• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001)."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Motivasi

Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti “menggerakkan” (to move) (Winardi, 2001).

Menurut Mc.Donald, di dalam buku Sardiman (2007) yang berjudul interaksi dan motivasi belajar mengajar, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Djamarah, 2002).

Motif atau motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berprilaku (Notoatmojo, 2007).

Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Suryabrata, 2007).

2.2 Jenis-jenis Motivasi

Menurut Djamarah (2005) macam-macam motivasi hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi intrinstik dan motivasi ekstrinstik.

(2)

2.2.1 Motivasi Intrinstik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinstik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ini datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu, karena bakat, gemar, kemauan.

Motivasi intrinstik dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu : 2.2.1.1 Fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap motivasi dan kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan sadar jasmaninya akan memiliki motivasi dan semangat belajar yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang jasmaninya tidak segar atau sedang sakit. Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh). Sebagian besar yang dipelajari manusia (anak) selama belajar berlangsung dengan membaca, melihat contoh, atau model, melakukan observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah, dan sebagainya. Karena pentingnya peranan penglihatan dan pendengaran inilah maka lingkungan pendidikan formal orang melakukan penelitian untuk menemukan bentuk dan cara penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar.

(3)

2.2.1.2 Psikologis

Berupa minat dan bakat. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Anak didik memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan suatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut (Suryabrata, 2007).

Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan. Banyak sebenarnya bakat bawaan yang dapat ditumbuhkan asal diberi kesempatan dengan sebaik-baiknya.

Menurut Arden N. Fradsen (Hayinah, 1992), yang dikutip oleh Baharuddin (2007), yang termasuk dalam motivasi intrinsik antara lain :

a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju.

c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya.

d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.

(4)

2.2.2 Motivasi Ekstrinstik

Motivasi ekstrinstik adalah kebalikan dari motivasi intrinstik. Motivasi ekstrinstik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar, seperti orang tua, guru, teman, anggota masyarakat, lingkungan kerja, berharap memperoleh kehidupan yang lebih baik, dan status sosial yang baik.

2.2.3 Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis di dalam buku Sardiman (2007) yang berjudul Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar :

a. Motif atau kebutuhan organik

Meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.

b. Motif-motif darurat

Yang termasuk dalam jenis motif ini adalah : dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu.

c. Motif objektif

Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

2.2.4. Penggolongan motivasi lain didasarkan atas tebentuknya motif-motif itu. Berdasarkan atas hal ini dapat dibedakan atas dua macam motif:

a. Motif-motif bawaan

Yaitu motif-motif yang dibawa sejak lahir, jadi ada tanpa dipelajari, seperti dorongan untuk makan, minum, seksual, bergerak, dan beristirahat. Motif ini

(5)

seringkali disebut juga motif-motif yang disyaratkan secara biologis, artinya ada dalam warisan biologis manusia.

b. Motif-motif yang dipelajari

Yaitu motif yang timbulnya karena dipelajari, seperti : dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengejar sesuatu kedudukan dalam masyarakat. Motif ini seringkali disebut juga motif-motif yang disyaratkan secara sosial, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia maka motif-motif golongan ini terbentuk.

Ada juga ahli yang menggolongkan motif-motif itu menjadi dua macam atas dasar isi atau perangkat pautannya, yaitu:

a. Motif jasmaniah

seperti : refleks, instink, otomatisme, nafsu, hasrat. b. Motif rohaniah

Yaitu kemauan. Kemauan itu tebentuk melalui empat komponen, seperti:momen timbulnya alasan-alasan, momen pilih, momen putusan, momen terbentuknya kemauan (Suryabrata, 2007).

Disamping itu Frandsen, masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini: a. Cognitive motives

Motif ini menunjukkan pada gejala intrinstik, yakni menyangkut kepuasan individual.Kepuasan individual yang berada didalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental.Jenis moif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar disekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan yang intelektual.

(6)

b. Self-expression

Penampilan diri adalah sebagian dari prilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kajadian.Untuk ini memang diperlukan kreatifitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.

c. Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi (Sardiman, 2007).

Motivasi ekstrinsik menurut Baharuddin (2007) adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

Motivasi sangat erat dengan hubungannya dengan kebutuhan sebab seseorang akan trerdorong melakukan sesuatu bila merasa ada suatu kebutuhan. Selama kebutuhan tersebut belum terpenuhi maka selama itu pula yang bersangkutan belum merasakan kepuasaan pada dirinya. Rasa ketidakpuasan karena belum terpenuhinya kebutuhan tersebut akan menimbulkan sesuatu ketidakseimbangan dalam diri seseorang. (Sardiman, 2007)

(7)

Maslow membagi kebutuhan dalam lima tingkatan, yaitu : 1. Kebutuhan fisiologis

2. Kebutuhan akan rasa aman 3. Kebutuhan sosial 4. Kebutuhan akan penghargaan diri 5. Kebutuhan aktualitas diri.

Kelima tingkatan kebutuhan pokok ini yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia, yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital yang menyangkut fungsi – fungsi biologis dasar dari organisme manusia, kamudian kebutuhan akan terjaminnya keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perlakuan tidak adil, setelah itu kebutuhan akan di cintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, berikutnya adalah kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, yang terakhir adalah kebutuhan mempertinggi potensi – potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri. Adapun kelima kebutuhan itu dapat dilihat pada gambar berikut :

(8)

Aktua litas diri

Kebutuhan Penghargaan

Kebutuhan sosial

Kebutuhan rasa aman

Kebutuhan fisiologis

Gbr. Lima Tingkat Kebutuhan Menurut Maslow

Menurut Morgan yang di tulis oleh Nasution yang di kutip kembali oleh Sardiman (2007) dikatakan bahwa manusia hidup itu memiliki berbagai kebutuhan antara lain : 1. kebutuhan untuk berbuat sesuatu aktivitas, 2. kebutuhan

untuk menyenangkan orang lain, 3. kebutuhan untuk mencapai hidupnya, 4. kebutuhan untuk mencapai kesulitan.

2.3 Fungsi Motivasi dalam Belajar

Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi :

1. Mendorong manusia untuk bergerak, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

(9)

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. Dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut

(Sardiman, 2007).

2.4 Pengertian Pendidikan, Pendidik dan Mendidik

Paedagogie berasal dari bahasa yunani, terdiri dari kata “PAIS”, artinya anak, dan “AGAIN” diterjemahkan membimbing, jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.

Para tokoh pendidikan mendefenisikan pendidikan (paedagogie) sebagai berikut:

a. John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia

b. Langeveld

Mendidik adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa.Usaha membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja antara orang dewasa dengan anak/yang belum dewasa.

(10)

c. Hoogeveld

Mendidik adalah membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.

d. SA.Bratanata dkk

Pendidikan adalah usaha yang sengaja dilakukan baik langsung maupun degan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.

e. Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada masa dewasa.

f. Ki Hajar Dewantara

Mendidik adalah menuntun segala kekutan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinginya. g. GBHN

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. (Ahmadi, 2001)

Para ahli yang lain juga mengemukakan defenisi pendidikan, seperti: a) Driyarkarya mengatakan bahwa: pendidikan adalah upaya

memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ketaraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan adalah pemausiaan manusia muda.

b) Dictionary Of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang megembangkan kemampuan sikap dan

(11)

bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana ia hidup.

c) Crow and Crow menyebut pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi kegenerasi.

Dari uraian diatas, maka penidikan dapat diartikan sebagai:

a) Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan. b) Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam

pertumbuhannya.

c) Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat.

d) Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan (Ihsan, 2005).

Pendidik mempunyai dua arti, ialah dalam arti yang luas dan arti yang sempit.Pendidik dalam arti yang luas adalah semua orang yang berkewajiban membina anak-anak. Pendidik dalam arti sempit adalah orang-orang yang disiapkan dengan sengaja untuk menjadi guru dan dosen (Pidarta, 2005).

2.5 Jenis-jenis Pendidikan

2.5.1 Menurut tingkat dan sistem persekolahan

Setiap Negara mempunyai sistem persekolahan yang berbeda-beda, seperti di Indonesia sebagai berikut:

(12)

a. Tingkat pra sekolah

b. Tingkat sekolah dasar (sekolah dasar umum dan sekolah luar biasa) c. Tingkat sekolah menengah pertama (SMTP umum dan SMTP

kejuruan)

d. Tingkat sekolah menengah atas (SMTA umum dan SMTA kejuruan) e. Tingkat perguruan tinggi (jalur gelar S1, S2, S3, dan jalur non gelar

D1, D2, D3)

2.5.2 Menurut tempat berlangsungnya pendidikan

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan menurut tempatnya dibedakan menjadi 3 (tiga) dan disebut tripusat pendidikan yaitu:

Pendidikan dalam keluarga Pedidikan dalam sekolah Pendidikan dalam masyarakat

2.5.3 Menurut cara berlangsungnya pendidikan Pendidikan fungsional

Yaitu pendidikan yang berlangsung secara naluriah tanpa rencana dan tujuan tetapi berlangsung begitu saja

Pendidikan intusional

Adalah lawan dari pendidikan fungsional yaitu program dan tujuan sudah direncanakan

(13)

2.5.4 Menurut aspek pribadi yang tidak disentuh,jadi tidak menyentuh seluruh dari kepribadian anak didik. Kita kenal ada pendidikan olahraga kesehatan, pendidikan sosial, pendidikan bahasa, dan lain-lain.

2.5.5 Menurut sifatnya a) Pendidkan informal

yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat.

b) Pendidikan formal

yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat.

c) Pendidikan non formal

Yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat (Ahmadi, 2001).

2.6 Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan dalam arti mikro (sempit) adalah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Fungsi pendidikan secara makro (luas) adalah sebagai alat:

a. Perkembangan pribadi b. Perkembangan warga negara c. Perkembangan kebudayaan

(14)

2.7 Tujuan Pendidikan D-IV Bidan Pendidik

Tujuan pendidikan program studi D-IV kebidanan adalah untuk menghasilkan sarjana saint terapan (SST) kebidanan professional yang mampu melaksanakan tugas-tugas kompetensi sebagai berikut: mengembangkan dirinya sebagai bidan professional yang berkepribadian Indonesia, menerapkan konsep keilmuan dan keterampilan profesinya dalam pelayanan kebidanan, memberikan pelayanan kebidanan dimasyarakat dengan tetap mempertimbangkan kultur budaya, mampu mengembangkan dirinya sebagai seorang pendidik secara professional dibidang ilmu kebidanan, meningkatkan penguasaan ilmu kebidanan untuk kepentingan dirinya baik sebagai bidan maupun pendidik.

2.8 Tahapan-tahapan Kompetensi D-IV Bidan Pendidik

Agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka mahasiswa program studi D-IV bidan pendidik harus melalui tahapan kompetensi sebagai berikut:  Kompetensi tahap 1

a. Menerapkan konsep-konsep dasar ilmu-ilmu kesehatan yang berkaitan dengan ilmu kebidanan

b. Memahami keterampilan dasar klinik yang berfokus pada wanita, neonatus, bayi dan anak balita

 Kompetensi tahap 2

a. Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus fisiologis secara komprehensif baik di tingkaat institusi maupun komunitas

(15)

b. Melaksanakan pelayanan keluarga berencana baik secara institusi maupun komunitas

 Kompetensi tahap 3

a. Melaksanakan asuhan kebidanan patologi dan kegawatdaruratan disemua tatanan pelayanan kesehatan diinstitusi maupun komunitas b. Melaksanakan pengembangan ilmu pengetahuan kenidanan melalui

penulisan karya ilmiah  Kompetensi tahap 4

a. Menerapkan konsep dasar pendidikan kebidanan

b. Merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar kebidanan meliputi administrasi pendidikan dan supervise pendidikan

c. Merancang dan melaksanakan evaluasi proses pembelajaran dalam pendidikan kebidanan

d. Melaksanakan penelitian dalam bidang kebidanan (Brodjonegoro, 2007).

2.9 Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individual yang sedang belajar. Ada bebeapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ketekunan belajar.

(16)

2.9.1 Motivasi Dalam Menentukan Penguatan Belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

2.9.2 Peran Motivasi Dalam Memperjelas Tujuan Belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.

2.9.3 Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu aka berusaha memepelajarinya dengan baik dan tekun dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya apabila seseorang kurang tekun belajar atau tidak memiliki motivasi untuk belajar maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal-hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti

motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar (Uno, 2007).

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian pertama akan dijelaskan tentang tipe dan jenis penelitian yang akan dipakai, bagian kedua akan menjelaskan fokus penelitian, bagian ketiga akan menjelaskan

Nilai P < α (0,05) berarti adanya perbedaan frekuensi geliat yang bermakna antara ke lompok uji , kelompok pe mbanding, da n kelompok kontrol. S elanjutnya da pat

Jika guru yang lain memiliki masalah pembelajaran yang sama atau hampir sama dengan guru yang telah berhasil melakukan PTK dengan tindakan tertentu, maka dia dapat

Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena atas anugerah dan kasih-Nya maka Penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul ” PENGARUH SUBSTITUSI KORO GUDE

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap dimensi meja dan kursi sekolah pada SD ABC, terdapat beberapa ketidaksesuaian dimensi dari kedua jenis meja

İqtisadi informatika fənnindən seminarda həll olunmuş misallar və onların..

Oleh itu, usaha ke arah meningkatkan keterlibatan dalam program latihan dalam kalangan pekerja bertaraf tetap dan kontrak perlu diteruskan.Dalam sektor

seharusnya pengaturan hukum terhadap Tindak Pidana Penistaan Agama di dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia Pengaturan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum