• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI HIJAUAN SEBAGAI PAKAN UTAMA TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI HIJAUAN SEBAGAI PAKAN UTAMA TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI HIJAUAN SEBAGAI PAKAN UTAMA TERNAK

KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

ENI SITI ROHAENI,R.QOMARIAH danA.SUBHAN

BPTP Kalimantan Selatan

ABSTRAK

Hijauan merupakan pakan utama dari ternak ruminansia. Ternak kerbau, yang merupakan ternak ruminansia yang dipelihara secara tradisional, maka ketergantungannya akan hijauan sangat besar. Produksi hijauan sebagai pakan ternak kerbau masih sangat tergantung dari alam karena upaya penanaman hijauan pakan ternak dapat dikatakan masih belum ada. Hijauan yang ditemukan di Kalimantan Selatan menunjukkan adanya perbedaan antara lahan rawa dan lahan kering, namun ada beberapa jenis hijauan yang sama. Hijauan yang ditemukan di lahan rawa lebih beragam dan lebih banyak jenisnya dibandingkan lahan kering. Jenis hijauan yang tumbuh bila dilihat antar musim menunjukkan adanya perbedaan. Pada umumnya kualitas hijauan beragam baik dari segi produksi maupun kandungan gizinya. Kandungan protein kasar dari hijauan pakan ternak berkisar antara 4,91-12,48%, TDN berkisar antara 54,40-71,69%. Berdasarkan jenis dan kualitas hijauan pakan yang ada, hal ini menunjukkan potensi yang besar untuk pengembangan ternak kerbau di Kalimantan Selatan.

Kata kunci: Hijauan, pakan, kerbau, Kalimantan Selatan

PENDAHULUAN

Ternak kerbau, yang merupakan salah satu ternak ruminansia yang berkembang hampir di seluruh tanah air termasuk di Kalimantan Selatan, patut dijaga kelestarian dan produktivitasnya. Ternak ini berpotensi sebagai penghasil daging dan sumber pendapatan bagi peternak yang mengusahakannya disamping sebagai objek wisata yang unik (pacuan kerbau) pada saat tertentu (DINAS PARIWISATA KALIMANTAN SELATAN, 1996).

Hijauan merupakan pakan utama dari ternak ruminansia. Ketersediaan hijauan sangat tergantung pada alam terutama pada pemeliharaan ternak yang dilakukan secara tradisional. Menurut ABDULLAH et al. (2005) hijauan pakan merupakan bahan pakan yang mutlak diperlukan baik secara kuantitatif atau kualitatif sepanjang tahun dalam sistem produksi ternak ruminansia. Secara nutrisi hijaun pakan merupakan sumber serat.

Menurut SAENAB dan WARYAT (2005) salah satu faktor penentu dalam keberhasilan usaha dari ternak ruminansia adalah jaminan ketersediaan tanaman pakan ternak (TPT) yang berkualitas. Karenanya setiap upaya pengembangan usahatani ternak harus diiringi

efisiensi penggunaaan lahan yang dimiliki peternak untuk menanam TPT.

Makalah ini bertujuan mengevaluasi potensi hijauan sebagai pakan utama ternak kerbau di Kalimantan Selatan dengan melihat pada agroekosistem pemeliharaan yang berbeda yaitu di lahan rawa dan lahan kering.

Jenis hijauan pakan di sentra pengemba-ngan kerbau rawa

Budidaya kerbau yang terdapat di Kalimantan Selatan menunjukkan adanya perbedaan antara ternak yang dipelihara di daerah rawa dan daerah lahan kering. Agroekosistem yang berbeda menimbulkan perbedaan jenis hijauan yang tumbuh dan dapat dikonsumsi oleh ternak. Pada umumnya lahan rawa menunjukkan jenis hijauan pakan yang lebih beragam baik secara kuantitas maupun kualitas dibandingkan di daerah lahan kering. Pada Tabel 1 dan Tabel 2 ditampilkan jenis hijauan yang terdapat di dua agroekosistem yaitu lahan rawa dan lahan kering.

Hijauan merupakan pakan utama ternak ruminansia termasuk ternak kerbau. Menurut informasi dari peternak, populasi TPT yang

(2)

tidak tersedia sepanjang waktu karena faktor alam dan hama (ROHAENI et al., 2005).

