• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING Workshop Strategi Nasional Konservasi Genetik Jenis Shorea Penghasil Tengkawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING Workshop Strategi Nasional Konservasi Genetik Jenis Shorea Penghasil Tengkawang"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ISBN : 978-602-9096-11-8

Penanggung Jawab : Ir. Ahmad Saerozi Ir. Nina Juliaty, MP Tata Letak : Iin Syahfitri, S.Sos

Maria Anna Raheni, S.Sos

Dipublikasikan Oleh :

Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

Jl. A. Wahab Syahrani No. 68, Sempaja Samarinda – Kalimantan Timur

Telp. 0541- 206364 Fax. 0541 – 742298

Email. admin@diptero.or.id Website http://www.diptero.or.id

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruhnya dari buku ini dalam bentuk apapun, termasuk fotokopi, micro film

(3)

“Konservasi Genetik Jenis Shorea Penghasil Tengkawang”

Pontianak, 14 Mei 2014

Editor:

Dr. Rizki Maharani

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

(4)

i

Pontianak, 14 Mei 2014

Prosiding “Workshop Strategi Nasional Konservasi Genetik Jenis Shorea Penghasil Tengkawang” ini disusun sebagai salah satu inisiasi penyusunan strategi nasional terhadap perlindungan jenis Shorea penghasil Tengkawang. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan dalam ITTO Project PD 586/10 Rev. 1 (F) “Operational Strategies for the Conservation of Tengkawang Genetic Diversity and for Sustainable Livelihood of Indigenous People in Kalimantan” hasil kerjasama antara Balai Besar Penelitian Dipterokarpa (B2PD) dan International of Tropical Timber Organization (ITTO). Workshop ini diselenggarakan berdasarkan hasil-hasil penelitian Tengkawang terintegrasi yang telah dilakukan sepanjang kegiatan ITTO PD 586/10 Rev.1 (F) dan dukungan penelitian awal dalam kegiatan DIPA (B2PD). Semua hasil penelitian tersebut terangkum dalam sebuah formulasi yang diawali dengan assesment berbagai referensi hasil-hasil penelitian tentang tengkawang termasuk hasil-hasil pelatihan, sosialisasi dan diseminasi yang diadakan di berbagai tempat di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Assesment dengan menguraikan faktor-faktor biofisik, sosial ekonomi, konservasi dan pendukung yakni tentang kearifan lokal dan peraturan.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan workshop ini. Harapannya agar di masa datang, seluruh kegiatan yang terangkum dalam Workshop ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Kepala Balai Besar

Ir. Ahmad Saerozi NIP. 19591016 198802 1 001

(5)

ii

Pontianak, 14 Mei 2014

Kata Pengantar………. i

Daftar Isi ……… ii

Laporan Kepala Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ………. iv

Sambutan Gubernur Provinsi Kalimantan Barat ……… vi

Arahan dan Pembukaan Kepala Badan Litbang Kehutanan ……… ix

PELAKSANAAN WORKHOP I. Rumusan Formulasi Strategi Perlindungan Tengkawang Berdasarkan Prioritas Dan Beberapa Indikator Terkait ……….. 1

II. Materi Diskusi ……… 18

III. Diskusi ……….……….. 24

IV. Kesimpulan Diskusi Kelompok ……….……….. 30

MAKALAH PENUNJANG 1. Agroforestri Tengkawang Dalam Pembangunan Berkelanjutan Oleh : Sri Purwaningsih dan Abdurachman ……… 47

2. Asosiasi Jenis Pohon Tengkawang Di Hutan Penelitian Labanan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur Oleh : Amiril Saridan ……….………. 54

3. Pengaruh Dosis Dan Kolonisasi Hifa Pada Penambahan Inokulan Alami (Ektomikoriza) Terhadap Pertumbuhan Semai Shorea Pinanga Asal KHDTK Labanan Di Persemaian Oleh : Karmilasanti dan Nilam Sari ……….………. 61

4. Pengemasan Lemak Tengkawang dalam Bambu Oleh : Andrian Fernandez dan Rizki Maharani ……….………….. 69

5. Potensi Lemak Tengkawang sebagai Alternatif Pembuatan Permen Cokelat Oleh : Rina Wahyu Cahyani dan Andrian Fernandes ……….……… 73

6. Riap Diameter Tengkawang Rambai (Shorea Pinanga Scheff) di Hutan Alam Labanan Berau, Kalimantan Timur Oleh : Abdurachman ……….……….……… 78

7. Serangan Hama Buah dan Daun pada Jenis Shorea Penghasil Tengkawang Oleh : Ngatiman dan Andrian Fernandez ……….………….………. 83

8. Evaluasi Awal Uji Spesies-Provenan Jenis-Jenis Shorea Penghasil Tengkawang di KHDTK Labanan, Kalimantan Timur Oleh : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan ……….……… 88

(6)

iii

Pontianak, 14 Mei 2014

Oleh : M. Fajri dan Nilamsari……….……….……… 95

LAMPIRAN

JADWAL ACARA ……….……….……….. 103 DAFTAR HADIR PESERTA ……….……….……… 104

(7)

iv

Pontianak, 14 Mei 2014

Workshop Nasional tentang Strategi Nasional Genetik Tengkawang Pontianak, 14 Mei 2014

Bismilahirrohmanirrohim,

Yang saya hormati Bapak Menteri Kehutanan Republik Indonesia yang diwakili oleh Bapak Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bapak Gubernur Provinsi Kalimantan Barat, Perwakilan Lembaga Donor “International Tropical Timber Organization (ITTO)”, para pimpinan lembaga pemerintah, para pimpinan organisasi kemasyarakatan dan terkhusus kepada para penggiat, pemerhati, dan pelopor Pengembangan Tengkawang yang kami muliakan.

Assalamu’alaikum Wr.Wb. (Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita sekalian). Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan YME, karena hari ini atas perkenan-Nya kita dapat hadir dan berkumpul di tempat ini, dalam rangka menghadiri salah satu rangkaian kegiatan Pengembangan Tengkawang, yaitu “Workshop Nasional tentang Strategi Nasional Perlindungan Tengkawang”.

Workshop ini merupakan salah satu Rangkain Program Kerjasama antara Kementerian Kehutanan melalui Balai Besar Penelitian Dipterokarpa (B2PD) bekerjasama dengan lembaga internasional “International Tropical Timber Organization (ITTO)”. Program ini merupakan program pengembangan Tengkawang secara terpadu melalui judul kerjasama : “Operational Strategies for the Conservation of Tengkawang Genetic Diversity and for Sustainable Livelihood of Indigenous People in Kalimantan”, dengan durasi waktu tiga tahun (Juli 2011-Juni 2014).

Dalam pelaksanaannya seluruh ragkaian kegiatan pengembangan Tengkawang dilakukan di 5 pilot kabupaten di provinsi Kalimantan Barat (Bengkayang, Sekadau, Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu), 3 pilot kabupaten di provinsi Kalimantan Timur (Samarinda, Kutai Kartanegara dan Berau) dan 1 pilot kabupaten di provinsi Kalimantan Utara (Malinau). Pemilihan lokasi pilot project tersebut didasarkan pada pertimbangan potensi penyebaran alami Tengkawang dan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat lokal.

Meskipun tengkawang telah nyata berkontribusi dan layak untuk diprioritaskan, bahkan dilindungi dan terlarang untuk ditebang (PP No. 7/1999 dan Keputusan Menteri Kehutanan No.692/Kpts-II/1998), namun kelestarian keragaman genetik tengkawang masih terancam. Pengaruh pemanenan hutan dan biji tengkawang serta fragmentasi hutan mengarahkannya pada penurunan atau bahkan lenyapnya keragaman genetik di tingkat spesies dan populasi, merubah struktur interpopulasi, meningkatkan kemungkinan inbreeding dan penyimpangan genetik. Kondisi ini mengakibatkan rentannya kelestarian keragaman genetik.

(8)

v

Pontianak, 14 Mei 2014

perlindungan/ konservasi jenis tengkawang secara terintegrasi dan masif. Strategi dan tindakan yang tepat bagi upaya konservasi jenis tengkawang sangat penting untuk segera dikembangkan. Oleh karena itu dipandang perlu untuk menyusun suatu formulasi khusus dalam rangka mendukung upaya strategi nasional yang jelas dan aplikatif bagi kepentingan konservasi genetik jenis tengkawang.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tujuan dari kegiatan workshop ini adalah : 1. Membangun pemahaman melalui berbagi (sharing) gagasan dan informasi antar

pihak terkait tentang keberadaan tengkawang sebagai tambahan referensi penyusunan formula strategi perlindungan tengkawang dalam rangka mendukung action plan strategi nasional konservasi genetik tengkawang

2. Membangun kesepakatan bersama dalam menciptakan formulasi strategi nasional perlindungan jenis tengkawang sebagai panduan dan dasar untuk setiap tindakan terintegrasi yang merupakan bagian dari usaha konservasi jenis tengkawang di Indonesia

3. Memperkenalkan beberapa output terkait konservasi jenis tengkawang yang merupakan inisiasi dari action plan pendukung

Workshop ini akan dilaksanakan hari ini selama 1 hari penuh dengan jumlah peserta sebanyak 70 orang yang meliputi kalangan stakeholder, civitas akademika, LSM Lokal serta para penggiat, pemerhati, dan pelopor Pengembangan Tengkawang.

Sedangkan untuk narasumber akan disampaikan dari Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat; Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta, Balitbanghut, Kemenhut, dengan LSM Lokal (PRCF) sebagai Fasilitator.

Demikian yang dapat kami sampaikan, besar harapan kami agar acara ini dapat berjalan lancar dan mampu memberikan kontribusi nyata pada upaya pengembangan dan perlindungan Tengkawang di masa yang akan datang. Terima Kasih.

Wabillahi Taufiq Wal Hidayah, Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Salam Sejahtera dan Salam Tengkawang.

Kepala Balai Besar

Ir. Ahmad Saerozi NIP. 19591016 198802 1 001

(9)

vi

Pontianak, 14 Mei 2014

Pontianak, 14 Mei 2014

Selamat Pagi, Salam Damai dan Sejahtera untuk kita semua.

Yang saya hormati Bapak Menteri Kehutanan Republik Indonesia yang diwakili oleh Bapak Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bapak Kepala Balai Besar Peneltian Dipterokarpa, Perwakilan Lembaga Donor “International Tropical Timber Organization (ITTO)”, para pimpinan lembaga pemerintah, para pimpinan organisasi kemasyarakatan dan terkhusus kepada para penggiat, pemerhati, dan pelopor Pengembangan Tengkawang yang saya cintai dan yang saya banggakan. (Alhamdullillah) Puji syukur atas berkat dan rahmat Tuhan YME (Allah SWT), hari ini kita hadir di tempat ini, dalam rangka menghadiri salah satu rangkaian kegiatan Pengembangan Tengkawang, yaitu “Workshop Nasional tentang Strategi Nasional Perlindungan Tengkawang”. Melalui kegiatan ini, diharapkan agar Tengkawang yang merupakan “Primadona” dan”Maskot” Kalimantan Barat dapat kembali “Bersinar” , sekaligus untuk membulatkan tekad dan langkah-langkah nyata kita dalam mendukung program perlindungan/konservasi jenis Tengkawang yang hampir punah dan terlupakan ini .

Oleh karena itu, pada kesempatan pertama, saya ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan terhadap Kementerian Kehutanan, dimana melalui Program Kegiatan Kerjasama Penelitian dan Pengembangan Tengkawang antara Balai Besar Penelitian Dipterokarpa dan International Tropical Timber Organization (ITTO) ini, merupakan suatu prakarsa dan inisiasi untuk menggerakkan kita semua agar Tengkawang yang kita cintai benar-benar bisa memiliki potensi atau nilai tambah yang layak untuk diprioritaskan . Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, termasuk lembaga pemerintah terkait yang juga telah berupaya sekuat tenaga dalam mendukung program ini, dan tentunya tak lepas dukungan dari organisasi kemasyarakatan serta para penggiat, pemerhati dan pelopor Pengembangan Tengkawang yang selama ini tak kenal lelah dalam perjuangannya menjadikan Tengkawang untuk tetap eksis di tengah kuatnya terpaan konversi maupun eksploitasi yang mengancam keberadaannya.

Para Hadirin yang saya hormati,

Jika kita berbicara tentang Tengkawang, maka Tengkawang sangat identik dengan lambang kebanggaan (Maskot) masyarakat setempat (warga Dayak) di Kalimantan Barat. Selain jenisnya beragam, potensi keberadaannya juga sangat besar dan tersebar hampir di seluruh daerah di Kalimantan Barat. Tengkawang (terutama buah Tengkawang) sudah sejak lama mampu mendatangkan nilai tambah yang cukup penting dalam kehidupan perekonomian masyarakat setempat. Secara tradisional,

(10)

vii

Pontianak, 14 Mei 2014

penyedap masakan dan untuk ramuan obat-obatan. Dalam perkembangannya, di dunia industri, Tengkawang diekspor ke manca negara karena minyak tengkawang sangat berpotensi digunakan sebagai bahan pengganti lemak coklat, bahan farmasi dan kosmetika. Pada masa lalu tengkawang juga dipakai dalam pembuatan lilin, sabun, margarin, pelumas dan sebagainya. Untuk itulah mengapa Tengkawang sempat menjadi “Primadona”/kebanggaan warga kami, selain nilai ekonominya yang tinggi dan merupakan cash income bagi masyarakat setempat, keseluruhan pohonnya dapat dimanfaatkan dan mengandung nilai-nilai penting diantaranya nilai sosial, budaya dan ekologi yang sangat tinggi, bahkan mengandung nilai sakral khusus bagi masyarakat setempat.

Saudara-saudara sekalian,

Di Kalimantan Barat masih banyak ditemukan pohon Tengkawang yang dipelihara dalam suatu kawasan hutan masyarakat yang dikenal dengan Tembawang (sebutan masyarakat setempat/Dayak). Pada daerah ini pohon Tengkawang dipelihara dengan baik untuk diambli buahnya. Setiap kali musim pohon Tengkawang berbuah, hutan tersebut ramai dikunjungi oleh masyarakat pemilik Tembawang tersebut. Umumnya Tengkawang hidup berdampingan dengan tanaman buah-buahan maupun tanaman perkebunan yang sengaja ditanam oleh masyarakat pemilik tembawang. Tembawang ini telah ada ratusan tahun yang lalu dan diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang mereka. Jadi dapat dikatakan bahwa Tengkawang melalui Tembawang telah diupayakan pelestariaannya. Upaya pelestarian hutan masyarakat (Tembawang) ini, secara tradisional merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat sekitar hutan. Tanpa adanya kearifan lokal tersebut, kemungkinan besar pohon Tengkawang sulit dijumpai lagi. Hal ini mengingat maraknya konversi hutan menjadi areal perkebunan dalam skala besar di Kalimantan.

Saudara sekalian yang berbahagia,

Adanya dilema antara upaya pelestarian dan godaan kuat untuk mengkonversi lahan Tengkawang, menuntut kita memikirkan langkah-langkah konkrit dalam hal melindungi pohon Tengkawang dari terancam punah, serta mendorong peningkatan nilai tambah Tengkawang sebagai salah satu sumber penghidupan masyarakat. Untuk itu, maka dipandang perlu untuk membangun pemahaman melalui berbagi (sharing) gagasan dan informasi antar pihak terkait tentang keberadaan tengkawang sebagai tambahan referensi penyusunan formulasi langkah-langkah konkrit dalam wujud “action plan” strategi nasional perlindungan jenis tengkawang; membangun kesepakatan bersama dalam menciptakan formulasi strategi nasional perlindungan jenis tengkawang sebagai panduan dan dasar untuk setiap tindakan terintegrasi yang merupakan bagian dari usaha konservasi jenis tengkawang di Indonesia.

Saudara-saudara, itulah sebagian besar poin yang ingin saya sampaikan karena yang hadir di tempat ini sesungguhnya adalah pahlawan-pahlawan Tengkawang. Oleh

(11)

viii

Pontianak, 14 Mei 2014

kita tingkatkan upaya kita, kerja keras kita, bangun koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi sebaik-baiknya. Saya mengajak organisasi internasional, lembaga pemerintahan terkait dan para pejuang Tengkawang untuk bekerja sama dan saling mendukung agar tugas mulia tetapi penuh tantangan ini dapat kita laksanakan dengan baik.

Demikian kata sambutan yang dapat kami sampaikan, semoga segala tujuan dan harapan kita diberi kelancaran dan dikabulkan oleh Tuhan YME (Allah SWT). Aamiin (Ya Robbal 'Alamiin). Pada kesempatan ini saya Gubernur Provinsi Kalimantan Barat menyatakan “Workshop Nasional tentang Strategi Nasional Perlindungan Tengkawang” dibuka dengan resmi.

Terima kasih……

Selamat Pagi dan Salam Tengkawang.

Gubernur

Provinsi Kalimantan Barat ttd

(12)

ix

Pontianak, 14 Mei 2014

ARAHAN DAN PEMBUKAAN

KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN Workshop Nasional tentang Strategi Nasional Genetik Tengkawang

Pontianak, 14 Mei 2014

Selamat Pagi

Salam damai dan sejahtera bagi kita semua

Yang saya hormati Bapak Gubernur Prov. Kalimantan Barat (mewakili) beserta jajarannya

Saudara Kepala Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

Para Pimpinan Lembaga Pemerintah Daerah Propivinsi dan Kabupaten/Kota se-Kalimantan Barat

Para Dosen, Mahasiswa dan segenap Civitas Akademika

Para pimpinan organisasi kemasyarakatan dan terkhusus kepada para penggiat, pemerhati, dan pelopor Pengembangan tengkawang, serta

Para peserta workshop dan Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan ridho-Nya, pada hari ini kita dapat berkumpul bersama dalam keadaan sehat dan penuh semangat untuk mengikuti acara “Workshop Nasional tentang Strategi Nasional Perlindungan Tengkawang”.

