teks anekdot , sehingga teks anekdot menjadi sebuah materi baru bagi siswa. Materi dalam buku panduan siswa yang diterbitkan pemerintah pun dirasa guru masih sangat kurang, sehingga guru masih harus mencari dari sumber lain (CLHWG No. 1).

Dari hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa materi pembelajaran menulis teks anekdot masih sangat kurang apabila hanya bertumpu pada buku panduan siswa yang dibuat oleh pemerintah. Selain itu pembelajaran menulis teks anekdot merupakan suatu hal yang baru dari Kurikulum 2013, sehingga materi dari sumber lain pun juga masih sangat terbatas.

3) Metode

Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis teks anekdot ini adalah metode diskusi kelompok. Dalam satu kelas terdapat enam kelompok dan di setiap kelompok terdiri dari lima

(18)

commit to user

sampai enam siswa. Guru memberikan suatu masalah untuk diselesaikan oleh masing-masing kelompok. Kendala yang timbul dari metode ini adalah kenyataan bahwa tidak setiap anggota kelompok dapat bekerja secara maksimal. Hanya sebagian kecil dari anggota kelompok yang mengerjakan tugas dari guru. Keadaan ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru yang menjelaskan bahwa guru merasa pembelajaran dengan metode diskusi kelompok sudah berjalan dengan baik, hanya saja terkadang dalam satu kelompok ada siswa yang dominan dan ada siswa yang pasif. Oleh karena itu dalam pembagian tugas dalam kelompok tidak merata, ada siswa yang mendapat bagian banyak, ada juga siswa yang mendapat bagian tugas sedikit (CLHWG No. 1).

4) Media

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

Dalam pembelajaran menulis teks anekdot guru kesulitan mencari media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga hasil yang dicapai kurang maksimal. Hal ini seperti hasil wawancara dengan guru yang menjelaskan bahwa media yang paling tepat untuk pembelajaran menulis adalah buku, selain itu juga menggunakan media internet. Karena guru menganggap peserta didik sudah sangat pandai menggunakan internet sebagai penunjang proses pembelajaran (CLHWG No. 1).

Dari petikan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa guru hanya menggunakan media buku dalam proses pembelajaran menulis anekdot. Selain itu siswa juga diperbolehkan menggunakan internet untuk menunjang proses pembelajaran.

(19)

commit to user 5) Waktu

Pelajaran bahasa Indonesia untuk SMA dalam Kurikulum 2013 dalam satu minggu mendapatkan 4 x 45 menit atau satu kali pertemuan dalam satu minggu. Untuk pelaksanaannya pembelajaran dilaksanakan langsung empat jam pelajaran dalam sehari. Oleh karena itu guru kesulitan untuk mengatur waktu yang terlalu lama tersebut. Waktu yang terlalu lama juga membuat siswa menjadi bosan dan jenuh ketika mengikuti pelajaran. Kendala lain terkait waktu adalah pada saat jadwal pelajaran bertepatan dengan hari libur atau saat tidak diadakannya pelajaran karena alasan tertentu, maka dalam satu kelas akan langsung tertinggal jauh dari kelas lain karena kehilangan empat jam sekaligus dalam satu hari.

b. Kendala Siswa

Kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis teks anekdot tidak hanya terjadi pada guru saja. Akan tetapi kendala-kendala itu juga dialami siswa. Dari hasil pengamatan dan wawancara kepada siswa, peneliti menemukan beberapa kendala yang dialami siswa yaitu persepsi siswa, minat siswa, dan kemampuan menuangkan ide.

1) Persepsi siswa

Persepsi siswa terhadap pembelajaran menulis teks anekdot bisa dibilang negatif. Artinya banyak siswa yang beranggapan menulis teks anekdot merupakan suatu hal yang sulit. Hal ini tercermin dalam hasil wawancara dengan siswa yang mengatakan bahwa siswa tersebut jarang melakukan kegiatan menulis. Menulis dilakukan siswa hanya ketika ada pembelajaran menulis saja (CLHWS No. 1).