Berdasarkan laporan ROHAENI et al. (2006) menunjukkan keragaman jenis hijauan di lahan rawa lebih banyak jenisnya dibandingkan lahan kering (Tabel 3 dan 4) baik pada musim hujan

maupun musim kemarau. Selanjutnya hijauan yang pertumbuhannya dominan diambil sampel untuk diidentifikasi/ determinasi yang dilakukan di Laboratorium Botani Pusat Penelitian LIPI Bogor, hasil ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 1. Ketersediaan jenis tanaman di daerah rawa sebagai lokasi pengembangan kerbau rawa di Kabupaten HSU, HST, HSS dan Barito Kuala (Batola)

Lokasi

Nama lokal Hulu Sungai

Utara (HSU) Hulu Sungai Tengah (HST) Hulu Sungai Selatan (HSS) Batola Kumpai batu √ √ √ √ Suntilang √ √ √ √ Kumpai mining √ √ √ √ Kumpai minyak √ √ √ √ Kumpai jariwit √ √ √ √ Banta √ √ √ √ Kumpai mining √ √ √ √ Padihiang √ √ √ √ Tanding/teratai * √ √ √ √ Kangkung * √ √ √ √ Genjer * √ √ √ √ Ilung/eceng gondok * √ √ √ √ Parupuk * √ √ √ √ Japun/kamayahan * √ √ √ √ Babatungan * √ √ √ √ Tetuding * √ √ √ √ Belaran * √ √ √ √ Supan2/putri malu * √ √ √ √ Pipisangan * √ √ √ - Bundong ** √ √ √ - Rumput teki ** √ √ √ - Purun tikus * - - - √ Paku/klakai * - - - √ Talas * √ √ √ √ Keterangan:

*) Hanya dimakan jika rumput jenis yang lain sudah tidak ada lagi

**) Hanya pada musim kemarau (tumbuh pada tanah yang sudah tidak berair) √) Ada

-) Tidak ada

(3)

Tabel 2. Ketersediaan jenis hijauan di daerah pengembangan kerbau rawa di Kabupaten Tapin, Banjar dan Tanah Laut

Lokasi/jenis lahan

Banjar Tanah Laut Tapin

Nama lokal

Lebak Kering Lebak Kering Kering

Kumpai batu √ - √ - - Suntilang √ √* √ - - Kumpai mining √ √ √ - √ Kumpai minyak √ √ √ √ √ Kumpai jariwit √ - - - - Banta √ √ √ √ √* Padihiang/Babanihan √* - √* - - Tanding/teratai * √ - √ - - Kangkung * √ - √ - - Genjer * √ - √ - - Ilung/eceng gondok * √ - √ - - Parupuk * √ √ √ √ √ Kayu japun/kamayahan * √ √ - - √ Babatungan * √ - √ - - Rumput gerinting - - √ - √ Belaran * √ √ - √ √ Supan-supan/putri malu * √ √ √ √ √ Taji ayam - - √ - - Bundong * √ - √ - - Rumput teki √ √ √ √ √ Purun tikus - - √ - - Talas * √ - √ - - Sampahiring - - √ - -

Kumpai juluk laki √ - √ √* √

Kumpai juluk bini √ √ √* √

Ilalang - √ - √ √ Rumput jawa - - - √ Rumput klitikan - - - - √ Pipikang - √ - - - Rumput krandangan - - - - √ Rumput rintak - - - - √ Rumput weder - - - - √

Jumlah jenis rumput 21 11 22 9 17

*) Hanya dimakan jika rumput jenis yang lain sudah tidak ada lagi

**) Hanya pada musim kemarau (tumbuh pada tanah yang sudah tidak berair) √) Ada √) Pakan utama √*) Pakan yang paling disukai

(4)

Permasalahan yang dihadapi

Beberapa masalah yang dihadapi dalam budidaya dan pengembangan ternak kerbau yaitu kesulitan hijauan pakan pada musim kemarau, kesulitan hijauan pakan pada musim hujan yang panjang karena hijauan terendam air terlalu lama dan dalam, terjadinya kebakaran padang penggembalaan pada musim kemarau, adanya hama keong mas dan ulat yang memakan hijauan pakan dan semakin

berkurangnya areal padang penggembalaan akibat pertambahan jumlah penduduk dan pemanfaatan lahan untuk komoditas pertanian.