Terlebih dahulu saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi terhadap dukungan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan semua pihak terkait terhadap keseluruhan rangkaian program pengembangan tengkawang yang merupakan program kerjasama penelitian pengembangan terpadu antara Kementerian Kehutanan dengan International Tropical Timber Organization (ITTO) melalui judul program kerjasama: “Operational Strategies for the Conservation of Tengkawang Genetic Diversity and for Sustainable Livelihood of Indigenous People in Kalimantan”.

Saya menyambut baik penyelenggaraan workshop ini sebagai salah satu wujud nyata dari upaya bersama, antara pemerintah, civitas akademika, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha serta masyarakat, untuk terus mencari upaya dan peluang guna memanfaatkan secara optimal HHBK jenis tengkawang di samping tingginya pemanfaatan tegakan/kayu tengkawang. Keterlibatan dan komitmen semua pihak inilah yang diperlukan untuk membangun perlindungan/konservasi jenis tengkawang secara terintegrasi dan masif. Dimana pada masa mendatang dapat

(13)

x

Pontianak, 14 Mei 2014

jenis tengkawang.

Saya juga memberikan penghargaan yang sangat tinggi atas inisiatif dari Balai Besar Penelitian Dipterokarpa (B2PD), yang ditunjuk sebagai executing agency, yang mempelopori kegiatan Pengembangan dan Perlindungan tengkawang, baik melalui program rutin (DIPA) maupun dukungan dari lembaga donor Internasional, ITTO. Hasil-hasil yang dicapai workshop ini sangat ditunggu oleh masyarakat, khususnya di Kalimantan Barat yang merupakan host dari program ini. Saya sungguh berharap dalam kesempatan yang baik ini agar B2PD sebagai sebuah center of excellence, mampu bertindak lebih kreatif, lebih inovatif menawarkan gagasan-gagasan segar dalam menciptakan teknologi tepat guna yang baru. Semua itu sangat besar artinya bagi kembalinya tengkawang sebagai salah satu primadona dan sekaligus mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk kembali “memperjuangkan” tengkawang sebagai salah satu penopang perekonomian mereka.

Hadirin yang saya hormati,

HHBK memang bagian yang sangat penting dari sumber daya kekayaan alam yang berpotensi tinggi. Fokus kehutanan yang di masa lalu memang ada pada kayu, yang berkontribusi signifikan untuk pemasukan negara dan penyedia lapangan kerja. Sejalan dengan potensi dan produksi, potensi kayu pun berkurang, dan perhatian mulai dialihkan pada HHBK. HHBK sekarang dianggap setara, bahkan merupakan produk masa depan kehutanan. Sebuah studi mengklaim, bahwa dari seluruh potensi hutan, kontribusi kayu hanya kurang dari 5%. Oleh karena itu Menhut membuat pokja, untuk mengembangkan HHBK di sentra-sentra HHBK. Karena setelah diidentifikasi dan telah diputuskan dalam Kepmen, ada lebih dari 400 jenis HHBK. Dipilihlah HHBK prioritas yang terbatas, yang dianggap sangat potensial. HHBK juga penting karena ke depannya, produk kehutanan yang penting adalah produk-produk yang disebut sebagai biomaterial, seperti obat-obatan, herbal, kosmetik, dll. Karena kayu sebenarnya adalah produk yang mudah disubstitusi, mudah diganti oleh produk lain walau suatu saat kayu langka. Contoh subsitusi adalah adanya baja ringan, furnitur dari bahan sintesis dll. Biomaterial akan makin tinggi prospek ke depannya, karena kesadaran kita yang mulai muncul bahwa produk keseharian kita lebih diharapakan berasal dari produk-produk alami daripada yang berbahan sintetis. Misalnya kulit manggis sebagai penghalus kulit dan obat-obatan. tengkawang adalah salah satu yang sangat berpotensial untuk biomaterial. HHBK juga penting karena sangat berkaitan erat dengann pendapatan masyarakat. Kayu umumnya diusahakan oleh perusahaan besar, sementara HHBK biasanya diusahakan oleh masyarakat atau perusahaan kecil. HHBK juga penting dengan adanya rencana trend ke depan yaitu ekonomi hijau yang menjadi sasaran dunia. Ekonomi hijau berarti baik bahan baku, proses, produk, da pengolahan limbahnya, semua ramah lingkungan. HHBK penting untuk penyedia energi ramah lingkungan.

(14)

xi

Pontianak, 14 Mei 2014

tertinggi diikuti oleh Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Namun hanya Kalimantan Barat yang dari dulu sampai sekarang masih memiliki pasar tengkawang sekaligus pabrik pengolahannya. Selain secara tradisional, beberapa komoditas dihasilkan oleh masyarakat setempat. Dalam dunia industri, minyak tengkawang (green butter) biasa diekspor ke mancanegara dan digunakan sebagai pengganti lemak coklat, bahan farmasi dan bahan kosmetik. . Ironisnya harga buah tengkawang hanya Rp 1000 sam Rp 2000 per kilo, hal ini lah yang menyebabkan daya tarik bisnis tengkawang menjadi berkurang. Seiring dengan berjalannya waktu, pengusahaan tengkawang dianggap kurang menjanjikan dan kalah bersaing dengan kompetitor baru lainnya, yaitu karet dan sawit. Namun bila mengingat potensinya, harusnya tak terjadi hal demikian. Persoalan mungkin terletak pada mekanisme tata niaga tengkawang yang mengakibatkan harga tengkawang di tingkat petani menjadi rendah. Jika dibenahi, tengkawang pasti tak kalah dengann karet dan sawit. Tidak salah jika akhirnya para petani memilih sawit dan karet dibanding tengkawang. Pemerintah harus mencari penyebabnya. Hal demikian bukan hanya terjadi pada HHBK tengkawang, HHBK lain juga demikian. Contohnya getah jernang yang memiliki harga puluhan juta di Singapura tapi rendah di tingkat petani. Demikian juga dengan gemor atau menyan.

Tak dapat dipungkiri jika tengkawang memberikan kontribusi signifikan bagi masyarakat lokal, baik berupa pemanfaatan HHBK maupun kayunya. Target utama dari program pengembangan dan perlindungan ini adalah masyarakat. Oleh karena itu perlu pemikiran dan perumusan yang mendalam agar masyarakat dapat turut serta memberikan/membangun informasi sekaligus penerima manfaat (dari, oleh dan untuk masyarakat). Masyarakat demikian akan memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengakses dan memanfaatkan informasi serta menjadikan informasi sebagai nilai tambah dalam peningkatan kualitas kehidupan. Kita menyakini bahwa penciptaan teknologi tepat guna yang inovatif adalah salah satu kunci pengembangan tengkawang saat ini, sebagai upaya pemulihan ekonominya. Kontribusi perekonomian ini tentunya tidak lepas dari upaya perlindungan terhadap tegakan pohon jenis tengkawang itu sendiri, agar pemanfaatan HHBK dimaksud dapat terus lestari dan berkesinambungan.

Workshop ini harus disambut baik dan hendaknya menjadi awal langkah nyata yang mempertemukan stakeholder tengkawang untuk menemukan cara dan upaya bagaimana meningkatkan profile potensi tengkawang dalam bentuk strategi nasional konservasi tengkawang dan perannya dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Jangan sampai menyesal jika suatu saat tengkawang punah padahal akhirnya diketahui bahwa tengkawang sangat dibutuhkan. Gemor misalnya, sudah langka, dan bahkan dicari oleh Jepang, yang berarti gemor mempunyai suatu potensi tertentu yang belum diketahui oleh kita.

(15)

xii

Pontianak, 14 Mei 2014

tak harus tergantung pada proyek ITTO saja. Diakui bahwa dana penelitian hanyalah kurang dari 10% dari anggaran dan HHBK masih mendapat perhatian yang kurang. Diharapkan ke depannya semua itu akan berubah ke arah yang lebih proporsional. Langkah awalnya adalah, agar pemerintah daerah dapat memberi suntikan teknologi yang dapat mensinergikan antara energi dan industri.

Untuk itu pada kesempatan ini, diharapkan para pihak yang terlibat dalam proses diskusi (masyarakat, pemerintah, NGO, entrepreneur dan masyarakat lokal) dapat mengetahui dan perlindungan tengkawang dalam rangka mendukung action plan strategi nasional konservasi genetik tengkawang.

Demikian prakata dari saya, semoga bermanfaat. Selamat pagi dan salam sejahtera.

membuka pemikiran serta ide tentang upaya perumusan formula strategi

Kepala Badan Litbang Kehutanan Kementerian Kehutanan

ttd

Putera Parthama, Ph.D NIP. 19580502 198603 1 001

(16)

Makalah Utama

Prosiding Workshop

Strategi Nasional

Konservasi Genetik Jenis

Shorea

Penghasil Tengkawang

Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

2014

(17)

1

Pontianak, 14 Mei 2014

BERDASARKAN PRIORITAS DAN BEBERAPA INDIKATOR TERKAIT

NO

INDIKATOR

PRIORITAS PADA

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

MEMBANGUN KOMITMEN

Penegakan aturan terkait pelestarian sumberdaya hayati pada umumnya dan tengkawang pada khususnya

(1) Menegakkan Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, yang di dalamnya termasuk menyebutkan 13 species tengkawang yang dilindungi.

Utama Pemerintah Pusat sebagai pembuat kebijakan Utama sebagai pengguna dan pelaksana

Fleksibel Utama sebagai fasilitator dan penilai

(2) Menegakkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No 692/Kpts-II/1998, bahwa tengkawang termasuk species yang dilindungi dan tidak boleh ditebang, sekalipun penebangan tersebut dilakukan untuk kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan jalan, proyek transmigrasi, kegiatan usaha budidaya perkebunan dan pertanian. Utama Pemerintah Pusat sebagai pembuat kebijakan Utama sebagai pengguna dan pelaksana

Fleksibel Utama sebagai fasilitator dan penilai

(18)

2

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

(3) Menegakkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 357/Kpts-II/1998 tentang

pengelolaan dan pemanfaatan kawasan pelestarian plasma nutfah di hutan produksi. Dengan demikian keberadaan populasi tengkawang dalam hutan alam perlu dimasukkan ke dalam kawasan pelestarian plasma nutfah. Utama Pemerintah Pusat sebagai pembuat kebijakan Utama sebagai pengguna dan pelaksana

Fleksibel Utama sebagai fasilitator dan penilai

(4) Pengawasan disertai pengecekan melalui studi tentang pengaruh pemanenan di hutan alam produksi terhadap kerusakan habitat alami tengkawang, serta dampaknya terhadap regenerasi, pertumbuhan serta keragaman genetiknya.

Utama sebagai fasilitator

Utama sebagai pengguna

fleksibel Utama sebagai pelaksana

Pembaharuan aturan yang lebih berpihak pada rakyat dengan tetap berdasarkan prinsip kelestarian sumberdaya hayati

(5) Penerbitan aturan mengenai perlindungan jenis tengkawang yang seharusnya

menyebut semua species Shorea spp. yang menghasilkan tengkawang. Utama Pemerintah Pusat sebagai pembuat kebijakan Utama sebagai pengguna dan pelaksana

Fleksibel Utama sebagai fasilitator dan penilai

(6) Penerbitan aturan teknis pada tingkat Kementerian Kehutanan mengenai

Utama Pemerintah Pusat sebagai

Utama sebagai pengguna dan

Fleksibel Utama sebagai fasilitator dan

(19)

3

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

pembangunan areal konservasi sumberdaya genetik di areal hutan alam.

pembuat kebijakan pelaksana penilai

(7) Penerbitan aturan mengenai pembangunan hutan tanaman produksi tengkawang yang dikelola secara lestari.

Utama Pemerintah Pusat sebagai pembuat kebijakan Utama sebagai pengguna dan pelaksana

Fleksibel Utama sebagai fasilitator dan penilai

(8) Penerbitan aturan mengenai pemanenan tengkawang dari hutan tanaman produksi.

Utama Pemerintah Pusat sebagai pembuat kebijakan Utama sebagai pengguna dan pelaksana

Fleksibel Utama sebagai fasilitator dan penilai

(9) Penerbitan aturan mengenai peredaran hasil hutan kayu dan non kayu tengkawang yang berasal dari hutan tanaman produksi yang dikelola secara lestari.

Utama Pemerintah Pusat sebagai pembuat kebijakan Utama sebagai pengguna dan pelaksana

Fleksibel Utama sebagai fasilitator dan penilai

(10) Peninjauan kembali peraturan pemerintah terkait dengan konservasi genetik,

pemasaran dan eksport biji tengkawang

Utama sebagai penyusun kebijakan dan fasilitator Utama sebagai pengguna dan pelaksana

Fleksibel Utama sebagai fasilitator dan penilai

(11) Pembuatan regulasi dalam bentuk PERDA tentang konservasi tengkawang dari budidaya, pemasaran, dan konservasi di tingkat propinsi dan dapat diturunkan di tingkat kabupaten. Utama sebagai penyusun kebijakan dan fasilitator Utama sebagai pengguna dan pelaksana Utama sebagai pengguna dan pelaksana Utama sebagai fasilitator dan penilai

(20)

4

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

(12) Penerbitan aturan mengenai perlindungan status plot konservasi eks-situ dan in-situ yang telah dibangun/ditetapkan sebagai sumber penghasil tengkawang (khususnya hutan alam) dari alih fungsi lahan

Utama sebagai pembuat kebijakan dan pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(13) Penerbitan dan penegakan aturan hukum yang pasti terhadap para pelaku penebang tengkawang di areal hutan/yang dilindungi, mulai dari pekerja lapangannya hingga pembeli dari produk kayu.

Utama sebagai pembuatan kebijakan dan pelaksana Utama sebagai penerima

Fleksibel Utama sebagai pelaksana

(14) Menginisiasi dan mengembangkan pasar international dalam bentuk rantai pasar (market-chain) ke pasar-pasar Eropa dengan isu produk ramah lingkungan Utama Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator utama sebagai pengguna dan pelaksana

Fleksibel utama sebagai

fasilitator dan penilai (Perg. Tinggi dan Masyarakat Sipil, termasuk Badan Internasional)

(15) Pelaksanaan standarisasi produk dan standarisasi harga untuk menjamin kualitas dan pasar.

Utama sebagai Pembuat Kebijakan Utama sebagai pelaksana kebijakan utama sebagai pelaksana kebijakan utama sebagai pendamping

(16) Pembuatan Surat Edaran (SE) mengatur perdagangan dan pelaporan biji tengkawang agar dapat terdata secara baik dengan harga yang layak di tingkat petani.

Utama Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi utama sebagai pengguna dan pelaksana

Fleksibel utama sebagai fasilitator dan penilai

(21)

5

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator

Menghilangkan tekanan / gangguan antropogenik terhadap sebaran alam tengkawang

(17) Memberikan data aktual kepada lembaga IUCN untuk merevisi status kelangkaan semua species tengkawang (revisi IUCN

redlist). Utama sebagai pembuat kebijakan Utama sebagai penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai fasilitator dan pelaksana

(18) Inventarisasi potensi tengkawang di hutan alam dan tanaman untuk menetapkan base

line sumberdaya genetik.

Utama sebagai pembuat kebijakan Utama sebagai pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai fasilitator dan pelaksana (19) Penunjukan/penetapan areal konservasi

sumberdaya genetik in situ yang representatif. Utama sebagai pembuat kebijakan Utama sebagai pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai fasilitator dan pelaksana (20) Pengelolaan areal konservasi sumberdaya

genetik in situ dengan memperhatikan komponen ekosistem alami.

Utama sebagai pembuat kebijakan Utama sebagai pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai fasilitator dan pelaksana (21) Pembangunan areal konservasi sumberdaya

genetik ex situ yang representatif.

Utama sebagai pembuat kebijakan Utama sebagai pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai fasilitator dan

(22)

6

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

pelaksana (22) Pembentukan Desa/kabupaten konservasi

genetik tengkawang Utama sebagai fasilitator Utama sebagai pelaksana Utama sebagai pelaksana Utama sebagai fasilitator dan pelaksana (23) Peremajaan kembali pohon-pohon

tengkawang, agar ada regenerasi pertumbuhan tengkawang Utama (Dinas Kehutanan) sebagai pembuat kebijakan dan pelaksana Utama sebagai Pelaksana Utama sebagai Pelaksana Utama sebagai Pelaksana (Masyarakat Adat)

(24) Perusahaan yang beroperasi di sekitar desa, agar memiliki kewajiban memelihara dan membudidayakan tengkawang pada areal yang telah dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.

Utama

sebagai Pembuat kebijakan

Utama

sebagai Penerima dan Pelaksana kebijakan

Utama

sebagai Penerima

Utama

sebagai pelaksana

(25) Pengembangan pola agroforestri atau tumpang sari, dengan tanaman utama tengkawang yang dikombinasi dengan tanaman karet atau sawit, bahkan dengan tanaman padi dan palawija.

Utama Sebagai Pelaksana Utama Sebagai Penerima Utama Sebagai Penerima Utama Sebagai Pelaksana

Mendorong domestikasi tengkawang untuk kelestarian sumberdaya hayati dan produksi

(26) Perumusan strategi pemuliaan tengkawang untuk tujuan produksi kayu, buah dan

Utama sebagai pembuat kebijakan Utama sebagai pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai fasilitator dan

(23)

7

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

kandungan lemak nabati. pelaksana

(27) Penetapan populasi dasar tengkawang dengan basis genetik yang luas.

Utama sebagai fasilitator Utama sebagai penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana (28) Pembangunan populasi pemuliaan dan

populasi propagasi / sumber benih termuliakan. Utama sebagai fasilitator Utama sebagai pelaksana dan penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(29) Pengembangan hutan tanaman produksi tengkawang. Utama sebagai fasilitator Utama sebagai pelaksana dan penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(30) Memberdayakan masyarakat melalui pembangunan hutan tanaman rakyat tengkawang. Utama sebagai pembuat kebijakan Utama sebagai pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai fasilitator

(31) Pendampingan dari lembaga masyarakat, pemerintah dan BUMN lembaga untuk kegiatan usaha pengusahaan tengkawang di tingkat petani: pemanenan, pengolahan, dan pemasaran agar terbentuk kemandiri masyarakat dalam mengelola produk biji tengkawang. Pendampingan tersebut dalam bentuk:

(1) Penyuluhan-pelatihan biji tengkawang

Utama dan memfasilitasi Rutin dan kontinyu sebagai penunjang Utama dan memfasilitasi dan sebagi pendukung (1) Kerjasama Utama dan memfasilitasi - berpartisipasi aktif sebagai penerima manfaat - (1) Rutin dan kontinyu Mediasi : (1) Masy. sipil

(24)

8

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

sebagai bahan baku multi produk (2) Analisa usaha ekonomi tengkawang (3) Penyuluhan sosiologi budaya dalam

konservasi tengkawang - Dinas Kehutanan - Koperasi - Dinas terkait lainnya (2) Kerjasama (3) kerjasama - (2) – sda -- - (3) -- sda --- (2) Perg Tinggi, kerjasama (3) Masy. Adat dan

masy. sipil

(32) Perlu adanya teknologi efisien dan efektif untuk diversifikasi produk buah

tengkawang, sehingga mempunyai nilai jual dan daya saing yang lebih baik di pasaran dan terhindar dari permainan harga oleh tengkulak. Fasilitator Utama sebagai Pelaksana Utama sebagai Pelaksana Utama sebagai Pelaksana (Masyarakat Adat)

(33) Peningkatan kapasitas masyarakat dengan mengadakan penyuluhan teknologi Tepat Guna (TTG) pengolahan buah tengkawang dan memfasilitasi pelatihan pengolahan buah tengkawang diantaranya

pengembangan produk turunan dan peningkatan mutu produk berbasis tengkawang Utama sebagai Fasilitator Utama sebagai Penerima Utama sebagai Penerima Utama sebagai Pelaksana (Masyarakat Sipil)

(34) Perusahaan yang beroperasi di sekitar desa, membantu pengolahan produksi dan tata-niaganya (program Bapak Asuh). Mengingat panen tengkawang yang tidak rutin. Skala

Fasilitator Utama sebagai Pelaksana Utama sebagai Pelaksana Utama sebagai Pelaksana (Masyarakat Adat)

(25)

9

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

dan lokasi pabrik lebih cocok yang bersifat menengah (di kecamatan) dan kecil (di desa).

Membangun kesepahaman tentang konservasi genetik

(35) Pemahaman peran keragaman genetik untuk konservasi genetik tengkawang perlu

ditingkatkan Utama sebagai fasilitator dan pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(36) Pemahaman tentang konservasi genetik dari para pihak perlu disamakan

Utama sebagai fasilitator dan pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana Meningkatkan kerjasama para pihak

(37) Meningkatkan dan memperluas

keterlibatkan para pihak dalam berbagai bentuk jejaring, pertemuan, riset, pelatihan, lokakarya, dan lain-lain

Utama sebagai fasilitator dan pengguna

Utama sebagai mitra dan pengguna

Utama sebagai mitra dan pengguna

Utama sebagai fasilitator dan pengguna

(38) Memperkuat kemitraan dalam konservasi genetik dan pengembangan tengkawang antara pemerintah, lembaga

pendidikan/penelitian, perusahaan, lembaga masyarakat dan masyarakat berdasarkan kapasitas masing-masing dan mengacu pada komitmen

Utama sebagai fasilitator dan pengguna

Utama sebagai mitra dan pengguna

Utama sebagai mitra dan pengguna

Utama sebagai fasilitator dan pengguna

(26)

10

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

(39) Meningkatkan kerjasama kegiatan konservasi tengkawang dari para pihak

Utama sebagai fasilitator dan pelaksana Utama sebagai pelaksana Utama sebagai pelaksana Utama sebagai fasilitator dan pelaksana Pembentukan Lembaga untuk konservasi genetik tengkawang

(40) Pembentukan lembaga konservasi tingkat propinsi/ kabupaten dan masyarakat untuk kegiatan konservasi tengkawang, termasuk mengelola plot/areal konservasi genetik tengkawang Utama sebagai fasilitator Utama sebagai pengguna Utama sebagai pengguna Utama sebagai fasilitator dan pengguna

(41) Pembentukan forum komunikasi yang mewadahi semua stakeholder pada tingkat pusat dan daerah untuk mendukung kegiatan konservasi tengkawang Utama sebagai fasilitator Utama sebagai pelaksana Utama sebagai pelaksana Utama sebagai fasilitator dan pelaksana

(42) Pembentukan/pengadaan lembaga ekonomi seperti kelompok usaha bersama atau Koperasi Unit Desa (KUD) dan CU, termasuk pemantapan koperasi/kelompok usaha, CU yang sudah ada, terutama di sentra-sentra pemasaran biji tengkawang di tingkat petani penghasil.

Fasilitator Utama sebagai Pelaksana Utama sebagai Pelaksana Utama sebagai Pelaksana (Masyarakat Adat dan Masyarakat Sipil)

(27)

11

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

(43) Pembentukan sekretariat bersama komoditas biji tengkawang dan hasil hutan non kayu lainnya di tingkat kabupaten, untuk: - mengkoordinasikan aktivitas produksi-

pemasaran-termasuk pendataan hasil. - memantapkan informasi tentang hasil

hutan secara komprehensive akan lebih terdata dengan baik.

Utama (Pemda setempat) sebagai fasilitator dan pengguna

utama sebagai mitra dan pengguna utama sebagai pengguna utama sebagai fasilitator dan pengguna PEMUTAKHIRAN DATA

Inventarisasi sebaran populasi dan potensi tengkawang

(44) Perbaikan/pemantapan data (Updating-data) tengkawang baik potensi pohon/tegakannya maupun hasil biji tengkawang, volume produk olahan (salai) sampai ke pemasaran dalam negeri dan ekspor

Utama sebagai fasilitator Fleksibel sebagai pelaksana/pemberi informasi Fleksibel sebagai pelaksana/pemberi informasi Utama sebagai fasilitator pelaksana

(45) Inventarisasi plot konservasi in-situ dan eks-situ tengkawang yang telah dibangun , dan populasi tengkawang yang mempunyai potensi cukup tinggi sebagai calon lokasi plot konservasi in-situ

Utama sebagai fasilitator dan penerima Fleksibel sebagai pelaksana/pemberi informasi Fleksibel sebagai pelaksana/pemberi informasi Utama sebagai fasilitator dan pelaksana

(28)

12

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

Inventarisasi data keragaman genetik tengkawang

(46) Inventarisasi informasi keragaman genetik tengkawang yang telah dilakukan

Utama sebagai fasilitator Fleksibel sebagai pemberi informasi Fleksibel sebagai pemberi informasi Utama sebagai pelaksana

(47) Koleksi materi genetik yang mewakili sebaran dan potensi sebaran tengkawang

Utama sebagai fasilitator Fleksibel sebagai pelaksana Fleksibel sebagai pelaksana Utama sebagai pelaksana

(48) Analisis keragaman genetik populasi tengkawang dilakukan menggunakan penanda molekuler

Utama sebagai fasilitator

Fleksibel Fleksibel Utama sebagai

pelaksana

(49) Potensi variasi genetik dan sebarannya dievaluasi untuk pemetaan sebaran keragaman genetik tengkawang

Utama sebagai fasilitator

Fleksibel Fleksibel Utama sebagai

pelaksana

SOSIALISASI DAN DISEMINASI

Sosialisasi dan diseminasi kebijakan dan berbagai hasil penelitian untuk mendukung kelestarian sumberdaya hayati dan produksi

(50) Pemberian pemahaman mengenai seluk-beluk jenis tengkawang.

Utama sebagai fasilitator Utama sebagai pelaksana dan penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(29)

13

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

(51) Pemberian pemahaman kesesuaian habitat untuk berbagai jenis tengkawang.

Utama sebagai fasilitator Utama sebagai pelaksana dan penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(52) Pemberian pemahaman bahwa pemanfaatan tengkawang hanya boleh dilakukan pada tegakan hutan tanaman produksi yang dikelola berdasarkan prinsip kelestarian hutan. Utama sebagai fasilitator Utama sebagai pelaksana dan penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(53) Pelatihan teknik silvikultur intensif tengkawang. Utama sebagai fasilitator Utama sebagai pelaksana dan penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(54) Pelatihan teknik pemanenan buah tengkawang yang ramah lingkungan.

Utama sebagai fasilitator Utama sebagai pelaksana dan penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(55) Pelatihan pengolahan lemak tengkawang untuk meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat. Utama sebagai fasilitator Utama sebagai pelaksana dan penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(56) Pelaksanaan workshop tingkat nasional para penyusun kebijakan konservasi genetik tanaman Utama sebagai fasilitator dan pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(30)

14

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

(57) Pertemuan multi pihak di tingkat kabupaten dalam bentuk Lokakarya dan Diskusi terfokus tentang prospek tengkawang dari aspek konservasi, aspek multiguna dan aspek ekonomi dan pemasaran

Utama sebagai pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai fasilitator

(58) Sosialisasi tentang kebijakan pemerintah dan peraturan yang terkait kepada para pelaksana konservasi genetik tengkawang tentang perlindungan tengkawang dengan segala konsekuensinya ditingkat

masyarakat, swasta dan para terkait

Utama sebagai fasilitator dan pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana dan evaluator

(59) Sosialisasi tentang peran penting konservasi genetik tengkawang terhadap kegiatan konservasi tengkawang secara keseluruhan

Utama sebagai fasilitator dan pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai p

(60) Penyusunan manual pembangunan plot konservasi eks-situ dan in-situ tengkawang

Utama sebagai fasilitator dan pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(61) Pembuatan buku saku mengenai Peraturan-peraturan yang berhubungan dengan konservasi genetik Utama sebagai fasilitator dan pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(31)

15

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

(62) Penyusunan metode pemanenan berbasis konservasi genetik Utama sebagai fasilitator dan pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(63) Tersedianya guideline untuk pemantauan dan inventarisasi populasi tengkawang

Utama sebagai fasilitator dan pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(64) Pembuatan website tentang konservasi tengkawang yang memuat berbagai informasi tentang tengkawang, termasuk peraturan, buku/manual dan hasil pertemuan Utama sebagai fasilitator dan pelaksana Utama sebagai penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(65) Lokakarya dan Diskusi terfokus di Kampung/ Desa tentang prospek

tengkawang dari aspek konservasi, aspek multiguna dan aspek ekonomi dan pemasaran Utama Sebagai Pelaksana dan Penerima Utama Sebagai Penerima Utama Sebagai Penerima Utama sebagai Pelaksana

(Masyarakat sipil dan Prguruan Tinggi)

(66) Pertemuan multi pihak di tingkat kabupaten dalam bentuk Lokakarya dan Diskusi terfokus tentang prospek tengkawang dari aspek konservasi, aspek multiguna dan aspek ekonomi dan pemasaran

Utama sebagai Pelaksana Utama Sebagai Penerima Utama Sebagai Penerima Utama Sebagai Fasilitator

(67) Pertemuan multi pihak di tingkat propinsi tentang kebijakan-kebijakan tentang prospek

Utama Utama Sebagai Penerima Utama Sebagai Penerima Utama Sebagai Pelaksana

(32)

16

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

tengkawang dari aspek konservasi, aspek multiguna dan aspek ekonomi dan pemasaran agar dapat mendorong pembuatan PERDA Tengkawang

(68) Pembuatan dokumen dalam bentuk buku laporan ini dari bidang pengembangan budidaya yaitu bidang provenance, bidang genetik, dan bidang sosial ekonomi perlu dikritisi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Utama Utama Sebagai Penerima Utama Sebagai Penerima Utama Sebagai Pelaksana; Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda

(69) Menyebar-luaskan dokumen: Peraturan-peraturan, PERDA, buku-laporan

Utama Sebagai Pelaksana dan Penerima Utama Sebagai Penerima Utama Sebagai Penerima Utama Sebagai Penerima

MONITORING DAN EVALUASI

(70) Monitoring dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan kebijakan, pelaksanaan, dan dampaknya terhadap kelestarian eksosistem alami tengkawang serta kelestarian hutan tanaman produksi. Utama sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator Utama sebagai pelaksana dan penerima Utama sebagai penerima Utama sebagai pelaksana

(33)

17

Pontianak, 14 Mei 2014

NO

INDIKATOR

PEMERINTAH

SWASTA

MASYARAKAT

PERGURUAN

TINGGI

(71) Monitoring dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan yang berhubungan dengan konservasi genetik tengkawang dan

pemasaran, meliputi budidaya, penanaman dan pemanenan tengkawang serta terhadap seluruh kegiatan pemeliharaan dan

pengayaan plot korservasi in-situ dan eks-situ untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keragaman genetik

Utama sebagai fasilitator dan penerima Utama sebagai pemberi informasi Utama sebagai pemberi informasi Utama sebagai pelaksana Tim Perumus :

 Ir. Augustine Lumangkun, M.Sc (Universitas Tanjung Pura)

 Dr. Sapto Indrioko (Universitas Gajah Mada)

(34)

13

Pontianak, 14 Mei 2014

NO INDIKATOR

PEMERINTAH SWASTA MASYARAKAT PERGURUANTINGGI

(51) Pemberian pemahaman kesesuaian habitat

untuk berbagai jenis tengkawang. Utama sebagaifasilitator Utama sebagaipelaksana dan penerima

Utama sebagai

penerima Utama sebagaipelaksana

(52) Pemberian pemahaman bahwa pemanfaatan tengkawang hanya boleh dilakukan pada tegakan hutan tanaman produksi yang dikelola berdasarkan prinsip kelestarian hutan.

Utama sebagai

fasilitator Utama sebagaipelaksana dan penerima

Utama sebagai

penerima Utama sebagaipelaksana

(53) Pelatihan teknik silvikultur intensif

tengkawang. Utama sebagaifasilitator Utama sebagaipelaksana dan penerima

Utama sebagai

penerima Utama sebagaipelaksana

(54) Pelatihan teknik pemanenan buah

tengkawang yang ramah lingkungan. Utama sebagaifasilitator Utama sebagaipelaksana dan penerima

Utama sebagai

penerima Utama sebagaipelaksana

(55) Pelatihan pengolahan lemak tengkawang untuk meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat.

Utama sebagai

fasilitator Utama sebagaipelaksana dan penerima

Utama sebagai

penerima Utama sebagaipelaksana

(56) Pelaksanaan workshop tingkat nasional parapenyusun kebijakan konservasi genetik tanaman

Utama sebagai fasilitator dan pelaksana

Utama sebagai

(35)

14

Pontianak, 14 Mei 2014

NO INDIKATOR

PEMERINTAH SWASTA MASYARAKAT PERGURUANTINGGI

(57) Pertemuan multi pihak di tingkat kabupatendalam bentuk Lokakarya dan Diskusi terfokus tentang prospek tengkawang dari aspek konservasi, aspek multiguna dan aspek ekonomi dan pemasaran

Utama sebagai

pelaksana Utama sebagaipenerima Utama sebagaipenerima Utama sebagaifasilitator

(58) Sosialisasi tentang kebijakan pemerintahdan peraturan yang terkait kepada para pelaksana konservasi genetik tengkawang tentang perlindungan tengkawang dengan segala konsekuensinya ditingkat

masyarakat, swasta dan para terkait

Utama sebagai fasilitator dan pelaksana

Utama sebagai

penerima Utama sebagaipenerima Utama sebagaipelaksana dan evaluator

(59) Sosialisasi tentang peran penting konservasigenetik tengkawang terhadap kegiatan konservasi tengkawang secara keseluruhan

Utama sebagai fasilitator dan pelaksana

Utama sebagai

penerima Utama sebagaipenerima Utama sebagai p

(60) Penyusunan manual pembangunan plotkonservasi eks-situ dan in-situ tengkawang Utama sebagaifasilitator dan pelaksana

Utama sebagai

penerima Utama sebagaipenerima Utama sebagaipelaksana (61) Pembuatan buku saku mengenai Peraturan-peraturan yang berhubungan dengan

konservasi genetik

Utama sebagai fasilitator dan pelaksana

Utama sebagai

(36)

15

Pontianak, 14 Mei 2014

NO INDIKATOR

PEMERINTAH SWASTA MASYARAKAT PERGURUANTINGGI

(62) Penyusunan metode pemanenan berbasiskonservasi genetik Utama sebagaifasilitator dan pelaksana

Utama sebagai

penerima Utama sebagaipenerima Utama sebagaipelaksana (63) Tersedianya guideline untuk pemantauandan inventarisasi populasi tengkawang Utama sebagaifasilitator dan

pelaksana

Utama sebagai

penerima Utama sebagaipenerima Utama sebagaipelaksana

(64) Pembuatan website tentang konservasitengkawang yang memuat berbagai informasi tentang tengkawang, termasuk peraturan, buku/manual dan hasil pertemuan

Utama sebagai fasilitator dan pelaksana

Utama sebagai

penerima Utama sebagaipenerima Utama sebagaipelaksana

(65) Lokakarya dan Diskusi terfokus diKampung/ Desa tentang prospek tengkawang dari aspek konservasi, aspek multiguna dan aspek ekonomi dan pemasaran

Utama

Sebagai Pelaksana dan Penerima

Utama

Sebagai Penerima UtamaSebagai Penerima Utama sebagaiPelaksana (Masyarakat sipil dan Prguruan Tinggi)

(66) Pertemuan multi pihak di tingkat kabupatendalam bentuk Lokakarya dan Diskusi terfokus tentang prospek tengkawang dari aspek konservasi, aspek multiguna dan aspek ekonomi dan pemasaran

Utama sebagai

Pelaksana UtamaSebagai Penerima UtamaSebagai Penerima UtamaSebagai Fasilitator

(37)

16

Pontianak, 14 Mei 2014

NO INDIKATOR

PEMERINTAH SWASTA MASYARAKAT PERGURUANTINGGI

tengkawang dari aspek konservasi, aspek multiguna dan aspek ekonomi dan pemasaran agar dapat mendorong pembuatan PERDA Tengkawang

(68) Pembuatan dokumen dalam bentuk bukulaporan ini dari bidang pengembangan budidaya yaitu bidang provenance, bidang genetik, dan bidang sosial ekonomi perlu dikritisi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Utama Utama