Selain itu siswa lain mengatakan bahwa menulis teks anekdot malah lebih sulit daripada jenis teks lainnya, karena sebelumnya siswa belum pernah mencoba membuat teks tersebut. Alasan lain adalah sedikitnya contoh teks anekdot yang tersedia dibuku (CLHWS No. 2).

(20)

commit to user

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap pembelajaran menulis teks anekdot masih kurang baik. Siswa beranggapan bahwa menulis merupakan hal yang sulit.

2) Minat siswa

Dalam pembelajaran menulis teks anekdot salah satu kendala adalah minat siswa. Minat siswa untuk mengikuti pelajaran menulis masih sangat kurang. Karena pelajaran menulis dianggap lebih sulit dari pembelajaran lainnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan guru yang menjelaskan bahwa kendala lain yang ditemui dalam melaksanakan pembelajaran menulis anekdot adalah antusias siswa terhadap pembelajaran menulis masih sangat rendah, guru menganggap hal itu terjadi karena persepsi siswa sendiri yang beranggapan bahwa menulis itu sulit (CLHWG No. 1).

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa minat siswa dalam menulis sangat rendah terlihat dari antusias siswa yang masih kurang. Pernyataan guru tersebut diperkuat oleh pernyataan siswa lain yang mengatakan bahwa siswa tersebut tidak suka pelajaran menulis dan hanya menulis saat ada tugas saja (CLHWS No. 1). Dari hasil wawancara dengan siswa tersebut terlihat jika minat menulis siswa sangat rendah karena siswa tersebut hanya menulis ketika mendapat tugas saja.

3) Kemampuan menuangkan ide

Dalam menulis teks anekdot banyak siswa yang merasa kesulitan menuangkan idenya ke dalam bentuk tulisan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru dalam wawancara yang mengatakan bahwa kendala lain yang ditemui dalam melaksanakan pembelajaran menulis anekdot adalah siswa kesulitan mencari ide untuk menulis. Jika ada ide pun kadang siswa merasa sulit mengungkapkan ide-ide itu dalam bentuk tulisan (CLHWG No. 1).

Pernyataan guru mengenai sulitnya menuangkan ide untuk menulis diperkuat oleh pendapat siswa dalam wawancara yang

(21)

commit to user

mengatakan bahwa alasan siswa tidak suka pembelajaran menulis adalah karena siswa merasa bingung dengan apa yang akan ditulis. Kalau pun ide tersebut sudah didapat siswa kesulitan mencari kata-kata untuk menuliskan apa yang ada dipikirannya (CLHWS No. 1). Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa dapat disimpulkan bahwa salah satu kendala dalam pembelajaran menulis teks anekdot adalah kemampuan siswa dalam menuangkan ide.

4. Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Guru untuk Mengatasi Kendala-kendala yang Ditemui dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot

Kendala-kendala yang timbul dalam suatu proses pembelajaran nantinya akan memengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, harus ada upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti berikut ini merupakan upaya-upaya yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis teks anekdot pada kelas X Imersi 7 SMA Negeri 1 Karanganyar.

a. Kendala Guru

Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala-kendala yang timbul dalam proses pembelajaran menulis teks anekdot meliputi berbagai hal meliputi perencanaan, materi bahan ajar, metode, media, dan waktu.

1) Perencanaan

Kendala yang ditemui guru saat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran adalah perbedaan struktur RPP berdasarkan kurikulum KTSP dengan RPP berdasarkan Kurikulum 2013. Hal tersebut terlihat dari RPP yang disusun guru masih belum sesuai dengan Kurikulum 2013.

Agar RPP yang disusun sesuai dengan Kurikulum 2013, guru menyusun RPP berdasarkan pedoman dari pemerintah yang tertuang dalam Permendikbud nomor 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum. Selain itu, guru memaksimalkan fungsi MGMP untuk

(22)

commit to user

menyusun RPP bersama-sama dengan guru bahasa Indonesia dalam satu lingkup wilayah.