Hijauan yang ditemukan di daerah lahan rawa (data ditampilkan pada Tabel 1, terutama jenis rumput-rumputan) pada saat air dalam, banyak yang mati karena tenggelam dan semakin berkurang dengan adanya hama keong mas, dimana keong mas memakan rumput yang masih muda sehingga rumput mati dan

Tabel 3. Persentase jenis vegetasi dalam 10 m2 lahan padang penggembalaan pada musim hujan (MH) (%)

Lokasi/jenis lahan

Banjar Tanah Laut Tapin

Nama lokal

Lebak Kering Lebak Kering Kering

Kumpai batu 25 - - - - Kumpai mining 25 - 30 - - Padihiang/Babanihan 25 - 30 - - Banta - - 25 - 10 Ilalang - 90 - 90 60 Rumput grinting - - - - 10 Rumput lainnya 25 10 15 10 20

Sumber: ROHAENI et al..(2006)

Tabel 4. Persentase jenis vegetasi dalam dalam 10 m2 lahan padang pengembalaan pada musim kemarau

(MK) (%)

Lokasi/jenis lahan

Banjar Tanah Laut Tapin

Nama lokal

Lebak Kering Lebak Kering Kering

Kumpai batu - - - Kumpai mining 20 - 20 - - Padihiang/Babanihan 20 - 10 - - Banta - - 20 - 10 Ilalang - 10 - 10 10 Suntilang - 80 - 80 - Bondong 30 - 30 - - Rumput lainnya 30 10 20 10 80

(5)

Tabel 5. Identifikasi/determinasi jenis rumput pakan kerbau

Nama daerah Jenis Suku

Kumpai jariwit Paspalaum conjugatum Berg. Poaaceae Rumput jawa Axonopus compressus (Sw.) Beauv. Poaaceae Rumput klitikan Panicum sp. Poaaceae

Padihiang Echinochloa sp. Poaaceae

Teki Cyperus sp. Cyperaceae

Suntilang * Cynodon dactylon (L.) Pers Poaaceae Kumpai miyang Hymenachne interrupta Buese Poaaceae Kumpai juluk bini Hymenachne amplexicaulis Nees Poaaceae Kumpai batu Ischaemum barbatum Retz. Poaaceae Kumpai juluk laki Paspalum scrobiculatum L. Var

bisppicatum Haek

Poaaceae

Rumput grinting* Cynodon dactylon (L.) Pers Poaaceae

Taji ayam Panicum reptans L Poaaceae Rumput wader Isachne globosa Kuntz Poaaceae Kerandang Paspalum scrobbiculatum Poaaceae

Banta Leersia hexandra Swartz Poaaceae

Ilung/eceng gondok Eichhornia crassipes (Mart.) Solms Pontederiaaceae Campa hirang Digitaria cf.setigera var.segitera Poaaceae * Dimakan jika jenis rumput lain tidak ada

Sumber: ROHAENI et al.(2005); ROHAENI et al. (2006) tidak bisa berkembang biak. Hal ini terjadi di lokasi pengembangan kerbau di daerah lahan rawa seperti Kabupaten HST, HSS dan HSU merupakan masalah dalam pengembangan kerbau rawa sebagai plasma nutfah di Kalimantan Selatan (ROHAENI et al., 2005).

Pada saat musim kemarau (MK) di lokasi penggembalaan kerbau rawa di Kabupaten HST, HSS dan HSU sangat berpotensi untuk kegiatan usahatani tanaman pangan (padi, jagung, terong, labu/waluh, kacang buncis dan mentimun) yang bernilai ekonomis penting bagi masyarakat. Pertumbuhan vegetasi lahan lebak yang sangat subur dimanfaatkan masyarakat setempat untuk lahan pertanian dengan melapisinya dengan lumpur tebal dari dasar perairan atau lahan, kemudian membusuk, dan di atas vegetasi yang membusuk dengan endapan lumpur ditanami dengan tanaman pangan. Oleh sebab itu pada saat musim kemarau sering terjadi perubahan tata guna lahan dari lahan penggembalaan kerbau menjadi lahan usahatani, dan hal ini

merupakan kendala lainnya dalam pengembangan kerbau rawa sebagai plasma nutfah di Kalimantan Selatan yang perlu ditindaklanjuti oleh masyarakat dan instansi terkait.

Kualitas nutrisi hijauan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ROHAENI et al. (2006) dengan mengambil sampel dan analisis proksimat diketahui bahwa kadar protein kasar berkisar antara 4,91 - 12,48%, dan kisaran TDN (Total Digentible

Nutrients: total nutrisi tercerna) antara 54,4 -

71,69%. Hasil ini dinilai lebih tinggi kandungan protein dan TDNnya dibandingkan dengan hijauan yang terdapat di Sumbawa yang dilaporkan oleh DILAGA (2006) yaitu protein kasar berkisar antara 1,9-13,5% dengan rataan 3,6% dan TDN antara 50,7 - 65,6% dengan rataan 56,1%.

(6)

Tabel 6. Hasil analisis proksimat hijauan pakan untuk kerbau rawa Nama rumput Gizi Rumput Minyak Rumput Batu Rumput Mining Juluk Laki Baba Tungan-1 Padi Hiang-1 Baba Tungan-2 Padi Hiang-2 R. Alalan g B.Kering 94,57 94,73 93,69 93,49 93,80 94,30 94,07 94,27 91,66 Protein K 7,99 6,21 8,97 10,78 8,96 8,02 6,25 12,48 7,33 Lemak K 1,14 1,16 1,62 1,33 1,11 1,69 0,91 1,36 1,39 Serat K 27,85 34,59 23,66 26,09 21,09 28,28 18,99 23,27 29,19 K. Abu 10,92 10,28 12,04 10,03 11,01 14,23 6,98 13,44 6,85 BETN 52,09 47,77 53,71 51,77 57,83 47,78 66,85 49,46 55,24 TDN 59,30 54,40 62,24 61,46 65,24 56,22 71,69 61,21 58,70 Kalsium 0,42 0,24 0,19 0,47 0,91 0,24 0,19 1,72 0,00 Pospor 0,22 0 0,12 0,13 0,16 0,31 0,13 0,27 0,00 Nama rumput Gizi Banta Karanda-ngan Rumput Rintik R.Mi- nyak Campah iring R. wader Taji ayam Babanihan/ p.hiang Papi kang B.Kering 92,47 93,51 94,28 94,61 95,19 94,85 94,98 94,34 91,82 Protein K 11,36 4,91 11,58 7,99 7,94 5,31 5,31 8,01 7,31 Lemak K 1,82 1,56 2,35 1,33 1,30 2,08 1,83 1,31 1,07 Serat K 24,51 23,60 23,71 26,32 24,81 28,29 31,02 24,52 29,37 K. Abu 12,95 7,93 13,01 10,17 14,81 12,18 5,86 20,24 6,25 BETN 49,37 62,42 49,36 54,19 51,13 52,12 55,99 45,92 55,99 TDN 60,65 66,06 62,03 60,61 59,29 56,31 56,13 55,97 58,55 Kalsium 0,102 0,27 0,58 0,216 0,214 0,204 0,17 0,28 0,14 Pospor 0,039 0 2,75 0 0 0,215 0 0 0,00 Keterangan: Hasil analisis proksimat dalam % berdasarkan perhitungan berat kering

K = kasar; BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen; TDN = Total Digestible Nutrients/Total Nutrisi Tercerna

Sumber: ROHAENI et al. (2006)

Berdasarkan data pada Tabel 6, Padihiang (Echinochloa sp) mempunyai kualitas nutrisi yang baik, namun hijauan hanya dapat tumbuh di lahan rawa. Beberapa tahun terakhir hijauan ini mulai berkurang populasinya dan pertumbuhan optimalnya terjadi pada musim hujan. Hijauan ini sangat disukai oleh kerbau oleh karena itu untuk mengantisipasi punahnya atau langkanya jenis hijauan ini perlu dilakukan upaya penanaman padihiang di lokasi padang penggembalaan.

Jenis hijauan lain yang cukup berpotensi yaitu Kumpai Mining (bahas lokal, tidak dapat diidentifikasi) dan Banta (Leersia hexandra Swartz). Hijauan ini dapat tumbuh dengan cukup baik pada musim hujan dan musim kemarau. Kandungan nutrisi protein kasar

untuk kumpai mining 8,97% dan TDN 62,24% sedang kandungan protein rumput Banta (Leersia hexandra Swartz) 11,35% dan TDN 60,65%.

Hasil penelitian yang dilaporkan oleh SUSILAWATI (2006) tentang rumput Kumpai (rumput lokal) yang ada di Jambi, rumput ini merupakan sumberdaya alam yang memiliki nilai biologis yang tinggi. Selain itu dilaporkan bahwa rumput Kumpai merupakan salah satu jenis rumput rawa yang mempunyai potensi sebagai hijaun pakan, turut menunjang upaya penganekaragaman pakan untuk menjamin ketersediaan sumber pakan yang bermutu dan tidak bersaing dengan manusia. Rumput lokal perlu dibudidayakan sebagai hijauan pakan mengingat kandungan protein kasar yang

(7)

cukup tinggi yaitu antara 16,15-21,51% dan sudah adaptif.

Berdasarkan data di atas, kualitas gizi hijauan yang ada menunjukkan potensi yang cukup baik untuk ternak kerbau. Namun untuk lebih optimalnya dan untuk menjaga kelangsungan serta ketersediaan hijauan yang baik perlu dilakukan beberapa upaya yaitu : • Perlunya ditekankan pada petani akan

pentingnya rotasi padang penggembalaan • Perlu upaya penanaman hijauan lokal yang

telah adaptif pada padang penggembalaan sehingga populasinya lebih banyak

• Sosialisasi pemanfaatan limbah pertanian untuk mengatasi kesulitan pakan pada musim kemarau atau musin hujan yang panjang

• Perlunya pembinaan kelompok bagi petani peternak kerbau khususnya yang berada di daerah yang sangat terpencil.

