• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Memberikan ASI secara eksklusif berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Memberikan ASI secara eksklusif berarti"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI Eksklusif

2.1.1 Definisi ASI Eksklusif

ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua, bayi akan lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat dan menarik, perusahaan, lingkungan dan masyarakat pun akan lebih mendapat keuntungan (Roesli, 2005).

ASI eksklusif merupakan sumber nutrisi terbaik untuk bayi terutarna yang berumur kurang dan 6 bulan ASI adalah satu-satunya makanan minuman terbaik untuk bayi dalam masa 6 bulan pertama kehidupan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 6 bulan (Khairuniyah, 2004).

ASI eksklusif sangat penting untuk peningkatan SDM kita di masa yang akan datang, terutama dari segi kecukupan gizi sejak dini. Memberikan ASI secara

(2)

eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengendung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal (Roesli, 2004).

Berdasarkan hal tersebut diatas, WHO/ UNICEF membuat deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration) pada tahun 1990, dimana dalam deklarasi ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah 4-6 bulan bayi diberi makan pendamping/padat yang benar dan tepat, sehingga ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif (Roesli, 2004).

Pada tahun 1999, setelah pengalaman 9 tahun, UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Asembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.

(3)

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya (Sunartyo, 2008)

Menyusui, artinya memberikan makanan kepada bayi yang langsung dari payudara. Menyusui adalah proses alamiah, berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Walupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Roesli, 2000).

Menyusui secara eksklusif merupakan cara pemberian makan yang alamiah, namun akibat ibu-ibu kurang mendapat informasi atau mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif, cara menyusui yang benar, dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya (Roesli, 2000).

Menyusui adalah suatu seni yang harus dipelajari kembali, untuk keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-alat yang khusus dan biaya yang mahal karena yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari lingkungan terutama suami.

Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupan dengan cara yang paling sehat. Dengan menyusui tidak saja memberikan kesempatan pada

(4)

bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang lebih baik (Roesli, 2000). Menyiapkan pemberian ASI eksklusif dimulai persiapannya sejak janin masih dalam kandungan ibunya. Hal ini sangat mendasar karena kualitas kesehatan janin dalam kandungan akan sangat menentukan kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi selanjutnya (Depkes RI, 2001).

Selain itu, pada masa ini juga terjadi perubahan-perubahan antara lain terbentuknya lebih banyak kelenjar susu sehingga mammae membesar, hal ini sebagai persiapan untuk menyusui. Setelah persiapan selesai pada masa akhir kehamilan akan dilanjutkan dengan sekresi ASI yang prosesnya segera setelah persalinan (Soetjiningsih, 1997).

2.1.2 ASI menurut Stadium Laktasi

Saleha (2009) menyebutkan bahwa jenis air susu yang dikeluarkan oleh ibu memiliki 3 stadium dan memiliki kandungan yang berbeda dan stadium laktasi dapat dibagi sebagai berikut:

a. Kolostrum

Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi dari pada ASI sebenarnya, khususnya kandungan immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki tubuh bayi. IgA ini juga membantu dalam mencegah bayi mengalami alergi makanan.

(5)

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara. Kolostrum mengandung jaringan debris dan material residual yang terdapat dalam alveoli serta duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium.

b. Air Susu Ibu Peralihan

Ciri dari air susu masa peralihan adalah sebagai berikut:

1) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. 2) Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula

pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5.

3) Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi.

4) Volumenya juga akan semakin meningkat. c. Air Susu Ibu Matur

1) Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan (ada pula yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan baru dimulai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5).

2) Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan tercukupi, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan.

(6)

3) Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari garam kalsium caseinat, riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya.

2.1.3 Komposisi ASI

Kandungan zat gizi dalam kolostrum dan ASI mempunyai komposisi yang berbeda. Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI. Hal ini menguntungkan bayi baru lahir karena dengan mendapatkan sedikit kolostrum bayi sudah cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama. Baskoro (2008) memaparkan beberapa kandungan ASI sebagai berikut:

a. Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel saraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf.

b. Protein

Protein dalam ASI sangat cocok untuk bayi, karena unsur di dalam ASI hampir seluruhnya terserap oleh pencernaan bayi.

c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis.

(7)

d. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah. Tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan.

e. Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.