2) Materi Bahan Ajar

Materi pembelajaran menulis teks anekdot masih sangat kurang apabila hanya bertumpu pada buku panduan siswa yang dibuat oleh pemerintah. Oleh karena itu guru berusaha mengatasi kendala tersebut dengan mencari referensi lain selain dari buku yang dibuat oleh pemerintah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru yang mengatakan bahwa materi dalam buku panduan siswa yang diterbitkan pemerintah dirasa guru masih sangat kurang, jadi guru masih harus mencari referensi dari sumber lain (CLHWG No. 1).

Maksud guru mengenai referensi lain dari sumber lain ini adalah referensi dari sumber internet. Pada era globalisasi ini, pemanfaatan teknologi informasi seperti internet memang sudah merupakan hal yang wajar. Karena dalam internet tersedia berbagai informasi yang kita inginkan. Akan tetapi, guru harus jeli dalam mencari referensi dari internet. Karena tidak semua materi yang ada di internet berisi materi yang bagus. Banyak di antaranya yang hanya berisi materi yang tidak valid.

3) Metode

Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala yang timbul pada metode diskusi kelompok adalah dengan membagikan tugas secara merata kepada seluruh anggota kelompok. Oleh karena itu tidak akan ada anggota kelompok yang mendapat bagian tugas terlalu banyak dan yang mendapat bagian tugas yang sedikit. Hal ini sesuai dengan catatan lapangan hasil observasi yang menggambarkan keadaan proses pembelajaran pada saat semua kelompok sudah lengkap guru meminta siswa berkumpul dengan kelompok masing. Guru menjelaskan tugas yang akan diberikan kepada masing-masing kelompok. Guru membagi tugas yang berbeda pada setiap anggota kelompok (CLHO No. 1).

(23)

commit to user 4) Media

Dalam pembelajaran menulis teks anekdot guru kesulitan mencari media yang tepat untuk menyampaikan materi. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala tersebut adalah pada pertemuan selanjutnya guru akan menggunakan media LCD untuk menampilkan contoh video anekdot. Kemudian dari video tersebut siswa diminta menulis kembali dialog maupun monolog yang ada dalam video tersebut dengan kata-kata sendiri.

5) Waktu

Agar siswa tidak mengalami kejenuhan dan kebosanan ketika harus melaksanakan proses pembelajaran dengan waktu yang cukup lama, yaitu 4 x 45 menit pada satu kali pertemuan. Guru merancang situasi pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif. Selain itu apabila masih ada sisa waktu guru menggunakan waktu tersebut untuk memberikan motivasi kepada siswa.

b. Kendala Siswa

Selain melakukan upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh guru sendiri, guru juga harus mampu mengatasi kendala yang dihadapi oleh siswa. Upaya guru untuk mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran menulis teks anekdot dari segi siswa adalah sebagai berikut.

1) Persepsi siswa

Untuk membangun persepsi yang baik dalam pembelajaran menulis anekdot guru memotivasi siswa dengan menjadikan dirinya sebagai contoh. Guru memperlihatkan hasil tulisannya kepada siswa dan memberi penjelasan bahwa menulis itu mudah apabila sering dilatih.

2) Minat siswa

Upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran menulis teks anekdot adalah dengan memulai pelajaran dengan kegiatan yang menarik. Salah satunya dengan

(24)

commit to user

membuat permainan dalam menentukan anggota kelompok. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan guru yang menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan antusias siswa pertama-tama guru memulai pembelajaran dengan sesuatu yang menarik, misalnya dalam membuat sebuah kelompok guru menggunakan suatu permainan yang membuat siswa merasa senang. Oleh karena itu saat guru mulai memberikan materi, siswa sudah memiliki perasaan senang terlebih dahulu. Untuk materi, guru berusaha mencari sumber sebanyak-banyaknya agar siswa tidak merasa bosan dengan materi yang ada (CLHWG No. 1).

Dari hasil wawancara di atas, selain memulai pembelajaran dengan menggunakan permainan dalam menentukan anggota kelompok, guru juga berusaha memperbanyak jenis materi dari berbagai sumber agar siswa tidak merasa bosan.