KESIMPULAN

Produksi hijauan sebagai pakan ternak kerbau masih sangat tergantung dari alam karena upaya penanaman TPT untuk kerbau dapat dikatakan masih belum ada.

Hijauan yang ditemukan di Kalimantan Selatan menunjukkan adanya perbedaan antara lahan rawa dan lahan kering, namun ada beberapa jenis hijauan yang sama.

Hijauan yang ditemukan di lahan rawa lebih beragam dan lebih banyak dibandingkan lahan kering. Jenis hijauan yang mendominasi bila dilihat antara musim menunjukkan adanya perbedaan.

Pada umumnya kualitas hijauan beragam baik dari segi produksi maupun kandungan gizinya. Kandungan protein kasar dari hijauan pakan ternak berkisar antara 4,91-12,48%, TDN berkisar antara 54,40-71,69%.

DAFTAR PUSTAKA

ABDULLAH, L., P.D.M.H. KARTI dan S. HARDJOSOEWIGNYO. 2005. Reposisi tanaman

pakan dalam kurikulum Fakultas Peternakan. Prosiding Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Bogor 16 September 2005.P. 11-17.

DILAGA,S.H. 2006. Kontribusi potensial padang rumput sebagai wadah dan sumber pakan kerbau di Sumbawa. Prosiding Lokakarya Nasional: Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi. Sumbawa 4-5 Agustus 2006. P. 227-233.

DINAS PARIWISATA PROPINSI KALIMANTAN SELATAN. 1996. Upaya Pengembangan Kerbau Rawa sebagai Obyek Wisata Agro di Kalimantan Selatan. Makalah disampaikan dalam rangka : Diskusi Kerbau Rawa sebagai Obyek Wisata Agro. Banjarbaru 25 Maret 1996.

ROHAENI,E.S.,ARIEF DARMAWAN,A.HAMDAN,R.

QOMARIAH dan A. SUBHAN. 2005. Inventarisasi dan Karakterisasi Ternak Kerbau di Kalimantan Selatan. Laporan Hasil Penelitian. BPTP Kalimantan Selatan. ROHAENI,E.S.,A.HAMDAN,R.QOMARIAH DAN A.

SUBHAN. 2006. Inventarisasi dan Karakterisasi

Ternak Kerbau di Kalimantan Selatan. Laporan Hasil Penelitian. BPTP Kalimantan Selatan.

SAENAB, A. dan WARYAT. 2005. Strategi

pengembangan tanaman pakan ternak di wilayah perkotaan. Prosiding Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Bogor 16 September 2005. P. 83-86.

SUSILAWATI, E. 2005. Eksplorasi rumput Kumpai (Hymenachine amplexicaulis (Rudge) Nees) sebagai pakan ternak di Propinsi Jambi. Prosiding Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Bogor 16 September 2005. P. 177-181.

Referensi

Dokumen terkait

Sampai saat ini belum ada data besaran luas lahan eksisting dan sebarannya, besaran daya tampung lahan berdasarkan potensi produksi tanaman hijauan pakan dari lahan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi tanaman hijauan indigofera sebagai pakan ternak di Desa Karanggatak, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali.. Hasil yang didapatkan

Pada Tabel 6 terlihat bahwa kepadatan ternak kerbau per satuan lahan yang potensial untuk pengembalaan dan pengadaan hijauan (pakan pokok ruminansia) jauh lebih rendah di luar

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis vegetasi yang tumbuh di lahan bekas sawah dan potensinya sebagai pakan hijauan untuk mencukupi kebutuhan ternak secara

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan akhir dengan judul “Manajemen Pemeliharaan Sapi Laktasi di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak

Pada Tabel 6 terlihat bahwa kepadatan ternak kerbau per satuan lahan yang potensial untuk pengembalaan dan pengadaan hijauan (pakan pokok ruminansia) jauh lebih rendah di luar

Semua kegiatan di dalam proyek pertanian lahan kering dan yang berorientasi agroekosistem menggunakan tanaman pakan ternak, baik rumput maupun leguminosa, sebagai tanaman

Kegiatan ini dilaksanakan di empat kabupaten sebagai daerah sentra pengembangan ternak kerbau rawa di Kalimantan Selatan pada tahun 2005, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU),