• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. penting bagi masyarakat Indonesia. Kerbau memiliki keunggulan tersendiri untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KEPUSTAKAAN. penting bagi masyarakat Indonesia. Kerbau memiliki keunggulan tersendiri untuk"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kerbau

Kerbau (Bubalus bubalis) merupakan ternak ruminansia besar yang penting bagi masyarakat Indonesia. Kerbau memiliki keunggulan tersendiri untuk dikembangkan karena dapat bertahan hidup dengan pakan berkualitas rendah, toleran terhadap parasit setempat serta keberadaannya telah menyatu sedemikian rupa dengan kehidupan sosial dan budaya petani Indonesia (Nuraini dkk., 2010).

Menurut Talib dan Naim (2012), kerbau adalah ternak asli dari Benua Asia yang termasuk sebagai ternak ruminansia dalam keluarga (famili) bovidae dan bangsa (genus) Bubalus. Ketika masuk ke tingkat spesies, maka kerbau dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kerbau liar, kerbau sungai (dairy buffalo) dan kerbau lumpur atau rawa (buff buffalo). Kerbau sungai dan kerbau lumpur pada satu pihak disebut dengan Bubalus bubalis karena mempunyai satu tetua yaitu Bubalus Arnee dan perkawinan keduanya menghasilkan keturunan yang subur.

Provinsi Banten memiliki populasi kerbau terbanyak kedua di Indonesia setelah Aceh, selain sebagai sumber tenaga kerja kerbau termasuk ternak ruminansia besar yang mempunyai peranan penting dalam penyediaan daging di Indonesia. Pada umumnya kerbau di pelihara petani untuk dimanfaatkan tenaganya untuk mengolah lahan sawah, dan dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging (Kusnadi dkk, 2005). Arman (2003) menjelaskan bahwa penurunan populasi pada satu sisi disebabkan oleh tingginya pengeluaran atau

(2)

penjualan kerbau antar pulau dan pemotongan lokal yang melebihi dari kemampuan produksi, dan pada sisi lain kemungkinan diakibatkan oleh rendahnya tingkat reproduktivitas kerbau.

Menurut (Mayunar, 2008), ternak kerbau mempunyai fungsi dan peran dalam sistem usahatani sebagai sumber tenaga, sumber pupuk dan sekaligus memberikan pendapatan tambahan bagi petani. Namun saat ini populasi kerbau di Provinsi Banten terus menurun. Disamping pemotongan dan tingkat kelahiran yang rendah, penurunan populasi kerbau juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi dan peranan dalam sistem usahatani serta berkurangnya lahan garapan petani lahan penggembalaan (sumber pakan).

Meskipun peranan kerbau sangat penting dalam mendukung perekonomian daerah maupun nasional, spesies ini seringkali diabaikan dan diacuhkan bahkan nyaris dilupakan. Masih ada beberapa pandangan bahwa ternak kerbau sangat tidak efisien dalam tatalaksana pemeliharaannya, di antaranya membutuhkan banyak air, tidak tahan udara panas, berbahaya bagi keselamatan orang yang memelihara, kualitas dan cita rasa daging yang tidak baik dan tidak enak (Arman, 2003).

Ternak kerbau sebagai ternak potong memiliki arti yang cukup baik. Ternak kerbau merupakan sumber daging untuk keperluan konsumsi. Umumnya penduduk Indonesia menyukai daging kerbau, kecuali golongan menengah dan golongan atas di kota-kota besar. Kerbau sebagai ternak potong mempunyai persentase pemotongan berkisar antara 32-44% (Sosroamidjojo, 1991).

(3)

2.2 Pengembangbiakan Kerbau 2.2.1 Breeding Ternak Kerbau

Program pengembangbiakan merupakan salah satu pendukung dalam pemeliharan kerbau, terutama yang berkaitan dengan tujuan memperoleh nilai tambah bagi peternak. Salah satu prinsip pengembangan adalah usaha memperoleh keturunan berkualitas tinggi sesuai dengan harapan. Salah satu langkah penting sebelum program pengembangbiakan dilaksanakan adalah menyeleksi induk, baik betina maupun jantan pemacek (Murtidjo, 1992).