3) Kemampuan menuangkan ide

Kesulitan siswa menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan memang tidak bisa diatasi secara langsung. Kemampuan menuangkan ide dalam bentuk tulisan adalah dengan memperbanyak latihan menulis atau membiasakan diri untuk sering menulis. Guru mengupayakan agar siswa terbiasa menulis dengan memberikan tugas menulis setiap minggu. Menulis bisa dalam bentuk apapun tidak hanya dalam bentuk tulisan anekdot tetapi juga dalam bentuk puisi, cerpen dan lain-lain.

C. Pembahasan

1. Perencanaan Pembelajaran Menulis Teks Anekdot yang Dilakukan oleh Guru Bahasa Indonesia Sesuai dengan Kurikulum 2013

Agar dalam proses pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan baik, seorang guru harus menyusun rencana pembelajaran secara matang dengan penuh pertimbangan agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Perencanaan

(25)

commit to user

tersebut sangat penting karena dapat menjadi pedoman guru dalam mengajar dan dapat mempermudah guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Perencanaan pembelajaran akan menentukan jalannya pembelajaran yang akan dilalui peserta didik. Perencanaan pembelajaran tersebut berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Pada Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus tidak lagi dilakukan oleh guru. Namun beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan. Dengan demikian, guru tinggal mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan buku panduan guru, buku panduan siswa dan silabus yang sudah disiapkan oleh pemerintah.

Kurikulum 2013 menutut guru untuk dapat memahami seluruh pesan dan makna yang terkandung dalam silabus, terutama untuk kepentingan operasionalisasi pembelajaran. Oleh karena itu, kajian silabus tampak menjadi penting, baik dilakukan secara mandiri maupun kelompok sehingga diharapkan para guru dapat memperoleh perspektif yang lebih tajam, utuh dan komprehensif dalam memahami seluruh isi silabus.

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.

Penyusunan RPP merupakan kewenangan guru yang bersangkutan, yaitu dengan berusaha mengembangkan dari buku panduan dan silabus yang telah disiapkan pemerintah. RPP pembelajaran menulis teks anekdot di SMA Negeri 1 Karanganyar dibuat sendiri oleh guru. Guru menyusun RPP berdasarkan silabus yang sudah dibuat oleh pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian, guru menyusun RPP berdasarkan hasil MGMP guru bahasa Indonesia kabupaten Karanganyar yang disusun berdasarkan pada silabus dan buku panduan yang telah dibuat oleh pemerintah. Kemudian guru

(26)

commit to user

mengembangkan RPP yang telah disusun MGMP sesuai kebutuhan SMA Negeri 1 Karanganyar.

RPP yang sesuai dengan Kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 memuat identitas sekolah, kelas/semester, mata pelajaran, tema, alokasi waktu, kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, pembelajaran, media dan sumber belajar, penilaian proses dan hasil belajar.

Hasil penelitian menunjukan bahwa guru SMA Negeri 1 Karanganyar sudah menyusun RPP sesuai dengan prosedur penyusunan RPP berdasarkan Kurikulum 2013. RPP sudah memuat identitas sekolah, kelas/ semester, mata pelajaran, tema, alokasi waktu, kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, pembelajaran, media dan sumber belajar, penilaian proses dan hasil belajar. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menulis teks anekdot kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar berdasarkan analisis dokumen sebagai berikut. RPP tersebut menuliskan identitas mata pelajaran yang meliputi satuan pendidikan, yaitu SMA Negeri 1 Karanganyar; kelas/semester, yaitu kelas X semester 2; mata pelajaran, yaitu bahasa Indonesia; tema, yaitu Kritik dan Humor dalam Layanan Publik; pertemuan, yaitu pertemuan ke-1; dan alokasi waktu, yaitu 4 x 45 menit.

RPP yang disusun guru sudah sesuai dengan Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 yang telah memuat Kompetensi Inti. Kompetensi Inti merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua matapelajaran. KI-1 dan KI-2

(27)

commit to user

tidak diajarkan langsung, tetapi Secara tidak langsung pada setiap kegiatan pembelajaran.