Sebagai Penerima UtamaSebagai Penerima UtamaSebagai Pelaksana; Balai Besar

Penelitian Dipterokarpa Samarinda (69) Menyebar-luaskan dokumen: Peraturan-peraturan, PERDA, buku-laporan UtamaSebagai Pelaksana

dan Penerima

Utama

Sebagai Penerima UtamaSebagai Penerima UtamaSebagai Penerima

MONITORING DAN EVALUASI

(70) Monitoring dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan kebijakan, pelaksanaan, dan dampaknya terhadap kelestarian eksosistem alami tengkawang serta kelestarian hutan tanaman produksi. Utama sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator Utama sebagai pelaksana dan penerima Utama sebagai

(38)

17

Pontianak, 14 Mei 2014

NO INDIKATOR

PEMERINTAH SWASTA MASYARAKAT PERGURUANTINGGI

(71) Monitoring dan evaluasi terhadap seluruhkegiatan yang berhubungan dengan konservasi genetik tengkawang dan pemasaran, meliputi budidaya, penanaman dan pemanenan tengkawang serta terhadap seluruh kegiatan pemeliharaan dan

pengayaan plot korservasi in-situ dan eks-situ untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keragaman genetik

Utama sebagai fasilitator dan penerima

Utama sebagai

pemberi informasi Utama sebagaipemberi informasi Utama sebagaipelaksana

Tim Perumus :

Ir. Augustine Lumangkun, M.Sc (Universitas Tanjung Pura)Dr. Sapto Indrioko (Universitas Gajah Mada)

(39)

Pontianak, 14 Mei 2014

Pembicara:

• Ir. Augustine Lumangkun, M.Sc (Universitas Tanjung Pura) • Dr. Sapto Indrioko (Universitas Gajah Mada)

• Dr. Anthonius YPBC Widyatmoko (BPPTH Yogyakarta) Fasilitator:

• Imanul Huda

Sejak jaman dahulu kita sudah sering mendengar dan akrab dengan tengkawang, mungkin orang tua kita jaman dulu ada yang petani, pengumpul pengolah atau pemasar tengkawang dan pemakai. Saat ini jika kita bicara tentang tengkawang seperti bernostalgia, karena dulu cerita dan berita tentang tengkawang sangat sering kita dengar, misalnya penelitian tentang tengkawang, seminar tentang tengkawang, penebangan hutan tengkawang dll. Kondisi sekarang, tengkawang digunakan secara lebih luas misalnya untuk kosmetik, bahan pencampur farmasi dan coklat, pelumas dan bahkan untuk bahan bakar pesawat.

Pemaparan materi akan disampaikan oleh 3 pemateri tentang formulasi perlindungan tengkawang berdasarkan prioritas dan beberapa indikatornya:

• Bidang Ekonomi : Ir. Augustine Lumangkun, M.Sc • Bidang Konservasi Ekosistem : Dr. Sapto Indrioko

• Bidang Konservasi Genetik : Dr. Anthonius YPBC Widyatmoko

A. Bidang ekonomi

Generasi sekarang sudah mengkonversi hutan tengkawang dengan tanaman lain karet dan bahkan sawit, tanaman pangan, hal ini didasarkan pada pemenuhan kebutuhan. Pertumbuhan tengkawang di asia tenggara terutama di hutan Indonesia masih banyak, ada 10 s/d 13 jenis tengkawang yang potensial untuk dikembangkan (lampiran slide). Proses penyalaian yang sangat sederhana menyebabkan buah salai tidak terlalu bersih dan kering betul sehingga hasil akhirnya masih ada aroma tengik. Ini berpengaruh pada harga jual, selain itu ditingkat petani rantai pemasarannya sangat panjang belum lagi soal pungutan pembayaran di dalam perjalanan.

Kontrak penjualan dari pedagang antara, ada perjanjian di Sanggau, di Bodok, sistem kontraknya harga Rp 9000/kg kalau perjanjiannnya bisa menghasilkan 1000 ton, ini dilihat dari hasil panen, tapi bagaimana kalau tidak bisa memenuhi kontrak, sangat variatif sekali baik di tingkat petani maupun di penyalur (lihat lampiran slide).

(40)

Pontianak, 14 Mei 2014

tengkawang tumbuh di tembawang yang mereka miliki secara adat. Artinya ini bisa dikelola dengan kelembagaan yang diperkuat sistem administrasi dan manajemennya. Unsur penunjang ini sudah cukup kuat, ada potensi, ada pengelolaan dan dilengkapi lagi dengan adanya pemasaran yang terkelola dengan baik, sehingga kita bisa sekaligus melakukan pelestarian tengkawang yang bisa menjamin sektor ekonominya. Oleh karena itu perlu disusun suatu formulasi strategi perlindungan tengkawang.

Perlu memperluas jejaring kerjasama pengelolaan tengkawang, baik dalam maupun luar, kemitraan antar dinas terkait dan pelaksana di lapangan dipandang penting. Matriks formulasi mencakup 5 indikator, yaitu:

• Membangun komitmen

- Kebijakan dan regulasi tengkawang berbasis masyrakat

- Pembentukan, pemantapan lembaga ekonomi untuk tata niaga tengkawang - Kerjasama parapihak diatur dalam nota kesepemahaman di tingkat provinsi - Rehabilitasi dan pengembangan pohon tengkawang pada target lokasi • Sosialisasi

- Lokakarya dan diskusi terfokus di desa - Lokakarya multipihak di tingkat kabupaten - Pertemuan multipihak di tingkat provinsi • Penyusunan dokumen dan Deseminasi

- Pembuatan dokumen dalam bentuk laporan - Menyebar luaskan dokumen

• Perbaikan atau pemantapan data - Perbaikan up dating data tengkawang - Penelusuran informasi2 sebelumnya

- Di tingkat petani pengumpul, pedagang antara dan exporter - Produksi biji tengkawang ditingkat petani

• Monitoring dan evaluasi

- Kegiatan budidaya pemasaran dan konservasi terus dipantau dan dievaluasi

B. Bidang Konservasi Ekosistem

Beberapa indikator terkait bidang konservasi ekosistem mencakup 3 indikator berdasarkan prioritas:

• Membangun komitmen

- Penegakan aturan terkait pelestarian sumber daya hayati pada umumnya dan tengkawang pada khususnya

- Pembaharuan aturan yang lebih berpihak pada rakyat dengan tetap berdasarkan prinsip kelestarian sumberdaya hayati

- Menghilangkan tekanan atau gangguan antropogenik terhadap sebaran alam tengkawang

(41)

Pontianak, 14 Mei 2014

produksi

• Sosialisasi dan Diseminasi

Sosialisasi dan diseminasi kebijakan dan berbagai hasil penelitian untuk mendukung kelestarian sumberdaya hayati dan produksi

• Monitoring dan evaluasi

Bidang konservasi Pengelolaan Sumber Daya Alam perlu dikelola dan dijaga pada semua tingkatan mulai dari ekosisten, spesies dan genetik. Di hutan khusus seperti di Kalimantan dengan potensi terbesar tengkawang memiliki ekosistem yang menunjang untuk pemuliaan tanaman, walaupun demikian di Kalimantan pun beberapa tipe daerah yang tergenang air, ditepi sungai, di daerah yang tapak agak atas, tengkawang hidup dengan beberapa jenis tanaman lain, diperlukan hara dan penyinaran matahari penuh. Kalau ingin melestarikan tengkawang, dibuat kondisi hutan alam tegakan yang hampir sama dengan ekosistem yang bagus.

Sudah ada aturannya bahwa tidak boleh melakukan penebangan jenis-jenis Shorea, ada 13 jenis, semestinya bisa ditegakkan, jika sudah aturan bahwa jenis tanaman yang dilindungi, maka setiap yang mengusahakan tengkawang harus memperhatikan hal ini, perguruan tinggi akan memfasilitasinya. Tengkawang termasuk spesies yang dilindungi dan tidak boleh di tebang, oleh karena itu sangat diistimewakan harus dilindungi. Keputusan Menteri Kehutanan melindungi kawasan pelestarian plasma nutfah, yang dikelola untuk KPH, meliputi pengawasan dan pengecekan, ada study mengenai pemanenan. Ada pengusaha pemilik HPH di dalam kawasan ada potensi tengkawang sehingga perlu pengamanan, saat penebangan, penyaradan sehingga anakan alam tengkawang baik tingkat semai, tiang dan pancang, tidak akan rusak akibat pembalakan, terutama soal keragaman genetik. Kalau ada yang mati maka akan berpengaruh pada keragaman genetik, sehingga berakibat pada kelestariannya. Perlu juga penerbitan aturan yang mencakup apakah semua shorea, termasuk tengkawang, karena ada sekitar 13 Shorea penghasil tengkawang yang ada di Indonesia.

Tentang pengelolaan dan pemanfaatan kawasan pelestarian plasma nutfah di hutan produksi. Dengan demikian keberadaan populasi tengkawang dalam hutan alam perlu dimasukkan ke dalam kawasan pelestarian plasma nutfah. Tengkawang dihutan alam, maka ekosistemnya harus di jaga, aturan tentang ini sebenarnya dalam keputusan Kemenhut sudah termaktub dalamnya ex-situ, in-situ, seed-bank, dan sumber benih. Pengawasan disertai pengecekan melalui studi tentang pengaruh pemanenan di hutan alam produksi terhadap kerusakan habitat alami tengkawang, serta dampaknya terhadap regenerasi, pertumbuhan serta keragaman genetiknya.

Kalau kita bicara tentang kelestarian hasil, maka kita melakukan pemuliaan dengan memperhatikan kelestarian hasil, dengan adanya pelarangan terhadap penebangan tengkawang perlu diwadahi dengan aturan yang khusus, perspektif ke depan mengenai

(42)

Pontianak, 14 Mei 2014

tanaman produksi. Misalnya ada log trading, maka perlu peredaran hasil hutan kayu non tengkawang, pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam pembuat kebijakannya.

Memberikan data aktual kepada lembaga IUCN untuk merevisi status kelangkaan semua species tengkawang (revisi IUCN redlist). Kita perlu menghilangkan tekanan, pengaruh manusia secara langsung dan tidak langsung, terutama terhadap hutan alam, sebagai penyanggah kehidupan, secara optimun hutan bisa dilestarikan, mestinya kita plot hutan tanaman, perlu memberikan data aktual kepada lembaga IUCN. Lembaga ini menerbitkan berbagai jenis tumbuhan yang termasuk katagori langka dan memiliki prospek punah atau tidak dan kritis. Supaya kita semua memberikan perhatian bahwa sebetulnya tengkawang kita dalam kondisi bagaimana, secara umum di Kalimantan di Indonesia bagaimana kondisinya. Dikatakan jika dalam kondisi kritis maka dikhawatirkan dalam 10 thn kedepan punah, maka probility kepunahannya, ada beberapa kriteria dari daftar kondisi. Perlu upaya konservasi, kita juga mengupayakan pembudidayaan supaya tidak berharap saja pada hutan alam untuk melakukan pemuliaan. Inventarisasi potensi tengkawang di hutan alam dan tanaman untuk menetapkan base line sumberdaya genetik. Menetapkan base line, supaya punya gambaran kondisinya sekarang, dulu bisa menjadi maskot dan kondisi sekarang bagaimana sebarannya, sehingga bisa memastikan apa yang akan dilakukan ke depan. Penunjukan/penetapan areal konservasi sumberdaya genetik in situ yang representatif. Penanaman kembali areal bekas kegiatan pembalakan dengan tanaman tengkawang kembali atau areal lain dengan tengkawang harus memperhatikan hara tanah. Pengelolaan areal konservasi sumberdaya genetik in situ dengan memperhatikan komponen ekosistem alami. Pengelolaan areal dengan kondisi ekologis dan genetis secara alami, semua komponen harus di jaga, sementara jenis-jenis yang mengganggu harus dihilangkan. Pembangunan areal konservasi sumberdaya genetik ex situ yang representatif. Diperlukan untuk melihat kemampuan tanaman beradaptasi dengan lingkungannya untuk tumbuh dan berkembang.

Perumusan strategi pemuliaan tengkawang untuk tujuan produksi kayu, buah dan kandungan lemak nabati, perlu penanganan yang serius dan komitmen yang tinggi. Penetapan populasi dasar tengkawang dengan basis genetik yang luas. Jika dalam jumlah banyak ketersediaan jenisnya di alam maka akan mudah. Pembangunan populasi pemuliaan dan populasi propagasi / sumber benih termuliakan. Pengembangan hutan tanaman produksi tengkawang. Memberdayakan masyarakat melalui pembangunan hutan tanaman rakyat tengkawang. Pemberian pemahaman bahwa pemanfaatan tengkawang hanya boleh dilakukan pada tegakan hutan tanaman produksi yang dikelola berdasarkan prinsip kelestarian hutan. Pelatihan teknik silvikultur intensif tengkawang. Pelatihan teknik pemanenan buah tengkawang yang

(43)

Pontianak, 14 Mei 2014

tambah dan kesejahteraan masyarakat.

Monitoring dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan kebijakan, pelaksanaan, dan dampaknya terhadap kelestarian eksosistem alami tengkawang serta kelestarian hutan tanaman produksi. Pemberian pemahaman mengenai seluk beluk tengkawang, yang masuk dalam daftar kemenhut diperjelas jenis-jenisnya sehingga bisa diketahui dengan jelas mana yng terancam punah dan tidak

C. Bidang Konservasi Genetik

Konservasi genetik merupakan indikatornya. Strategi konservasi genetik untuk tengkawang pasti berbeda dengan konservasi jenis tanaman lainnya. Karena tengkawang di ambil buahnya sehingga strategi konservasinya juga berbeda, kalau tengkawang diambil buahnya sehingga kalau buahnya banyak kita lupa menanam atau meninggalkan buah dengan variasi yang baik untuk pemuliaan tanaman, harus disisakan yang terbaik.

Variasi genetik dilihat dari : • Pertumbuhan

• Daya Tahan/adaptasi • Kandungan

• Sifat kayu • Morfologi

Variasi genetik dimulai dari : • Antar genis

• Satu jenis • Antar populasi • Dalam populasi • Antar individu

Status suatu jenis, tanaman yang punah biasanya memiliki 4 faktor • Jumlahnya /ukuran populasinya sedikit

• Jumlah individunya • Meregenerasinya lemah

• Penebangan/pemanenn yang besar tidak sebanding dengan kemampuan meregenerasi/budidayanya lambat

Variasi genetiknya, kalau semua klon artinya tidak ada variasinya, jika terserang hama maka akan lama, tapi jika variasinya besar ada atau tinggi maka kita tidak khawatir Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam konservasi genetik:

• Besaran variasi genetik, • Distribusi variasi genetik

• Degradasi variasi genetik. Umumnya semakin tinggi tanaman di atas tanahnya, semakin banyak populasi tingkat semainya,

(44)

Pontianak, 14 Mei 2014

baik dari sebaran individunya dan populasi maupun sebaran alamnya antar populasi misalnya Ramin, Ulin, Kalau keragaman genetiknya sudah berkurang, maka lihat lagi distribusinya, jarak genetiknya, kalau tinggi maka kita masih bisa merasa aman. Contohnya:

• keragaman dan jarak genetik ramin berdasarkan penanda RAPD • keragaman dan jarak genetik ulin

Formulasi kebijakan Bidang Konservasi Genetik perlu keterlibatan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, akademisi, peneliti, pelaku, pendamping, sehingga kita tidak perlu takut lagi tengkawang hilang dari bumi Borneo ini. Indikatornya:

• Pemutakhiran data, inventarisasi sebaran populasi dan potensi tengkawang • Membangun komitmen, membangun kesepahaman tentang konservasi genetik • Kegiatan konservasi genetik, pembangunan dan penetapan konservasi insitu dan

eksitu, pembentukan desa konservasi, membangun plot pemanenan berbasis konservasi genetik

• Sosialisasi, workhsop para penyusun kebijakan nasional dan provinsi/kabupaten, sosialisasi peraturan pemerintah, peran penting konservasi,

• Penyusunan buku dan deseminasi, manual pembangunan plot insitu dan eksitu, guidline untuk pemantauan inventarisasi, website ttg konservasi tengkawang

• Monitoring dan evaluasi, kegiatan budidaya penananman, dan pemanenan tengkawang

Gambar

Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1.  Jumlah pohon berdasarkan kelas diameter pada dua periode pengukuran  Kelas Diameter  Jumlah pohon  Jumlah pohon
Tabel 2. Nilai rataan, simpangan baku, ragam dan galat baku dari Shorea pinanga Scheff  Peubah  Rataan  Simpangan baku   Ragam  Galat baku
Gambar 2. a = ulat kantung dan b = kerusakan daun akibat serangan ulat kantung  Berbagai  ulat  kantung  diketahui
+5

Referensi

Dokumen terkait

(3) Faktor penghambat penerapan full day antara lain: pengelola pendidikan belum membuat program untuk perkembangan aspek emosi dan sosial siswa, Sarana dan prasarana

studi lanjutan pemanfaatan abu terbang yang terkait dengan sifat-sifat fisik perlu diselidiki lagi ka- rena sifat-sifat fisik akan berubah tergantung sebaran jarak abu Gunung

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka penulis menarik kesimpulan, yaitu pengguna e-learning dokeos pada prodi sistem informasi dan informatika

value dilihat dari nilai fisher yang di dapatkan ρ value 0,487 yang berarti ρ value lebih dari 0,05 (0,487 > 0,05 ), sehingga Ho : p = 0 yaitu tidak ada hubungan antara

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa, 37 responden berisiko berdasarkan lama kontak, 94,6% menderita dermatitis kontak dan yang tidak mengalami kejadian dermatitis kontak

2) R.H. Soltou, Partai Politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyaknya terorganisir, yang bertindak sebagai satukesatuan politik, yang dengan

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ekspresi iNOS meningkat secara signifikan pada sel tubulus proksimal ginjal yang diinfeksi Plasmodium (p<0,05) dan mengalami

Böylelikle bu çocuk, sadece saldırgan babayla özdeşleşme ve bunun sonucu olarak onun suçunu ve sorumluluğunu üstlenme nedeniyle değil, yanı sıra kurban durumunda olan