Menurut SNI 7706.1:2011, bibit kerbau lumpur harus berasal dari pembibitan yang sesuai dengan pedoman pembibitan kerbau yang baik. Bebas dari penyakit hewan menular yang dinyatakan oleh dokter hewan berwenang. Sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya. Semua bibit harus normal siklus berahi dan organ reproduksinya, ambing normal dan tidak menunjukkan gejala infertil dan majir. Semua bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelaminnya (testes asimetris, monorchid, parapimosis), memiliki libido tinggi, memiliki kualitas dan kuantitas semen yang normal, serta tidak mempunyai silsilah keturunan yang cacat secara genetika.

Secara khusus persyaratan kualitatif bibit kerbau lumpur betina yaitu : a. Warna kulit belang, hitam, hitam keabu-abuan, dan kemerah-merahan, serta

bulu berwarna abu-abu sampai hitam dan belang hitam putih, ada satu atau dua garis putih terdapat di leher bagian bawah dan dari lutut (carpus) ke

(4)

bawah berwarna abu-abu sampai putih (stocking) pada dua kaki depan atau keempat kakinya.

b. Tanduk mengarah ke belakang horizontal, bentuk pipih bersegi sampai bulat dengan bagian ujung yang meruncing dan/atau membentuk setengah lingkaran.

c. Bentuk badan kompak, segi empat, dan konformasi tubuh yang seimbang. d. Ambing normal dan berputing simetris (dua pasang)

e. Pusar rambut empat pasang, masing-masing berokasi pada hidung, pangkal telinga, ujung tulang belikat, dan pinggul.

f. Bulu ekor hitam

g. Silkus berahi teratur (20-24 hari) h. Mata normal.

Persyaratan pada ternak kerbau lumpur jantan secara kualitatif yaitu Warna kulit belang, hitam, hitam keabu-abuan, dan kemerah-merahan, serta bulu berwarna abu-abu sampai hitam dan belang hitam putih, ada satu atau dua garis putih terdapat di leher bagian bawah dan dari lutut (carpus) ke bawah berwarna abu-abu sampai putih (stocking) pada dua kaki depan atau keempat kakinya. Selanjutnya tanduk relaif lebih lebar disbanding tanduk betina, bentuk badan kompak, segi empat, dan konformasi tubuh yang seimbang, testis normal dan simetris, serta memiliki libido yang normal.

2.2.2 Pakan Ternak Kerbau

Kerbau termasuk ternak ruminansia yang memiliki lambung sebenarnya, yaitu abomasum dan lambung muka yang membesar. Lambung muka terbagi atas 3 ruangan yaitu rumen, reticulum, dan omasum. Pada kerbau muda, rumen dan

(5)

reticulum belum berkembang, sehingga masih terlihat kecil. Jika kerbau sudah menyukai pakan hijauan yang berserat kasar, bagian dari retikulo-rumen membesar dengan cepat. Dengan demikian daya tampungnya membesar hingga mencapai 60% kapasitas isi saluran pencernaan ukuran relatif (Murtidjo, 1992).

Menurut Murtidjo (1992), pakan ternak kerbau dibagi dalam beberapa golongan menurut kebutuhan, usia, dan manfaat ternak kerbau :

1. Pakan pengganti untuk gudel (anak kerbau)

Anak kerbau yang tidak memperoleh air susu dari induknya karena suatu alasan tertentu dapat diberi pakan pengganti yang diberikan sampai gudel berusia 16 minggu.

2. Pakan kerbau dara

Pakan yang diberikan mulai usia 17-40 minggu. 3. Pakan kerbau dewasa

Pakan kerbau dewasa adalah pakan yang diberikan pada kerbau yang sudah berusia 40 minggu.

4. Pakan kerbau laktasi

Pakan yang diberikan pada kerbau dewasa yang sedang memproduksi air susu atau setelah melahirkan sampai gudel disapih.

5. Pakan kerbau kering

Pakan yang diberikan pada kerbau yang sedang bunting muda sampai melahirkan anak.