Kompetensi dasar yang terdapat dalam RPP berasal dari silabus. Kompetensi dasar diambil berdasarkan Kompetensi Inti lalu disesuaikan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada pembelajaran menulis anekdot kompetensi dasar yang dapat dirumuskan dalam RPP, yaitu (1.1) mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa; (2.1) menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat anekdot mengenai permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik; (3.1) memahami struktur dan kaidah teks anekdot baik melalui lisan maupun tulisan; dan (4.3) memproduksi teks anekdot, sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan mupun tulisan.

Indikator pencapaian proses dan hasil menggambarkan prilaku yang terukur atau dapat diamati yang membuktikan tercapainya kompetensi yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa indikator yang dirumuskan guru dalam RPP sudah memenuhi tiga kriteria utama yaitu dirumuskan dalam kalimat yang jelas, mengandung kepastian makna, dan dapat diukur. Kejelasan pernyataan mengandung konsekuensi bahwa guru dan siswa memaknai kalimat dengan makna yang sama. Kepastian mengandung pengertian tidak menimbulkan makna ganda. Indikator dapat diukur jika pencapaian perilaku dapat diamati atau diukur dengan menggunakan instrumen.

Tujuan pembelajaran merupakan aspek yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran muaran pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk kompetensi, yakni kemampuan yang harus dimiliki oleh pesertan didik. Hamzah (2008: 34) mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD. A (Audience) adalah pelaku yang menjadi kelompok sasaran pembelajaran. B (Behavior) perilaku spesifik khusus yang

(28)

commit to user

diharapkan dilakukan siswa setelah selesai mengikuti proses pembelajaran. C (Condition) adalah kondisi yang dijadikan syarat atau alat yang digunakan pada saat siswa diuji kinerja belajarnya. D (Degree) adalah derajat atau tingkatan keberhasilan yang ditargetkan harus dicapai siswa dalam mempertunjukkan perilaku hasil belajar.

Tujuan yang dirumuskan guru dalam RPP Sudah terdapat komponen

Audience, Behavior, dan Condition. Sementara itu untuk komponen Degree

belum terdapat dalam tujuan yang dirumuskan guru.

Materi pembelajaran sudah dibedakan berdasarkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur, yaitu fakta berupa contoh teks anekdot “KUHP dalam Anekdot” dan contoh teks anekdot “Anekdot Hukum Peradilan”. Konsep berupa struktur teks anekdot dan kaidah menentukan isi penulisan teks anekdot, prinsip berupa karakteristik teks anekdot, prosedur berupa cara menginterpretasi teks anekdot dan langkah membuat drama berstruktur teks anekdot.

Ceramah, tanya jawab, diskusi, inquiri, dan penugasan merupakan metode yang dirumuskan guru dalam RPP. RPP tersebut juga memuat kegiatan pembelajaran mulai dari pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Sementara media dan sumber belajar dalam RPP tersebut berupa LCD, laptop, contoh teks anekdot dan buku Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. RPP tersebut memuat penilaian proses dan penilaian hasil belajar sebagai berikut. Aspek penilaian proses meliputi kejujuran, tanggung jawab, responsif, kepedulian dan kesantunan, sedangkan penilaian hasil berupa tes tulis dan unjuk kerja.

Berdasarkan pembahasan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru sudah sesuai dengan panduan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran salinan Permendikbud nomor 81A tahun 2013 tentang implementasi Kurikulum 2013. Namun masih dijumpai berbagai komponen yang belum sesuai, diantaranya perumusan kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dan metode pembelajaran.

(29)

commit to user

2. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Sesuai dengan Kurikulum 2013 di Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar

Menurut Amri (2013: 54), pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot di kelas X SMA Negeri Karanganyar secara garis besar terdapat unsur-unsur yang membangun proses pelaksanaan pembelajaran tersebut. Unsur-unsur tersebut meliputi materi, media, metode, dan evaluasi. a. Materi

Materi pembelajaran merupakan unsur belajar yang penting mendapat perhatian oleh guru. Materi pelajaran merupakan media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diterima oleh siswa. Karena itu, penentuan materi pelajaran mesti berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Salah satu faktor yang penting yang sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan adalah kemampuan guru merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada hakikatnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan, prediksi, dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran. Secara garis besar dapat diungkapkan bahwa materi pelajaran adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi kompetensi inti yang ditetapkan.

