• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Sebaran Kasus DBD Di Kota Sukabumi Tahun The Distribution Pattern of Dengue Cases in Sukabumi in 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pola Sebaran Kasus DBD Di Kota Sukabumi Tahun The Distribution Pattern of Dengue Cases in Sukabumi in 2012"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pola Sebaran Kasus DBD Di Kota Sukabumi Tahun 2012

The Distribution Pattern of Dengue Cases in Sukabumi in 2012

Abstract.The increasing rate of Dengue virus infection rate in Sukabumi exceeds other regions in West Java. Sukabumi dengue cases in the year of 2012 increased by 80% from the previous year. This study aimed to determine the pattern of distribution of dengue cases in Sukabumi in 2012. study sample was DHF patients in Sukabumi from January 2012 to November 2012. Patient data were obtained from the data reported by a Hospital to Sukabumi health department. The data obtained is used to plot the distribution map of dengue cases in the city of Sukabumi. Results obtained from this study concludes that the incidence of the IR is highest in Baros located in the southern city of Sukabumi until June 2012 and gunung puyuh that are relatively located north of the city of Sukabumi starting in July 2012

Key Words: distribution pattern, cases of dengue, city Sukabumi 2012

Abstrak. Kecepatan peningkatan kasus infeksi virus Dengue di Kota Sukabumi melebihi wilayah lain di Jawa Barat. Kasus DBD di Kota Sukabumi tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 80% dari tahun sebelumnya. Melihat kondisi tersebut maka dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pola distribusi kasus DBD di Kota Sukabumi tahun 2012. Sampel penelitian adalah penderita DBD di Kota Sukabumi dari bulan Januari 2012 sampai November 2012. Data penderita diperoleh dari data Rumah Sakit yang melaporkan ke dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Data yang di peroleh dipetakan dalam peta sebaran kasus DBD di Kota Sukabumi. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa kejadian dengan IR tertinggi terdapat di kecamatan Baros yang terletak di selatan kota Sukabumi hingga bulan Juni 2012 dan kecamatan Gunung puyuh yang relatif terletak di utara kota Sukabumi mulai bulan Juli 2012

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia termasuk negara dengan endemis demam berdarah dengue tinggi. karena adanya kejadian luar biasa (KLB) DBD yang terjadi secara periodik dalam kurun waktu 3-5 tahun dan banyaknya kematian akibat dengue pada anak-anak. Tingginya kasus DBD di Indonesia juga diakibatkan oleh keempat serotipe virus dengue yang bersirkulasi di Indonesia dengan iklim tropis yang cocok untuk perkembangbiakan Aedes aegypti sebagai vektor utama dapat hidup dan berkembang biak serta tersebar luas di kota dan desa1.

Infeksi virus dengue di Indonesia seringkali mengalami peningkatan kasus yang hampir terjadi setiap tahun 2. Karakteristik nyamuk Aedes spp. cenderung bersifat lokal spesifik, atau berbeda antara satu dengan yang lainnya3. Pertumbuhan populasi, arus urbanisasi, kurangnya infrastruktur kesehatan dasar perkotaan, dan pertumbuhan eksponensial tingkat konsumerisme penduduk merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi lingkungan untuk terjadinya penularan1. Dalam perspektif keruangan, Gatrell (2001) dalam Projo (2005) memandang lingkungan fisik dan sosial sebagai faktor kunci dalam memahami distribusi keruangan penyakit dan proses penularannya4.

