• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR TAHUN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR TAHUN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR TAHUN

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

IbM KELOMPOK TANI PRODUSEN BIBIT JAMUR MERANG

DI DESA AJEE RAYEUK KECAMATAN INGIN JAYA

KABUPATEN ACEH BESAR

Tahun Ke 1 dari rencana 1 Tahun

TIM PENGUSUL:

Ketua : Hasanuddin, SP, M.Si 0005087201 Anggota : 1. Dr. Ir. Syamsuddin, M.Si 0004076103 2. Ir M. Abduh Ulim, M.P 0005085306

Dibiayai oleh :

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan

Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Pengabdian Masyarakat

Nomor: 011/SP2H/LT/DRPM/II/2016 Tanggal 17 Februari 2016

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

OKTOBER, 2016

(2)
(3)

RINGKASAN

Jamur merupakan salah satu komoditi yang mempunyai harapan di masa depan, mengingat permintaan pasar cukup tinggi sedangkan produksi masih rendah. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai 12-15 ton per hektar satu kali panen atau 4-5 ton bahan kering tergantung pada lokasi dan varietas tanaman padi yang ditanam. Produksi jerami padi yang dihasilkan sekitar 50% dari produksi gabah kering panen. Luas areal panen tanaman padi daerah Provinsi Aceh setiap musim tanam berdasarkan sekitar 419.183 ha, jika per hektar produksi jerami 12-15 ton, berarti total produksi jerami per musim tanam berkisar 5.030,196-6.287,745 ton. Produksi jerami yang begitu besar jumlahnya sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan jamur merang. Salah satu kendala utama dalam produksi jamur merang di Provinsi Aceh adalah tidak tersedianya bibit untuk produksi jamur. Bibit yang digunakan selama ini harus didatangkan dari luar Provinsi Aceh, hal ini di samping harga yang cukup mahal, juga sering tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Oleh karena itu perlu adanya pemberdayaan kelompok uasah produksi bibit jamur, sehingga kebutuhan bibit dapat teratasi. Desa Ajee Rayeek merupakan salah satu desa yang cukup potensial untuk diberdayakan karena di desa tersebut terdapat dua kelompok tani yang sudah mendapatkan pelatihan budidaya jamur merang yang dilakukan oleh NGO pasca stunami beberapa tahun yang lalu yaitu kelompok tani Makmue Beusare dan kelompok tani Cot Umon. Di samping itu produksi jerami yang cukup banyak di desa ini dan desa sekitarnya sehingga kebutuhan jerami untuk media bibit jamur cukup tersedia. Solusi yang ditawarkan dalam program pengabdian ini menjadikan kelompok tani Cot Umon dan Makmu Beusare menjadi produsen bibit jamur merang yang legal dan terdaftar. Target yang ingin dicapai terbentuknya kelompok produsen bibit jamur, terbentuknya jaringan pemasaran, dan bertambahnya pendapatan petani. Sedangkan luaran yang akan dihasilkan berupa produk bibit jamur merang, dan terbenuknya jaringan pemasaran. Di samping itu luaran yang ingin capai berupa teknologi tepat guna dalam produksi bibit jamur merang dan publikasikasi ilmiah. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah dengan memberikan pelatihan secara langsung teknik produksi bibit jamur kepada kelompok tani produsen bibit, pelatihan manajemen wirausaha bibit jamur, mendampingi untuk mendapatkan legalitas sebagai produsen bibit dari lembaga pemerintah terkait, pendampingan secara terus menerus mulai dari perencanaan untuk menjadi usaha produsen bibit sampai kegiatan pemasaran bibit dan melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pelaksanaan pengabdian.

Hasil yang dicapai dari pengabdian ini adalah kelompok tani Cot Umon dan Makmue Beusare sudah dapat memahami teknik pembibitan jamur merang dan memasarkan dalam bentuk bibit yang dimasukkan dikemas dalam berbagai ukuran, sehingga nilai tambah (value added) yang diterima petani lebih tinggi.Kelompok tani Cot Umon dan Makmue Beusare ini sudah dapat memahami manajemen kewirausahaan bibit jamur merang dan bermutu dan teknologi produksi benih unggul bersertifikat berdasarkan syarat dan ketentuan Pemerintah. Kata Kunci: Produsen, Bibit, Jamur Merang, Biakan Murni, Biakan Induk, Bibit Produksi

(4)
(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadhirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karuniaNya sehingga penulis telah dapat melaksanakan Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) dengan Judul “IbM Kelompok Tani Produsen Bibit Jamur Merangdi Desa Ajee Rayeuk Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar” dengan tanpa mengalami hambatan yang berarti. Mengingat pengunaan bibit unggul bersertifikat, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pengelolaan ekosistem pertanian secara keseluruhan, sehingga merupakan prioritas yang perlu dikembangkandan diharapkan bias membudaya pada tingkat masyarakat secara terus menerus. Oleh karena itu, pengabdian ini mencoba memproduksi dan mensosialisasikan pada masyarakat pemanfaatan bibit unggul dan tata cara proses pemberian sertifikat pada bibit jamur merang sehingga bibit yang diproduksi dapat dipasarkan kemasyarakat lain secara legalitas.

Kegiatan IbM ini tidak mungkin dapat terlaksana tanpa dukungan dana dari Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Syiah Kuala, serta ucapan terima kasih juga disampaikan kepada masyarakat Desa Ajee Rayeuk kabupaten Aceh Besar yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Darussalam Banda Aceh, 7 September 2016 Tim Peneliti

(6)

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii RINGKASAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... v DFTAR TABEL……… vi

DAFTAR GAMBAR……… vii

DAFTAR LAMPIRAN……… iix

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1.2. Analisis Situasi... 1.3. Permasalahan Mitra... 1.4. Solusi yang ditawarkan... 1 2 3 4 BAB II. TARGET DAN LUARAN... 4

BAB III. METODE PELAKSANAAN... 5

BAB IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI... 16

BAB V. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI... 18

BAB VI. RENCANA SELANJUTNYA……… 20

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

DAFTAR PUSTAKA……… 21 LAMPIRAN-LAMPIRAN...

Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul………… Lampiran 2. Gambaran Ipteks yang akan ditransfer

kepada kedua mitra... Lampiran 3. Peta Lokasi Wilayah kedua mitra... Lampiran 4. Surat Pernyataan Kesediaan Bekerjasama mitra IbM Kelompok Tani Cot Umon... Lampiran 5. Surat Pernyataan Kesediaan Bekerjasama mitra IbM Kelompok Tani Makmue Beusaree...

23 24 26 29 32 35

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema produksi bibit jamur merang………... 8 Gambar 2. Pelatihan Pembibitan Jamur Merang……… 18 Gambar 3. Perkenalan alat dan Bahan pada kelompok tani……….. 19

(8)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jamur merupakan salah satu komoditi yang mempunyai harapan di masa depan, mengingat permintaan pasar cukup tinggi sedangkan produksi masih rendah. Singapura misalnya, membutuhkan 100 ton jamur merang setiap bulan dan Malaysia membutuhkan jamur merang sekitar 15 ton tiap minggunya. Kebutuhan jamur merang dalam negeri juga mempunyai prospek yang sangat cerah. Kebutuhan jamur merang untuk: Jakarta, Bogor, Sukabumi, Bandung, dan sekitarnya rata-rata 15 ton setiap harinya (Mayun 2007).

Jamur mempunyai nilai gizi (terutama protein) yang cukup tinggi namun berkolesterol rendah juga berkhasiat obat (Anomnim 1999). Di samping itu jamur merang mengandung berbagai macam asam amino essensial, lemak, mineral, dan vitamin, juga terdapat zat penting yang berpengaruh terhadap aspek medis. Jamur merang adalah makanan yang mengandung zat gizi yang baik, dari hasil penelitian, rata-rata jamur mengandung 19-35 persen protein lebih tinggi dibanding beras (7,38%) dan gandum (13,20%). Asam amino esensial yang terdapat pada jamur, ada sekitar sembilan jenis dari 20 asam amino yang dikenal. Yang istimewa 72% lemaknya tidak jenuh, jamur juga mengandung berbagai jenis vitamin, antara lain B1 (thiamine), B2 (riboflavine), niasin dan biotin. Selain elemen mikro, jamur juga mengandung berbagai jenis mineral, antara lain K, P, Ca, Na, Mg, dan Cu. Kandungan serat mulai 7,40-24,60% sangat baik bagi pencernaan. Jamur mempunyai kandungan kalori yang sangat rendah sehingga cocok bagi pelaku diet (Sunandar et al. 2010).

Mengingat kandungan gizinya, kiranya jamur merang dapat dijadikan alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jamur merang umumnya tumbuh pada media yang mengandung sumber selulosa, misalnya pada tumpukan merang, limbah penggilingan padi, limbah pabrik kertas, ampas sagu, ampas tebu, sisa kapas, kulit buah pala, dan sebagainya. Selain pada kompos merang, jamur dapat tumbuh pada media lain yang merupakan limbah pertanian sehingga limbah tidak terbung sia-sia karena memberi nilai tambah. Namun demikian walaupun tidak tumbuh pada media merang nama

Volvariella volvaceae selalu diartikan jamur merang (Sinaga 2000).

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat

(9)

2 mencapai 12-15 ton per hektar satu kali panen atau 4-5 ton bahan kering tergantung pada lokasi dan varietas tanaman padi yang ditanam. Jerami adalah bagian tanaman padi yang sudah diambil buahnya, di dalamnya termasuk batang, daun, dan merang. Produksi jerami padi yang dihasilkan sekitar 50% dari produksi gabah kering panen (Krishaditersanto 2015).

Luas areal panen tanaman padi daerah Provinsi Aceh setiap musim tanam berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh sekitar 419.183 ha, jika per hektar produksi jerami 12-15 ton, berarti total produksi jerami per musim tanam berkisar 5.030,196-6.287,745 ton (Berita Resmi Statistik 2015). Produksi jerami yang begitu besar jumlahnya sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan jamur merang. Selama ini petani setelah selesai panen, jerami umunya dibakar atau disimpan untuk pakan ternak. Penggunaan sebagai media pertumbuhan jamur terutama untuk jamur merang masih belum banyak dimanfaatkan. Karena masih terbatasnya jumlah usaha produksi jamur.

Salah satu kendala utama dalam produksi jamur merang di Provinsi Aceh karena tidak tersedianya bibit untuk produksi jamur. Bibit yang digunakan selama ini harus didatangkan dari luar Provinsi Aceh, hal ini di samping harga yang cukup mahal, juga sering tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Menurut Suriawiria (2007), bibit merupakan salah satu faktor yang sangat mennentukan dalam usaha produksi jamur merang. Oleh karena itu perlu adanya pemberdayaan kelompok uasah produksi bibit jamur, sehingga kebutuhan bibit dapat teratasi.

1.2. Analisis Situasi

Desa Ajee Rayeek merupakan salah satu desa yang cukup potensial untuk diberdayakan karena di desa tersebut terdapat dua kelompok tani yang sudah mendapatkan pelatihan budidaya jamur merang yang dilakukan oleh NGO pasca stunami beberapa tahun yang lalu yaitu kelompok tani Makmue Beusare dan kelompok tani Cot Umon. Di samping itu produksi jerami yang cukup banyak di desa ini dan desa sekitarnya sehingga kebutuhan jerami untuk media bibit jamur cukup tersedia.

Berdasarkan kenyataan di atas maka usaha produksi bibit jamur perlu dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui program IbM kelompok tani produsen bibit jamur merang agar kelompok tani yang dibina dapat memenuhi akan kebutuhan bibit jamur merang pada saat dibutuhkan sekaligus dapat meningkatkan

(10)

3 pendapatan mereka dengan menjual bibit jamur bersertifikat yang harganya relative mahal terutama untuk wilayah Kabupaten Aceh Besar dan untuk wilayah Provinsi Aceh secara umum.

1.3. Permasalahan Mitra

1.3.1. Pendapatan Petani Masih Sangat Rendah

Pendapatan petani masih tergolong rendah, hal ini karena umumnya pendapatan masyarakat masih bersumber dari hasil usaha tani tanaman padi. Setiap anggota kelompok tani hanya memiliki sawah seluas 0,15 ha, dengan rata-rata produksi 0,8-1 ton. Dari hasil ini mereka harus menyisihkan untuk konsumsi rumah tangga sebanyak lebih kurang 150 kg - 200 kg padi, dan selebihnya dijual untuk kebutuhan rumah tangga dan biaya pendidikan anak. Pendapatan rata-rata dari masing-masing anggota tani berkisar antara Rp. 3.200.000- Rp. 3.600.000 per musim tanam, atau kira-kira Rp. 800.000-Rp 900.000 per bulan dengan asumsi harga padi Rp. 4.000 - Rp. 4.500 per kg. Jumlah ini sangatlah kecil dibandingkan kebutuhan rumah tangga yang selalu meningkat seiring dengan meningkatnya harga bahan bakar yang dibarengi dengan kenaikan harga barang dan jasa lainnya.

1.3.2. Pengetahun Kelompok Tani dalam Usaha Produksi Bibit Jamur Masih Rendah

Kedua kelompok tani Cot Umon dan Makmue Beusare adalah kelompok tani usaha tani tanaman pangan dan hortikultura. Oleh karena itu mereka belum mengerti teknik produksi bibit jamur dan juga belum memiliki skil terhadap proses produksi bibit jamur, khususnya bibit jamur merang berdasarkan teknik yang disyaratkan. Di samping itu kelompok tani tersebut juga belum mengetahui usaha produksi bibit jamur yang menguntungkan secara bisnis. Dengan demikian masih memerlukan pemberdayaan secara intensif sehingga kedua kelompok tani tersebut dapat memproduksi bibit jamur yang menguntungkan secara ekonomi.

1.3.3. Terbatasnya kemampuan dalam pemasaran produk

Kelompok tani Cot Umon dan Makmue Beusare belum pernah berusaha produksi bibit jamur pada skala bisnis. Oleh karena itu mereka belum memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen pemasaran produk. Kedua kelompok tani tersebut selama ini hanya berpengalaman dalam proses pemasaran benih padi,

(11)

4 karena kedua kelompok tani tersebut selama ini sudah terdaftar sebagai kelompok penangkar benih padi di wilayah Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.

1.3.4. Pembinaan yang sifatnya kontinyu masih sangat terbatas

Tanpa pembinaan pada umumnya petani tidak dapat berbuat banyak kecuali melakukan kegiatan rutinitas mereka sebagai petani konvensional. Pembinaan yang dilaksanakan oleh lembaga sangat dibutuhkan oleh petani namun kenyataanya bimbingan dilapangan masih sangat terbatas karena terbatasnya dana dan fasilitas pendukung yang tersedia. Akibatnya petani jarang mendapatkan pembinaan yang sifatnya berkelanjutan dari petugas, kecuali jika instansi teknis mempunyai kegiatan atau project di desa tersebut.

Kehadiran kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini akan sangat membantu kelompok tani dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani terutama sejak dari pemilihan lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat usaha produksi bibit jamur sampai dengan proses administrasi sertifikasi benih dan pemasaran bibit. Pengalaman team pelaksana pengabdian dalam dua tahun terakhir menunjukkan bahwa petani sangat respon dalam berbagai kegiatan yang sifatnya meningkatkan pendapatan petani.

1.4. Solusi yang Ditawarkan

Adapun solusi yang ditawarkan dalam program pengabdian ini adalah menjadikan kelompok tani Cot Umon dan Makmu Beusare menjadi kelompok produsen bibit jamur merang yang legal, terdaftar UPTD BPPSTPH di Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Besar, sehingga dalam menjalankan kegiatan usaha produksi bibit akan lebih aman karena pengakuan dari instansi teknis. Di samping itu melakukan pelatihan dan bimbingan secara langsung kelompok mitra dalam usaha produksi bibit jamur merang, dari mulai memproduksi sampai pemasaran.

BAB. II. TARGET DAN LUARAN

Target yang ingin dicapai adalah terbentuknya kelompok tani produsen bibit jamur merang, terbentuknya jaringan pemasaran, bertambahnya pendapatan anggota kelompok tani. Sedangkan luaran yang akan dihasilkan dalam program pengabdian ini adalah berupa produk bibit jamur merang, terbentuknya jaringan pemasaran. Di samping itu luaran yang ingin capai dalam kegiatan ini berupa teknologi tepat guna

(12)

5 dalam produksi bibit jamur merang dan publikasikasi ilmiah baik yang dipblikasi pada jurnal nasional terakreditasi dan jurnal nasional tidak terakreditasi.

BAB. III. METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah dengan memberikan pelatihan secara langsung teknik produksi bibit jamur kepada kelompok tani produsen bibit, pelatihan manajemen wirausaha produsen bibit jamur, mendapingi untuk mendapatkan legalitas sebagai produsen bibit dari lembaga pemerintah terkait, pendampingan secara terus menerus mulai dari perencanaan untuk menjadi usaha produsen bibit sampai kegiatan pemasaran bibit.

1) Pelatihan secara langsung teknik produksi bibit jamur. Pelatihan akan diberikan oleh tim pelaksana kegiatan pengabdian dengan mendatangkan tenaga ahli baik dari perguruan tinggi maupun dari balai-balai yang ada di Provinsi Aceh seperti Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pertanian.

2) Pendaftaran menjadi kelompok produsen bibit jamur. Pengurusan administrasi dilakukan di BPP Kecamatan Ingin Jaya, kemudian berkas diteruskan ke UPTD balai pengawasan dan sertifikasi benih Kabupaten Aceh Besar.

3) Pemasaran produk. Pemasaran bibit jamur merang unggul bersertifikat dilakukan baik langsung maupun dengan menjalin pemasaran melalui toko-toko yang menjual agroinput pertanian, instansi terkait, dan perusahaan BUMN.

4) Monitoring dan evaluasi. Tim pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat melaksanakan monitoring dan evaluasi sejak dari permohonan menjadi kelompok produsen bibit, proses produksi bibit jamur, sertifikasi bibit dan pemasaran bibit, serta kegiatan promosi produk.

3.1. Proses Untuk Menjadi Kelompok Penangkar

3.1.1. Permohonan Sertifikasi Bibit Jamur Merang Hasil Produksi

Ketentuan mengenai sertifikasi produksi bbibit tertuang dalam keputusan Menteri Pertanian (Permentan) No. 39 Tahun 2006 tentang produksi, sertifikasi dan peredaran bibit. Sedangkan instansi penyelenggara sertifikasi bibit, termasuk bibit jamur yaitu Unit Pelaksana Teknis Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD) Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB).

Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini, kedua kelompok tani produsen bibit jamur merang akan dibimbing secara langsung untuk mendapatkan legalitas dan

(13)

6 sertifikat produk (bibit jamur merang) kepada instansi penyelenggara dalam hal ini UPTD BPSBTPH dengan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan seperti tempat produksi yang digunakan untuk memproduksi bibit, bibit sumber (biakan murni) yang akan dijadikan bibit produksi, proses produksi bibit, pemeriksaan atau sertifikasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan lain-lain. Permohonan diajukan kepada penyelenggara sertifikasi paling lambat 10 hari sebelum mulai produksi bibit serta mengisi formulir permohonan sertifikasi yang telah ditentukan, dengan melampirkan label bibit sumber yang akan diproduksi. Bibit jamur yang akan diproduksi biasanya berasal dari biakan murni jamur merang berasal dari Lembaga Penelitian seperti BIOTROP, Ciawi Bogor.

3.2. Proses Pembuatan Bibit Jamur Merang

3.2.1. Pembuatan Biakan Murni Dan Biakan Induk

Untuk melakukan usaha pembibitan maka pada awalnya produsen bibit harus memiliki biakan murni. Biakan murni merupakan miselium jamur yang tumbuh pada media agar miring dalam tabung reaksi. Biakan murni biasanya mempunyai data identitas yang menjelaskan nama biakan, tanggal inokulasi dibuat, dan asal pembuat beserta alamatnya. Biakan murni suatu jamur dapat diperoleh dari suatu institusi yang menangani koleksi biakan murni mikroorganisme yang sedang bekerja menggunakan jamur tersebut. Apabila membeli biakan murni maka harus diketahui dengan pasti urutan keturunannya. Hal ini sangat penting agar dapat diperhitungkan berapa kali perbanyakan yang dapat dilakukan sehingga bibit yang dihasilkan masih berkualitas baik. Selain dengan membeli, biakan murni juga dapat dibuat sendiri. Untuk selanjutnya biakan murni tersebut diperbanyak menjadi biakan induk yang dapat menjadi inokulum untuk membuat bibit induk atau bibit produksi. Untuk membuat biakan murni dan juga biakan induk harus melalui serangkaian tahap kegiatan yang semuanya harus dilakukan secara aseptik dengan menggunakan teknik mikrobiologi (Gunawan 2007; Suriawiria 1986). Dalam pembibitan jamur, terutama dalam pembuatan biakan murni dan biakan induk, semua tahap kegiatan harus dilakukan dengan teknik mikrobiologi. Urutan proses pembuatan bibit produksi jamur merang dapat dilihat pada Gambar 1.

(14)

7 3.2.2. Pembuatan Media Buatan

Media yang umum digunakan untuk membuat biakan murni suatu jamur ialah media agar-agar dekstrosa kentang, agar-agar ekstrak khamir dekstrosa, agar-agar ekstrak malt, dan agar-agar lengkap. Semua jenis media tersebut dapat digunakan sebagai media untuk mengisolasi dan meremajakan biakan murni jamur. Media agar-agar dekstrose kentang merupakan media yang paling murah di antara media agar-agar lainnya. Berikut ini beberpa macam media biakan murni dan cara pembuatannya.

Media Agar Dekstrose Kentang. Bahan yang digunakan meliputi kentang (dikupas lalu dipotong-potong) 200 g, Dekstrose 20 g, Agar-agar batang 20 g, Aquades steril 1.000 ml. Cara membuatnya kentang direbus di dalam 500 ml aquadser steril sampai empuk. Agar-agar batang dimasak dengan air sebanyak 500 ml sampai agar-agar larut selanjutnya dekstrose (dapat diganti dengan gula pasir) dimasukkan ke dalamnya. Selanjutnya air ekstrak kentang dituangkan ke dalam larutan agar-agar. Larutan ini kemudian disaring dengan kain katun yang tipis. Larutan ditambah aquades steril sampai volumenya menjadi 1.000 ml (Gunawan 2007; Suharjo 2007).

Sterilisasi Media. Sebelum digunakan, media harus disterilkan, yaitu dibebaskan dari semua organisme hidup. Cara mensterilkan media yang paling umum dilakukan yaitu dengan perlakuan panas lembab. Bergantung pada macam bahan yang akan disterilkan, sterilisasi dapat pula dilakukan dengan perlakuan panas kering, kimia, penyaringan, atau radiasi. Sterilisasi dengan panas lembab biasanya dilakukan di dalam suatu bejana logam yang disebut autoklaf. Sterilisasi ini dilakukan dengan uap air jenuh bertekanan 1.5 lb/in2 selama 15 menit pada suhu 121 0C. Suhu tersebut merupakan suhu sterilisasi terbaik untuk bahan-bahan yang akan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Autoklaf pada umumnya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang dapat ditembus oleh kelembaban tanpa merusaknya (Gunawan 2007; Suharjo 2007).

(15)

8 Gambar 1. Skema produksi bibit jamur merang (Suriawiria 1986)

Pembuatan Media Agar-agar. Sebagai substrat untuk menumbuhkan biakan murni maka dibuat media agar-agar cawan dan media agar miring. Kedua jenis media tersebut dibuat dari media biakan yang telah tersedia. Pada dasarnya kedua jenis media agar-agar tersebut adalah sama, yang membedakan hanyalah tempat yang digunakan.

Lembaga Penelitian (Sumber Bibit)

Pembuatan Biakan Murni dan Biakan Induk

Media Agar Dekstrose Kentang Sterilisasi Media Pembuatan Media Agar-agar. Biakan Murni dari Subbiakan atau dari Spora

Media Bibit Produksi Pembuatan Bibit Jamur Menyiapkan biakan Murni Bibit Jamur Menyiapkan Media Tanam Bibit Jamur Pembuatan Bibit Induk Media Bibit Induk Kemasan Bibit Produksi (Siap Jual) Pembuatan Bibit Produksi Pemeliharaan Biakan Murni PERSIAPAN MEDIA

(16)

9 Media agar-agar cawan menggunakan tempat cawan petri, sedangkan media agar-agar miring menggunakan tabung reaksi.

Pembuatan Biakan Murni Bibit Jamur. Membiakkan jamur pada suatu media juga memerlukan teknik aseptik. Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan di tempat yang bersih dan tidak banyak angin sehingga tujuan mendapatkan biakan jamur yang murni seperti yang diinginkan dapat tercapai. Pekerjaan ini biasanya dilakukan di dalam kotak inokulasi. Jika dalam membiakkan jamur yang tumbuh bukan hanya jamur yang diinginkan, tetapi juga kontaminannya maka pemurnian harus dilakukan. Pemurnian dapat dilakukan dengan mengambil sedikit hifa jamur yang tumbuhnya terpisah dari kontaminan. Sedikit hifa tersebut kemudian dipindahkan ke agar-agar cawan yang telah disediakan (Gunawan 2007; Suharjo 2007).

Jika pada agar-agar cawan telah diperoleh satu macam koloni saja maka biakan tersebut sudah murni. Untuk memastikan biakan murni tersebut merupakan biakan jamur yang ditumbuhkan maka perlu dilakukan pemeriksaan. Bagi yang telah berpengalaman, biakan jamur dapat dikenali dari morfologi koloni yang tumbuh pada media. Namun, pemeriksaan koloni dengan menggunakan mikroskop akan lebih memastikan biakan yang tumbuh merupakan jamur yang diinginkan ataukah kontaminannya.

Pembuatan biakan murni suatu jamur dapat dilakukan dengan teknik tanam langsung, teknik spora tunggal dan spora multi. Pada sistem pembuatan teknik tanaman langsung dapat digunakan miselium yang ada di dalam bibit, substrat yang mengandung miselium jamur, misalnya biji yang digunakan untuk bibit atau dari jaringan tubuh buah. Hifa yang tumbuh selanjutnya dimurnikan sehingga dalam satu cawan hanya ada satu macam koloni miselium jamur. Satu macam koloni inilah yang dinamakan biakan murni dan biakan ini selanjutnya disimpan dalam tabung berisi agar-agar miring. Pembuatan biakan murni dapat dilakuakn dengan tiga cara, yaitu dari subbiakan, spora, dan jaringan tubuh buah.

Biakan Murni dari Subbiakan. Biakan murni jamur yang dibeli sebaiknya diperbanyak dahulu sebelum digunakan dalam pembuatan bibit. Cara perbanyakan dilakukan dengan memindahkan sekelumit agar-agar yang ditumbuhi miselium jamur ke agar-agar miring. Biakan murni jamur budidaya yang anda miliki tidak dapat digunakan terus-menerus sebagai sumber atau induk untuk memperbanyak bibit.

(17)

10 Umumnya miselium akan mengalami perubahan setelah biakan murni diremajakan beberapa kali. Sebagai pegangan dianjurkan supaya peremajaan tidak dilakukan lebih dari tujuh kali (F7) untuk tujuan menghasilkan bibit produksi. Oleh karena itu, perlu diketahui asal-usul biakan murni yang akan digunakan sebagai biakan induk untuk membuat bibit jamur (Gunawan 2007; Suharjo 2007).

Biakan murni dapat dibeli dari suatu institusi yang menangani koleksi biakan murni atau laboratorium yang menangani pembiakan jamur pangan. Selain dengan cara dibeli, biakan murni dapat pula dibuat dengan memindahkan miselium dari botol bibit jamur atau butiran biji dari botol bibit ke media agar-agar. Biakan murni yang diperoleh merupakan biakan murni dari subbiakan.

Biakan murni yang diperoleh dari subbiakan murni tidak dapat diketahui sudah berapa kali dilakukan perbanyakan atau peremajaan. Terlebih jika biakan murni tersebut diisolasi dari miselium atau butiran biji dari botol bibit jamur. Peremajaan biakan jamur yang dilakukan berulang kali dapat menimbulkan kemunduran genetika pada biakan jamur tersebut. Oleh karena itu, asalusul biakan murni yang digunakan untuk membuat bibit jamur harus jelas.

Biakan Murni dari Spora. Untuk membuat biakan murni dari spora diperlukan tubuh buah jamur yang telah dewasa. Di dalam tubuh buah dihasilkan spora. Pada jamur merang (V. volvaceae) spora dihasilkan pada bilah-bilah yang terletak di bagian bawah tudungnya. Pembuatan biakan murni dari spora dapat dilakukan dengan mengambil satu spora atau banyak spora. Untuk mengambil sporanya, tudung jamur yang telah dewasa dipotong dari tangkainya kemudian diletakkan dalam keadaan bagian tudung yang mengandung spora menghadap ke bawah. Spora yang telah matang akan turun dan ditampung dalam cawan yang berisi media agar steril. Dengan cara ini spora akan tersebar rata di seluruh media, tetapi diusahakan agar spora tidak bertumpuk. Selanjutnya cawan ditutup dan diinkubasi (Gunawan 2007; Suharjo 2007).

Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan spora ini biasanya beberapa detik sampai beberapa menit bergantung pada kepadatan spora yang diinginkan dan derajat kematangan tubuh buah jamur. Spora biasanya akan berkecambah setelah beberapa jam pada suhu optimum pertumbuhannya. Spora yang telah membentuk tabung kecambah diisolasi dengan cara memotong media tempat tumbuhnya dengan scalpel, jarum inokulasi, atau pelubang media agar-agar. Potongan kecil media agar-agar dikeluarkan

(18)

11 dari cawan dan dipindahkan ke media agar-agar segar lain supaya dapat tumbuh. Koloni yang diperoleh merupakan biakan murni spora tunggal jika berasal dari satu spora saja, sedangkan jika berasal dari banyak spora merupakan biakan murni spora multi.

3.2.4. Pemeliharaan Biakan Murni.

Biakan murni jamur yang disimpan sering kali mengalami perubahan sifat. Oleh karena itu, biakan murni hendaknya dipelihara dengan baik. Ada beberapa metode untuk memelihara biakan hidup jamur, yaitu pemindahan berkala, pemberian oksigen terbatas, kelaparan akan nutrient, liofilisasi, dan pembekuan menggunakan nitrogen cair. Cara pemeliharaan biakan murni yang umum diterapkan oleh produsen bibit jamur ialah pemindahan berkala. Semua pekerjaan yang melibatkan jamur dalam metode pemeliharaan harus dilakuakn secara aseptik (Gunawan 2007; Suharjo 2007).

Pemindahan Bibit Berkala. Pemindahan berkala pada media agar miring merupakan cara yang paling umum (sekitar 27 0C) atau di dalam lemari es (10 0C). Namun, penyimpanan pada suhu kamar berakibat media agar cepat mongering sehingga biakannya akan mati. Penyimpanan di dalam lemari es tidak mengakibatkan media agar cepat kering, tetapi tidak semua jenis jamur dapat hidup pada suhu rendah. Sebagai contoh biakan murni jamur merang jangan di simpan di dalam lemari es. Salah satu kendala cara pemindahan berkala yaitu memerlukan banyak tenaga jika telah melibatkan sejumlah besar biakan murni. Selain itu, dalam setiap periode tertentu, biasanya 3-6 bulan, biakan jamur harus senantiasa diremajakan.

Pembuatan Biakan Induk. Dalam budidaya jamur, biakan murni yang akan digunakan sebagai sumber bibit harus di uji dahulu kemampuannya untuk menghasilkan tubuh buah. Jika hasilnya baik maka biakan murni tersebut dapat digunakan sebagai induk untuk membuat bibit jamur. Biakan murni ini selanjutnya diperbanyak sebagai biakan induk. Biakan murni tadi ditetapkan sebagai biakan yang diberi kode F1 atau keturunan F1. Biakan murni F1 diperbanyak padaagar-agar miring dan jika seluruh permukaan agar-agar telah dipenuhi miselium maka biakan ini merupakan keturunan F2 atau biakan induk F2(Gunawan 2007; Suharjo 2007).

Biakan induk tersebut dapat digunakan sebagai inokulum untuk membuat bibit induk atau bibit produksi, bergantung pada keperluan. Sebagian dari biakan induk dapat digunakan untuk membuat biakan induk lagi. Semua hasil perbanyakan dengan sumber biakan induk F2, baik sebagai biakan induk maupun bibit induk atau bibit produksi,

(19)

12 merupakan keturunan F3. Perbanyakan biakan induk dilakukkan sampai pada keturunan F5. Biakan induk F5 merupakan biakan induk paling akhir yang dapat digunakan sebagai induk untuk membuat bibit induk F6 dan bibit produksi F7.Biakan induk harus diperbaharui dengan menyediakan biakan murni lagi, baik dengan membeli maupun dengan membuat sendiri.

3.2.5. Pembuatan Bibit Jamur

Langkah awal menyiapkan biakan murni jamur dan menguji kemampuannya untuk berproduksi sebelum akhirnya diperbanyak menjadi biakan induk dan bibit induk yang akan digunakan untuk bibit induk dan bibit produksi. Sementara itu, pembibit juga harus menyiapkan media tanam bibit induk dan produksi (Gunawan 2007; Suharjo 2007).

(1). Menyiapkan biakan murni jamur

Pembuatan bibit jamur dengan menggunakan biakan murni dari tubuh buah sering dilakukan karena paling tidak karakter tubuh buah jamur yang tamoak dapat diketahui. Misalnya produsen bibit ingin memproduksi jamur merang yang bewarna hitam dan berukuran kecil maka harus dicari tubuh buah jamur dengan ciri-ciri tersebut untuk dibuat biakan murninya. Setelah biakan murni diperoleh maka langkah berikutnya menguji kemampuan biakan tersebut untuk menghasilkan tubuh buah. Jika hasil pengujian ini sesuai dengan yang diinginkan maka biakan murni tersebut ditetapkan sebagai biakan F1.

Menyiapkan media tanam bibit jamur. Media yang biasa digunakan yaitu biji-bijian, kayu, kotoran ternak, dan bahan organik lainnya. Masing-masing jenis bibit jamur mempunyai spesifikasi pertumbuhan yang khas pada setiap bahan media tanam. Dengan demikian tidak setiap bahan media tanam cocok digunakan untuk pertumbuhan semua bibit jamur. Bahan organik lainnya, potongan merang, jerami padi, daun teh yang telah diseduh, tandan kosong kelapa sawit yang telah digiling, kulit buah kopi, kemlandingan, dan tongkol jagung yang telah dihancurkan merupakan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk media bibit jamur. Jamur merang memerlukan aerasi yang lebih baik selama pertumbuhan fase miseliumnya daripada jamur kayu sehingga media yang digunakan juga berbeda teksturnya, di Indonesia bahan media jamur merang yang digunakan adalah merang dan jerami

(20)

13 padi. Daun teh, daun gamal, dan daun kemlandingan merupakan bahan yang baik untuk media bibit jamur merang.

(2). Pembuatan Bibit Induk

Bibit induk biasanya dibuat dengan media biji-bijian, kayu bentuk sumbat, keeping atau stik kayu, serbuk gergaji kayu, dan bahan organik lainnya. Satu jenis bahan yang sering digunakan untuk membuat media bibit induk adalah biji-bijian karena bahan ini kaya akan nutrisi dan pertumbuhan miselium jamur pada media ini relatif lebih cepat.

Cara pembuatan media bibit induk, biji direndam selama dua jam lalu dimasak di dalam air mendidih sampai biji merekah satu titik yang masih putih warnanya. Lalu biji ditiriskan, dalam keadaan panas dicampurkan dengan bahan tambahan, misalnya kapur dan gypsum. Biji ini dikemas didalam botol dan disterilkan. Media biji-bijian yang telah disterilkan diinokulasi dengan biakan induk jamur.

Sewaktu mengisi media bibit ke dalam botol harus diperhatikan agar isinya jangan sampai penuh supaya botol dapat dikocok dan biji-bijinya tidak menggumpal. Bagian dalam dari mulut botol diseka lalu disumbat dengan kapas. Selanjutnya botol-botol tersebut disterilkan ke dalam autoklaf. Lama sterilisasi disesuaikan dengan jumlah botol dan volume media tanam. Setelah steril botol dikeluarkan dari autoklaf dan dikocok. Pengocokan ini akan menyebarkan air dan mengeringkan biji. Selain itu pengocokan, juga mencegah biji tidak menggumpal didasar botol.

Media bibit dalam volume 250 ml diinokulasi ukuran 5 mm2 koloni jamur yang tumbuh pada media agar dari biakan induk. Ingat biji-bijian mudah sekali terkontaminasi sehingga pekerjaan harus dilakukan dengan cermat mengikuti prinsip teknik mikrobiologi. Botol yang sudah diinokulasi kemudian diinkubasi sampai seluruh substratnya ditumbuhi miselium. Waktu yang diperlukan kebanyakan spesies jamur untuk mengolonisasi substrat umumnya dua minggu. Bibit induk yang telah siap pakai disimpan pada suhu kamar karena miselium jamur merang akan cepat mati jika disimpan pada suhu yang rendah. Substrat untuk media bibit merupakan bahan pembawa miselium. Dalam memilih substrat yang akan digunakan sebagai media perlu diperhatikan bahwa biji-bijian mengandung nutrisi yang baik untuk pertumbuhan miselium jamur budidaya.

(21)

14 Media bibit induk jamur merang. Bahan : biji sorgum 1.000 g, kapur 20 g. Cara membuat : Biji sorgum dicuci dan direndam selama semalam atau minimum 2 jam. Biji yang terapung dibuang. Keesokan harinya biji sorgum dicuci kembali. Selanjutnya biji dimasak di dalam air mendidih selama 10-15 menit lalu ditiriskan, dalam keadaan sudah tak berair, tetapi masih panas biji tersebut ditambahi kapur sambil diaduk merata sehingga butir-butir biji sorgum diselimuti kapur. Media bibit induk tersebut dimasukkan ke dalam botol atau wadah plastic dan disterilkan.

Pembuatan bibit produksi. Bibit produksi adalah bibit yang digunakan dalam pelaksanaan budidaya jamur. Jadi, produk ini langsung ditanam untuk menghasilkan tubuh buah jamur. Bahan yang umum digunakan sebagai media ialah serbuk gergaji kayu untuk jamur kayu dan jerami untuk jamur kompos. Macam bahan tidak harus mutlak sesuai jenis jamur. Bahan organik lainnya dapat pula digunakan sebagai media bibit produksi, bahkan biji-bijian juga dapat digunakan.

Media bibit produksi jamur merang. Bahan : jerami padi 1.000 g, dedak 20 g, kapur 10 g. Cara membuat : jerami padi dikeringkan dan dipotong-potong sepanjang 3-5 cm. Selanjutnya potongan jerami tersebut direndam di dalam air selama 3-4 jam, lalu ditiriskan sampai kandungan airnya kira-kira 60-70%. Dengan cara menggenggamnya dapat diketahui kandungan air tersebut. Jika air menetes satu persatu di antara jari-jari tangan maka kandungan airnya telah mencapai kira-kira 60-70%. Kemudian dedak dan kapur ditambahkan ke dalam jerami yang basah ini dan dicampur sampai merata. Media dimasukkan ke dalam botol untuk disterilkan.

3.2.6. Kemasan Untuk Bibit Jamur

Setelah biakan induk jamur dan media untuk membuat bibit selesai disiapkan, langkah selanjutnya yaitu menetapkan wadah untuk mengemas bibit induk dan bibit produksi. Botol kaca atau botol plastik tahan panas merupakan wadah yang umum digunakan untuk mengemas bibit induk. Botol bermulut lebar seperti selai dapat pula digunakan untuk keperluan tersebut. Botol saus tomat atau sambal dan botol dekstrosa dari rumah sakit lebih baik lagi digunakan karena berleher panjang dan berlubang mulut sempit. Melalui lubang mulut ini bibit akan lebih mudah dipindahkan secara aseptik dari bibit induk ke bibit produksi. Ukuran botol yang digunakan beragam, dari botol yang diisi media tanam dengan bobot 100 g-2.000 g.

(22)

15 Untuk mengemas bibit produksi banyak digunakan kantong polipropilen (plastik tahan panas). Namun, satu hal yang perlu diperhatikan adalah beberapa jenis kantong plastik dapat membebaskan suatu zat yang dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur. Selain itu, kantong plastik juga lebih mudah tertusuk atau tergores benda tajam sehingga akan berlubang atau rusak. Lubang atau tempat yang rusak pada kantong plastik, bahkan yang tak tampak oleh mata sekali pun, merupakan tempat awal masuknya kontaminan. Untuk mengemas bibit produksi, ukuran kantong plastik yang digunakan cukup bervariasi dan bergantung pada bobot media yang akan diisikan ke dalamnya.

3.2.7. Mengemas Bibit Jamur Siap Jual

Bibit jamur dapat dijual dalam 4 bentuk, yaitu biakan murni, biakan induk, bibit induk, dan bibit produksi. Konsumen yang membeli biakan murni dan biakan induk harus melakukan perbanyakan sampai siap menjadi bibit. Bagi yang belum berpengalaman, pembelian biakan murni dan biakan induk ini akan cukup menyulitkan karena semua pekerjaan perbanyakan harus dilakukan dalam beberapa tahap. Sementara pembelian bibit produksi, yaitu bibit yang sudah siap dipelihara dalam budidaya jamur akan lebih memudahkan petani jamur pemula. Bibit tersebut tinggal dipelihara dan dibesarkan sampai siap dipanen. Penjualan bibit dalam bentuk bibit produksi tersebut, selain ditujukan untuk calon pembudidaya juga dapat ditujukan untuk hobis.

Kemasan yang telah berproduksi dapat pula dijadikan contoh untuk menawarkan bibit produksi. Bibit produksi jamur yang ditawarkan sebaiknya yang telah siap berproduksi, yakni media tanam yang seluruh permukaanya telah dipenuhi oleh miselium jamur. Konsumen yang ingin makan jamur segar dapat memeliharanya sendiri. Dalam penjualan bibit jamur tersebut semua keterangan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan jamur harus dijelaskan dengan terperinci. Demikian pula pemeliharaannya, keterangan tentang bobot produksi jamur juga perlu diinformasikan kepada konsumen.

C. Pemberian Sertifikat dan Pemasangan Label pada Kemasan Bibit

Pemberian sertifikasi terhadap bibit hasil produksi dilakukan setelah terbitnya laporan hasil mpemeriksaan pengujian di laboratorium, pemeriksaan tempat penyimpanan dan pengawasan pemasangan label. Label dipasang pada tiap wadah bibit yaitu pada bahagian yang mudah dilihat dan disetujui oleh penyelenggara sertifikasi.

(23)

16 Produsen bibit dalam hal ini kelompok Cot Umon dan Makmue Beusare mengajukan permintaan nomor seri pengadaan label pada penyelenggara sertifikasi bibit setelah laporan lengkap hasil pengujian suatu kelompok bibit diterima.

D. Pemasaran Bibit Jamur Merang

Pemasaran bibit jamur merang bersertifikat dilakukan dengan menjual secara langsung dan secara tidak langsung. Penjualan secara langsung yaitu dengan menyebarkan informasi melalui brosur atau leaflet kepada anggota kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) lainnya, baik yang ada di desa maupun yang ada di desa tetangga, secara tidak langsung yaitu dengan cara menitipkan bibit jamur yang sudah dipackaging di toko-toko yang menjual pestisida dan pupuk, baik di pasar desa, pasar kecamatan, pasar kabupaten dan pasar ibu kota provinsi. Produsen bibit juga dapat menjual melalui pesanan, khususnya untuk luar daerah.

BAB. IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

Organisasi pelaksana program kegiatan pengabdian ini terdiri dari satu orang ketua pelaksana berasal dari Fakultas Pertanian Unsyiah, jurusan Agroteknologi, spesialisasi dalam bidang ilmu dan teknologi benih. Anggota pelaksana terdiri dari dua orang, juga berasal dari Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi. Selain anggota pelaksana kegiatan program pengabdian ini, tim pelaksana juga dibantu oleh dua orang mahasiswa.

(1). Ketua Pelaksana: Hasanuddin S.P., M.Si

Ketua pelaksana sangat berpengalaman dalam bidang perbenihan, terutama untuk komoditi tanaman pangan (Padi, jagung dan kedelai), dan palawija serta hortikultura. Pada Fakultas Pertanian Unsyiah beliau memberikan kuliah teknologi dan industri benih, benih lanjutan, ekofisiologi penyimpanan benih, budidaya tanaman pangan, dan dasar-dasar agronomi. Selain itu beliau juga aktif sebagai anggota pengelola program pascasarjana Program Studi Agroekoteknologi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dan membantu dalam pelaksanaan perkuliahan mata ajaran ekofisiologi produksi benih, teknologi dan produksi benih. Selama 5 tahun terakhir beliau aktif melakukan penelitian tentang benih baik dana yang berasal dari hibah kompetisi, maupun hibah bersaing dari Dikti. Selain itu beliau juga pernah mendapatkan program pengabdian skim IBW selama 3 tahun, kerjasama dengan Dinas Tanaman Perkebunan Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi

(24)

17 Aceh dari tahun 2012-2014. Jabatan yang pernah beliau emban sebelumnya adalah anggota SP4 Fakultas Pertanian dari tahun 2012-2013. Selain itu beliau juga aktif membantu program studi Agroteknologi sebagai anggota Tim Penjaminan Mutu Akademik dari tahun 2013-2015.

(2). Anggota Pelaksana: Dr Ir Syamsuddin, M.Si

Anggota pelaksana (Dr Ir Syamsuddin, M.Si) berpengalaman dalam ilmu perbenihan, terutama komoditi padi dan palawija serta hortikultura. Mata kuliah yang diampu: teknologi dan industri benih, benih lanjutan, biokimia, fisiologi tanaman dan agroklimatologi. Selain itu beliau aktif sebagai dosen pascasarjana Program Studi Agroekoteknologi Universitas Syiah Kuala dalam mata ajaran ekofisiologi produksi benih, penyimpanan benih lanjutan dan metodelogi penelitian dan Program Studi Ilmu-ilmu tanaman (S3) dalam mata ajaran biokimia. Selama 5 tahun terakhir beliau aktif melakukan penelitian tentang perbenihan baik dana yang berasal dari hibah kompetisi, maupun hibah bersaing dari Dikti. Jabatan yang pernah beliau emban sebelumnya adalah ketua Laboratorium ilmu dan teknologi benih pada tahun 1999 - 2003, pernah mengikuti training manajemen laboratorium tahun 1994, dan juga aktif pada program extensi Fakultas Pertanian sebagai sekretaris pada tahun 1999-2003. Beliau aktif juga sebagai rewiewer mitra bestari pada jurnal agrotropika Universitas Lampung pada tahun 2011 sampai sekarang dan Jurnal Floratek dari tahun 2012 sampai sekarang. Saat ini beliau aktif sebagai ketua bidang Peinat Agronomi Program Studi Agroteknologi. Selain itu beliau juga aktif membantu program transmigrasi dari tahun 1989-1994, dalam program Pengembanagan Wilayah Transmigrasi Terpadu, kerja sama Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat dengan Dirjen Rahbin, Departemen Transmigrasi Jakarta. (3). Anggota Pelaksana: Ir M. Abduh Ulim, M.P.

Ir M. Abduh Ulim, M.P. adalah staf pengajar Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi, bidang Peminatan Hama dan Penyakit. Beliau aktif memberi kuliah dalam mata kuliah: botani umum, agroekologi tanaman, sistim peramalan hama dan penyakit, mikrobiologi, dan dasar-dasar perlindungan tanaman. Beliau aktif terlibat dalam penelitian tentang penyakit tanaman baik dana yang berasal dari hibah kompetisi, maupun hibah bersaing dari Dikti. Beliau aktif melakukan

(25)

18 pengabdian kepada masyarakat seperti yang terdapat pada biodata. Beliau terlibat aktif pada kuliah kerja nyata (KKN) dari tahun 2011 sampai sekarang.

(4). Mahasiswa

Mahasiswa yang mengikuti kegiatan pengabdian program IbM ini sebanyak 2 orang, mahasiswa tingkat akhir, atau semester 7 dan 8. Mereka umumnya telah menyelesaikan 130 SKS. Mahasiswa yang ikut kegiatan ini pada dasarnya ingin mendapatkan secara langsung pengetahuan terapan dan juga sebagai persiapan untuk mengikuti mata kuliah KKN.

BAB. V. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat Iptek Bagi Masyarakat (IbM) yang berjudul IbM Kelompok Tani Produsen Bibit Jamur Merang di Desa Ajee Rayeuk Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar ini dimulai sejak bulan Agustus 2016. Kemudian tim pelaksana melakukan kunjungan ke Desa untuk menyusun rencana kegiatan di lapangan bersama kelompok tani sasaran. Di samping itu juga melakukan pertemuan dengan aparat pemerintahan setempat guna menjelaskan program kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan awal yang dilakukan meliputi: Sosialisasi teknologi produksi bibit Jamur merang bersertifikat, Penentuan lokasi proses inokulasi bibit jamur merang produksi sampai siap tanam, persiapan bahan dan alat yang digunakan, pelatihan kelompok tani. Untuk keperluan produksi benih dalam kegiatan ini, sumber benih berasal dari CV. Tani Merdeka Malang Jawa Timur bibit tersebut merupakan benih berlabel biru.

1. Sosialisasi

Sosialisasi tentang teknik pembibitan Jamur dilaksanakan di Meunasah Desa Ajee Rayeuk pada tanggal 2 Agustus 2016 yang diikuti oleh anggota kelompok tani Makmu Beusare. Pada sosialisasi tersebut ketua pelaksana mempresentasikan modul pembibitan jamur bersertivikat untuk klaster ketahanan pangan. Ketua pelaksana juga menjelaskan cara budidaya jamur sejak dari Pengenalan bahan dan alat, cara pembuatan media, cara penanaman dan pemasaran.

(26)

19

Gambar 2. Tim pelaksana IbM dan Anggota BPSB sedang memeberi pengarahan ke kelompok tani Makmu Beusare tentang tehnik pembibitan jamur merang.

2. Pengadaan Bahan dan alat untuk proses inokulasi bibit jamur merang.

Sebelum proses inti dari kegiatan ini maka tahap selanjutnya adalah pengadaan bahan dan alat yang dibutuhkan untuk inokulasi bibit jamur merang yang telah dibeli baik di Banda Aceh maupun yang dipesan dari laur kota Banda Aceh berupa; laminar air flow, seperangkat alat dan bibit induk, botol kaca, kompor dan tabung gas, autoklaf serta peralatan lainnya. Pengadaan bahan dan alat ini dilaksanakan mulai tanggal 5 Agustus 2061.

(27)

20 3. Proses Inokulasi bibit Jamur Merang

Benih Sumber dari Malang Pembiakan pada Media Agar

Pembiakan pada Media Agar

Bibit Murni yang sudah tumbuh pd media agar

Persiapan Media jagung Untuk bibit induk

Proses sterilisasi media dalam Autoclave

Proses pemindahan bibit murni menjadi bibit induk

Bibit induk yang sudah tumbuh dan siap dipindahkan ke kumbung

(28)

21 4. Kegiatan Pelatihan Kelompok Tani Desa Ajee Rayeuk

Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dilaboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Unsyiah

5. Kunjungan Para Kelompok Tani Ajee Rayeuk Kesalah Tempat usaha Jamur Merang di Desa Lamgenung Kabupaten Aceh Besar.

(29)

22 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap tahapan-tahapan kegiatan yang sudah dilaksanakan, pada dasarnya kelompok tani binaan yaitu kelompok tani Umon dan Makmu Beusare Desa Aje Rayeuk sangat antusias terhadap program pengabdian yang dilaksanakan, khususnya dalam kegiatan produksi bibit jamur merang bersertifikat. Hal ini karena kedua kelompok tani tersebut telah terdaftar sebagai kelompok tani penangkar benih bersertifikat yang diakui oleh pemerintah. Di samping itu kelompok tani telah mendapatkan berbagai pengetahuan lainnya seperti pengetahuan tentang cara pembuatan media PDA sebagai media tumbuh.

Koordinasi antara pelaksana pengabdian kepada masyarakat dengan instansi teknis terus dijalin dengan mengadakan pertemuan-pertemuan lapangan dan membahas berbagai hal teknis dan non teknis serta mencari jalan keluar terhadap kendala yang ada. Sebagai contoh dalam pelaksanaan kegiatan ini mendapat kendala, yaitu pendanaan yang terlambat dan skill sangat terbatas pada kegiatan ini. Akan tetapi dengan adanya koordinasi yang baik antara aparat pemerintahan desa, kecamatan dan instansi terkait sehingga masalah tersebut dapat diatasi dengan baik.

b. Saran

Pengabdian ini akan terus kita laksanakan untuk membina masayarakat di kampong Ajee secara terus menerus dan berkesinambungan, sehingga diharapkan nantinnya desa ini menjadi salah satu contoh yang dapat diikuti oleh kelompok tani yang lain. Oleh karena itu partisipasi dan dukungan institusi pemerintah, swasta dan masyarakat sangat diharapakan untuk menjalin kerja sama yang baik.

(30)

21 DAFTARA PUSTAKA

Anonimous. 1999. Budidaya jamur Kayu. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi daerah Tingkat I jateng. Semarang.

Mayun, I. A. 2007. Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvaceae) pada Berbagai Media Tumbuh. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Sinaga, M. 2000. Jamur Merang dan Budidayanya. Penebar Swadaya. Jakarta. 86 hal.

Sunandar, B., S. Mindarti., S. Murtiani. A. Sinaga. 2010. Budidaya Jamur Merang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.

Badan Pusat Statisktik [BPS]. 2015. Produksi Padi Dan Palawija Provinsi Aceh (Angka Sementara Tahun 2014). No. 16/03/Th.VIII. 02 Maret 2015

(31)

22

LAMPIRAN

(32)

23 Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pelaksana

Ketua Tim Pengusul A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap Hasanuddin, S.P., M.Si.

2. Jenis Kelamin L

3. Jabatan Fungsional Asisten Ahli

4. Nip 197208052000031003

5. NIDN 0005087201

6. Tempat dan Tgl. Lahir Rukoh, 5 Agustus 1972

7. E- Mail ccutdek@yahoo.com

8. Nomor Telepon/Hp 085210356841

9. Alamat Kantor Fakultas Pertanian Unsyiah Darussalam Banda Aceh

10. Nomor Telepon (0651) 7552223

11. Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= 26 orang S-2=0 S-3=0

12. Mata Kuliah Yang Diampu

1. Produksi dan Industri Benih 2. Teknologi Benih Lanjutan 3. Pengelolaan Tanaman Pangan 4. Dasar-Dasar Agronomi 5. Kewirausahaan

6. Teknologi dan Informasi Komunikasi 7. Agama dan Sains

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi

Universitas Syiah Kuala Institut Pertanian Bogor

Bidang Ilmu Agronomi Ilmu dan Teknologi Benih

Tahun Masuk - Lulius 1991 - 1998 2004-2009 Judul Skripsi/

Tesis/Disertasi

Pengaruh Tingkat Ukuran dan Lamanya Periode Simpan Terhadap Viabilitas Benih Kacang Tanah (Arachis hipogea L.)

Pengaruh Tingkat Kemasakan dan Periode Simpan Terhadap Viabilitas Benih Jarak Pagar (

Jatropha curcas L.)

Nama

Pembimbing/Promotor

Ir. M. Saleh, M.Si. Dr.Ir. Endang Murniati, M.Si

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jml(Juta Rp) 1 2010 Perubahan fisiologi dan klorofil selama

pemasakan serta hubungannya dengan viabilitas benih jarak pagar ( Jatropha

(33)

24

curcas L.)

2 2011 Pengujian model simulasi vigor kekuatan tumbuh Benih Kedelai (Glycine max L. Merril) pada kondisi lahan bersalinitas Tinggi

DIPA Unsyiah 15

3 2012 Indentifikasi varietas unggul dan teknologi budidaya padi gogo di Aceh Besar

LPM Unsyiah 50 4 2013 Pengembangan Biological Seed Treatment

Pengendalian Penyakit Terbawa Benih Cabai (Capsicum annuum L.)

DIKTI 82

5 2013 Pemanfaatan Cendawan Entomopatogen

Metarhizium brunneum Peteh Untuk

Pengendalian Hama Rayap Pada Tanaman Kopi.

DIPA BOPTN Unsyiah

49

6 2013 Penentuan Saat Masak Fisiologis

Berdasarkan Kekerasan Buah Dengan Fruit Hardness Tester Model AST-5 dan Posisi Benih dalam Buah terhadap Viabilitas dan Vigor Kekuatan Tumbuh Benih Kakao

Unsyiah 15

7 2014 Tingkat Toleransi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Lokal Aceh Terhadap Intensitas Cahaya Rendah

Unsyiah 42,9

8 2014 Pengembangan Biological Seed Treatment Pengendalian Penyakit Terbawa Benih Cabai (Capsicum annuum L.)

DIKTI 97

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir No Tahun Judul Pengabdian kepada masyarakat Pendanaan

Sumber Jml(Juta Rp) 1 2010 Pengembangan padi SRI di Desa

Lambugak dan Banda Sava Kec. Lampakuk Kab. Aceh Besar.

BPW Aceh 20

2 2011 IbW Optimasi Sistem Pertanian Berbasis kakao dan kelapa sawit melalui penerapan system pertanian terpadu di Kabupaten Pidie Jaya. (Tahun I)

DIKTI dan Pemda Pidie Jaya

150

2 2012 IbW Optimasi Sistem Pertanian Berbasis kakao dan kelapa sawit melalui penerapan system pertanian terpadu di Kabupaten Pidie Jaya. (Tahun II)

DIKTI dan Pemda Pidie Jaya

150

3 2012 IbM Kelompok tani Peumakmu tani dan ibu pkk Desa Blang kreung melalui pembuatan pupuk hayati ramah lingkungan untuk peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman sayur-sayuran

DIKTI 40

(34)

25 kakao dan kelapa sawit melalui penerapan

system pertanian terpadu di Kabupaten Pidie Jaya. (Tahun III)

Pemda Pidie Jaya

5 2014 IbW Optimasi Sistem Pertanian Berbasis kakao dan kelapa sawit melalui penerapan system pertanian terpadu di Kabupaten Pidie Jaya. (Tahun III)

DIKTI dan Pemda Pidie Jaya

150

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun 1 Pengujian model simulasi vigor kekuatan

tumbuh benih kedelai (Glycine max (L) Merril) pada kondisi lahan stres oksigen

Floratek Vol.6 No.1 Tahun 2011

2 Perubahan fisiologi dan kandungan klorofil selama pemasakan serta hubungannya dengan viabilitas benih jarak pagar (Jatropha curcas L.)

Floratek Vol.7 No.2 Tahun 2012

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir No Nama Pertemuan

Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat 1 Lokakarya Nasional

V Jarak Pagar

Inovasi teknologi dan Cluster

Pioneer Menuju DME Berbasis

Jarak Pagar

2009 (Malang)

2 Forum Perbenihan Provinsi Aceh

Beberapa konsep pemikiran dalam upaya pengunaan varietas unggul di Aceh

2010 (Meulaboh, Aceh Barat) 3 Forum Perbenihan

Provinsi Aceh

Peran Stekholder dalam pengawasan dan penggunaan benih unggul.

2011 (Sigli, Pidie)

(35)

4 Pelatihan Teknis Pengawasan Mutu

dan Sertifikasi Benih

Prosedur pengawasan peredaran mutu benih pangan

2A1o @anda

Aceh)

a anun

le

No Judul Buku Tahun Jumlah

Halaman Penerbit 1 Pengelolaan Tanaman Pangan 2AD 243 Fakultas Pertanian Unsyiah 2 Produksi dan Industri Benih 2012 158 Fakultas Pertanian Unsyiah

G Ka Buku dalam 5 Tahun Terakhi

I.

Pengalaman Merumuskan Kehijakan Publik/Rekayasa Sosial dalam 5

Tahun Terakhir.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungiawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata

dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenamya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Pengabdian Ipteks bagi Masyarakat (lbM) dengan judul *IbM Kelompok Tani Produsen Bibit Jamur Merang Di Desa

Ajee Rayeuk Kecamatan

Ingin

Jaya Kabupaten Aceh Besar". Tahun

Anggaran2016.

(Hasanuddin,S.P.,M. Si.) NrP. 19720805200003 1 003

H.Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir.

No Judul / Tema HKI Tahun Jenis No P/ID

No Judul / Tema/Jenis Rekayasa Lainnya yang Telah Diterapkan

Tahun Tempat Penerapan

Respon Masyarakat

J. n dalam 10 Tahun Terakhir.

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan

Tahun

BandaAceh, 24 Apil20l5

(36)

27 Anggota I.

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) : Dr. Ir.Syamsuddin, M.Si. 2 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

3 Jabatan Struktural : -

4 NIP/NIK/No Identitas lainnya : 196107041988031006

5 NIDN : 0004076103

6 Tempat dan Tanggal Lahir : Aceh Barat, 4 Juli 1961

7 Alamat Rumah : Jl Tgk Di Blang II N0.45 Desa Tanjung Slamat, Darussalam Banda Aceh 8 Nomor Telepon/Faxs/HP : 081383600720

9 Alamat Kantor : Jl. Tgk. Hasan Krueng Kalee Kampus Darussalam, Banda Aceh 10 Nomor Telepon/Faks : (0651)-7552223/0651-7552223 11 Alamat e-mail : fp@unsyiah.ac.id

12 Lulusan yang Telah Dihasilkan : S-1=87 orang; S-2=- orang; S-3=- orang 13 Mata Kuliah yang Diampu 1. Teknologi dan Industri Benih

1. Benih Lnjutan 2. Fisiologi Tumbuhan 3. Biokimia 4. Agroklimatologi B Riwayat Pendidikan Program : S-1 S-2 S-3 Nama Perguruan Tinggi Universitas Syiah Kuala Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor

Bidang Ilmu Ilmu dan

Teknologi Benih

Ilmu dan Teknologi Benih Ilmu dan Teknologi Benih Tahun Masuk-Lulus 1981-1987 1995-1988 2003-2010 Judul Skripsi/Tesis/ Disertasi Pengaruh Kelembaban Nisbi Udara dan Periode Simpan Terhadap Viabilitas Benih Karet (Hevea brasiliensis Mul Arg). Pengaruh Kondisi Simpan dan Perlakuan Osmocontioning Terhadap Viabilitas Benih Gmelina (Gmelina arboria Roxb) Perlakuan Benih Secara Hayati Untuk Pengendalian Penyakit Busuk Phytophthora, Peningkatan Hasil dan Mutu Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Nama Pembimbing/ Promotor Dr.Ir. Zainal Abidin Pian, M.S. Dr. Ir. Endang Murniati, M.S Prof.Dr.Ir. Satriyas Ilyas, M.S.

(37)

28 5.Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jml (juta/Rp) 1. 2014

Pengembangan Biological Seed

Treatment untuk Pengendalian

Penyakit Terbawa Benih Cabai (Capsicum Annuum L.) Tahun ke I

Hibah Kompetitif

Nasional

82.500.000

2. 2013

Pengembangan Biological Seed

Treatment untuk Pengendalian

Penyakit Terbawa Benih Cabai (Capsicum Annuum L.) Tahun ke II

Hibah Kompetitif

Nasional

77.500.000

3. 2011

Pengembangan Biological Seed

Treamentuntuk Pengendalian

Busuk Phytophthora (Phytophthora

capsici) dan Peningkatan Hasil

serta Mutu Benih Tomat (Lycopersicum esculentum) Hibah Bersaing, DIKTI 47.750.000 4. 2009

Perlakuan Benih Secara Hayati untuk Pengendalian Busuk Phytophthora (Phytophthora

capsici Leonian) dan Peningkatan

Hasil serta Mutu benih Cabai Merah (Capsicum annuum)

Hibah Program Doktor, DIKTI 29.000.000 5. 2009

Introduksi Serta Identifikasi Plasma Nutfah Padi Asal Aceh yang Resisten terhadap Temperatur Tinggi Selama Pembungaan

Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional 93.000.000 6. 2007

Pengembangan Biological Seed Treatment untuk Pengendalian Busuk Phytopthora pada Cabai Merah (Capsicun annuum L.)

Hibah Bersaing,

DIKTI

33.950.000

7. 2006

Pengembangan Biological Seed Treadment untuk Pengendalian Busuk Phytopthora pada Cabai Merah (Capsicun annuum L.)

Hibah Bersaing,

DIKTI

34.500.000

Tuliskan sumber pendanaan: PDM, SKW, Fundamental Riset, Hibah Bersaing, Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana, RAPID, atau sumber lainnya.

(38)

29 6.Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendanaan

Sumber Jml (juta/Rp)

1. 2015

Optimalisasi Hasil Tanaman Padi Melalui Inovasi Teknologi Alat Pengendali Tikus Sawah Di Desa Lam Reukam Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar

DIKTI 65.000.000

2. 2014 IbM Membangun Agribisnis

Benih Padi Unggula Bersertifikat DIKTI 47.500.000

3. 2013

IbM Petani Padi Di Desa Turam Kecamatan Darul Kamal

Kabupaten Aceh Besar Melalui Introduksi Varietas Unggul Padi Gogo

Mandiri 5.000.000

4. 2012

Penyuluhan Teknik Budidaya Tanaman Cabai Intensif di Desa Rabeu, Kecamatan Kuta Baro Aceh Besar

Mandiri 5.000.000

5. 2010

Program Pemberdayaan Janda Miskin dalam Meningkatkan Pendapatan dan Kesejahteraan Keluarga di Kab. Aceh Besar

PEMDA NAD 60.000.000

Tuliskan sumber pendanaan: Penerapan Ipteks, Vucer, Vucer Multitahun, UJI, Sibermas, atausumber lainnya.

7. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal

(Tidak termasuk Makalah Seminar/Proceedings, Artikel di Surat Kabar) No Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal

1. 2013

Daya Hambat Rizobakteri agens biokontrol terhadap pertumbuhan koloni patogen Phytophthora

capsici secara In Vitro

8/2 Floratek

2. 2011

Pengujian Model Simuasi Vigor Kekuatan Tmbuh Benih Kedelai (Glycine max (L) Merril pada Kondisi Lahan Stres Oksigen

6/1 Floratek

3. 2007

Efektifitas Daya Hambat Minyak Nabati Terhadap Pertumbuhan Koloni Beberapa Patogen Terbawa benih Cabai Secara In Vitro

XI/2 Agrista

8. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir

(39)

30 No Nama Pertemuan

Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah

Waktu dan Tempat

1.

Seminar Nasional Biotik: Restorasi Sumber Daya Alam Hayati Melalui Ekoedukasi Berbasis Local Widom Sebagai Inovasi Pendidikan

Perlakuan Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman (RPPT) Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Serta Pertumbuhan Bibit Tanaman Dua Varietas Cabai Merah (Capsicum annum L.)

30 April 2015, Auditorium Prof

Ali Hasjmi UIN Ar-Raniry

2.

Seminar Nasional Hasil Riset dan Standardisasi Industri IV

Efektivitas Daya Hambat Fungisida Nabati Minyak Cengkeh terhadap Pertumbuhan Koloni Patogen terbawa Benih Cabai Secara In Vitro 5-6 November 2014, BALITRI Banda Aceh 3. Seminar Nasional Biologi 2013

Isolasi, Karakterisasi, dan Uji Kemampuan Rizobakteri untuk Menghambat Pertumbuhan Koloni Beberapa Patogen terbawa Benih Cabai Secara In Vitro

22-23 Desember 2013, Auditorium

FKIP Unsyiah

4.

Semiar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah Kompetitif

Efektifitas Daya Hambat Minyak Nabati Terhadap Pertumbuhan Koloni Beberapa Patogen Terbawa benih Cabai Secara In Vitro

1-2 Agustus 2007 Fakultas Pertanian,

IPB Bogor 9. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Buku Jumlah Halaman Penerbit

- - - - -

10. Pengalaman Perolehan dalam HKI 5-10 Tahun Terakhir

No Tahun Judul/Tema HKI Jenis Nomor P/ID

- - - - -

11. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun

Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya

yang Telah Diterapkan

Tempat

(40)

Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar

Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh

Besar

Qanun yang Dibuat Karena Merupakan pedoman

pelaksanaan pemerintahan di tinskat desa

No Judul Penghatgaan Institusi Pemberi

Penghargaan Tahun

1 Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah

Nasional Tahun 2011

Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat

KEMDIKNAS

20lt

4 Diskusi Pakar " Kinerja Sistem Perbenihan Tanaman"

Fakultas Pertranian IPB

Bogor 2006

5

Seminar dan Kongres Nasional Perhimpunan Hortikultura

lndonesia 2004

Perhimpunan

Hortikultura Indonesia 2004 6 Workshop Seed Borne Disease of

Vegetable Crop In Indonesia

Plant Research

International (PRI) BV

HRTIN-SEEDS Proiect

2004

7 Satyalancana Karya Satya Pemerintah Republik

Indonesia 2013

12. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau instansi lain)

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata

dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenamya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Pengabdian Ipteks bagi Masyarakat (lbM) dengan judul

"IbM

Kelompok Tani Produsen Bibit Jamur Merang Di Desa

Ajee Rayeuk

Kecamatan

Ingin

Jaya Kabupaten Aceh Besar". Tahun

Anggarun2A16.

Banda Aceh, 24 April 2015

(Dr. Ir.Syamsuddin . M.Si)

NrP. I 961 0704 198803 r 006

(41)

32 Anggota 2.

Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) : Ir M. Abduh Ulim, M.P. 2 Jabatan Fungsional : Pembina

3 Jabatan Struktural : -

4 NIP/NIK/No Identitas lainnya : 19530805 1980031006

5 NIDN : 0005087201

6 Tempat dan Tanggal Lahir : Aceh Timur, 5 Agustus 1953 7 Alamat Rumah : Jl. Jeumpa Komplek Mini No.7

Sektor Timur Darussalam Banda Aceh 8 Nomor Telepon/Faxs : 081360004059

9 Alamat Kantor : Jl. Tgk. Hasan Krueng Kalee Kampus Darussalam, Banda Aceh 10 Nomor Telepon/Faks : (0651)-7552223/(0651)-7552223/ 11 Alamat e-mail : fp@unsyiah.ac.id

12 Lulusan yang Telah Dihasilkan

: S-1= 63 orang; S-2= - orang; S-3= - orang 13 Mata Kuliah yang diampu 1. Botani Umum

2. Etika Lingkungan

3. Pelestarian Sumberdaya Hayati 4. Sistem Peramalan Hama dan Penyakit B. Riwayat Pendidikan

Program : S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi Universitas Syiah Kuala

Universitas Syiah

Kuala -

Bidang Ilmu Agronomi Konservasi

Sumberdaya Lahan - Tahun Masuk 1974 1982 - Tahun Lulus 2001 2003 - Judul Skripsi/Tesis/ Desertasi Pengaruh Pemberian Greenzit terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa)

Respon Jagung dan Kedelai yang Ditanama Secara Tumpang Sari dan Sifat-sifat Fisika Tanah pada Sistem Olah Tanah

Konservasi

-

Nama Pembimbing Ir Kamarlis Karim, M.S

Dr Ir Rusli Ali

Gambar

Gambar 1.  Skema produksi bibit jamur merang (Suriawiria  1986)
Gambar 2. Tim pelaksana IbM dan Anggota BPSB sedang memeberi pengarahan ke kelompok tani  Makmu Beusare tentang tehnik pembibitan jamur merang

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, untuk mengembangkan rule base fuzzy dari 9 rules menjadi 25 dan 49 rules adalah dengan cara penambahan fungsi keanggotaan masukan error (e) dan perubahan

Bebras adalah sebuah inisiatif internasional yang tujuannya adalah untuk mempromosikan Computational Thinking (Berpikir dengan landasan Komputasi atau Informatika),

Pada gambar 4.18 d, grafik respon IBBSF dengan frekuensi 60 Hz menunjukkan pada gain adaptasi 0.00001 sistem telah mencapai tegangan keluaran yang diharapkan. Pada hasil

Kondisi awal desain diperlukan sebagai acuan dalam menentukan parameter – parameter yang akan digunakan pada inlet proses. Parameter nilai entalpi dan rasio kelembaban awal

Berdasarkan wawancara mendalam dengan panelis yang menjadi konsumen jahe instan, atribut-atribut yang diperhatikan konsumen meliputi atribut : warna saat produk siap

Open Library dikelola tidak hanya untuk kepentingan institusi semata, menyadari bahwa perpustakaan akademik juga merupakan bagian dari masyarakat dan bagian dari

144.. dengan produktivitas karyawan. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan beberapa pembahasan di atas bahwa variabel- variabel tersebut memiliki keterkaitan yang saling

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan bahwa perlakuan akuntansi