• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai tinjauan-tinjauan teori yang berkaitan dengan judul perencanaan dan perancangan yang dipilih, yaitu tinjauan tentang perkeretaapian secara umum, pedoman standarisasi bangunan stasiun, dan tinjauan mengenai aspek konservasi khususnya konservasi bangunan bersejarah.

A. PERKERETAAPIAN 1. Pengertian3

a. Perkeretaapian

Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk

penyelenggaraan transportasi kereta api. b. Kereta Api

Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api.

c. Prasarana Perkeretaapian

Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.

d. Stasiun Kereta Api

Stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api.

e. Jalur Kereta Api

Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel yang meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan

(2)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 12

ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api.

2. Jenis Stasiun Kereta Api

Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api, stasiun kereta api menurut jenisnya dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Stasiun Penumpang

Stasiun penumpang merupakan stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang.

Pada stasiun penumpang paling sedikit harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas sebagai berikut :

1) Keselamatan 2) Keamanan 3) Kenyamanan

4) Naik turun penumpang 5) Penyandang cacat 6) Kesehatan

7) Fasilitas umum

8) Fasilitas pembuangan sampah 9) Fasilitas informasi

b. Stasiun Barang

Stasiun barang merupakan stasiun kereta api untuk keperluan bongkar muat barang.

Pada stasiun barang paling sedikit harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas sebagai berikut :

1) Keselamatan 2) Keamanan 3) Bongkar muat

Untuk keperluan bongkar muat di luar stasiun, dapat dibangun jalan rel yang menghubungkan antara stasiun dan tempat bongkar muat barang

(3)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 13

dimana pembangunan jalan rel dilaksanakan sesuai persyaratan teknis jalan rel dan dilengkapi dengan fasilitas operasi kereta api.

4) Fasilitas umum 5) Pembuangan sampah c. Stasiun Operasi

Stasiun operasi merupakan stasiun kereta api untuk keperluan pengoperasian kereta api. Stasiun operasi ini harus dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan operasi kereta api.

3. Klasifikasi Stasiun Kereta Api Penumpang

Stasiun penumpang yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk naik turun penumpang ke dan dari kereta api, kelas stasiun diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria yang berhasil dicapai oleh sebuah stasiun melalui perhitungan bobot dari setiap kriteria dan nilai komponen, kriteria tersebut yaitu sebagai berikut :

a. Fasilitas operasi b. Jumlah jalur c. Fasilitas penunjang d. Frekuensi lalu lintas e. Jumlah penumpang f. Jumlah barang

Klasifikasi stasiun kereta api dibagi menjadi tiga kelas, yaitu : a. Kelas Besar

Stasiun kereta api kelas besar memiliki lebih dari 5 jalur rel yang juga berguna untuk keperluan langsir, dilengkapi dengan depo penyimpanan lokomotif dan depo penyimpanan kereta. Contoh stasiun kereta api besar yaitu Stasiun Solo Balapan, Stasiun Semarang Tawang, Stasiun Semarang Poncol, Stasiun Gambir, Stasiun Pekalongan, Stasiun Tegal, Stasiun Purwokerto dan Stasiun Surabaya Pasar Turi.

(4)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 14

b. Kelas Sedang

Stasiun kereta api kelas sedang memiliki 4 sampai dengan 5 jalur rel kereta api dan dapat digunakan untuk langsir, tidak memiliki depo lokomotif tetapi memiliki depo penyimpanan kereta. Contoh stasiun kereta api sedang di Indonesia antara lain Stasiun Purwosari, Stasiun Solo Jebres, Stasiun Pasar Senen dan Stasiun Pemalang.

c. Kelas Kecil

Stasiun kereta api kecil berfungsi sebagai transit penumpang jarak dekat. Stasiun kelas kecil hanya memiliki 3 jalur kereta api. Contoh stasiun kereta api kecil antara lain, Stasiun Comal, Stasiun Palur, Stasiun Sragen dan Stasiun Palur.

Tabel 2. 1 Rincian Angka Kredit Masing-Masing Komponen Kriteria

Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api

(5)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 15

4. Kegiatan di Stasiun Kereta Api

Kegiatan di stasiun kereta api meliputi4 : a. Kegiatan pokok

Kegiatan pokok di stasiun kereta api yaitu sebagai berikut : 1) Melakukan pengaturan perjalanan kereta api

2) Memberikan pelayanan kepada pengguna jasa kereta api 3) Menjaga keamanan dan ketertiban

4) Menjaga kebersihan lingkungan b. Kegiatan usaha penunjang

Kegiatan usaha penunjang dilakukan untuk mendukung penyelenggaraan perkeretaapian dan dapat dilakukan oleh pihak lain dengan persetujuan penyelenggara prasarana perkeretaapian, yaitu :

1) Tidak mengganggu pergerakan kereta api

2) Tidak mengganggu pergerakan penumpang dan/atau barang 3) Menjaga ketertiban dan keamanan

4) Menjaga kebersihan lingkungan

Penyelenggara prasarana perkeretaapian dalam melaksanakan kegiatan usaha penunjang harus mengutamakan pemanfaatan ruang untuk keperluan kegiatan pokok stasiun.

c. Kegiatan jasa pelayanan khusus

Kegiatan jasa pelayanan khusus di stasiun dapat dilakukan oleh pihak lain dengan persetujuan penyelenggara prasarana perkeretaapian yang berupa jasa pelayanan yaitu :

1) Ruang tunggu penumpang 2) Bongkar muat penumpang 3) Pergudangan

4) Parkir kendaraan 5) Penitipan barang

4 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api Pasal 10, 11, 12, 13

(6)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 16

Persetujuan dapat diberikan oleh penyelenggara prasarana perkeretaapian apabila fasilitas dasar stasiun telah terpenuhi. Penyelenggara prasarana perkeretaapian dapat mengenakan tarif pengguna jasa pelayanan khusus.

B. PEDOMAN STANDARISASI STASIUN

Stasiun kereta merupakan tempat untuk pemberangkatan dan pemberhentian kereta api yang akan mengangkut dan mengantarkan penumpang menuju ke tujuannya. Stasiun kereta api terdiri atas emplasemen stasiun dan bangunan stasiun, dimana emplasemen stasiun berupa jalan rel, fasilitas pengoperasian kereta api dan drainase, sedangkan bangunan stasiun berupa gedung, instalasi pendukung dan peron.

Pedoman standarisasi stasiun berisi tentang aturan-aturan dan acuan-acuan yang digunakan dalam pelaksanaan perencanaan, perancangan dan pelaksanaan pembangunan stasiun..

1. Bangunan Stasiun Kereta Api

a. Pengertian dan Fungsi Gedung Stasiun KA

Gedung stasiun kereta api adalah gedung untuk operasional kereta api yang digunakan untuk melayani pengaturan perjalanan kereta api dan pengguna jasa kereta api.

Menurut kegiatannya, gedung pada bangunan stasiun memiliki tiga komponen kegiatan, yaitu :

1) Gedung untuk kegiatan pokok

Gedung untuk kegiatan pokok merupakan tempat yang digunakan untuk pengaturan jalan kereta api, pelayanan kepada pengguna jasa kereta api, keamanan dan ketertiban serta kebersihan lingkungan. 2) Gedung untuk kegiatan penunjang

Gedung untuk kegiatan penunjang merupakan tempat yang digunakan untuk mendukung kegiatan penyelenggaraan perkeretaapian.

(7)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 17

3) Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus

Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus merupakan tempat yang digunakan untuk mendukung kegiatan para penyedia jasa pelayanan khusus.

b. Persyaratan Bangunan

Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api terdapat beberapa ketentuan mengenai teknis pembangunan bangunan stasiun kereta api, yaitu :

1) Konstruksi, material, disain, ukuran dan kapasitas bangunan sesuai dengan standar kelayakan, keselamatan dan keamanan serta kelancaran sehingga seluruh bangunan stasiun dapat berfungsi secara handal. 2) Memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan gedung dari bahaya

banjir, bahaya petir, bahaya kelistrikan dan bahaya kekuatan konstruksi.

3) Instalasi pendukung gedung sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang bangunan, mekanikal elektrik, dan pemipaan gedung (plumbing) bangunan yang berlaku.

4) Luas bangunan ditetapkan untuk:

a) Gedung kegiatan pokok dihitung dengan formula sebagai berikut:

L = Luas bangunan (m2)

V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam satu tahun (orang)

LF = Load factor (80%).

b) Gedung kegiatan penunjang dan gedung jasa pelayanan khusus di stasiun kereta api, ditetapkan berdasarkan kebutuhan.

5) Menjamin bangunan stasiun dapat berfungsi secara optimal dari segi tata letak ruang gedung stasiun, sehingga pengoperasian sarana perkeretaapian dapat dilakukan secara nyaman.

(8)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 18

6) Komponen gedung meliputi : a) Gedung atau ruangan

b) Media informasi (papan informasi atau audio)

c) Fasilitas umum, terdiri dari ruang ibadah, toilet, tempat sampah dan ruang ibu menyusui

d) Fasilitas keselamatan e) Fasilitas keamanan

f) Fasilitas penyandang cacat atau lansia g) Fasilitas kesehatan

c. Ukuran Dasar Ruang5

Ukuran dasar ruang pada stasiun dibagi menjadi dua acuan dasar, yaitu : 1) Ukuran Dasar Umum

Ukuran dasar umum meliputi ukuran tubuh manusia dewasa, peralatan yang digunakan dan ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi pergerakannya.

Ukuran dasar umum diterapkan dengan mempertimbangkan fungsi ruang dan pengguna ruang. Ruang pelayanan dan publik harus menerapkan ukuran dasar bagi semua orang termasuk penyandang cacat. Sedangkan ruang-ruang seperti ruangan kantor, gudang peralatan dan ruangan petugas, dapat disesuaikan tanpa menerapkan ukuran dasar bagi penyandang cacat.

2) Ukuran Dasar Khusus

Ukuran dasar khusus disesuaikan dengan ukuran sarana dan prasarana perkeretaapian, peralatan, perlengkapan dan ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi pergerakan sarana yang berhubungan dengan kegiatan operasional kereta api di stasiun.

5 Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman

(9)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 19

Gambar 2. 1 Ukuran umum orang dewasa dan ruang gerak bagi tuna netra

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

d. Pembagian Fungsi Ruang di Stasiun

Ruang-ruang di Stasiun merupakan bagian dari bangunan stasiun yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan berbagai aktivitas dan fasilitas pelayanan jasa angkutan kereta api yang terdapat di stasiun. Setiap ruangan yang terdapat di stasiun memiliki fungsi tertentu sesuai dengan aktivitas dan fasilitas pelayanan yang ditempatkan di ruang tersebut.

Berdasarkan jenis kegiatannya jenis ruang dalam bangunan gedung stasiun dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu seperti dijabarkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2. 2 Jenis Ruang Gedung Stasiun KA

Jenis Kegiatan Jenis Ruang

Kegiatan Pokok

Hall

Perkantoran kegiatan stasiun Loket karcis

Ruang tunggu Ruang informasi Ruang fasilitas umum Ruang fasilitas keselamatan Ruang fasilitas keamanan

Ruang fasilitas penyandang cacat dan lansia Ruang fasilitas kesehatan

Kegiatan Penunjang Pertokoan Restoran

(10)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 20

Perkantoran Perparkiran Perhotelan

Ruang lain yang menunjang langsung kegiatan stasiun kereta api

Kegiatan Jasa Pelayanan Khusus

Ruang tunggu penumpang Bongkar muat barang Pergudangan

Parkir kendaraan Penitipan barang Ruang ATM

Ruang lain yang menunjang baik secara langsung maupun tidak langsung kegiatan stasiun kereta api Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan

Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api

Jenis-jenis ruang perkantoran kegiatan stasiun atau ruang petugas operasional, meliputi :6

1) Ruang Kepala Stasiun (KS)

Ruang yang diperuntukkan bagi Kepala Stasiun untuk menjalankan tugasnya dalam mengatur kegiatan pelayanan yang ada di stasiun. 2) Ruang Wakil Kepala Stasiun (WKS)

Ruang dinas Wakil Kepala Stasiun yang bertugas membantu tugas Kepala Stasiun.

3) Ruang Pemimpin Perjalanan Kereta API (PPKA)

Ruangan khusus PPKA yang lokasinya harus memungkinkan bagi petugas untuk melihat kedatangan kereta api dan terlihat oleh masinis, serta bisa melihat area emplasemen di stasiun. Ruang ini harus memadai untuk penempatan peralatan operasional yang diperlukan oleh PPKA. 4) Ruang Pengawas Peron (PAP)

Ruang pengawas petugas stasiun yang berada pada posisi bisa melihat arah datangnya kereta dan seluruh emplasemen yang fungsinya sebagai tempat untuk memberika layanan informasi melalui pengeras suara kepada calon penumpang kereta api.

(11)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 21

5) Ruang Keuangan

Ruang yang mempunyai fungsi utama sebagai ruang administrasi dan perbendaharaan stasiun.

6) Ruang Serbaguna

Ruang yang disediakan untuk menunjang operasional stasiun atau bisa dijadikan tempat untuk keperluan petugas.

7) Ruang Peralatan

Ruang yang disediakan untuk menyimpan alat-alat yang digunakan untuk keperluan stasiun misal alat kebersihan, dan sebagainya.

8) Ruang UPT Kru KA

Ruang yang disediakan bagi Kru KA yang berdinas untuk menggunakan fasilitas tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

9) Ruang Istirahat Kru KA

Ruang khusus istirahat yang dilengkapi dengan fasilitas tempat tidur untuk kru KA yang akan atau selesai berdinas sehingga kondisinya selalu dalam keadaan siap tugas.

10) Ruang Petugas Keamanan

Ruang petugas keamanan stasiun yang disediakan untuk tempat koordinasi dan administrasi petugas keamanan termasuk tempat untuk istirahat petugas keamanan stasiun.

11) Ruang Petugas Kebersihan

Ruang yang disediakan bagi petugas kebersihan stasiun untuk menyiapkan dan melakukan tugasnya di stasiun.

e. Persyaratan Penempatan Ruang

Tabel 2. 3 Persyaratan Penempatan Gedung Stasiun KA

Jenis Kegiatan Jenis Ruang

Kegiatan Pokok Lokasi sesuai dengan pola operasi perjalanan kereta api

Menunjang operasional sistem perkeretaapian Tata letak ruang sesuai dengan alur proses kedatangan dan keberangkatan penumpang kereta api serta tidak mengganggu pengaturan perjalanan kereta api

(12)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 22

Tidak mengganggu lingkungan

Terjamin keselamatan dan keamanan operasi kereta api

Kegiatan Penunjang Lokasi sesuai dengan pola operasi stasiun kereta api Tata letak ruang tidak mengganggu alur proses kedatangan dan keberangkatan penumpang kereta api dan pengaturan perjalanan kereta api

Menunjang kegiatan stasiun kereta api dalam rangka pelayanan pengguna jasa stasiun

Terjamin keselamatan dan keamanan operasi kereta api

Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api

f. Luas dan Kapasitas Ruang di Stasiun

Ukuran setiap ruang pada stasiun ditentukan berdasarkan aktivitas dan fasilitas pelayanan yang ditempatkan di dalamnya. Penentuan ukuran ruang harus mempertimbangkan beberapa aspek seperti kapasitas, utilitas, aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi pengguna ruangan.

Luas ruang pelayanan dan publik yang berkaitan dengan kapasitas ruang, dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

L = Luas ruang pelayanan dan publik (m2)

V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang) LF = Load Factor (100%) = 1

Penentuan luas ruang-ruang bagi kegiatan pokok mengikuti standar minimum yang telah ditentukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero), sedangkan penentuan luas minimum ruang-ruang bagi kegiatan penunjang dan jasa pelayanan khusus di stasiun, disesuaikan dengan kebutuhannya yang berhubungan dengan jenis pelayanan, kapasitas dan utilitas, serta tetap memenuhi persyaratan ruang bangunan publik umumnya yang tetap memperhatikan aspek-aspek aksesibilitas, kenyamanan, keamanan dan keselamatan.

(13)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 23

Ukuran standar luas minimum ruang untuk kegiatan pokok yaitu sebagai berikut,

Tabel 2. 4 Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di Stasiun

Ruang

Luas Ruangan (m2) Berdasarkan Kelas Stasiun Besar Sedang Kecil

Ruang KS 30 24 20 Ruang WKS 15 15 - Ruang PPKA 25 18 18 Ruang PAP 4 - - Ruang Keuangan 20 16 - Ruang Serbaguna 100 50 - Ruang Peralatan 16 12 8

Ruang UPT Kru KA 24 - -

Ruang Istirahat Kru KA 30 25 -

Ruang Petugas Keamanan 15 12 9

Ruang Petugas Kebersihan 9 9 6

Ruang Hall 250 150 60

Ruang Loket 25 12 60

Ruang Pelayanan Informasi 15 12 9

Ruang Tunggu VIP 90 - -

Ruang Tunggu Eksekutif 75 60 -

Ruang Tunggu Umum 600 160 40

Ruang Layanan Kesehatan 25 15 15

Ruang Toilet Umum 54 45 30

Ruang Mushola 49 30 20

Ruang Ibu Menyusui 15 10 -

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

(14)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 24

Berikut adalah gambar contoh-contoh tipikal layout ruang untuk kegiatan pokok,

Gambar 2. 2 Tipikal Ruang Kepala Stasiun

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 3 Tipikal Ruang Wakil Kepala Stasiun

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

(15)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 25

Gambar 2. 4 Tipikal Ruang PPKA

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 5 Tipikal Ruang PAP

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 6 Tipikal Ruang UPT Kru KA

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

(16)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 26

Gambar 2. 7 Tipikal Ruang Istirahat Kru KA

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

g. Warna Bangunan

Secara umum, warna bangunan stasiun ditentukan oleh warna dasar dinding bangunan, sedangkan warna elemen bangunan lainnya seperti kusen, pintu dan lisplang disesuaikan sebagai kombinasi dan komposisi warna.

1) Warna Eksterior Bangunan

Standar warna dinding eksterior bangunan stasiun dibedakan antara standar warna untuk bangunan stasiun heritage dan non heritage.

Tabel 2. 5 Standar Warna Dinding Eksterior Bangunan Stasiun

Jenis Warna Bangunan Non Heritage

Bangunan Heritage

Warna Dasar Putih Putih

Krem

Kombinasi Warna Gradasi Warna Abu Tua Gradasi Warna Abu Tua Aksen Warna

(bila diperlukan)

Oranye

Oranye Abu Tua

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Khusus stasiun komuter yang bukan merupakan bangunan heritage, warna dinding bangunan disesuaikan dengan tema tertentu yang mengindikasikan identitas stasiun.

(17)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 27

2) Warna Interior Bangunan

Warna dasar yang digunakan untuk dinding interior bangunan adalah warna terang dengan spesifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan desain. Kombinasi warna untuk dinding dan elemen interior lainnya juga disesuaikan dengan kebutuhan desain.

3) Warna Bangunan Overkaping

Bentuk bangunan overkaping disesuaikan dengan keperluan desain arsitekturnya. Atap overkaping menggunakan material dengan warna abu-abu. Tiang dan rangka overkaping menggunakan cat dengan kombinasi warna abu-abu tua.

h. Asas Aksesibilitas pada Bangunan Umum

Aksesibilitas pada bangunan umum adalah kemudahan yang disediakan bagi semua orang termasuk penyandang cacat untuk mengakses fasilitas pada bangunan umum. Terdapat 4 asas aksesibilitas pada bangunan umum, yaitu:7

1) Kemudahan, yaitu setiap orang dengan mudah dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan. 2) Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua

tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan. 3) Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu

lingkungan terbangun harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang.

4) Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum alam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain. Bangunan stasiun merupakan tempat bagi penyelenggaraan angkutan publik dengan moda transportasi kereta api yang diperuntukkan bagi masyarakat secara umum sehingga bangunan stasiun merupakan bangunan

(18)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 28

umum yang didesain, dibangun dan dimanfaatkan dengan memperhatikan aksesibilitas pada bangunan umum.

1) Jalur Pedestrian

Jalur pedestrian merupakan jalur yang dipakai untuk orang berjalan kaki atau berkursi roda bagi penyandang cacat. Jalur pedestrian di stasiun dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, nyaman dan tidak terhalang sehubungan dengan aktivitas pelayanan dan penggunaan jasa angkutan kereta api di stasiun.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain jalur pedestrian adalah sebagai berikut:

a) Ukuran

Jalur pedestrian didesain dengan lebar minimum 120 cm untuk jalur searah dan 160 cm untuk jalur dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari halangan, misalnya pohon, tiang rambu, struktur bangunan, lubang drainase / gorong-gorong dan benda-benda lainnya yang menghalangi.

b) Permukaan Lantai

Aspek yang harus diperhatikan pada permukaan lantai adalah kestabilan, kekuatan, ketahanan cuaca, tekstur (halus tapi tidak licin). Penggunaan sambungan atau gundukan pada permukaan lantai harus dihindari, namun jika terpaksa, tingginya tidak boleh lebih dari 1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, bagian tepinya harus menggunakan konstruksi yang permanen.

c) Kemiringan Lantai

Perbandingan kemiringan maksimum 1:8 dan pada setiap jarak maksimal 900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.

d) Tepi Pengaman / Kanstin / Low Curb

Tepi pengaman penting bagi penghentian kursi roda dan tongkat tuna netra ke arah yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum 10 cm dengan lebar 15 cm di sepanjang jalur pedestrian.

(19)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 29

e) Jalur Pemandu

Jalur pemandu adalah jalur yang digunakan untuk memandu penyandang cacat terutama penyandang tuna netra untuk berjalan dengan

memanfaatkan tekstur ubin sebagai pengarah dan peringatan. f) Pencahayaan

Pencahayaan di jalur pedestrian berkisar 200 lux tergantung pada intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan. g) Drainase

Drainase didesain tegak lurus arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan, dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ramp.

Gambar 2. 8 Prinsip Desain Jalur Pedestrian

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

(20)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 30

2) Tangga

Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal pada bangunan yang dirancang dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Dimensi pijakan dan tanjakan harus berukuran seragam. b) Kemiringan maksimum 30°.

c) Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna tangga.

d) Tangga harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) sekurang-kurangnya pada salah satu sisi tangga.

e) Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 – 80 cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian ujungnya harus bulat atau dibelokan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang.

f) Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujungnya-ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan panjang minimal 30 cm.

g) Tangga yang ditempatkan di luar bangunan harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan air tergenang pada lantai tangga.

h) Disediakan bordes pada setiapa tangga per lantai.

Gambar 2. 9 Tipikal Tangga

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

(21)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 31

Gambar 2. 10 Pegangan Rambat pada Tangga

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

3) Ramp

Ramp adalah jalur akses pergerakan vertikal dengan bidang rata yang memiliki kemiringan tertentu yang digunakan sebagai jalur alternatif bagi orang yang tidak memungkinkan untuk menggunakan tangga. Beberapa persyaratan desain ramp adalah sebagai berikut:

a) Kemiringan ramp di dalam bangunan tidak melebihi 1:8 dan di luar bangunan didesain dengan kemiringan tidak melebihi 1:10.

b) Panjang mendatar dari suatu ramp dengan perbandingan antara tinggi dan kelandaian 1:8 tidak boleh lebih dari 900 cm. Ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat didesain lebih panjang. c) Lebar minimum ramp tanpa tepi pengaman adalah 95 cm dan ramp dengan tepi pengaman adalah 120 cm. Ramp yang digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan lebarnya sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-sendiri.

d) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran suatu ramp harus bebas dan datar sehingga memungkinkan untuk memutar kursi roda dengan ukuran minimum 160 cm.

(22)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 32

e) Material yang digunakan untuk lantai ramp harus memiliki tekstur sehingga tidak licin.

f) Tepi pengaman ramp (low curb) dirancang dengan lebar 10 cm untuk menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu-lintas jalan umum atau persimpangan, ramp harus didesain agar tidak mengganggu jalan umum.

g) Ramp harus dilengkapi dengan pencahayaan yang cukup sehingga membantu pengguna ramp pada malam hari. Pencahayaan disediakan pada bagian-bagian ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-bagian yang membahayakan.

h) Ramp harus dilengkapi dengan hand rail yang kekuatannya terjamin dengan ketinggian yang sesuai yaitu sekitar 65 – 80 cm.

Gambar 2. 11 Tipikal Ramp

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

(23)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 33

Gambar 2. 12 Contoh Bentuk-bentuk Ramp

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 13 Kemiringan Ramp

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

(24)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 34

Gambar 2. 14 Kemiringan Melintang Ramp

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 15 Pintu di Ujung Ramp

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 16 Pegangan Rambat pada Ramp

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

(25)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 35

Gambar 2. 17 Ramp untuk Trotoar

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 18 Bentuk Ramp yang Direkomendasikan

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 19 Detail Ramp Untuk Trotoar

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

(26)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 36

4) Pintu

Aspek-aspek yang harus diperhatikan pada desain pintu di stasiun yaitu sebagai berikut :

a) Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup termasuk oleh penyandang cacat.

b) Pintu masuk utama pada bangunan stasiun harus dipisahkan dengan pintu keluar utama sehingga tidak terjadi perpotongan arus sirkulasi orang.

c) Pintu masuk/keluar utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm, sedangkan untuk pintu-pintu lainnya memiliki lebar bukaan minimal 80 cm.

d) Di daerah sekitar pintu sebaiknya dihindari adanya ramp ataupun perbedaan ketinggian lantai.

e) Hindari penggunaan material lantai yang licin di sekitar pintu. f) Jenis-jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan antara lain

sebagai berikut:

pintu geser (sliding door)

 pintu yang berat dan sulit untuk dibuka/ditutup

 pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil

 pintu yang dapat terbuka ke dua arah (dorong dan tarik)

 pintu dengan pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi penyandang tuna netra.

g) Penggunaan pintu otomatis diutamakan yang peka terhadap bahaya kebakaran. Pintu ini tidak boleh membuka sepenuhnya kurang dari 5 detik sebelum menutup kembali.

h) Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat menutup dengan sempurna karena pintu yang tidak menutup dengan sempurna dapat membahayakan bagi penyandang cacat.

i) Pada portal yang menggunakan pintu putar harus disediakan akses berupa pintu khusus bagi pengguna kursi roda.

(27)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 37

j) Diperlukan plat tendang di bagian bawah pintu bagi pengguna kursi roda dan orang yang menggunakan tongkat tuna netra.

Gambar 2. 20 Pintu Gerbang Pagar

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 21 Ruang Bebas Pintu Satu Daun

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 22 Ruang Bebas Pintu Dua Daun

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

(28)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 38

Gambar 2. 23 Daun Pintu dengan Plat Tendang

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 24 Pintu Pada Portal

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 25 Pegangan Pintu yang Direkomendasikan

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

(29)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 39

5) Kamar Kecil

Kamar kecil (toilet) di stasiun merupakan fasilitas sanitasi yang diperuntukkan secara umum maupun khusus. Toilet yang diperuntukkan secara umum merupakan fasilitas sanitasi yang aksesibel bagi semua orang termasuk penyandang cacat, orang tua dan ibu hamil. Sedangkan untuk toilet yang diperuntukkan secara khusus, aksesibilitasnya disesuaikan dengan orang yang menggunakannya toilet tersebut. Toilet yang diperuntukkan secara khusus misalnya toilet di Ruang KS, Ruang PPKA, dan ruang kerja lainnya.

Persyaratan umum untuk fasilitas toilet adalah sebagai berikut:

a) Ruangan toilet untuk pria didesain terpisah dengan ruangan toilet untuk wanita. Pemisahan ini juga termasuk pemisahan akses menuju ruangan masing-masing dengan pintu masuk terpisah.

b) Masing-masing toilet dilengkapi dengan tanda toilet pria/wanita pada bagian luar ruangan.

c) Wastafel sebaiknya menggunakan kran ungkit. d) Lantai menggunakan material yang tidak licin.

e) Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk dianjurkan untuk disediakan tombol pencahayaan darurat (emergency light button) bila sewaktu-waktu terjadi listrik padam. Persyaratan khusus untuk fasilitas toilet sehubungan dengan aksesibilitas bagi penyandang cacat adalah sebagai berikut:

a) Toilet harus dilengkapi dengan tanda aksesibilitas penyandang cacat pada bagian luar ruangan.

b) Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk, keluar dan manuver kursi roda.

c) Pintu harus mudah dibuka untuk memudahkan pengguna kursi roda membuka dan menutup pintu.

d) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian kursi roda, yaitu 45 – 50 cm.

(30)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 40

e) Letak kertas tissue, air, kran air, pancuran (shower), tempat sabun, pengering dan perlengkapan lainnya harus dipasang sedemikian rupa sehingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan fisik dan bisa dijangkau oleh pengguna kursi roda.

f) Kunci atau grendel pintu dipilih sedemikian rupa sehingga bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.

Ukuran dan penerapan standar untuk toilet yang didesain aksesibel bagi penyandang cacat dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut.

Gambar 2. 26 Ukuran Sirkulasi Masuk Toilet

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 27 Tinggi Perletakan Kloset

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

(31)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 41

Gambar 2. 28 Ruang Gerak di dalam Toilet

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 29 Simulasi Pergerakan di Toilet

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 30 Kran Wudhu bagi Penyandang Cacat

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

(32)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 42

2. Peron

Peron berfungsi sebagai tempat untuk aktifitas naik turun penumpang kereta api yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu peron tinggi, peron sedang dan peron rendah. Peron ditempatkan di tepi jalur kereta api (side platform) dan di antara dua jalur (island platform).

a. Ukuran Teknis Peron

Tabel 2. 6 Ukuran Teknis Peron

No. Uraian Jenis Peron

Tinggi Sedang Rendah 1 Tinggi Peron, diukur dari kepala rel

sampai dengan lantai peron 100 cm 43 cm 18 cm 2 Jarak Tepi Peron dari As Jalan Rel

Lurus 160 cm

135 cm 120 cm 3 Jarak Tepi Peron dari As Jalan Rel

Lengkung 165 cm

4 Lebar Minimal untuk Peron di Antara

Dua Jalur KA (Island Platform) 200 cm 250 cm 280 cm 5 Lebar Minimal untuk Peron di Tepi

Jalur KA (Side Platform) 165 cm 190 cm 205 cm 6 Jarak Garis Batas Aman, diukur dari

sisi tepi luar peron ke arah as peron 35 cm 600 cm 750 cm 7 Panjang Peron

disesuaikan dengan rangkaian terpanjang KA penumpang

yang beroperasi

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Dengan mempertimbangkan kapasitas penumpang, lebar peron dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

𝑏 =𝟎, 𝟔𝟒 𝐦𝟐/𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐱 𝐕 𝐱 𝐋𝐅 l

b = lebar peron (meter)

V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang) LF = load factor (80%)

l = panjang peron sesuai dengan rangkaian terpanjang KA penumpang yang beroperasi (meter)

(33)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 43

Pembangunan peron baru harus menggunakan jenis peron tinggi atau peron rendah. Peron sedang dipertimbangkan tidak memenuhi

aspek efisiensi utilitas karena operasionalnya masih harus menggunakan tangga khusus (bancik) untuk naik turun penumpang.

Gambar 2. 31 Potongan Melintang Peron Tinggi

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Gambar 2. 32 Potongan Melintang Peron Rendah

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

b. Kelengkapan Peron

Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan kelengkapan di area peron adalah sebagai berikut:

(34)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 44

1) Area peron harus dilengkapi dengan lampu penerangan yang memadai, papan nama peron, papan nama jalur KA, papan petunjuk arah,

petunjuk waktu, tanda batas aman peron dan papan

peringatan/larangan.

2) Untuk memenuhi aspek kenyamanan, peron di stasiun besar, stasiun sedang dan stasiun komuter harus dilengkapi dengan overkaping. 3) Untuk akses pergerakan vertikal, peron tinggi dan peron sedang harus

dilengkapi dengan ramp sehingga aksesibel bagi penyandang cacat dan memudahkan bagi orang yang membawa barang dengan alat bantu angkut beroda.

c. Material Lantai Peron

Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan material lantai peron adalah sebagai berikut:

1) Untuk memenuhi aspek keselamatan, lantai peron harus menggunakan material yang tidak licin sehingga tidak menyebabkan orang terpeleset atau tergelincir. Material yang digunakan juga harus mempunyai permukaan yang rata sehingga tidak menyebabkan orang tersandung. 2) Jenis-jenis material yang dapat digunakan sebagai permukaan lantai

peron adalah sebagai berikut: a) hotmix aspal

b) granit bertekstur c) keramik bertekstur

d) plat lantai beton dengan permukaan bertekstur

3) Material sejenis paving block sebaiknya tidak digunakan karena materialnya mudah bergeser sehingga permukaan peron menjadi tidak rata. Material keramik yang digunakan harus berkualitas baik dengan ketebalan yang cukup sehingga tidak mudah pecah.

4) Warna untuk material lantai yang digunakan adalah warna abu-abu tua yang merupakan warna natural dari material beton, batu atau jalan aspal. Sedangkan untuk garis tanda batas aman peron digunakan warna putih.

(35)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 45

3. Pelayanan Umum di Stasiun

a. Ruang Tunggu Stasiun

Pelayanan ruang tunggu merupakan pelayanan umum yang dipakai penumpang untuk menunggu kedatangan kereta api. Pelayanan ini dibagi menjadi 3 macam yaitu :

1) Pelayanan Ruang Tunggu Umum

Pelayanan ini diperuntukkan bagi semua kelas penumpang kereta api. 2) Pelayanan Ruang Tunggu Eksekutif

Pelayanan ini diperuntukkan untuk penumpang kereta api kelas eksekutif.

3) Pelayanan Ruang Tunggu VIP

Pelayanan ini diperuntukkan untuk pejabat kereta api, dinas dari lembaga pemerintahan dan tamu khusus.

Pelayanan ruang tunggu VIP, eksekutif dan umum hanya tersedia di stasiun besar, sedangkan untuk stasiun kelas sedang dilengkapi pelayanan ruang tunggu eksekutif dan umum serta stasiun kelas kecil hanya mempunyai pelayanan ruang tunggu umum.

Tabel 2. 7 Fasilitas Ruang Tunggu

No Keterangan Ruang Tunggu VIP

Ruang Tunggu Eksekutif

Ruang Tunggu Umum

1 Kamar Mandi Ada - -

2 Toilet, wastafel Ada Ada Ada

3 Televisi Ada Ada Ada

4 Tempat duduk Sofa Sofa Kursi biasa

5 Meja Ada Ada -

6 Pendingin udara Ada Ada -

7 Kipas Angin - - ##

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Keterangan : ## = disesuaikan dengan kebutuha

b. Layanan Toilet dan Mushola

Pelayanan toilet merupakan pelayanan umum yang harus ada di stasiun tanpa dipungut biaya/jasa atas penggunaan pelayanan tersebut yang dapat

(36)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 46

dipakai untuk buang air kecil dan air besar dimana terpisah antara toilet pria dan wanita. Minimal jumlah ketersediaan jumlah toilet berdasarkan kelas stasiun seperti dalam tabel 2.8.

Tabel 2. 8 Jumlah Toilet dan Petugas Kebersihan Berdasarkan Kelas Stasiun

No Keterangan Kelas Stasiun

Besar Sedang Kecil

1 Minimal Jumlah Toilet Normal

Pria 6 kamar Pria 5 kamar Pria 2 kamar Wanita 6 kamar Wanita 5 kamar Wanita 2 kamar 2 Minimal Jumlah Toilet

untuk penyandang cacat

Pria 2 kamar Pria 1 kamar Pria 1 kamar Wanita 2 kamar Wanita 1 kamar Wanita 1 kamar 3 Minimal Jumlah wastafel 4 buah 2 buah 2 buah 4 Minimal Jumlah urinoar 6 buah 4 buah 2 buah 5 Minimal Petugas

Kebersihan

3 orang 2 orang 1 orang

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

c. Parkir Kendaraan

Pelayanan parkir merupakan pelayanan ketersediaan tempat parkir kendaraan yang dapat dimanfaatkan oleh penumpang untuk memarkirkan kendaraannya baik mobil, motor maupun sepeda roda dua yang ada di area stasiun. Area parkir mempunyai ketersediaan lahan untuk bisa menampung kendaraan umum seperti taxi dan bis dengan kapasitas seperti dalam tabel 2-6 di bawah ini.

Tabel 2. 9 Kapasitas Minimal untuk Parkir Kendaraan

No. Jenis Kendaraan Kelas Stasiun

Besar Sedang Kecil 1. Mobil pribadi 200 100 20

2. Taksi 20 10 5

3. Motor 300 150 100

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI (Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

d. Layanan Restoran, Pertokoan, ATM, Money Changer dan

1) Pelayanan restoran merupakan pelayanan yang ada di stasiun yang melayani penjualan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh penumpang dan menyediakan tempat untuk makan dan minum. Dimana

(37)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 47

jam operasionalnya dapat disesuaikan dengan jam operasional kereta api.

2) Pertokoan adalah pelayanan yang menyediakan makanan dan minuman atau kebutuhan yang lain (misal : bacaan, obat-obatan, souvenir dan lain-lain) bagi penumpang tanpa disediakan tempat (meja dan kursi). Dengan jam operasionalnya dapat menyesuaikan jam operasional kereta api.

3) Pelayanan ATM adalah pelayanan untuk dapat bertransaksi tunai atau non tunai yang ada distasiun selama 24 jam. Untuk stasiun besar dan sedang minimal harus ada 1 ATM Center dimana minimal harus ada 3 merchant bank, dengan jenis banknya disesuaikan dengan kebutuhan di stasiun. Untuk stasiun kecil pelayanan ATM disesuaikan dengan occupancy penumpang.

4) Money Changer adalah tempat penukaran uang asing dimana layanan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan stasiun sehingga pelayanan terhadap penumpang bisa optimal.

5) adalah layanan di stasiun dimana penumpang dapat memilih layanan penginapan dan sarana transportasi yang diinginkan.

e. Layanan Penitipan dan Pengantar Barang

Pelayanan penitipan barang merupakan pelayanan tambahan yang harus ada di stasiun sedang dan stasiun besar, dimana fungsinya adalah untuk tempat penitipan barang sementara yang dapat dimanfaatkan oleh penumpang kereta api, dengan membayar tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku di stasiun.

Pengantar barang merupakan jasa angkut barang dari luar kereta ke dalam kereta atau sebaliknya dengan tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengantar barang di stasiun wajib diatur dan dikoordinasikan oleh Petugas stasiun agar keberadaannya dapat membantu penumpang dan memperlancar arus penumpang dari luar ke dalam stasiun atau sebaliknya.

(38)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 48

4. Perangkat Stasiun

a. Instalasi Listtrik

Instalasi listrik merupakan peralatan, komponen dan instalasi listrik yang berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.

Instalasi listrik dalam stasiun kereta api dibagi menjadi dua jenis, yaitu jaringan penyediaan listrik umum dan sumber tenaga listrik itu sendiri. Komponen listrik terdiri atas :

1) Catu daya Tama 2) Catu daya cadangan 3) Panel listrik

4) Peralatan listrik lainnya

Persyaratan instalasi listrik pada stasiun kereta api, yaitu sebagai berikut8: 1) Ditempatkan di area di luar dan/atau di dalam gedung stasiun yang

memenuhi standar persyaratan umum instalasi listrik.

2) Peralatan dan komponen listrik yang dioperasikan harus aman dan tidak membahayakan operasi stasiun, kereta api dan pengguna jasa.

3) Suplai listrik harus mampu mencukupi kebutuhan operasi bangunan stasiun dan operasi kereta api.

b. Instalasi Air

Instalasi air merupakan peralatan, komponen dan instalasi air yang berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi air untuk memenuhi kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.

Instalasi air dalam stasiun kereta api dibagi menjadi dua jenis, yaitu instalasi air bersih (jaringan penyediaan air umum dan olahan) dan instalasi air kotor atau limbah. Penempatan instalasi air ini ditempatkan di area yang strategis dan terjangkau serta dapat memenuhi persyaratan instalasi air dengan memperhatikan letak tata ruang gedung agar tidak

8 Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api

(39)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 49

mengganggu kegiatan penumpang maupun penyedia jasa dan kegiatan operasional kereta api.

Komponen instalasi air terdiri atas pipa air, peralatan instalasi, penampungan air dan fasilitas dan peralatan instalasi air lainnya.

Tabel 2. 10 Persyaratan Teknis Instalasi Pendukung pada Bangunan Stasiun KA

Jenis

Instalasi Persyaratan Pemasangan Persyaratan Operasi

Instalasi Air Bersih

Dipasang dengan

mempertimbangkan sumber dan kualitas air bersih serta sistem distribusi dan penampungannya.

Ketersediaan air bersih harus mampu memenuhi kebutuhan operasi stasiun dan kereta api.

Standar komponen dan peralatan sesuai ketentuan pada gedung dan bangunan umumnya.

Sistem distribusi dalam bangunan stasiun KA harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.

Instalasi Air Kotor

Dipasang dengan

mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya

Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang dibutuhkan.

Standar komponen dan peralatan sesuai ketentuan pada gedung dan bangunan umumnya.

Pertimbangan tingkat bahaya air limbah dan/atau air kotor diwujudkan dalam bentuk sistem

pengolahan dan

pembuangannya.

Air limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya tidak boleh digabung dengan air limbah domestik.

Air limbah yang berisi bahan beracun dan berbahaya (B3) harus diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Air limbah domestik sebelum dibuang ke saluran terbuka harus diproses sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan

(40)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 50

c. Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran

1) Pemadam Api Ringan (Portable Fire Extinghuister)

Merupakan alat pemadam api ringan berupa tabung pemadam yang di dalamnya berisi dry chemical powder yang dapat memadamkan api yang tidak terlalu besar. Tabung pemadam harus ditempatkan pada bangunan dalam area 100m2/buah.

2) Sistem Hydrant

Merupakan sistem terminal air darurat yang dapat digunakan untuk mengatasi terjadinya kebakaran. Dalam penempatannya tidak boleh terhalang atau terganggu oleh bangunan lain serta mudah terlihat dan segera dapat digunakan.

Sistem hydrant dibagi menjadi 3 macam yaitu : a) Hydrant Box

Hydrant Box ini dapat dibagi menjadi dua yaitu berupa Indoor Hydrant (terletak di dalam gedung) atau Outdoor Hydrant (terletak di luar gedung). Untuk pemasangan Hydrant Box di dalam ruangan pada bagian atasnya (menempel pada dinding) harus disertai pemasangan alarm bell. Pada Hydrant Box harus terdapat gulungan selang atau Hose Reel.

b) Hydrant Pillar

Alat ini memiliki fungsi untuk menyuplai air dari PAM dan GWR gedung disalurkan ke mobil Pemadam Kebakaran agar Pemadam Kebakaran dapat menyiram air mobil ke gedung yang sedang terbakar. Alat ini diletakkan di bagian luar gedung yang jumlahnya serta peletakannya disesuaikan dengan luas gedung stasiun.

3) Sistem Sprinkel Otomatik

Sistem sprinkel otomatik adalah kombinasi dari deteksi panas dan pemadaman, ia bekerja secara otomatik penuh tanpa bantuan orang atau sistem lain. Sehingga sistem ini merupakan sistem penanggulangan/ pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem hidrant dan lainnya.

(41)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 51

Pada stasiun besar jika dibutuhkan maka harus dilengkapi sistem pemadam kebakaran dengan sistem sprinkle agar kebakaran dapat diminimalkan dan mencegah kebakaran yang lebih besar.

4) Sistem Fire Alarm

Sistem fire alarm adalah metode alarm yang langsung dinyalakan dengan cara menarik saklar/handel box pemadam kebakaran dan saat itu juga alarm kebakaran akan berbunyi dan sistem sprinkel langsung menyala, alarm ini terkoneksi dengan kantor pemadam kebakaran sehingga petugas kebakaran bisa langsung mengetahui lokasi kebakaran.

C. KONSERVASI

1. Konservasi secara Umum

a. Pengertian Konservasi

Secara umum konservasi mempunyai arti melestarikan atau mengawetkan daya dukung, mutu fungsi dan kemampuan lingkungan secara seimbang.

Beberapa pengertian konservasi menurut beberapa sumber referensi adalah sebagai berikut :

1) Berdasarkan kesepakatan internasional yang telah dirumuskan dalam Piagam Burra "The Burra Charter for the Conservation of Place of

Cultural Significance" tahun 1981, konservasi merupakan payung dari

semua kegiatan pelestarian. Secara luasnya konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik yang meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi serta revitalisasi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. 2) Menurut Hartono, Harastoeti Dibyo (2011), konservasi adalah sebuah

proses yang bertujuan untuk memperpanjang umur warisan budaya bersejarah dengan cara memelihara dan melindungi kekhasan dan maknanya dari kerusakan, sehingga dapat digunakan kembali pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.

(42)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 52

Konservasi lahir akibat adanya semacam kebutuhan untuk melestarikan sumber daya alam yang diketahui mengalami degradasi mutu secara tajam. Dampak degradasi tersebut menimbulkan kekhawatiran dan kalau tidak diantisipasi akan membahayakan umat manusia, terutama berimbas pada kehidupan generasi mendatang. Konservasi merupakan upaya perubahan atau pembangunan yang tidak dilakukan secara drastis dan serta merta, merupakan perubahan secara alami yang terseleksi. Ada beberapa nilai yang terkandung dalam konsep konservasi, yaitu menanam, melestarikan, memanfaatkan, dan mempelajari.

b. Istilah-istilah dalam Konservasi

Istilah-istilah dasar yang disepakati dalam Piagam Burra adalah sebagai berikut :

1) Preservasi

Preservasi adalah pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan aslinya tanpa ada perubahan. Bentuk pelestarian yang dilakukan dalam preservasi selain menjaga eksisting obyek termasuk juga pelaksanaan upaya mencegah penghancuran.

2) Restorasi/Rehabilitasi

Restorasi atau rehabilitasi adalah upaya pengembalian suatu tempat ke keadaan semula dengan memasang komponen semula tanpa menggunakan bahan baru serta menghilangkan tambahan-tambahan. 3) Rekonstruksi

Rekonstruksi adalah upaya mengembalikan suatu tempat semirip mungkin dengan keadaan semula baik dengan bahan lama atau bahan baru.

4) Adaptasi/Revitalisasi

Adaptasi atau rehabilitasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengubah tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai yaitu kegunaan yang tidak menuntut perubahan drastis atau yang hanya memerlukan sedikit dampak minimal.

(43)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 53

5) Demolisi

Demolisi adalah penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah rusak atau membahayakan.

Tabel 2. 11 Jenis Kegiatan dan Tingkat Perubahan

Kegiatan Tingkat Perubahan

Tidak Ada Sedikit Banyak Total

Konservasi * * * * Preservasi *    Restorasi  * *  Rekonstruksi   * * Adaptasi / Revitasliasi  *   Demolisi    *

Sumber : Sidharta dan Eko Budihardjo, Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah

di Surakarta, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1989, hlm. 11

c. Lingkup Konservasi

Secara umum bentuk konservasi meliputi kota dan desa, distrik, lingkungan perumahan serta garis cakrawala wajah jalan dan bangunan. Lingkup konservasi dalam suatu lingkungan kota atau obyek, digolongkan dalam beberapa luasan, yaitu sebagai berikut :

1) Satuan Areal

Satuan areal dalam kota dapat berwujud sub wilayah kota atau bahkan keseluruhan kota itu sendiri sebagai suatu sistem kehidupan yang dipandang mempunyai ciri-ciri atau nilai khas kota bersangkutan atau daerah dimana kota tersebut berada.

2) Satuan Pandangan/Visual/Landscape

Satuan ini berupa aspek visual yang dapat memberi bayangan mental atau image yang khas tentang lingkungan kota. Satuan Pandangan memiliki lima unsur pokok, yaitu :

a) Jalur (path) b) Tepian (edges) c) Kawasan (district) d) Pemusatan (node) e) Tengeran (landmark)

(44)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 54

f) Jaringan fungsional rute bersejarah atau jalur angkutan tradisional

3) Satuan Fisik

Satuan fisik merupakan satuan yang berwujud bangunan, kelompok atau deretan bangunan-bangunan, rangkaian bangunan yang membentuk ruang umum atau dinding jalan, dan unsur-unsur bangunan baik unsur fungsional, struktur atau entesis ornamental.

d. Sasaran Konservasi

Konservasi tidak dapat dilepaskan dari upaya kegiatan perlindungan dan penataan serta tujuan perencanaan kota yang tidak hanya secara fisik saja, namun juga stabilitas penduduk dan gaya hidup yang serasi yakni pencegahan perubahan sosial. Sehingga untuk mencapai hal tersebut, dalam upaya konservasi diperlukan sasaran yang tepat, antara lain : 1) Mengembalikan wajah atau image dari objek konservasi

2) Memanfaatkan peninggalan objek konservasi yang ada untuk menunjang kehidupan masa kini

3) Mengarahkan keselarasan perkembangan masa kini dengan perencanaan masa lalu yang tercermin dalam objek konservasi tersebut 4) Menampilkan sejarah pertumbuhan kota atau lingkungan dalam wujud

fisik tiga dimensi

2. Konservasi Bangunan Bersejarah

Bangunan Bersejarah atau Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.9

a. Kriteria Konservasi Bangunan Bersejarah

Dalam pelaksanaan kegiatan konservasi dibutuhkan sejumlah tolak ukur atau kriteria untuk menentukan obyek yang perlu dilestarikan, antara lain yaitu :

(45)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 55

1) Estetika

Tolak ukur estetika ini dikaitkan dengan nilai estetis dan arsitektonis yang tinggi dalam hal bentuk, struktur, tata ruang dan ornamennya. 2) Kejamakan

Tolak ukur kejamakan ditekankan pada seberapa jauh karya arsitektur tersebut mewakili suatu ragam atau jenis khusus yang spesifik.

3) Kelangkaan

Kriteria kelangkaan ini ditekankan pada seberapa langka suatu karya arsitektur yaitu bangunan yang hanya satu dari jenisnya atau contoh terakhir yang masih ada, tidak dimiliki oleh daerah lain atau bahkan satu-satunya yang ada di dunia.

4) Peranan Sejarah

Bangunan-bangunan atau lingkungan perkotaan yang merupakan lokasi bagi peristiwa-peristiwa bersejarah yang penting untuk dilestarikan sebagai ikatan simbolis antara peristiwa dahulu dan sekarang.

5) Memperkuat Kawasan di dekatnya

Bangunan-bangunan atau lingkungan perkotaan yang karena investasi di dalamnya, akan mempengaruhi kawasan-kawasan di dekatnya atau kehadirannya sangat bermakna untuk meningkatkan kualitas dan citra lingkungan sekitarnya.

6) Keistimewaan

Bangunan-bangunan atau lingkungan perkotaan yang dilindungi karena memiliki keistimewaan, misalnya yang terpanjang, tertinggi, tertua, terbesar, yang pertama dan sebagainya.

b. Prinsip-prinsip Konservasi Bangunan Bersejarah

Beberapa prinsip konservasi yang perlu diperhatikan adalah :

1) Konservasi dilandasi dengan penghargaan terhadap keadaan semula (eksisting) dari suatu bangunan dan seminimal mungkin melakukan intervensi fisik bangunannya, supaya tidak menghilangkan bukti-bukti sejarah yang dimilikinya.

(46)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 56

2) Konservasi bertujuan untuk menangkap kembali makna kultural dari suatu bangunan dan harus bisa menjamin keamanan dan pemeliharaannya di masa mendatang.

3) Konservasi harus mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan makna kulturalnya, tanpa menekankan pada salah satu aspek saja dan meninggalkan aspek lainnya.

4) Bangunan atau hasil karya bersejarah harus tetap berada pada lokasi historisnya. Pemindahan seluruh atau sebagian bangunannya tidak diperkenankan kecuali bila hal tersebut merupakan satu-satunya cara untuk menjamin kelestariannya.

5) Konservasi menjaga terpeliharanya latar visual yang cocok seperti bentuk, skala, warna, tekstur dan material. Setiap perubahan baru yang akan berakibat negatif terhadap latar visualnya harus dicegah.

6) Kebijaksanaan konservasi yang sesuai untuk bangunan harus didasarkan atas pemahaman terhadap makna kultural dan kondisi fisik bangunannya.

Gambar 2. 33 Tahapan / Proses Konservasi

(47)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 57

3. Kontekstualisme

Kontekstualisme selalu berhubungan dengan kegiatan konservasi dan preservasi karena berusaha mempertahankan bangunan lama khususnya yang bernilai historis dan membuat koneksi dengan bangunan baru atau menciptakan hubungan yang simpatik, sehingga menghasilkan sebuah kontinuitas visual. Kontekstualisme berusaha untuk menciptakan arsitektur yang tidak hanya berdiri sendiri, namun mampu memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitarnya.10

Menurut Brent C. Brolin dalam bukunya Architecture in Context “Fitting New Building with Old”. 1980, kontekstual adalah kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan mengaitkan bangunan baru dengan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, kontekstualisme merupakan sebuah ide tentang perlunya tanggapan terhadap lingkungannya serta bagaimana menjaga dan menghormati jiwa dan karakter suatu tempat.

Adapun ciri-ciri dari kontekstual adalah sebagai berikut : a. Adanya pengulangan motif dari desain bangunan sekitar

b. Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornamen dan lain sebagainya terhadap bangunan sekitar lingkungan yang bertujuan untuk menjaga karakter suatu tempat.

c. Meningkatkan kualitas lingkungan yang ada

Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam kontekstual antara lain yaitu: a. Irama

Irama dapat diartikan sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud atau warna secara teratur dan harmonis. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan mengelompokkan unsur-unsur di dalam suatu komposisi acak berdasarkan kedekatan atau hubungan satu dengan lainnya dan karakteristik visual yang dimiliki bersama. 11

10 Siti Arfah A., Arsitektur Kontekstual diakses dari https://architecturejournals.wordpress.com/ 2010/10/28/arsitektur-kontekstual/ pada tanggal 30 April 2016

(48)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 58

b. Datum12

Datum diartikan sebagai garis, bidang atau ruang acuan untuk menghubungkan unsur-unsur lain di dalam suatu komposisi dan mengorganisir suatu pola acak unsur-unsur melalui keteraturan kontinuitas dan kehadirannya konstan. Contohnya, garis-garis lagu yang berfungsi sebagai datum yang memberi dasar visual untuk membaca not dan irama secara relatif dari nada-nada lagu yang ada.

Pada sebuah ordinasi acak dari unsur-unsur yang tidak sama, datum dapat mengorganisir unsur-unsur tersebut melalui cara-cara berikut, yaitu : 1) Garis

Sebuah garis dapat membentuk sisi-sisi bersama suatu pola dan garis-garis grid dapat membentuk sebuah bidang penyatu yang netral dari suatu pola.

2) Bidang

Sebuah bidang dapat mengumpulkan pola unsur-unsur di bawahnya atau berfungsi sebagai latar belakang dan membatasi unsur-unsur di dalam bidangnya.

3) Ruang

Sebuah ruang dapat mengumpulkan pola-pola di dalam batas-batasnya atau mengorganisir pola-pola tersebut sepanjang sisi-sisinya.

Arsitektur kontekstual dalam kaitannya dengan perancangan pengembangan suatu bangunan bersejarah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Kontras (Berbeda)

Kontras dapat menciptakan lingkungan urban yang hidup dan menarik namun dalam pengaplikasiannya diperlukan kehati-hatian sehingga tidak menimbulkan kekacauan.

Kontras bangunan modern dan kuno bisa menjadi sebuah harmoni, namun apabila terlalu banyak juga dapat mengakibatkan “shock effect” sehingga

(49)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 59

efektivitas yang dikehendaki akan menurun dan yang muncul adalah chaos.13

b. Selaras

Ada kalanya suatu lingkungan menuntut keserasian / keselarasan, hal tersebut dilakukan dalam rangka menjaga keselarasan dengan lingkungan yang sudah ada. Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan konteks / lingkungan dimana bangunan itu berada. Sehingga kehadiran satu atau sekelompok bangunan baru lebih menunjang daripada menyaingi karakter bangunan yang sudah ada walaupun terlihat dominan (secara Kuantitatif).

D. PRESEDEN

1. Pengembangan dan Penataan Stasiun Semarang Poncol

Stasiun Semarang Poncol (kode SMC) adalah salah satu dari dua stasiun kereta api di kota Semarang, yaitu Stasiun Semarang Poncol dan Stasiun Semarang Tawang. Stasiun kereta api Poncol terletak di Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Stasiun ini dibangun pada tahun 1914. Stasiun ini semula milik SCS (Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij), terletak di jalan Poncol. Bangunan stasiun ini dirancang oleh arsitek Henri Maclaine Pont, seorang arsitek Belanda.

Gambar 2. 34 Lokasi Stasiun Semarang Poncol

13 Brent C. Brolin, Architecture in Context “Fitting New Building With Old”, Van Nostrand Reinhold Company, New York, 1980

Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/9/98/Citra_satelit_poncol.png/800px-Citra_satelit_poncol.png

(50)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 60

Gambar 2. 35 Tampak Stasiun Semarang Poncol sebelum Pengembangan

Sumber : http://heritage.kereta-api.co.id/wp-content/uploads/2014/04/poncol-2.jpg

Saat ini seiring dengan pembenahan yang dilakukan oleh perusahaan, stasiun ini juga mengalami perubahan diantaranya perapihan fisik bangunan stasiun, pembuatan area bording dan peninggian sebagian area stasiun tersebut agar dapat melayani penumpang lebih baik lagi.

Gambar 2. 36 Kondisi Stasiun Semarang Poncol sebelum Pengembangan

(51)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 61

Gambar 2. 37 Denah Stasiun Semarang Poncol sebelum Pengembangan

Sumber : http://heritage.kereta-api.co.id/wp-content/uploads/2014/07/Slide6.jpg

Gambar 2. 38 Rencana Usulan Penzoningan & Sirkulasi Penumpang Stasiun Semarang Poncol

(52)

commit to user

DEA KARINA PUTRI | I0212030 62

Gambar 2. 39 Stasiun Semarang Poncol

Sumber : http://heritage.kereta-api.co.id/wp-content/uploads/2014/04/fasade-stasiun-semarang-poncol.jpg

Gambar 2. 40 Ruang Tunggu Stasiun Semarang Poncol

Sumber : http://heritage.kereta-api.co.id/wp-content/uploads/2014/04/Stasiun-Semarang-Poncol-3.jpg

Gambar 2. 41 Peron (kiri) & Bangunan Overkapping (kanan) Stasiun Semarang Poncol

Gambar

Tabel 2. 3 Persyaratan Penempatan Gedung Stasiun KA
Tabel 2. 4 Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di Stasiun  Ruang
Gambar 2. 2 Tipikal Ruang Kepala Stasiun
Gambar 2. 4 Tipikal Ruang PPKA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam buang air kecil dan besar.. Pada

Buku Pedoman Pelaksanaan Program Internsip Dokter Indonesia berisi keterangan mengenai konsep internship dokter di berbagai negara, dimana internship adalah proses

Sebuah fasilitas atau peralatan produksi termasuk dalam “critical unit“apabila kerusakan fasilitas atau peralatan tersebut akan membahayakan kesehatan atau keselamatan para

Memberi kemudahan, kenyamanan dan keselamatan dalam melayani naik turun penumpang di stasiun merupakan fasilitas yang penting dalam penyelenggaraan angkutan kereta api agar

Pelayanan Rawat Jalan produk Askes Diamond dan Askes Platinum dapat menggunakan fasilitas yang tidak ditunjuk oleh PT Askes (Persero) dengan pola penggantian biaya

Sedangkan perngertian dari fasilitas parkir menurut Department Perhubungan Direktur Jenderal Perhubungan Darat tentang pedoman teknis penyelengaraan fasilitas parkir tahun

III Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk : - Bangunan-bangunan monumental - Gedung sekolah dan fasilitas

13 Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk: - Bangunan-bangunan monumental - Gedung sekolah dan fasilitas