Materi pembelajaran dituangkan dalam berbagai bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik memiliki berbagai jenis dan tingkatan, sesuai dengan kelompok bidang studi atau kelompok mata pelajaran masing-masing. Meskipun demikian, Mulyasa (2009: 140) membagi materi pelajaran yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.

Fakta adalah segala yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda dan sebagainya. Dunne & Wragg (1996: 40) berpendapat bahwa merupakan konvensi bahwa suatu fakta harus dipelajari oleh pelajar dan pelajar itu harus menghafalnya.

(30)

commit to user

Peserta didik dapat diberitahu atau menemukan sendiri suatu fakta kemudian memperkuatnya dengan cara mereka sendiri agar fakta tersebut menjadi miliknya sendiri.

Pada pembelajaran menulis anekdot materi yang masuk dalam kategori fakta adalah contoh teks anekdot “KUHP dalam Anekdot” dan contoh teks anekdot “Anekdot Hukum Peradilan”. Dalam teks anekdot tersebut terdapat fakta-fakta tentang keadaan hukum dan politik di Indonesia.

Konsep adalah segala sesuatu yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti atau isi, dan sebagainya. Lebih lanjut, Dunne & Wragg (1996: 43) menjelaskan bahwa informasi yang disimpan sebagai konsep dapat digunakan dalam berbagai situasi termasuk situasi yang sangat berbeda dari yang digunakan dalam proses belajar. Dalam pembelajaran menulis teks anekdot, materi yang tergolong konsep adalah hakikat teks anekdot, kaidah penulisan teks anekdot, dan struktur teks anekdot.

Prinsip merupakan hal-hal utama, pokok, memiliki posisi terpenting meliputi dalil, rumus, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Dalam pembelajaran menulis teks anekdot yang tergolong materi berupa prinsip adalah karakteristik teks anekdot dan struktur teks anekdot.

Prosedur dapat dijabarkan sebagai urutan langkah untuk mencapai suatu tujuan, memecahkan masalah tertentu atau membuat sesuatu. Materi yang tergolong materi prosedur dalam pembelajaran menulis teks anekdot adalah langkah membuat drama berstruktur teks anekdot dan cara menginterpretasi teks anekdot.

b. Media

Media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan guru untuk membantu guru dalam mempermudah penyampaian materi pembelajaran. Anitah (2009b: 2) mengatakan bahwa media pembelajaran

(31)

commit to user

adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, media pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis teks anekdot hanya menggunakan media buku. Buku yang dipakai adalah buku pegangan siswa yang dibuat oleh pemerintah. Selain itu, guru juga menggunakan buku-buku lain yang berkaitan dengan pembelajaran menulis teks anekdot. Penggunaan buku dalam pembelajaran memiliki nilai yang lebih seperti yang diungkapkan Danim (2010: 22) yaitu, membantu guru dalam merealisasikan kurikulum, memudahkan kontinuitas, dapat dijadikan pegangan, memangcing aspirasi, dapat menyajikan materi yang seragam, dan mudah diulang.

c. Metode

Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis teks anekdot adalah metode pembelajaran diskusi kelompok dengan pendekatan scientific. Aplikasi dari metode pembelajaran diskusi kelompok dengan pendekatan scientific dalam pembelajaran menulis teks anekdot kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar adalah sebagai berikut. 1) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru menyuruh peserta didik dalam setiap kelompok untuk melakukan pengamatan terhadap contoh teks anekdot yang berada dalam buku yang berjudul “KUHP dalam Anekdot” dan “Anekdot Hukum Peradilan”.