Memasuki awal tahun 2004, telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) DBD di beberapa pro-vinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan DKI Jakarta pada tahun 1995 dan 1998 mengalami KLB5. Situasi kasus infeksi virus dengue, jumlah penderita, dan infection rate (IR) Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2000 hingga 2009 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 mencapai 13,8/100.000 dan terus meningkat sampai pada tahun 2009 mencapai hampir 80 kasus per 100.000. Pada tahun 2007, semua kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat pernah melaporkan KLB infeksi virus dengue di wilayahnya. Di antara 26 kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat, Kota Sukabumi merupakan wilayah dengan IR paling tinggi tahun 2009 mencapai 430 per 100.000 dan pada tahun 2010 mencapai 330 per 100.000. Pada tahun 2010 terjadi penurunan, namun hal ini terjadi pada semua kabupaten/kota di Jawa Barat. Slope garis regresi peningkatan IR infeksi virus dengue pada periode 2004 – 2010 Kota Sukabumi memiliki nilai paling besar (55,8) jika dibandingkan Kota Cimahi (32,1) dan Kota Bandung (12,1). Hasil ini menunjukan bahwa kecepatan peningkatan kasus infeksi virus dengue di Kota Sukabumi melebihi wilayah lain di Jawa Barat6.

Untuk mengetahui pola distribusi penyebaran kasus DBD di Kota Sukabumi maka dilakukan pemetaan kasus DBD selama 11 bulan sepanjang tahun 2012 dengan tujuan untuk mendapatkan peta stratifikasi kasus infeksi virus dengue antar kelurahan di Kota Sukabumi.

Tujuan penelitian supaya dituliskan, sehingga pembaca mengerti tujuan yang akan dicapai !!!

METODE

Penelitian ini dilakukan di Kota Sukabumi pada bulan Januari - November 2012, desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah semua penduduk kota Sukabumi, sampel penelitian adalah penderita DBD. Data penderita DBD di peroleh dari Rumah Sakit yang dilaporkan ke dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Lokasi tempat tinggal sampel di petakan menggunakan GPS Garmin 6scx, data yang terkumpul disimpan dalam lembar data manual dan elektronik (komputer). Semua data dilengkapi dengan posisi geografis hasil plotting. Selanjutnya, data hasil plotting digabungkan dengan image peta dasar setelah dilakukan digitasi peta dasar agar posisinya sesuai. Sebagai peta dasar digunakan hasil pencitraan dari Google Earth® dan peta

(3)

rupa bumi Kota Sukabumi. Selanjutnya data elektronik diolah dengan lembar kerja elektronik yang kemudian diolah ke perangkat lunak pemetaan untuk dilakukan proses digitasi, buffering dan overlay. Hasil akhir dari proses ini diperoleh peta stratifikasi wilayah-wilayah yang derdapat kasus infeksi virus dengue . Stratifikasi dengan warna merah didifinisikan sebagai insiden tinggi (IR ≥ 55/100.000 penduduk). Warna kuning di definisikan sebagai insiden sedang (IR > 25- 55/100.000 penduduk). Warna hijau adalah insiden rendah (IR < 25/100.000 penduduk), dan putih untuk kelurahan yang tidak ada kasus.

HASIL

Kejadian infeksi virus dengue di Kota Sukabumi bulan Januari - November 2012 adalah 1250 kasus, 1.164 kasus diantaranya telah berhasil ditemukan alamatnya dan diantaranya 122 alamat penderita belum berhasil ditandai dikarenakan alamat yang sulit dilacak atau penderita tidak dikenal/bukan berdomisili di alamat yang tertulis dalam laporan Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.

Sebaran insiden antar kelurahan antar bulan berturut-turut disajikan pada gambar 1. Tabel 1. Sebaran kasus DBD di setiap desa di ….. Kab. Sukabumi !!! Tahun : 2012 ??? Keterangan gambar: No. Kelurahan 1 Selabatu 2 Cikole 3 Gn Parang 4 Kebonjati 5 Subangjaya 6 Cisarua 7 Sriwidari 8 Gn Puyuh 9 Karamat 10 Kr. Tengah 11 Benteng 12 Dayeuh Luhur 13 Sukakarya 14 Nyomplong 15 Warudoyong 16 Tipar 17 Cikondang 18 Nanggeleng 19 Citamiang 20 G Panjang 21 Babakan 22 Cibeureum H 23 Sindang Palay 24 Limus Nunggal 25 Baros 26 Jaya Raksa 27 Jaya Mekar 28 Sudajaya Hilir 29 Cikundul 30 Sindang Sari 31 Cipanengah 32 Lembur Situ 33 Situ Mekar

(4)

Januari Februari Maret

April Mei Juni

Juli Agustus September

Oktober Nopember

Gambar 1 Peta stratifikasi kasus infeksi virus dengue antar kelurahan di Kota Sukabumi dari Bulan Januari – November 2012

Gambar-gambar ini terlalu kecil, sehingga sulit dipahami oleh pembaca. Dan harap dipertimbangkan stratifikasi tersebut setiap bulan (apakah perlu?). Mungkin lebih baik musim penghujan dan musim kemarau (sehingga tidak terlalu ramai gambarnnya).

(5)

Kasus infeksi virus Dengue tahun 2012 di Kota Sukabumi pada bulan Januari, IR tinggi terjadi di 6 kelurahan yaitu kelurahan Lembur situ, Baros, Kebon jati, Gunung puyuh, Cikondang dan Citamiang. Bulan Februari, IR tinggi terjadi di 7 kelurahan yaitu kelurahan Baros, Nanggeleng, Nyomplong, Karamat, Gunung puyuh, Cikole, dan Selabatu. Bulan Maret terjadi peningkatan kasus infeksi virus dengue, IR tinggi terjadi di 11 kelurahan yaitu, Baros, Situ Mekar, Cibeureum Hilir, Cikondang, Citamiang, Gedong panjang, Selabatu, Cikole, Kebonjati, Gunung Puyuh dan Karamat. Bulan April, IR tinggi terjadi di 7 kelurahan, yaitu Cikole, Kebon Jati, Karamat, Warudoyong, Sindang Palay, Baros dan Cipaneungah. Bulan Mei, IR tinggi terjadi di 6 kelurahan yaitu Baros, Sudajaya Hilir, Nanggeleng, Citamiang, Selabatu dan Karamat. Bulan Juni, IR tinggi terjadi di 4 kelurahan, yaitu Selabatu, Gunung Puyuh, Baros dan Jaya Mekar. Pada bulan Juli terjadi lagi peningkatan kasus, IR tinggi terjadi pada 14 kelurahan yaitu, Selabatu, Cikole, Gunung Parang, Sriwedari, Gunung puyuh, Karamat, Sukakarya, Warudoyong, Nanggeleng, Cibeureum hilir, Limus nunggal, Baros, Jaya raksa dan Lembur situ. Bulan Agustus, IR tinggi terjadi di 7 kelurahan, yaitu Gunung puyuh, Karang tengah, Warudoyong, Cibeureum hilir, Baros, Jaya mekar, dan Lembur situ, Bulan September kasus mengalami penurunan IR tinggi terjadi hanya di 2 kelurahan di Gunung puyuh, dan Citamiang. Bulan Oktober, IR tinggi terjadi di 3 kelurahan yaitu Gunung Puyuh, Baros dan Lembur situ dan Bulan November, IR tinggi terjadi di 2 kelurahan yaitu, Gunung puyuh dan Cibeureum hilir.

PEMBAHASAN

Kelurahan Baros merupakan kelurahan yang berkontribusi tinggi terhadap angka insiden DBD di Kota Sukabumi. Insidence Rate kelurahan Baros selalu tinggi hampir di setiap bulannya. Selain Kelurahan Baros, Kelurahan Gunung Puyuh juga memiliki angka insiden rate yang tinggi. Kelurahan Baros dan Gunung Puyuh ini dalam 11 bulan, 9 bulan diantanya kasusnya tinggi, kemudian Selabatu dan Karamat kasusnya tinggi sebanyak 5 bulan dalam 11 bulan, Cikole, Citamiang dan Cibeureum Hilir sebanyak 4 bulan dalam 11 bulan, Kebon Jati, Warudoyong, Lembur Situ dan Situ Mekar kasusnya tinggi selama 3 bulan dalam 11 bulan, kelurahan lainnya hanya mengalami kasus tinggi selama 1 sampai 2 bulan, kecuali Subangjaya, Cisarua, Benteng, Dayeuh Luhur, Tipar, Babakan, Cikundul dan Sindang sari kasus infeksi virus dengue-nya tidak pernah tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kasus DBD di Kota Sukabumi masih tinggi. Hal ini terlihat masih banyak kelurahan yang merupakan daerah endemis tinggi DBD. Kasus DBD tertinggi terjadi di bulan Juli, dimana incident rate tinggi terjadi di 14 Kelurahan dan bulan Maret incident rate tinggi terjadi di 11 Kelurahan.

