• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYITAAN BARANG BUKTI DALAM TINDAK PIDANA PELANGGARAN HAK CIPTA TERHADAP KASET CD DAN VCD BAJAKAN DI POLDA SUMBAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYITAAN BARANG BUKTI DALAM TINDAK PIDANA PELANGGARAN HAK CIPTA TERHADAP KASET CD DAN VCD BAJAKAN DI POLDA SUMBAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENYITAAN BARANG BUKTI DALAM TINDAK PIDANA PELANGGARAN HAK CIPTA TERHADAP KASET

CD DAN VCD BAJAKAN DI POLDA SUMBAR Siswendi*), Uning Pratimaratri**), Syafril**)

*)Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Bung Hataa **)Staf Pengajar Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta

ABSTRACT

Copyright is the exclusive right of the creator nor assignee for publish or reproduce his creations and gave permission for it to not reducing the restrictions according to the applicable statutory. Copyright regulated in the Law No. 19 of 2002 on copyright. Cases of infringement copyright handled by the Specialized Criminal Investigation Directorate. The case of copyright infringement, in particular the to works recordings of the CD and VCD there were 9 cases. Based on these authors are interested to raise the issue of: 1). How is the implementation of the confiscation of evidence CD and VCD proceeds of criminal copyright infringement in Polda Sumbar? 2). Are the constraints faced by investigators to do the confiscation of evidence CD and VCD proceeds of crime infringement copyright in Polda Sumbar?. This study is a socio-juridical. Data used include primary data obtained from interviews and observations, and secondary data obtained from the study of documents. The data is analyzed by qualitative. From the the study concluded that: 1). The confiscation of evidence CD and VCD proceeds of criminal copyright infringement in Polda Sumbar, as the regulated in Section 39 Paragraph (1). KUHAP, 2) The constraints faced by investigators in doing confiscation of evidence CD and VCD with a criminal act of copyright infringement in Polda Sumbar are often to the implementation of the raid, the traders were already not sell pirated tapes (The raids was already known before), and lack of personnel of Tim Subdit 1 who handles the case of copyright.

Keywords: Confiscation, evidence, copyright, tapes

PENDAHULUAN

Hukum diciptakan untuk menjaga agar tatanan hidup manusia dapat terjaga dengan baik. Salah satu ciri hukum adalah dapat dipaksakan dan menjatuhkan sanksi terhadap orang

yang melanggarnya. Penyitaan barang bukti merupakan upaya paksa yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, dalam hal ini dilakukan oleh penyidik. Dalam

(2)

perkara pidana, penyidik memiliki kewenangan untuk melakukan penyitaan terhadap benda yang digunakan untuk melakukan tindak pidana dan benda hasil tindak pidana, serta yang dapat digunakan oleh tersangka untuk menghalang-halangi tindakan. Menurut Pasal 16 butir 1 Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP): “Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan peradilan”. Sesuai dengan tujuan penyitaan adalah untuk kepentingan “pembuktian”, terutama sebagai barang bukti di depan sidang pengadilan.

Agar perkara tadi lengkap dengan barang bukti, penyidik melakukan penyitaan untuk dipergunakan sebagai barang bukti dalam penyidikan, dalam penuntutan dan pemeriksaan persidangan pengadilan”. Berdasarkan Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta Pasal 1 angka (1), mengatakan bahwa: “Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Contoh kasus:

Pembajakan CD Software dan Lainnya. Penyidik PPNS Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual bersama BSA (Business Software

Association) dan Kepolisian

melaksanakan Penindakan Pelanggaran Hak Cipta atas CD Software dan lainnya di 2 tempat di Jakarta yaitu Mall Ambasador dan Ratu Plaza pada hari Kamis (5/4). Penindakan di Mall Ambasador dan Ratu Plaza dipimpin langsung oleh IR. Johno Supriyanto, M.Hum dan Salmon Pardede, SH, M.Si dan 11 orang PPNS HKI. Penindakan ini dilakukan dikarenakan adanya laporan dari BSA (Business Software Association) pada tanggal

10 Februari 2012 ke kantor Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

(3)

Intelektual yang mengetahui adanya CD Software dan lainnya yang bajakan, yang dijual bebas di Mall Ambasador dan Ratu Plaza di Jakarta. Dalam kegiatan ini berhasil disita CD Software dan lainnya sebanyak 10.000 keping dari 2 tempat yang berbeda.