2) Menanya

Setelah kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang tidak dimengerti peserta didik dari teks anekdot yang sudah dibaca. Guru

(32)

commit to user

masih perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan berbagai pertanyaan.

Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

3) Mengasosiasikan

Setelah bertanya kegiatan selanjutnya adalah menggali dan mengumpulkan informasi mengenai teks anekdot dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Banyak peserta didik yang menggunakan internet untuk menggali dan mengumpulkan informasi tentang teks anekdot. Selain itu, peserta didik menggunakan buku-buku yang dibawa oleh guru maupun yang dipinjam dari perpustakaan.

4) Mencoba

Setelah mengamati berbagai contoh teks anekdot dan mencari informasi mengenai struktur teks anekdot, peserta didik diminta mendeskripsikan struktur teks anekdot yang berjudul “KUHP dalam Anekdot” dan “Anekdot Hukum Peradilan” dan membuat teks anekdot seperti contoh yang sudah ada.

5) Mengomunikasikan

Kegiatan terakhir adalah mengkomunikasikan. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara menuliskan atau menceritakan hasil dari teks anekdot yang telah dibuat oleh peserta didik. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

d. Evaluasi

Evaluasi hasil belajar perlu dilakukan agar dapat diketahui perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu. Imron (2012: 166) mengatakan evaluasi hasil belajar peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat menampilkan performa sesuai yang diharapkan. Evaluasi dari guru berupa penilaian proses dan

(33)

commit to user

penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan guru saat proses diskusi berlangsung. Guru tidak hanya melakukan evaluasi berupa penilaian proses tetapi juga penilaian hasil. Hasil dari pembelajaran menulis teks anekdot berupa portofolio dari kumpulan berbagai jenis teks anekdot yang dihasilkan siswa.

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. Menurut Jonson dan Jonson (dalam Sukardi 2009: 191) portofolio dapat diartikan pengumpulan data secara terorganisasi yang dilakukan dalam periode waktu tertentu atas perkembangan program kelompok siswa, pencapaian, keterampilan, dan sikap.

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes, atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa terhadap pembelajaran menulis teks anekdot. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok selama proses pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot.

3. Kendala-kendala yang Timbul dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Sesuai dengan Kurikulum 2013

Pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot pada kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar sudah berjalan dengan baik. Namun, masih ditemui kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis teks anekdot. Kendala-kendala tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Kendala yang timbul dalam proses pembelajaran meliputi kendala guru dan kendala siswa.

(34)

commit to user a. Kendala Guru

Kendala yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot yaitu perencanaan, materi bahan ajar, metode, media, dan waktu.

1) Perencanaan

Kendala yang ditemui guru saat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran adalah perbedaan struktur RPP berdasarkan kurikulum KTSP dengan RPP berdasarkan Kurikulum 2013. Hal tersebut terlihat dari RPP yang disusun guru masih belum sesuai dengan Kurikulum 2013.

2) Materi bahan ajar

Bahan Ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan tersebut dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Majid (2012: 173) menjelaskan bahwa bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara urut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai secara utuh dan terpadu.

Materi bahan ajar dalam pembelajaran menulis teks anekdot berupa kaidah teks anekdot, strukur teks anekdot, dan contoh teks anekdot. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru, guru menggunakan buku panduan siswa yang diterbitkan pemerintah, akan tetapi guru masih merasa kurang cukup jika hanya berpatokan pada buku tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru terlihat bahwa materi pembelajaran menulis teks anekdot masih sangat kurang apabila hanya bertumpu pada buku panduan siswa yang dibuat oleh pemerintah.

3) Metode

Warsita (2008: 273) berpandapat bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan

(35)

commit to user

pembelajaran. Guru harus memilih metode yang tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar tujuan pembelajaran tercapai. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis teks anekdot adalah metode diskusi kelompok.

Kendala yang timbul dari metode ini adalah kenyataan bahwa tidak setiap anggota kelompok dapat bekerja secara maksimal. Hanya sebagian kecil dari anggota kelompok yang mengerjakan tugas dari guru. Hal ini terjadi karena siswa tidak bisa mengorganisasi anggota kelompoknya dengan baik.