2.1.4 Manfaat ASI Eksklusif

Bagi ibu dan bayi, ASI eksklusif menyebabkan mudahnya tejalin ikatan kasih sayang yang mesra antara ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan awal dari keuntungan menyusui secara eksklusif. Bagi bayi tidak ada pemberian yang lebih berharga dari ASI. Hanya seorang ibu yang dapat memberikan makanan terbaik bagi bayinya. Selain dapat meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal, ASI juga membuat anak potensial memiliki perkembangan sosial yang baik. Menurut Roesli (2004) beberapa manfaat pemberian ASI secara eksklusif adalah :

(a) Bagi Bayi: sebagai nutrisi terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup mengandung zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama. Mengandung antibodi (terutama kolostrum) yang melindungi terhadap penyakit terutama diare dan gangguan pernapasan. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan. Meningkatkan jalinan kasih sayang, selalu siap tersedia, dan dalam suhu yang sesuai. Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap. Melindungi terhadap alergi

(8)

karena tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan alergi. Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6 bulan pertama (87% ASI adalah air). Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai. Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik.

(b). Bagi Ibu: Mengurangi pendarahan setelah melahirkan, karena apabila bayi disusukan segera setelah dilahirkan, maka kemungkinan terjadinya pendarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang. Pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk kontraksi atau penutupan pembuluh darah sehingga pendarahan akan lebih cepat berhenti. Menjarangkan Kehamilan, karena menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan. Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana saja. ASI selalu bersih sehat dan tersedia dalam suhu yang cocok. Pemberian ASI ekonomis/murah. Menurunkan risiko kanker payudara. Dilihat dari aspek psikologis, memberi kepuasan bagi ibu serta ibu akan merasa bangga dan diperlukan rasa sayang yang dibutuhkan oleh semua manusia.

(c) Bagi Keluarga: dilihat dari aspek ekonomi ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk susu formula dapat digunakan untuk keperluan

(9)

lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat. Aspek psikologis, kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendapatkan hubungan kasih bayi dalam keluarga. Aspek kemudahan, menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan di mana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus dibersihkan. Tidak perlu meminta pertolongan orang lain.

2.2 Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Menurut Depkes RI (2001) upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pada Masa Kehamilan (Antenatal)

- Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.

- Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.

(10)

- Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.

- Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat sebelum hamil.

- Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.

b. Pada Masa Setelah Persalinan (Prenatal)

- Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang baik dan benar, yakni : tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara ibu

- Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dilakukan tanpa jadwal

- Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 S) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan.

c. Pada Masa Menyusui Selanjutnya (Post-natal)

- Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selam 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya

- Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.

- Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

(11)

- Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui

- Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menyusui seperti payudara banyak disertai demam.

- Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui

- Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 6 bulan, berikan MP-ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.

2.3 Upaya Mencapai Pemberian ASI Eksklusif

Dalam konteks program peningkatan pemberian ASI eksklusif, juga perlu disosialisasikan tentang kebijakan internasional yaitu: Target MDG-4 adalah menurunkan angka kematian bayi dan balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990 - 2015. Penyebab utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50% kematian balita didasari oleh kurang gizi. Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun disamping pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi efektif dapat menurunkan AKB (Depkes RI, 2001).

Kebijakan dituangkan dalam Kepmenkes RI 450/MENKES/ SK/IV tahun 2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak lahir sampai usia 6 bulan dan semua tenaga kesehatan yang bekerja disarana kesehatan

(12)

agar menginformasikan kepada semua ibu melahirkan agar memberikan ASI eksklusif.

Komponen organisasi yang diharapkan berperan dalam hal ini adalah (a) Menteri Kesehatan, Menteri Negara Pemberdayaan Wanita, Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi, (b) Pemda, Pemkab/Kota, (c) Petugas kesehatan, (d) Rumah Sakit, klinik bersalin, Puskesmas, (e) Organisasi profesi (IDAI, IDI, IBI, POGI), (f) LSM: Unicef, WHO.

Menurut Depkes RI (2001) faktor yang memengaruhi pelaksanaan kebijakan pemberian ASI eksklusif :

1. Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan

Tidak semua pemda menindaklanjuti secara kongkrit peraturan tentang pemberian ASI eksklusif melalui 10 langkah keberhasilan menyusui, misalkan dalam perda (termasuk reward dan sangsi bagi yang melaksanakannya), penganggaran dalam APBD misalnya untuk pelatihan-pelatihan untuk petugas kesehatan dan promosi. 2. Petugas Kesehatan (Bidan, Perawat, Dokter)

Masih banyak petugas kesehatan yang belum menjalankan kebijakan ini. Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI dengan 10 langkah keberhasilan menyusui. Beberapa hambatan kurang berperannya petugas kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dalam kontek ASI eksklusif lebih banyak karena kurang termotivasinya petugas untuk

(13)

menjalankan peran mereka disamping pengetahuan konseling ASI yang masih kurang.

3. Promosi Produsen Susu Formula

Meskipun sudah ada peraturan dan kode etik tentang pemasaran susu formula, tetapi dalam pelaksanaanya masih ada produsen yang tidak melaksanakan secara benar. Gencarnya promosi produsen susu formula baik untuk publik maupun untuk petugas kesehatan (dengan memberikan bantuan untuk kegiatan ilmiah) menghambat pemberian ASI eksklusif.

4. Ibu Bekerja

Dengan semakin banyaknya prosentasi ibu menyususi yang bekerja akan menghambat praktek pemberian ASI eksklusif. Meskipun sudah ada SKB bersama 3 menteri tentang hak ibu bekerja yang menyusui dalam prakteknya tidak semua tempat kerja mendukung praktek pemberian ASI

Penelitian yang relevan dengan konteks penelitian ini antara lain penelitian Khairuniyah (2004) yang menyimpulkan bahwa motivasi ibu dalam pemberian ASI eksklusif berpengaruh terhadap kualitas kesehatan bayi sehingga. Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas kesehatan bayi dan anak balita akan semakin buruk, karena pemberian makanan pendamping ASI yang tidak benar menyebabkan gangguan pencernaan yang selanjutnya menyebabkan gangguan pertumbuhan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan AKB. Demikian pula dengan angka kesakitan bayi juga semakin tinggi. Kasus Gizi buruk pada balita dari berbagai Propinsi di Indonesia masih tinggi, dimana 11,7 % gizi buruk tersebut tedapat pada

(14)

bayi berumur kurang dari 6 bulan. Hal ini tidak perlu terjadi jika ASI diberikan secara baik dan benar, karena menurut penelitian dengan pemberian ASI saja dapat mencukupi kebutuhan gizi selama enam bulan.

2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Menurut Widiastuti (1999) pemberian ASI pada bayi erat kaitannya dengan keputusan yang dibuat oleh ibu. Selama ini ibu merupakan figur utama dalam keputusan untuk memberikan ASI atau tidak pada bayinya. Pengambilan keputusan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam maupun dari faktor dari luar diri ibu.

Faktor dari luar diri ibu atau faktor eksternal antara lain: faktor sosial ekonomi (pendapatan dalam mencukupi kebutuhan hidup), tata laksana rumah sakit, kondisi kesehatan bayi, pengaruh iklan susu formula yang intensif, faktor sosial budaya yaitu keyakinan keliru di masyarakat dan kurangnya penerangan dan dukungan terhadap ibu dari tenaga kesehatan atau petugas penolong persalinan maupun orang-orang terdekat ibu seperti ibu, mertua, suami, dan lain-lain (Widiastuti, 1999).

Sementara itu faktor-faktor dari dalam diri ibu atau faktor internal antara lain: umur, jumlah anak (paritas), pekerjaan ibu, kondisi kesehatan ibu dan bayi serta motivasi dari dalam (intrinsik) dan dari luar (ekstrinsik) ibu (Widiastuti, 1999). a. Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi sangat berperan dalam pemberian ASI eksklusif dimana sosial ekonomi yang cukup atau baik akan memudahkan mencari pelayanan

(15)

kesehatan yang lebih baik. Faktor ekonomi berkaitan erat dengan konsumsi makanan atau dalam penyajian makanan keluarga khususnya dalam pemberian ASI. Kebanyakan penduduk dapat dikatakan masih kurang mencukupi kebutuhan dirinya masing-masing. Keadaan umum ini dikarenakan rendahnya pendapatan yang mereka peroleh dan banyaknya anggota keluarga yang harus diberi makan dengan jumlah pendapatan rendah (SKRT, 2004).

b. Pekerjaan Ibu

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu bagi ibu-ibu yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Seorang yang memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk menyeleseikan pekerjaan yang dianggap penting dan memerlukan perhatian dengan adanya pekerjaan. Masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat pendidikan yang mereka peroleh juga berkurang, sehingga tidak ada waktu untuk memberikan ASI pada bayinya (Suradi, 2008).

c. Sosial Budaya

Faktor sosial budaya sangat berperan dalam proses terjadinya masalah pemberian ASI diberbagai kalangan masyarakat. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan untuk tidak memberikan ASI karena merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya, hal ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip yang ada. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, pemberian ASI, pantangan, takhayul dan tahu yang menyebabkan konsumsi pemberian ASI menjadi rendah. Adanya pantangan

(16)

tersebut didasarkan pada keagamaan, tetapi ada pula yang merupakan tradisi yang turun temurun (Soetjiningsih, 2004).

d. Kondisi Kesehatan Bayi

Pertolongan pertama dan terakhir kelahiran ditenaga kesehatan sangat penting dalam pengupayaan keberhasilan pemberian ASI dini ditempat pelayanan ibu bersalin sangat tergantung pada petugas kesehatan, karena mereka adalah orang yang pertama akan membantu ibu bersalin melakukan pemberian ASI dini. Pada saat perawatan antenatal petugas kesehatan harus memotivasi ibu untuk memperhatikan dan mempersiapkan payudara dengan melakukan perawatan payudara secara teratur. Pada trimester III kehamilan, petugas kesehatan harus memberikn dorongan psikologis kepada ibu dengan mengemukakan berbagai manfaat pemberian ASI (Soetjiningsih, 2004).

e. Kondisi Kesehatan Ibu

Pemberian ASI dipengaruhi oleh faktor kesehatan ibu, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan produksi ASI tidak bisa terjadi (Soetjiningsih, 2004).

f. Karakteristik Ibu

Menurut Widiastuti (1999), karakteristik ibu yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah :

(17)

Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh seseorang tingkat pendidikan merupakan suatu wahana untuk mendasari seseorang berprilaku secara ilmiah. Tingkat pendidikan yang rendah akan susah mencerna pesan atau informasi yang disampaikan (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan diperoleh melalui proses belajar yang khusus diselenggarakan dalam waktu tertentu, tempat tertentu dan kurikulum tertentu, namun dapat diperoleh dari bimbingan yang diselenggarakan sewaktu-waktu dengan maksud mempertinggi kemampuan atau ketrampilan khusus. Dalam garis besar ada tiga tingkatan pendidikan yaitu pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan tinggi. Masing-masing tingkat pendidikan tersebut memberikan tingkat pengetahuan tertentu yang sesuai dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang diperoleh, semakin tinggi pula pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif yang dimiliki (Tarmudji, 2003). Pendidikan tentang pemberian ASI merupakan suatu proses mengubah kepribadian, sikap, dan pengertian tentang ASI sehingga tercipta pola kebudayaan dalam memberikan ASI secara eksklusif tanpa tambahan bahan makanan apapun. Berpedoman pada tujuan pendidikan diperkirakan bahwa semakin meningkatnya pendidikan yang dicapai sebagian besar penduduk, semakin membantu kemudahan pembinaan akan pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.

(2) Umur Ibu

Umur adalah lama hidup individu terhitung saat mulai dilahirkan sampai berulang tahun (Nursalam, 2008). Semakin cukup umur, tingkat kematangan

(18)

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan berpikir (Nursalam, 2008).

(3) Pengetahuan Ibu

Hasil penelitian Aprilia (2009) menyimpulkan variabel kebijakan sosialisasi berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu dan program inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif pada bidan di Kabupaten Klaten. Ibu yang berpendidikan rendah sampai menengah lebih cepat memberikan susu botol daripada ibu yang tidak berpendidikan formal. Ibu yang tidak formal sebagian telah mengetahui apa manfaat serta keuntungan ASI eksklusif sehingga mendorong ibu untuk menyusui bayinya sendiri.

2.5 Pengaruh Motivasi terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Menurut Gerungan (2000) bahwa motivasi adalah penggerak, alasan-alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan dirinya melakukan suatu tindakan/bertingkah laku. Rusyam (1989) menyatakan pengertian motivasi sebagai berikut: “motivasi merupakan penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari oleh adanya suatu keinginan/kebutuhan.” Hasibuan (2005) memberikan suatu definisi: “motivasi adalah suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang untuk bertingkah laku dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dirasakan.”

(19)

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan (Siagian, 1995).

Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohani.

Menurut Gerungan (2000) istilah motivasi mengandung tiga hal yang amat penting, yaitu:

a) Pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasional. Tersirat pada pandangan ini bahwa dalam tujuan dan sasaran organisasi telah tercakup tujuan dan sasaran pribadi anggota organisasi. Pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri bawahan yang digerakkan terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan maka tujuan pribadi akan ikut pula tercapai.

b) Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu. Usaha merupakan ukuran intensitas kemauan seseorang. Apabila seseorang termotivasi, maka akan berusaha keras untuk melakukan sesuatu.

(20)

c) Kebutuhan adalah keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik. Artinya suatu kebutuhan yang belum terpuaskan menciptakan ketegangan yang pada gilirannya menimbulkan dorongan tertentu pada diri seseorang.

Menurut Hasibuan (2005) motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja sama demi tercapainya tujuan bersama atau tujuan perusahaan ini terdapat dua macam yaitu: (a) motivasi finansial yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut Insentif; dan (b). motivasi non finansial yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusiawi dan lain sebagainya.

Faktor-faktor motivasi berdasarkan teori dua faktor Herzberg dalam Hasibuan (2005), yang disebut faktor intrinsik meliputi :

1) Tanggung Jawab (Responsibility).

Setiap orang ingin diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang berpotensi, dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan siap memikul tanggung jawab yang lebih besar.

2) Prestasi yang Diraih (Achievement)

Setiap orang menginginkan keberhasilan dalam setiap kegiatan. Pencapaian prestasi dalam melakukan suatu pekerjaan akan menggerakkan yang bersangkutan untuk melakukan tugas-tugas berikutnya.

(21)

3) Pengakuan Orang Lain (Recognition)

Pengakuan terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan bisa melebihi kepuasan yang bersumber dari kompensasi.

4) Pekerjaan itu Sendiri (The work itself)

Pekerjaan itu sendiri merupakan faktor motivasi bagi pegawai untuk berforma tinggi. Pekerjaan atau tugas yang memberikan perasaan telah mencapai sesuatu, tugas itu cukup menarik, tugas yang memberikan tantangan bagi pegawai, merupakan faktor motivasi, karena keberadaannya sangat menentukan bagi motivasi untuk berforma tinggi.

5) Kemungkinan Pengembangan (The possibility of growth)

Karyawan hendaknya diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya misalnya melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan juga melanjutkan jenjang pendidikannya. Hal ini memberikan kesempatan kepada karyawan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan rencana karirnya yang akan mendorongnya lebih giat dalam bekerja.

6) Kemajuan (Advancement)

Peluang untuk maju merupakan pengembangan potensi diri seorang pagawai dalam melakukan pekerjaan, karena setiap pegawai menginginkan adanya promosi kejenjang yang lebih tinggi, mendapatkan peluang untuk meningkatkan pengalaman dalam bekerja. Peluang bagi pengembangan potensi diri akan menjadi motivasi yang kuat bagi pegawai untuk bekerja lebih baik.

(22)

Sedangkan yang berhubungan dengan faktor ketidakpuasan dalam bekerja menurut Herzberg dalam Luthans (2003), dihubungkan oleh faktor ekstrinsik antara lain :

1). Gaji

Tidak ada satu organisasipun yang dapat memberikan kekuatan baru kepada tenaga kerjanya atau meningkatkan produktivitas, jika tidak memiliki sistem kompensasi yang realistis dan gaji bila digunakan dengan benar akan memotivasi pegawai.

2). Keamanan dan Keselamatan Kerja

Kebutuhan akan keamanan dapat diperoleh melalui kelangsungan kerja. 3). Kondisi Kerja

Dengan kondisi kerja yang nyaman, aman dan tenang serta didukung oleh peralatan yang memadai, karyawan akan merasa betah dan produktif dalam bekerja sehari-hari.

4). Hubungan Kerja

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah didukung oleh suasana atau hubungan kerja yang harmonis antara sesama pegawai maupun atasan dan bawahan.

5). Prosedur Perusahaan

Keadilan dan kebijakasanaan dalam menghadapi pekerja, serta pemberian evaluasi dan informasi secara tepat kepada pekerja juga merupakan pengaruh terhadap motivasi pekerja.

(23)

6). Status

Merupakan posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang diberikan kepada kelompok atau anggota kelompok dari orang lain Status pekerja memengaruhi motivasinya dalam bekerja. Status pekerja yang diperoleh dari pekerjaannya antara lain ditunjukkan oleh klasifikasi jabatan, hak-hak istimewa yang diberikan serta peralatan dan lokasi kerja yang dapat menunjukkan statusnya.

Menurut Makmun (2003) bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi hasil (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan.

Implementasi pendapat Makmun (2003) dalam konteks pemberian ASI eksklusif sesuai dengan yang direkomendasikan WHO dan UNICEF tentang

langkah-langkah untuk memulai dan mencapai ASI Eksklusif: (a) menyusukan dalam satu jam

setelah kelahiran, (b) menyusukan secara ekslusif, (c) menyusukan kapanpun bayi meminta dan (d) tidak menggunakan botol susu maupun ompeng (Depkes RI, 2001).

2.6 Landasan Teori

Pemberian ASI eksklusif kepada bayi sangat tergantung kepada kesadaran dan motivasi ibu dalam memperhatikan kesehatan bayinya. Motivasi dalam pemberian

(24)

ASI eksklusif mengacu kepada teori dua faktor dari Hezberg dalam Hasibuan (2005), namun beberapa aspek disesuaikan dengan konsep yang terkait dengan pemberian ASI, yaitu

a. Motivasi intrinsik : (a) tanggungjawab ibu dalam pemberian ASI, (b) prestasi yang diraih jika memberikan ASI, (c) pengakuan orang lain jika memberikan

ASI, (d) pekerjaan (kodrat sebagai ibu) untuk memberikan ASI, (e) pengembangan dalam pemberian ASI, (f) kemajuan dalam pemberian ASI.

b. Motivasi ekstrinsik, meliputi: (a) kompensasi (keuntungan jika memberikan ASI), (b) keamanan pada diri ibu jika memberikan ASI, (c) kondisi ibu dalam memberikan ASI, (d) prosedur pemberian ASI, (e) hubungan keluarga dalam memberikan ASI (f) status sosial ibu yang memberikan ASI.

2.7 Kerangka Konsep

Sehubungan dengan permasalahan rendahnya pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Naman Teran yang ditemukan terkait dengan motivasi ibu, maka penyusunan kerangkan konsep sebagai acuan variabel penelitian difokuskan pada aspek motivasi yang terdiri dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah akan alur penelitian ini digambarkan dalam kerangka konsep seperti berikut ini :

(25)

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Motivasi terhadap Pemberian ASI Eksklusif

MOTIVASI INTRINSIK - Tanggungjawab ibu dalam pemberian AS - Prestasi yang diraih jika memberikan ASI - Pengakuan orang lain jika memberikan ASI

- Pekerjaan (kodrat sebagai ibu) untuk memberikan ASI - Pengembangan dalam pemberian ASI

- Kemajuan dalam pemberian ASI

MOTIVASI EKSTRINSIK

- Kompensasi (keuntungan jika memberikan ASI) - Keamanan ASI pada diri ibu

- Kondisi ibu dalam memberikan ASI - Prosedur pemberian AS

- Hubungan keluarga dalam memberikan ASI - Status sosial ibu yang memberikan ASI

Pemberian ASI Eksklusif

- Eksklusif - Tidak Eksklusif

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Motivasi terhadap Pemberian   ASI Eksklusif

Referensi

Dokumen terkait

dapat mengikutinya. Seorang program director harus menyadari kebutuhan masing-masing individu kru serta mampu menciptakan iklim agar setiap kru yang bertugas dapat

2 Tahun 2000 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran (APBN TA.) 2000, “Penerimaan Hibah” adalah semua penerimaan negara yang berasal dari sumbangan swasta

mana komunikan tidak dapat memberikan tanggapan secara langsung kepada komunikatornya yang biasa disebut dengan tanggapan yang tertunda (delay feedback).. • Media

Rotasi ini tidak benar- benar terjadi dalam metoda powder, namun keberadaan sejumlah besar partikel kristal memiliki semua kemungkinan orientasi setara dengan rotasi ini,

9.1.1 Lembaga sertifikasi halal harus dengan tepat menetapkan lingkup sertifikasi ter kait kategori produk/jasa halal (contoh produksi primer(bahan mentah atau

Cord rewind button Nút thu dây điện nguồn Tuas penggulung kabel Power control dial Vòng điều khiển mức điện Tombol pengatur daya Curved wand Thanh cắm cong Pipa

Universitas Kristen Petra Kemasan di atas digunakan dalam perancangan desain kemasan kantung tas yang dapat diisi kemasan primer ledre biasa maupun kemasan primer ledre

Fokus kajian dalam penelitian ini adalah analisis bentuk stilistika dalam novel Hujan karya Tere Liye dengan sub fokus kajiannya berupa bahasa figuratif (majas perbandingan dan