Salmon Pardede, SH, M.Si selaku Kepala Sub Direktorat Pengaduan, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, mengatakan bahwa: “Dalam penindakan ini para pelaku pembajakan CD Software dan lainnya ini dikenakan Pasal 72 Ayat (2) yang berbunyi barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan tidak menutup kemugkinan dikenakan Pasal 72 Ayat (9) apabila dalam pemeriksaan tersangka diketahui bahwa tersangka juga sebagai pabrikan”. Dengan adanya penindakan ini diharapkan

kepada para pemilik Mall untuk memberikan arahan kepada penyewa counter untuk tidak menjual produk bajakan CD Software dan lainnya, karena produk bajakan ini tidak memberikan kontribusi kepada negara dibidang pajak. Disamping itu untuk menghindari kecaman dari

United State Trade Representative

(USTR) agar Indonesia tidak dicap sebagai negara pembajak. Dalam melakukan proses penyitaan, penyidik akan mengalami hambatan-hambatan atau perlawanan dari pemilik barang atau keluarga tersangka, dan hambatan lain yaitu mengenai benda sitaan yang cepat rusak sebelum proses persidangan yang disebabkan beberapa faktor antara lain cara pembungkusan, penyimpanan, dan penjagaan yang kurang bertanggung jawab, juga disebabkan faktor penyimpanan yang tidak memenuhi syarat.

Salah satu usaha untuk mengatasi masalah di atas, harus diupayakan untuk pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelanggar hak cipta ini sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh undang-undang, dan penyidik reserse kriminal khusus

(4)

Polda Sumbar memberikan perhatian yang lebih, yaitu dalam melakukam tindakan pemberantasan terhadap peredaran kaset CD, VCD, dan DVD bajakan yang dilakukan oleh penyidik reserse kriminal khusus Polda Sumbar dapat dilakukan secara adil dan tidak diskriminatif, penambahan personil hendak menjadi perhatian yang lebih serius oleh Kapolda Sumbar, dan perlunya peran serta masyarakat dalam proses penegakan hukum mengenai hak cipta bahwa membei kaset bajakan dapat merugika penciptanya sekaligus merugikan negara.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pelaksanaan penyitaan barang bukti CD dan VCD hasil tindak pidana pelanggaran hak cipta di Polda Sumbar, dan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh penyidik dalam melakukan penyitaan barang bukti CD dan VCD hasil tindak pidana pelanggaran hak cipta di Polda Sumbar

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Polda Sumbar. Jenis penelitian adalah

dengan menggunakan metode penelitian yuridis sosiologis, yaitu suatu metode pendekatan masalah melalui peraturan dan teori yang ada kemudian dihubungkan dengan kenyataan atau fakta yang ada di masyarakat.

Jenis data yang dapat digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara (interview) dengan kepala unit 1 Kompol Mayarudin, dan Briptu Fajri sebagai penyidik di Polda Sumbar. Sedangkan data sekunder diperoleh berupa berkas-berkas dan data lain yang dirasa perlu dalam penulisan, undang-undang, dan buku, serta statistik kriminal khusus tentang kasus pelanggaran hak cipta di Polda Sumbar.

Teknik pengumpulan data ditempuh dengan cara studi dokumen atau bahan kepustakaan, yaitu alat pengumpul data yang dilakukan melalui data tertulis, data diperoleh langsung dari lapangan berupa data tertulis seperti dokumen-dokumen. Wawancara, yaitu dipeoleh dengan melakukan wawancara semi terstruktur dan terarah dengan

(5)

mengajukan pertanyaan kepada informan. Observasi, yaitu studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejalagejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan.

Populasi dalam penelitian adalah para penjual CD dan VCD bajakan di kota Padang. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian penjual CD dan VCD bajakan di Kota Padang. Teknik pengambilan sampel adalah menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah

teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu yaitu penjual yang memiliki stok CD dan VCD yang banyak.

Setelah bahan-bahan dan data yang diperoleh dari data primer dan sekunder terkumpul, kemudian data tersebut dianalisa secara kualitatif sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam upaya penindakan terhadap tindak kejahatan maupun pelanggaran maka harus berkoordinasi dengan anggota yang

lain. Adapun dasar yang dilakukan oleh penyidik reskrimsus untuk menindak para pelanggar hak cipta ini yaitu:

1. UU No. 2 Tahun 2002 tentang POLRI.

2. UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

3. UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Dalam kasus mengenai hak cipta yang terjadi di wilayah hukum Provinsi Sumatera Barat maka termasuk dalam ruang lingkup tugas Direktorat Reserse Kriminal Khusus (DIRRESKRIMSUS). Dahulu sebelum RESKRIM terbagi menjadi 2 yaitu Reskrim Umum dan Khusus, kasus mengenai pelanggaran hak cipta yang termasuk ruang lingkup Hak Kekayaan Industri ini ditangani oleh Satuan Reserse Kriminal II Ekonomi Khusus (SATRESKRIM II EKSUS) yang menangani tindak pidana:

1. Tindak Pidana Industri dan Perdagangan, tindak pidana yang ditangani antara lain, yaitu: industry, perdagangan, pangan, perfilman, asuransi, investasi, HKI,

(6)

perlindungan konsumen, perumahan/pemukiman, karantina. 2. Tindak Pidana Perbankan,

pencucian uang dan kejahatan di dalam dunia maya. Tindak pidana yang ditangani antara lain, yaitu: perbankan, uang palsu, pencucian uang, kejahatan dunia maya. 3. Tipiter dan PPNS, tindak pidana

yang ditangani antara lain, yaitu:

ilegal logging, ilegal fishing,

konservasi SDA, kelistrikan,

migas, ilegal mining, lingkungan hidup, peternakan, kesehatan, penempatan TKI, cagar budaya. Berdasarkan data statistik kriminal tentang penyidikan perkara tindak pidana pelanggaran hak cipta yang ditangani oleh Subdit 1 Ditreskrimsus Polda Sumbar ada 9 perkara/kasus, yaitu sebagai berikut: 1. Tindak Pidana Hak Cipta

mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang yang diketahui atau patut diketahui hasil pelanggaran hak cipta(VCD).

2. Tindak Pidana Hak Cipta pelanggaran hak cipta “Soto Garuda”.

3. Tindak Pidana Hak Cipta dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu barang hasil pelanggaran hak cipta yang tertangkap tangan pada hari Rabu tanggal 22 Mei 2013 sekitar pukul 11.00 WIB di toko merek Eva Musik Terminal Aua Tajungkang Pasar Bawah Kota Bukittinggi.

4. Tanpa izin pemilik/produser rekaman memperbanyak dan atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi yang terjadi pada hari Selasa tanggal 22 Oktober 2013 sekitar pukul 17.30 WIB bertempat Karaoke Teebox Jln.Diponegoro No.25 Padang. 5. Tindak Pidana Hak Cipta tanpa

izin pemilik/produser rekaman memperbanyak dan atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi yang terjadi pada hari Selasa tanggal 22 Oktober 2013 sekitar pukul 20.20 WIB bertempat di Karaoke Alstar Jln.Thamrin No.1 D Padang. 6. Tindak Pidana Hak Cipta tanpa

izin pemilik/produser rekaman memperbanyak dan atau rekaman

(7)

bunyi yang terjadi pada hari Selasa tanggal 22 Oktober 2013 sekitar pukul 23.30 WIB bertempat di Karaoke Happy Family Jln. Hayam Wuruk No. 26 B Padang.

7. Tindak Pidana Hak Cipta pengadaan seragam batik ke beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota Padang, yang terjadi sekitar bulan September 2012.

8. Tindak Pidana Hak Cipta dan Penyiaran tanpa izin pemilik hak eksklusif memperbanyak dan atau menyewakan dan menyiarkan kepada khalayak ramai siaran TV berlangganan berbayar (TV kabel dan tidak memiliki izin penyiaran dari menkominfo yang terjadi tanggal 12 Mei 2014 di Jln. Lolong Belanti No. 25 A Padang. 9. Tindak Pidana Hak Cipta dan

Penyiaran tanpa izin pemilik hak eksklusif memperbanyak dan atau menyewakan dan menyiarkan kepada khalayak ramai siaran TV berlangganan berbayar (TV kabel dan tidak memiliki izin penyiaran dari menkominfo yang terjadi

tanggal 26 Mei 2014 di Aur Duri Padang.

Dari 9 perkara/kasus yang ditangani oleh Ditreskrimsus Polda Sumbar ada 5 kasus tentang Pelangggaran Hak Cipta. Ada 2 kasus yang telah P-21 dan ada 3 kasus yang telah SP 3. P-21 adalah penyerahan tersangka dan barang bukti sedangkan SP 3 adalah Surat perintah penghentian penyidikan. Alasan SP 3 sebagai berikut:

1. Tidak cukup alat bukti. 2. Laporan dicabut.

3. Tersangka meninggal dunia. Pelaksanaan penyitaan barang bukti CD dan VCD hasil tindak pidana pelanggaran hak cipta di Polda Sumbar adalah kembali ke undang-undang, yaitu:

1. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagian hasil dari tindak pidana.

2. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya.

(8)

3. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana.

4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana.

5. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan

Di Pasar Alai hari Sabtu tanggal 18 Oktober 2014 sekitar pukul 23.00 WIB di Jalan Teuku Umar Alai Parak Kopi Kecamatan Padang Utara Kota Padang saat sedang menjual CD, VCD, dan DVD bajakan seorang laki-laki kemudian diketahui bernama Hari Adi dan dilakukan penyitaan sebanyak 5.750 keping dengan perincian sebagai berikut: 1. VCD lagu Indonesia 900 keping. 2. VCD lagu luar negeri 200 keping. 3. CD MP3 lagu Indonesia 250

keping.

4. CD MP3 lagu luar negeri 100 keping.

5. VCD lagu anak-anak 50 keping. 6. VCD film anak-anak 1300 keping. 7. DVD film luar negeri 1700

keping.

8. DVD film Indonesia 100 keping.

9. DVD film anak-anak 1000 keping.

10. DVD Play Station II 150 keping. Dari uraian di atas, dapat kita lihat bahwa penyitaan kaset bajakan yang paling banyak ditemukan adalah DVD film luar negeri sebanyak 1700 keping dan yang paling sedikit VCD lagu anak-anak sebanyak 50 keping.

Berikut ini adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh Penyidik Reskrimsus Polda Sumbar untuk mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta yang terjadi di wilayah hukum Sumbar:

1. Tindakan preventif adalah tindakan atau segala kegiatan yang dilakukan oleh Penyidik Reskrimsus Polda Sumbar untuk mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta yang terdapat di wilayah hukum Polda Sumbar antara lain: a. Memberitahukan kepada

masyarakat khususnya para pedagang bahwa menjual kaset bajakan termasuk tindakan melanggar hukum.

b. Memperhatikan tempat-tempat ekspedisi karena biasanya kaset bajakan yang ada di wilayah

(9)

Sumbar adalah pasokan barang dari Jakarta. Hal ini pernah dilakukan penyitaan kaset bajakan yang dikirim melalui mobil angkutan umum jurusan Padang-Jakarta, tetapi Penyidik Reskrimsus Polda Sumbar tidak menemukan pemiliknya. 2. Tindakan Represif (penegakan

hukum) adalah suatu kegiatan berupa penindakan terhadap para pedagang yang melakukan pelanggaran hak cipta antara lain: a. Melakukan penangkapan

maupun penahanan terhadap para pedagang yang menjual kaset bajakan.

b. Melakukan penyitaan terhadap kaset bajakan yang kemudian untuk dihancurkan atau dimusnahkan.

Dalam proses penegakan hukum, maka seringkali dilihat kendala-kendala yang ditemui petugas penyidik. Penyidik sebagai penegak hukum haruslah menegakkan hukum itu denga seadil-adilnya dan tidak bersikap diskriminatif. Dalam pelaksanaan tugasnya, penyidik dihadapkan pada keharusan untuk menghormati dan menjunjung tinggi

asas praduga tidak bersalah (presumption of innocence),

sedangkan dalam proses penangkapan terhadap seseorang penyidik harus menduga bahwa orang yang bersangkutan telah bersalah (presumption of guilty). Dalam kasus mengenai pelanggaran hak cipta terutama dalam pelanggaran mengenai kaset bajakan, penyidik haruslah menduga bahwa pedagang yang menjual kaset CD, VCD, dan DVD itu menjual kaset bajakan. Dalam pembuktiannya sangat sulit untuk membedakan kaset bajakan dengan kaset original, seringkali pedagang berkilah bahwa ia tidak menjual kaset bajakan. Istilah “kaset bajakan” yang penulis dapatkan di lapangan adalah “kaset murah”. Perbedaan kaset bajakan dengan kaset original, salah satunya adalah adanya pajak pertambahan nilai (PPN) yang ada pada kotak kaset tersebut.