4) Media

Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Sadiman, dkk. (2005: 6) menjelaskan bahwa media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses pembelajaran. Manfaat media dalam proses pembelajaran sangat beragam. Sulistyo, Sunarmi, & Widodo (2011: 9) mengemukakan bahwa media bermanfaat untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dan menimbulkan kegairahan belajar.

Dalam pembelajaran menulis teks anekdot, guru kesulitan mencari media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga hasil yang dicapai kurang maksimal. Guru beranggapan bahwa dalam pembelajaran menulis, media yang sesuai adalah buku. Guru hanya menggunakan media buku dalam proses pembelajaran menulis anekdot. Padahal, menurut Imron (2011: 130) yang dimaksud media adalah sesuatu yang difungsikan untuk mempermudah terjadinya proses pembelajaran, misalnya tape recorder, TV, Radio, dan CD.

(36)

commit to user 5) Waktu

Dalam satu minggu pelajaran bahasa Indonesia untuk SMA mendapatkan waktu 4 x 45 menit. Pada pelaksanaannya pembelajaran dilaksanakan langsung empat jam pelajaran dalam sehari. Sehingga guru kesulitan untuk mengatur waktu yang terlalu lama tersebut. Waktu yang terlalu lama juga membuat siswa menjadi bosan dan jenuh ketika mengikuti pelajaran. Imron (2011: 123) mengatakan bahwa penentuan besarnya alokasi waktu tergantung kepada jenis dan bentuk pengalaman belajar, keluasan dan kendalaman materi, serta tingkat kepentingan dan keadaan setempat.

Selain pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan langsung empat jam dalam satu pertemuan, kendala lain yang dihadapi pada saat jadwal pelajaran bertepatan dengan hari libur atau saat tidak diadakannya pelajaran karena alasan tertentu, maka dalam satu kelas akan langsung tertinggal jauh dari kelas lain karena kehilangan empat jam sekaligus dalam satu hari.

b. Kendala Siswa

Kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis teks anekdot tidak hanya terjadi pada guru saja. Akan tetapi, kendala-kendala itu juga dialami siswa. Kendala yang dialami siswa dalam proses pembelajaran menulis anekdot antara lain, persepsi siswa, minat siswa, dan kemampuan menuangkan ide.

1) Persepsi siswa

Persepsi siswa terhadap pembelajaran menulis teks anekdot bisa dibilang negatif. Artinya, banyak siswa yang beranggapan menulis teks anekdot merupakan suatu hal yang sulit. Berdasarkan wawancara dengan siswa dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap pembelajaran menulis teks anekdot masih kurang baik. Siswa beranggapan bahwa pembelajaran menulis merupakan hal yang sulit dibandingkan dengan membaca, berbicara, dan menyimak.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2011) mencoba membahas tentang manfaat yang dapat diperoleh indonesia dari penerapan atau pengimplementasian carbon

menyatakan bahwa pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai dan ditanggung), sesuai dengan yang disampaikan oleh para responden yang mengaku

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keragaan faktor-faktor kredit usaha sapi potong meliputi : pokok kredit, bunga kredit, pendapatan, agunan atau

5) melaporkan hasil pelaksanaan wasrik yang menjadi tugas dan kewajibannya kepada Irjen TNI; dan.. 6) Irops dibantu oleh empat orang Inspektur Utama yang

Jika dipelajari secara seksama dari jawaban angket yang diberikan oleh siswi- siswi Madrasah Aliyah Al Huda Tanjungbatu dan wawancara penulis dengan mereka, maka

Terimakasih saya ucapkan kepada ibu dan bapak dosen jurusan Teknik Arsitektur UIN Maliki Malang atas bimbingan, perhatian, dukungan, dan motivasi selama saya menuntut ilmu

Tuntutan kami sederhana: Negara harus minta maaf terhadap para Korban 65 karena Negara lalai dan dengan sengaja membiarkan terjadinya pembunuhan secara massal atas Rakyat yang