• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK ANAK DI TPA SHOLIHAH KALURAHAN JOYOTAKAN SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK ANAK DI TPA SHOLIHAH KALURAHAN JOYOTAKAN SURAKARTA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak – anak Di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta (Ani Nur Fauziah) 60

GAMBARAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK – ANAK DI TPA SHOLIHAH KALURAHAN JOYOTAKAN SURAKARTA

Ani Nur Fauziah

Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta ABSTRAK

Aspek perilaku merupakan hal yang paling penting agar terwujud status kesehatan masyarakat yang semakin meningkat. Salah satu indikator dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Sekarang ini, banyak sekali kasus siswa yang terserang penyakit diare. Salah satu penyebab diare pada anak adalah anak-anak yang seringkali mengabaikan cuci tangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap anak – anak tentang Cuci Tangan Pakai Sabun di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu anak usia sekolah dasar sejumlah 33 anak. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan rentang skala.

Hasil penelitian mayoritas sikap anak tentang cuci tangan pakai sabun di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan adalah baik.

Kata kunci : Sikap, Cuci Tangan Pakai Sabun

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan essensi dan hak asasi manusia untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini selaras dengan yang tercakup dalam Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Derajat kesehatan yang tinggi tersebut dapat diperoleh apabila setiap orang memiliki perilaku yang memperhatikan kesehatan.1

Derajad Kesehatan Anak pada saat ini belum dapat dikatakan baik, karena masih ada permasalahan kesehatan khususnya pada anak usia sekolah. Peningkatan kualitas hidup anak salah satunya ditentukan oleh penanaman perilaku kesehatan sejak dini. 2

Aspek perilaku merupakan hal yang paling penting agar terwujud status kesehatan masyarakat yang semakin meningkat. Agar terwujud kesehatan masyarakat yang meningkat, maka seluruh anggota masyarakat, baik secara individu maupun kelompok berperilaku hidup sehat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki derajat

(2)

Gambaran Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak – anak Di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta (Ani Nur Fauziah) 61 kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan peningkatan kesehatan masyarakat tersebut, maka pemerintah membuat suatu program yang dinamakan “Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS”.3

Salah satu bentuk perilaku hidup bersih dan sehat adalah dengan menjaga kebersihan diri. Sehat berkaitan dengan lingkungan sekitar dimana seorang hidup, pola hidup sehari – hari dan menjaga kebersihan diri. 4 Upaya untuk menjaga kebersihan tangan salah satunya yaitu dengan Cuci Tangan pakai Sabun /CTPS yang terbukti secara ilmiah untuk mencegah penyebaran penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernapasan atas ( ISPA) yang dapat menyebabkan kematian jutaan anak setiap tahunnya khususnya di Negara berkembang. 5

Perilaku CTPS terbukti merupakan cara yang efektif untuk upaya kesehatan preventif. Dalam jangka pendek, upaya preventif melalui CTPS dipandang paling strategis untuk mengurangi kerugian dampak sanitasi buruk, untuk itu perilaku CTPS perlu digalakkan untuk menjadi gaya hidup sehari-hari masyarakat di pedesaan maupun perkotaan. 6

Pada saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 250.000 sekolah negeri, swasta maupun sekolah agama dari berbagai tingkatan, jumlah anak sekolah diperkirakan mencapai 30% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 73 juta orang. Dengan jumlah ini, maka anak usia sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan dimasa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah merupakan tempat yang strategis dalam kehidupan anak, maka sekolah dapat difungsikan secara tepat sebagai salah satu institusi yang dapat membantu dan berperan dalam upaya optimalisasi tumbuh kembang anak usia sekolah dengan upaya promotif dan preventif.

Salah satu contoh penerapan CTPS adalah diberikan pada anak usia sekolah dasar, karena di situ merupakan tempat bagi anak memperoleh pendidikan. Menurut Martianto, sekolah adalah institusi yang terorganisir dengan baik dan merupakan wadah pembentukan karakter dan media yang mampu menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat. Sekarang ini, banyak sekali kasus siswa yang terserang penyakit diare. Salah satu penyebab diare pada anak adalah anak-anak yang seringkali mengabaikan cuci tangan. Sering dijumpai anak-anak-anak-anak setelah bermain dengan benda-benda kotor yang mereka sentuh, mereka lupa mencuci tangan. Hal tersebut menjadikan tangan mereka penuh dengan kuman atau bakteri yang menempel. Apabila mereka langsung menyentuh makanan/jajanan kemudian memakannya, dapat dipastikan kuman/bakteri di tangan mereka pun akan ikut masuk ke dalam tubuh dan menjadikan penyakit.7

Dari gambaran di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul Gambaran Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun pada anak – anak di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada anak – anak di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta?”

(3)

Gambaran Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak – anak Di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta (Ani Nur Fauziah) 62

Tujuan Umum adalah : untuk mengetahui sikap anak – anak tentang Cuci Tangan Pakai Sabun di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta, sedangkan tujuan khusus adalah untuk mengetahui karakteristik anak meliputi jenis kelamin dan sumber informasi tentang mencuci tangan pakai sabun,untuk mengetahui sikap anak tentang cuci tangan pakai sabun meliputi pengertian mencuci tangan, pengertian mencuci tangan dengan sabun, tujuan, manfaat, penyakit yang dapat dicegah dengan cuci tangan, alternatif cuci tangan, macam-macam cara cuci tangan, tempat yang perlu menyediakan sarana mencuci tangan, cara cuci tangan yang benar, dan waktu untuk mencuci tangan dan untuk mengetahui sikap anak berdasarkan karakteristik meliputi jenis kelamin, dan informasi tentang cuci tangan yang pakai sabun

METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah deskriptif untuk melihat gambaran atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif.

2. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sikap anak- anak tentang cuci tangan pakai sabun di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta.

3. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu penjelasan mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik yang ada sebagai dasar dalam memperoleh data.

Tabel1 Definisi Operasional NO Variabel Definisi Operasional Parameter dan Kategori

Alat ukur Skala 1 Variabel tunggal : Gambaran Sikap anak tentang cuci tangan pakai sabun di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta

Reaksi atau respon anak yang masih tertutup tentang cuci tangan pakai sabun meliputi :  Pengertian cuci tangan  Tujuan cuci tangan  Manfaat cuci tangan  Penyakit yang dapat dicegah dengan cuci tangan  Peralatan untuk 1) Baik (127-168) 2) Cukup (85-126) 3) Kurang (42-84) Dengan Rating Skala : Keterangan: RS: rentang skala m: score tertinggi pada skala n: score terendah pada skala Kuesioner Ordinal

(4)

Gambaran Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak – anak Di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta (Ani Nur Fauziah) 63

mencuci tangan  Alternatif fasilitas cuci tangan  Macam-macam cara mencuci tangan  Tempat-tempat yang perlu menyediakan tempat cuci tangan  Cara mencuci tangan yang benar  Waktu yang

tepat untuk cuci tangan

b: jumlah kelas atau kategori yang kita buat

2 Sub variabel karakterikstik responden

Jenis kelamin Jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki Laki-laki Perempuan Kuesioner Nominal Sumber informasi Sarana untuk mendapatkan suatu informasi dalam memperoleh sikap  Orangtua  Guru Kuesioner Nominal

4. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta sejumlah 40 anak.

b. Sampel

Dalam penelitian ini menggunakan purposive sampel yaitu anak usia sekolah dasar sejumlah 33 anak.

5. Alat dan Metode Pengumpulan Data a. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini alat pengumpulan datanya menggunakan alat bantu berupa kuesioner. Jenis kuisioner ini adala kuisioner tertutup. Cara menghitung skor dalam penelitian ini adalah menggunakan skala likert.

Untuk ini mendapat data valid dan reliabel, maka sebelum alat ukur (kuesioner) disebar kepada responden untuk mengambil data dalam penelitian, maka perlu diuji validitas dan reabilitas.

(5)

Gambaran Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak – anak Di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta (Ani Nur Fauziah) 64

Metode pengumpulan data merupakan cara bagi seorang peneliti dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan. Metode pengumpulan data yang akan peneliti gunakan adalah pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan secara langsung dari responden yang mengisi kuisioner, observasi dan wawancara.Sedangakan data sekunder didapatkan dari daftar absensi TPA Sholihah.

6. Metode Pengolahan dan Analisa Data a. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data adalah cara yang digunakan dalam pengolahan data yang berhubungan dengan instrument penelitian dengan melakukan editing, Coding, scoring , data entry dan Tabulating

b. Analisa Data

Hasil dari analisis data dikategorikan baik, cukup, dan kurang dimana dapat dikategorikan sebagai berikut :

RS Keterangan :

m = skor tertinggi pada skala n = skor terendah pada skala

b= jumlah kelas atau kategori yang kita buat

Data dianalisa dalam bentuk prosentase dengan menggunakan distribusi frekuensi.

7. Etika Penelitian

Etika penelitian terdapat masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain : Informed consent, Anonimity (tanpa nama), Confidentiality (kerahasiaan), memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan 8. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi

Penelitian ini telah dilakukan di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta.

b. Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

TPA Sholihah berada di Mushola Bhakti yang berada di Kalurahan Joyotakan Kecamatan Serengan Surakarta. TPA ini berdiri sejak tanggal 10 Agustus 1990 dengan jumlah murid TPA sekarang ini ada 40 anak dan guru sejumlah 3 orang. Kegiatan yang dilakukan adalah baca tulis Al-Qur’an yang dimulai pada jam 15.00 sampai 17.00 WIB.

(6)

Gambaran Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak – anak Di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta (Ani Nur Fauziah) 65

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Gambaran Sikap anak tentang Cuci Tangan Pakai Sabun di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta”, terdapat 33 responden yang disajikan sebagai berikut:

a. Sikap

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Sikap Sikap anak tentang Cuci Tangan Pakai Sabun di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta

No.

Sikap Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Baik 26 79

2. Cukup 7 21

Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sikap anak tentang mencuci tangan pakai sabun sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sebanyak 26 responden (79%).

b. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil kuesioner dari 33 responden, maka didapatkan data meliputi: jenis kelamin dan sumber informasi di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta yaitu sebagai berikut:

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sumber Informasi di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta

No. Karakteristik Frekuensi Prosentase (%)

1. Jenis Kelamin Laki-laki 9 27 Perempuan 24 73 Jumlah 33 100 2. Sumber Informasi Orang Tua 2 6 Guru 31 94 Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 24 responden (73%)

Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi didapatkan bahwa sebagian besar responden memperoleh informasi dari guru, yaitu sebanyak 31 responden (94%).

(7)

Gambaran Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak – anak Di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta (Ani Nur Fauziah) 66

Berdasarkan hasil kuesioner dari 33 responden, maka didapatkan data sikap siswa karakteristik meliputi: jenis kelamin dan sumber informasi yaitu sebagai berikut:

Tabel 4

Tabulasi Silang Sikap Sikap anak tentang Cuci Tangan Pakai Sabun di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta Berdasarkan Karakteristik

No

Sikap

Karakteristik

Baik Cukup Jumlah

F % F % F % 1. Jenis kelamin a. Laki – Laki 7 21 2 6 9 27 b. Perempuan 19 58 5 15 24 73 2 Sumber informasi a. Orang tua 2 6 0 0 2 6 b. Guru 24 73 7 21 31 94

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sikap sebagian besar sikap responden dalam kategori baik berdasarkan karakteristik jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 19 responden (58%), dan terkecil sikap responden berkategori cukup berdasarkan karakteristik jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 2 responden (6%).

Sikap responden berdasarkan sumber informasi sebagian besar berkategori baik dengan sumber informasi adalah guru, yaitu sebanyak 24 responden (73%), dan sebagian kecil berkategori baik dengan sumber informasi adalah orang tua, yaitu sebanyak 2 responden (6%).

3. Pembahasan

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau obyek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Newcomb seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. 8

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa sikap anak tentang mencuci tangan yang benar sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sebanyak 26 responden (79%). Sikap responden dikatakan baik karena mereka memiliki kesadaran dalam diri yang bisa menerima dan memperhatikan yang telah diberikan seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik.9 Umumnya, individu cenderung memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting, dan kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya, yakni mencuci tangan yang benar untuk menjaga kesehatan dan terhindar dari penyakit.

Tingkatan sikap menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Komponen sikap yaitu adalah komponen yang berkaitan dengan

(8)

Gambaran Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak – anak Di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta (Ani Nur Fauziah) 67

pengetahuan, pandangan dan keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap, afektif adalah komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap, dan konatif yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap komponen ini menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak seseorang terhadap objek sikap10.

Menurut teori, sikap sendiri adalah predisposisi untuk melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual yang artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu. Sikap juga merupakan perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek teertentu dalam lingkungannya. Sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu stimulus atau objek yang berdampak pada bagaimana seseorang berhadapan dengan objek tersebut. Ini berarti sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidaksetujuan, suka atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu.9

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sumber informasi tentang cuci tangan pakai sabun adalah mayoritas dari guru, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 11

Keterangan diatas menunjukkan bahwa guru menjadi seorang yang dianggap penting, karena ajaran-ajarannya di sekolah. Siswa-siswa tersebut mau menerima dan memperhatikan stimulus yang telah diberikan oleh gurunya. Sudah sewajarnya guru ini menjadi panutan para siswanya. Orang tua yang seharusnya menjadi tokoh sentral dalam membangun karakter anak, ternyata tidak mendapat perhatian lebih dari anak, berbeda halnya dengan guru yang melakukan. Sebagian orang tua lebih berpikir bahwa anak mereka akan mengikuti apa yang diajarkan atau dilakukan oleh gurunya, dari hal tersebut perlu adanya kerja sama antara guru dan orang tua dalam mengajarkan hal-hal yang baik pada anak terutama dalam hal kebersihan tangan baik di rumah maupun di sekolah. Sehingga apabila hal tersebut dilaksanakan secara rutin akan menuntun anak pada kebiasaan yang baik dalam menjaga kebersihan tangan di rumah maupun di sekolah.

Hal diatas juga didukung oleh faktor yang mempengaruhi sikap. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan ajaran-ajarannya.konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan sangat menentukan kepercayaan tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut akan berperan dalam mempengaruhi sikap individu terhadap suatu hal. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap terhadap perkembangan

(9)

Gambaran Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak – anak Di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta (Ani Nur Fauziah) 68

orang lain menuju kearah yang lebih baik.10 Dipenelitian ini guru memiliki peran besar dan penting dalam memberikan ajaran-ajaran yang mengajak siswa-siswanya untuk menuju kearah yang lebih baik. Guru disini menjadi panutan para siswanya yang sedang menjalankan proses belajar. Semakin seiring seseorang menggunakan sumber informasi untuk mendapatkan suatu informasi, semakin besar juga seseorng mendapatkan informasi dan menjadikan orang tersebut untuk memiliki pemahaman dalam pembentukan sikap yang baik.

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sikap anak tentang cuci tangan pakai sabun adalah sebagian besar sikap responden dalam kategori baik berdasarkan karakteristik jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 19 responden (58%), karena anak perempuan ini lebih patuh terhadap apa yang diberikan oleh gurunya, sehingga mereka bisa menerapkannya dan bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Jenis kelamin dapat mempengaruhi sikap cuci tangan seseorang. Antara laki-laki dan perempuan terdapat kebiasaan mengenai pola hidup bersih, hal tersebut juga akan menyebabkan perbedaan cuci tangan antara laki-laki dan perempuan itu sendiri.2 Perempuan pada umumnya lebih baik pada ingatan dan laki-laki lebih baik dalam berfikir logis. Secara fisik, laki-laki dan perempuan berbeda dapat dilihat dari identitas jenis kelamin, bentuk dan anatomi tubuh serta komposisi kimia dalam tubuh. Perbedaan anatomis biologis dan komposisi kimia dalam tubuh dianggap berpengaruh pada perkembangan emosional.9 Dalam komposisi kimia, otak laki-laki cenderung lebih besar dari perempuan dan lebih lambat berkembangnya. Hal ini menunjukkan bahwa otak laki-laki memerlukan waktu yang lebih banyak untuk mencapai kedewasaan.11

Sikap responden berdasarkan sumber informasi sebagian besar berkategori baik dengan sumber informasi adalah guru, yaitu sebanyak 24 responden (73%), hal ini menunjukan sebagian besar responden berdasarkan sumber informasi terbanyak adalah guru karena guru merupakan orang yang di anggap penting yang dapat mengajarkan hal yang bermanfaat kepada para siswanya untuk berpandangan dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Sumber informasi dapat mempengaruhi sikap cuci tangan seseorang. Hal tersebut dikarenakan sumber informasi tertentu dapat mempengaruhi sikap seseorang untuk mencuci tangan yang benar. Guru disini menjadi sumber informasi paling besar karena guru adalah seorang panutan bagi para siswanya. Apa yang telah diajarkan oleh gurunya pasti akan diterapkan oleh siswanya. Guru dianggap orang yang penting yang akan membawa pengaruh baik pada para siswanya.

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.10

(10)

Gambaran Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak – anak Di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta (Ani Nur Fauziah) 69 A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulan bahwa:

1. Sikap anak tentang mencuci tangan pakai sabun di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta sebagian besar memiliki kategori baik, yaitu sebanyak 26 responden (79%).

2. Karakteristik jenis kelamin di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta seadalah mayoritas berjenis kelamin perempuan, yaitu 24 responden (73%), sedangkan karakteristik berdasarkan sumber informasi adalah mayoritas dari guru, yaitu 31 responden (94%).

3. Sikap anak tentang cuci tangan pakai sabun di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta berdasarkan karakteristik responden sebagian besar dalam kategori baik adalah berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 19 responden (58%), sedangkan berdasarkan sumber informasi sebagian besar berkategori baik dengan sumber informasi adalah guru, yaitu sebanyak 24 responden (73%).

B. Saran

1. Anak - anak

Diharapkan anak – anak dapat menerapkan cuci tangan yang benar dalam kehidupan sehari-harinya.

2. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan mencuci tangan pakai sabun dapat dikaitkan dengan menggunakan variabel lain misal lingkungan yang bisa berpengaruh dalam perilaku mencuci tangan pakai sabun dalam kehidupan sehari - hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2008. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten / Kota sehat. Jakarta : Depkes RI

2. Hendra.2007. Permasalahan Umum Kesehatan Anak Usia Sekolah. Jakarat: Rineka Cipta

3. Kemenkes RI.2010. Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Jakarta : Kementrian Kesehatan RI

4. Candra Budiman.2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta : EGC

5. Endang Zulaicha.2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Mencuci Tangan Siswa Sekolah Dasar: Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

6. Departemen Kesehatan RI.2008. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta: Depkes RI

7. DIT PL, Ditjen PP-PL.2008. Pedoman Umum Pengelolaan Peningkatan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).Jakarta:Depkes RI

8. Notoatmodjo,Soekidjo, 2010. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

(11)

Gambaran Sikap Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak – anak Di TPA Sholihah Kalurahan Joyotakan Surakarta (Ani Nur Fauziah) 70 9. A. Wawan dan M.Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap

dan Perilaku.Yogyakarta: Nuha Medika

10. A. Saifuddin .2011. Sikap manusia. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset 11. Lusi Nuryanti. 2008.Psikologi Anak. Jakarta: Penerbit Indeks

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dari kegiatan ini adalah memberikan pemahaman mengenai perencanaan karir yang yang matang baik dari aspek pekerjaan maupun dalam hal studi lanjutan atau (belajar),

Berangkat dari pemikiran Marx yang multiinterdisipliner, paper ini bermaksud memotret dua persoalan paling penting dari pemikiran Marx, yaitu sekitar materialisme

Pada salah satu kepuasan pelanggan tersebut antara lain data hasil produksi barang yang tepat waktu maka dibutuhkan suatu informasi yang cepat, tepat dan akurat

memiliki lahan yang paling luas, petani bekerja terus jika sudah terlihat sangat luas dan merasa sangat cukup untuk dikelola maka petani tersebut berhenti, demikianlah menentukan

22/DJPPK/V/2008 Tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja, Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dapat dilakukan sendiri oleh perusahaan, dalam

Sehingga kinerja yang baik pada suatu perusahaan akan pula dapat. diwujudkan apabila berbagai faktor-faktor yang

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan , dividend payout ratio , dan kepemilikan institusional terhadap.

Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting, bertemali dengan pendapat Ghazali (2013, hlm. 168) bahwa pembelajaran bahasa adalah sebuah proses