Bulan September Walikota Kota Sukabumi menggalakkan program “Gertak PSN”. Program ini berimbas signifikan pada penurunan jumlah kasus DBD di Kota Sukabumi dan berhasil menurunkan Incidence rate sehingga hanya 2 kelurahan yang kasusnya tinggi pada bulan ini. Namun pada bulan Oktober kasus DBD mulai beranjak naik lagi. PSN merupakan upaya pemberan-tasan tempat perkembangbiakan nyamuk berupa tempat penampungan air di dalam maupun di luar rumah8, maka bila bak mandi tidak dikuras secara

(6)

berkesinambungan ataupun pemberantasan di sekitar rumah tidak dilakukan, maka bisa mengakibatkan penularan DBD akan terus berlangsung9.

Incidence rate tertinggi terjadi di Kelurahan Gunung Puyuh lokasinya di bagian utara Kota Sukabumi dan Kelurahan Baros yang berada pada bagian selatan Kota Sukabumi yang letaknya relatif lebih rendah dibandingkan bagian utara Kota Sukabumi. Pada dua kelurahan di bagian utara incidence rate virus Dengue yang tinggi terjadi mulai bulan Juli, sedangkan dibagian selatan incidence rate virus Dengue tinggi sampai bulan Juni. Aspek penting dari posisi Kota Sukabumi terkait transmisi virus dengue adalah posisinya yang tidak terisolasi ke setiap penjuru dengan kemudahan berbagai sarana transportasi yang kemungkinan dapat menjadi jalur utama distribusi virus dengue ke penjuru kelurahan-kelurahan lain yang terkena kasus.

Berdasarkan curah hujan, Hasil pengamatan di 3 (tiga) stasiun mencatat bahwa bulan terbasah atau bulan dengan intensitas curah hujan tertinggi terjadi di Desember. Sebaliknya, bulan Juli tercatat memiliki jumlah curah hujan terendah atau pada bulan tersebut wilayah kota Sukabumi mengalami musim kemarau7. Hubungan curah hujan dengan kejadian DBD memang tidak signifikan dimana pada musim kemarau justru terdapat angka kejadian DBD tertinggi tetapi intensitas curah hujan dapat dikaitkan dengan sebaran kasus dan berpengaruh pada lingkungan dikarenakan hujan berhubunganan dengan ketersediaan air dan kondisi udara yang mendukung untuk pertumbuhan vektor.

Pembahasan belum mengacu kepada sebaran kasus (setiap desa? Puskesmas ?? atau bulan ??) Hal tersebut sangat penting untuk pembahasan dan penentuan Kesimpulan penelitian !

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini menunjukan bahwa kejadian DBD di kota Sukabumi masih tinggi. Kejadian DBD yang telah diamati tersebar dari bagian utara sampai ke selatan kota Sukabumi, kejadian dengan IR tertinggi terdapat di kecamatan Baros yang terletak di selatan kota Sukabumi hingga bulan Juni 2012 dan kecamatan Gunung puyuh yang relatif terletak di utara kota Sukabumi mulai bulan Juli 2012. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih jauh untuk menentukan efektivitas „gertak PSN‟ dalam perubahan perilaku penduduk kota Sukabumi dalam mencegah kontak dengan vektor DBD.

Harus mengacu kepada tujuan, hasil dan pembahasan untuk menentukan saran/kebijakan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan Kepada Kementerian Kesehatan R.I. melalui Badan Litbang Kesehatan yang memberikan dukungan pembiayaan dan pembinaan dalam pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Pemerintah Daerah Kota Sukabumi beserta seluruh jajarannya di dinas kesehatan, puskesmas, kelurahan, para ketua RT/RW dan masyarakat Kota Sukabumi. Secara khusus, tentunya tanpa dukungan dan bantuan dari RSUD Syamsudin dan RS. Assyfa kegiatan penelitian ini tidak terlaksana, untuk itu disampaikan ucapan terima kasih atas kontribusi yang tak terbalas.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. 2009. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control.

2. Soegijanto S, 2006, Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.,Edisi 2 pp: 253-254, 248-249, Airlangga University Press, Surabaya.

3. Hasyimi M. dan Soekirno M. Pengamatan Tempat Perindukan Aedes Aegypti Pada Tempat Penampungan Air Rumah Tangga pada Masyarakat Pengguna Air Olahan. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1, April 2004 : 37-42.

4. Danoedoro, Projo (2005), Fenomena Keruangan Penyakit Menular, Suatu Perpektif Geoinformasi, Fakultas Geografi UGM Yogyakarta.

5. Anonim. Situasi P2-DBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2004. Dinkes Prov. Jawa Barat. 6. Bandung 2005. Nusa RES. 2011. Infeksi Virus Dengeu di Propinsi Jawa Barat periode

2004-2010. Laporan internal. Loka Litbang P2B2 Ciamis.

7. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi. 2013. Kota Sukabumi dalam Angka 2012. Sukabumi: BPS Kota Sukabumi.

8. M.Hasyimi, dkk. Kesiapan Pada Beberapa Instansi Kesehatan pada Saat Munculnya Kasus Demam Berdarah Dengue di DKI Jakarta, Bekasi dan Tangerang Tahun 2005. Prosiding Seminar Sehari Strategi Pengenda-lian Vektor dan Reservoir Pada Kedaruratan Bencana Alam di Era Desentralisasi. Salatiga, 2006.

9. Tirtha Chakraborty. Dengue Fever and Other Hemorraghic Fever Viruses. Chelsea House. New York. 2008.

Gambar

Gambar  1  Peta  stratifikasi  kasus  infeksi  virus  dengue  antar  kelurahan  di  Kota  Sukabumi  dari  Bulan   Januari – November 2012

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu Perencanaan dan Pengendalian Kapasitas W aktu Produksi Dengan Metode Rough Cut Capacity Planning Pada Sistem Informasi diharapkan mampu untuk

Hasil Transkrip dan Coding: Ni Putu Angelina Kerta Dewi – 14140110120 Penelitian: Penegakkan Struktur di dalam Masyarakat Pers: Studi Kasus terhadap Kebijakan Verifikasi Institusi

Hasil pengamatan jumlah koloni bakteri Shigella dysentriae menunjukkan bahwa perasan kulit apel manalagi ( Malus sylvestris Mill ) dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Namun begitu, media modifikasi dengan ubi kayu dapat menjadi alternatif pengganti media dengan biaya pembuatan yang lebih murah daripada Saboraud Dextrosa Agar

Garis-garis Besar Haluan Negara juga menegaskan bahwa generasi muda yang di dalamnya termasuk para siswa adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber

Jika seseorang telah menetapkan seekor kambing menjadi hewan qurban lalu hatinya senang kepada hewan tersebut dengan tujuan tertentu sehingga dia menyesal dan

Seorang pengendara motor dari vertex X yang berada di jalan AR.Hakim mendapati kendaraannya bocor ban, pengendara ini mencari jalur terdekat untuk dapat menemukan

Ada tiga buah parameter fuzzy yang harus kita desain untuk merancang suatu plant fuzzy yaitu membership function input, memberhip function output dan rule.. Nilai patokan yang kita