Selain itu kendala-kendala yang ditemui penyidik di lapangan adalah pada waktu dilaksanakan razia, sering kali para pedagang ini tidak menjual kaset bajakan. Hal ini disebabkan adanya oknum polisi

(10)

yang memberitahukan kepada pedagang bahwa razia akan dilakukan. Karena ada sebagian kecil polisi yang punya usaha di bidang ini. Apabila pada waktu razia dilakukan dan barang pedagang disita oleh penyidik, maka yang menyelesaikan perkara tersebut adalah oknum polisi yang bersangkutan. Sedangkan dari pihak penyidik itu sendiri, bahwa anggota reserse kriminal khusus (reskrimsus) Polda Sumbar tidak sebanding dari jumlah kasus yang ditangani, penyidik reserse kriminal khusus (reskrimsus) tidak fokus terhadap pelanggaran hak cipta saja tetapi banyak kasus-kasus lain yang harus diselesaikannya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat diambil kesimpulan, yaitu: 1. Pelaksanaan penyitaan barang

bukti CD dan VCD hasil tindak pidana pemalsuan hak cipta di Polda Sumbar adalah kembali ke undang-undang, yaitu:

a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh

dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana.

b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya. c. Benda yang dipergunakan

untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana. d. Benda yang khusus dibuat atau

diperuntukkan melakukan tindak pidana.

e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan. 2. Kendala-kendala yang dihadapi

oleh penyidik reserse kriminal khusus (reskrimsus) Polda Sumbar dalam melakukan penyitaan barang bukti CD dan VCD hasil tindak pidana pemalsuan hak cipta di Polda Sumbar antara lain:

a. Dalam hal pembuktian mengenai kaset bajakan, anggota Reskrimsus Polda Sumbar hanya mengetahui perbedaan kaset bajakan dengan kaset original yaitu pada kaset original tertera pajak pertambahan nilai (PPN),

(11)

sedangkan pada kaset bajakan tidak ada.

b. Seringkali dalam pelaksanaan razia, para pedagang itu sudah tidak menjual kaset bajakan (razia itu sudah diketahui sebelumnya atau razia itu sudah bocor). Hal ini disebabkan adanya oknum di kepolisian tersebut yang memberitahukan pada pedagang, bahwa akan dilakukan razia.

c. Dari segi personil yang ada di reserse kriminal khusus (reskrimsus) ini tidak sebanding dengan jumlah kasus yang ditangani oleh Tim Subdit 1 ini (bidang yang menangani kasus hak cipta)

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku-Buku

Kartini Kartono. 1996. Pengantar

Metodologi Riset Sosial.

Bandung: Mandar Maju. M. Yahya Harahap. 1985.

Pembahasan Permasalahan

dan Penerapan KUHAP.

Jakarta: Sinar Grafika.

Ratna Nurul Alfiah. 1988. Barang

Bukti Dalam Proses Pidana.

Jakarta: Sinar Grafika.

R. Soesilo. 1982. Hukum Acara

Pidana. Bogor: Politeia.

Soerjono Soekanto. 1997. Metode

Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

Syafrinaldi. 2006. Hukum Tentang

Perlindungan Hak Milik

Intelektual. Jakarta: Bina Karya.

2. Perundang-undangan

Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

3. Sumber Lain

Ibnu Khaldun, Hak Cipta, Copyright. Contoh Kasusnya, http://ibnukhaldun4dmin.blogs pot.com/2013/04/, diakses tanggal 7 September 2014. Fathira Zarthuro, Hak Cipta,

http://fathirazarthuro.blogspot. com/2014/05/, diakses tanggal 7 September 2014.

Boim Zenji, Ruang Lingkup Undang-undang Tentang Hak Cipta,

http://boimzenji.blogspot.sg/2 013/04/, diakses tanggal 7 September 2014.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Saya yang bernama Kirubah Sai Patnaik adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara yang akan melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat

Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang banyak sekali selama saya kuliah

Dari penjelasan dari pemaparan tentang indikator diatas maka dapat disimpulkan bahwa di dalam Bumdes Berkah Usaha Simpang kubu telah ditetapkan standar operasional

Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dengan Judul Mural Sebagai Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di Kecamatan Karawaci Kota

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi

 melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan.  memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio,

Persepsi wajib pajak mengenai variabel independen sistem perpajakan berpengaruh negatif terhadap penggelapan pajak, bahwa bahwa semakin bagus, mudah, dan terkendali