2.3 Manajemen Reproduksi

Menghasilkan keturunan merupakan kesinambungan generasi untuk tetap mempertahankan sumber plasma nutfah suatu bangsa atau spesies ternak. Dalam

(6)

suatu populasi ternak yang tersedia sebagai sumber produksi diharapkan menghasilkan keturunan lebih baik dari kedua tetuanya atau minimal sama karena sifat-sifat dari kedua tetuanya akan ditumpahkan pada keturunannya. Apabila tetua bermutu genetis tinggi maka keturunannya pun demikian. Akan tetapi pengaruh lingkungan sangat besar peranannya dalam membentuk sifat-sifat yang diturunkan tersebut (Santosa, 2006).

Menurut Santosa (2006), aspek manajemen reproduksi pada ternak meliputi penentuan berahi, perkawinan, kebuntingan, kelahiran, dan penanganan anak. Hal tersebut memerlukan keterampilan untuk menghimpun potensi ternak agar dapat menampilkan aspek reproduksi yang efisien dan produksi yang optimum.

2.3.1 Pola Kelola Reproduksi

Pola kelola reproduksi merupakan segala sesuatu yang dilakukan dalam pengelolaan reproduksi pada ternak atau perkembangbiakan. Perkembangbiakan menyangkut soal pengawasan dan pengaturan perkembangbiakan. Perkembangbiakan dalam arti kata mengawinkan betina-betina yang baik dengan pejantan yang baik, tidak terjadi pada peternakan kerbau rakyat (Sosroamidjojo, 1991).

Menurut Sosroamidjojo (1991), sebaiknya kerbau boleh mulai dikawinkan untuk pertama pada umur 2,5-3 tahun, tapi sering terjadi perkawinan pada umur 1,5 tahun. Kerbau mempunyai siklus berahi 21 hari, kadang-kadang bisa sampai 24 hari dengan lama berahi rata-rata 1,5 hari, puncak berahi umumnya pada malam hari. Lama bunting kurang lebih 310 hari, lama menyusui anak 6-8 bulan.

(7)

1. Penentuan Berahi

Tanda-tanda berahi pada kerbau sama dengan sapi, hanya tidak begitu jelas. Apabila diketahui sore hari kerbau betinanya menunjukkan tanda-tanda berahi, disarankan pada pagi hari besoknya agar segera dikawinkan (Sosroamidjojo, 1991). Tanda-tanda berahi yang lazim muncul pada betina yaitu tidak tenang (gelisah), nafsu makan berkurang, sering menaiki ternak lain atau diam bila dinaiki ternak lain, vulva merah, bengkak, hangat, dan keluar lender, serta frekuensi pengeluaran urin meningkat. Namun pada kerbau yang sedang berahi sering pula tidak menampakkan tanda-tandanya, keadaan seperti itu dinamakan silent heat (Santosa, 2006).

Penampilan berahi yang sulit diamati dikarenakan bahwa kerbau sering terjadi berahi pada malam hari. Hal tersebut yang menyebabkan kegagalan perkawinan pada ternak kerbau selain dari ovulasi yang tidak jelas, dan tidak berfungsinya ovarium dengan baik (Murti dan Ciptadi, 1988).

2. Perkawinan

Ternak-ternak betina beberapa spesies memperlihatkan siklus reproduksi yang terus menerus sepanjang tahun apabila tidak terjadi kebuntingan. Pada ternak kerbau perkawinan terjadi secara musiman atau disebut dengan musim kawin. Menurut Toelihere (1977), kejadian siklus berahi yang terjadi berturut-turut pada betina tidak bunting hanya terbatas pada musim tertentu dalam satu tahun. Selama musim kawin fungsi-fungsi reproduksi adalah sama dengan hewan-hewan betina yang tidak kawin bermusim. Akan tetapi sebelum dan

(8)

sesudah musim kawin, saluran reproduksi dan ovaria pada betina berada dalam suatu keadaan yang relatif tenang atau inaktif (anestrus).

Tatalaksana perkawinan yang tepat adalah salah satu cara untuk mencegah kegagalan atau pengurangan pendapatan peternakan karena penjualan gudel. Usaha perkawinan yang tidak memperhatikan musim kawin akan mengurangi nilai keberhasilan usahanya. Kegagalan perkawinan akan menambah jarak antara satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya. Kerbau lumpur mempunyai kisaran jarak satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya 480-912 hari (Murti dan Ciptadi, 1988).

3. Kebuntingan

Setelah kerbau dikawinkan, tugas selanjutnya adalah mengamati gejala kebuntingan. Secara teoritis, tanda-tanda kerbau bunting adalah tidak timbulnya siklus berahi kembali setelah di IB/dikawinkan. Namun kenyataan sering berbeda, kerbau yang sudah bunting kadang masih berahi (Murtidjo, 1992). Beberapa tanda atau gejala kebuntingan positif dapat diketahui dari :

a. Berat tubuh meningkat, diikuti dengan bertambah besarnya dinding perut, yang dapat dilihat dengan jelas.

b. Pada kerbau betina yang baru pertama bunting, terlihat adanya perubahan ambing, adanya gerakan pada perut sebelah bawah, sisi kanan dan belakang.

Lama kebuntingan menurut Murti dan Ciptadi (1988), adalah banyaknya hari antara hari perkawinan yang terakhir sampai dengan hari saat kelahiran gudel. Lama kebuntingan untuk kerbau lumpur mencapai 315 hari.

(9)

4. Kelahiran

Kegelisahan merupakan salah satu tanda-tanda luar akan melahirkan. Walaupun melahirkan adalah kondisi fisiologis normal, tetap berarti bahwa benda besar harus didorong keluar melalui saluran yang relatif kecil (Sutama dkk, 1991). Pada umumnya gudel lahir dari uterus sebelah kanan. Menurut Toelihere (1976) dalam Murti dan Ciptadi (1988) mengatakan bahwa uterus sebelah kanan tampak lebih aktif dibandingkan dengan bagian kiri. Beberapa tanda-tanda yang ditunjukkan sebelum kelahiran gudel antara lain :

a. Pada masa 30 hari sebelum kelahiran terjadi pembengkakan ambing induk kerbau.

b. Pada kira-kira 22 hari sebelum kelahiran (7-80 hari) terjadi pembengkakan vulva.

c. Pada kisaran beberapa jam selama kurun waktu 2 hari menjelang kelahiran gudel, maka otot-otot tulang pelvic (sekitar paha) mengalami relaksasi atau pengendoran yang cukup terlihat.

d. Pada masa 2-3 hari suhu tubuh kerbau cenderung turun.

e. Gudel lahir dengan kisaran berat 26-28 Kg, rata-rata suhu badan 39,02 ± 0,48 dan kecepatan pernapasan tiap menit sebesar 55 kali.

f. Tali pusar gudel akan mengalami pelepasan pada umur 5,72 ± 2,43 hari. g. Involusi uteri atau gerak pengembalian uterus ke bentuk semula akan terus

(10)

5. Penanganan Gudel

Penanganan gudel dimaksudkan agar gudel dapat berkembangbiak sesuai dengan tujuan pemeliharaannya. Pada masa 6 bulan pertama kehidupannya diluar kandungan, maka kematian gudel akibat penyakit, kecelakaan, dan kelalaian cukup besar. Angka kematian gudel mencapai 33 % sejak lahir sampai dengan umur 3 tahun, 80% dari jumlah tersebut terjadi pada umur kelahiran sampai umur 6 bulan. Gudel jantan tercatat lebih mudah menemui kematian jika dibandingkan dengan gudel betina. Kebanyakan dari gudel yang mati disebabkan oleh adanya radang pneumonia, kegagalan fungsi pencernaan dan infeksi pada saluran pernapasan (Murti dan Ciptadi, 1988).

Menurut Murti dan Ciptadi (1988), pada awal kehidupannya diluar uterus induknya, maka ternak gudel sebagaimana pedet pada sapi memerlukan pakan bergizi tinggi yang mampu menjaga pertumbuhan dan kesehatannya. Kolostrum adalah mutlak diperlukan selama kehidupannya di udara bebas. Kolostrum sangat berguna bagi ternak yang baru lahir karena mengandung zat antibodi dan diharapkan mampu mengeluarkan kotoran pencernaan.

2.3.2 Sanitasi

Usaha sanitasi adalah usaha penjagaan terhadap kesehatan ternak tidak terlepas dari usaha penjagaan kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya serta pengawasan terhadap orang yang mungkin atau selalu berhubungan dengan ternak tersebut (Soeradji,1987).

Menurut Soeradji (1987), usaha penjagaan terhadap kesehatan ternak dapat melakukan beberapa tindakan seperti : 1) Lokasi kandang hanya boleh

(11)

dimasukkan ternak-ternak yang sehat, 2) Adanya pemisahan terhadap ternak yang sakit, 3) Melakukan vaksinasi terhadap penyakit tertentu, 4) Melakukan pemberantasan dan pengontrolan, 5) Memberikan pengobatan pada ternak yang sakit, 6) Melakukan diagnostik pada ternak terhadap penyakit tertentu, 7) memberikan pakan yang cukup baik kualitas dan kuantitasnya, dan 8) Melepaskan ternak di lapangan setiap pagi agar ternak mendapat pergerakan yang cukup.

Usaha penjagaan kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya dapat dilakukan beberapa tindakan menurut Soeradji (1987), yaitu : 1) Ventilasi yang cukup, lantai tidak mudah becek, atap tidak bocor, dan dapat menahan panas matahari dengan baik, 2) Menempatkan ternak sesuai kapasitas kandangnya, 3) Membersihkan kandang secara teratur, 4) Membersihkan tempat pakan/minum dan peralatan kandang lainnya setiap hari, 5) Upayakan kandang agar tidak menjadi sarang tikus, 6) Lakukan pemagaran yang baik pada kandang, dan 7) Usahakan agar padang penggembalaan tidak tercemar oleh parasit. Selanjutnya yaitu usaha pengawasan terhadap orang yang mungkin atau selalu berhubungan dengan ternaknya dapat dilakukan pengawasan dengan cara melarang orang-orang yang bukan petugas kandang bebas keluar masuk perkandangan serta melakukan pengontrolan kesehatan orang-orang yang bekerja di peternakan.

Semua usaha tersebut menurut Soeradji (1987), hanya mungkin dilaksanakan secara baik di perusahaan peternakan, sedangkan pada peternakan rakyat hal ini mungkin hanya sebagian kecil saja bisa dilaksanakan. Pada peternak rakyat dapat menjaga kesehatan ternak dengan pengetahuan klinik. Pengetahuan klinik mencakup kegiatan pengamatan kesehatan ternak dan

(12)

perawatan ternak sakit. Pengamanan ternak dari gangguan penyakit khususnya penyakit menular tindakan yang cepat dan tepat yang diperlukan.

2.3.3 Pencegahan Penyakit

Hewan atau ternak dikatakan sehat apabila status kesehatannya sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 1) Bebas dari penyakit yang bersifat menular atau tidak menular, 2) Bebas dari penyakit zoonosis, 3) Tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan manusia sebagai konsumen, dan 4) Berproduksi secara optimum. Selanjutnya dikemukakan bahwa prinsip dasar program kesehatan ternak salah satunya melalui usaha pencegahan timbulnya suatu organisme penyebab penyakit dengan cara melakukan sanitasi yang baik, benar dan teratur, mengisolasi hewan yang baru datang, menjaga lingkungan tetap baik, dan melakukan eradikasi jika perlu (Budinuryanto, 2000).

Pemeriksaan pada ternak mengenai penyakit sangatlah penting. Tujuan pemeriksaan klinis adalah untuk menentukan diagnosis. Banyak penyakit yang dapat ditentukan diagnosis khasnya dengan mendasarkan atas riwayat kejadian penyakit serta pemeriksaan fisis pada penderita. Sebelum melakukan pemeriksaan atas ternak penderitanya sendiri, pemeriksaan terhadap keadaan lingkungan sering dipandang perlu untuk dilakukan terlebih dahulu (Subronto, 2008).

Menurut Subronto (2008), tersedianya pakan dan minum pada ternak yang dipelihara harus dilihat. Kualitas dan jumlah pakan dan air harus juga diperhatikan. Pemeriksaan adanya tanaman beracun maupun bahan kimia yang mencurigakan perlu dilakukan.

(13)

Pemeriksaan umum penderita menurut Subronto (2008), dimulai dari suatu jarak yang tidak mengganggu ketenangan dan sikap penderita. Keadaan umum dan kelakuan ternak seperti tingkat kelesuan, kesadaran atau kegelisahan perlu dibedakan pada ternak yang menderita sakit dan yang tidak menderita sakit.

2.4 Kelompok

Menurut Huraerah dan Purwanto (2010), kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri paling tidak sebanyak dua atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam suatu aturan yang saling mempengaruhi pada setiap anggotanya. Sebenarnya upaya yang dapat dilakukan ialah mengidentifikasi aspek-aspek yang ditonjolkan oleh definisi dinamika kelompok kemudian dalam penggunaannya dapat mengadakan penyesuaian dengan apa yang menjadi sasaran. Identifikasi tersebut menurut Sudjarwo (2011), yaitu :

1. Sesuatu disebut kelompok bila memiliki anggota minimal dua orang atau lebih.

2. Setiap anggota memiliki peluang yang sama untuk berinteraksi dan tidak menutup kemungkinan adanya bentuk pola ketergantungan.

3. Kelompok mempunyai tujuan dan semua kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan.

4. Tujuan kelompok ditetapkan sebagai manifestasi tujuan anggota.

5. Pola interaksi antar anggota kelompok cenderung stabil dan terpelihara serta terbuka adanya penambahan anggota baru.

(14)

2.5 Dinamika Kelompok

Suatu kelompok dibicarakan atau tidak dibicarakan akan tetap dinamis. Kalaulah dinamis itu diartikan sebagai gerak maka kelompok yang tidak ada kegiatannya pun dikatakan dinamis. Bergerak atau tidak bergerak itu adalah ritme. Ritme sendiri berarti kedinamisan, atau bahasa sederhananya ialah kedinamisan dapat diartikan sebagai gerak dan dapat diartikan sebagai diam (Sudjarwo, 2011).

Menurut Cartwright dan Zanden (1968) dalam Sudjarwo (2011) mengatakan bahwa kedinamisan kelompok tergantung pada faktor penyebab. Faktor penyebab yang dikenal sebagai puse factor mendorong terjadinya gelombang kedinamisan kelompok. Menurut Huraerah dan Purwanto (2010), unsur-unsur dalam dinamika kelompok atau faktor penyebab dinamika kelompok (Sudjarwo, 2011) yaitu :

a. Tujuan Kelompok

Tujuan kelompok ialah apa yang akan dicapai oleh kelompok dan harus mewujudkan relevansi dengan tujuan anggota serta diketahui oleh semua anggota. b. Struktur Kelompok

Struktur kelompok menggambarkan jaring-jaring otoritas atau wewenang pengambil keputusan. Berperan sebagai jaring komunikasi untuk menyampaikan informasi dan instruksi dari atas ke bawah. Dapat juga berfungsi sebagai jaring aspirasi dari bawah ke atas.

(15)

c. Fungsi Kerja Kelompok

Fungsi kerja dari kelompok menyangkut apa saja yang harus dikerjakan oleh kelompok. Menyangkut bidang kepuasan, informasi, penyebarluasan, koordinasi, klarifikasi, dan komunikasi.

d. Pengembangan dan Pemeliharaan Kelompok

Pengembangan dan pemeliharaan kelompok adalah berkaitan dengan “apa yang harus ada” dalam kelompok.

e. Kekompakan Kelompok

Kekompakan kelompok adalah tongkat kebersamaan yang menggambarkan ketertarikan anggota kelompok pada kelompoknya.

f. Suasana Kelompok

Suasana kelompok adalah suasana yang terdapat dalam suatu kelompok, sebagai hasil dari berlangsungnya hubungan-hubungan interpersonal atau hubungan antar anggota kelompok.

g. Kepemimpinan dalam Kelompok

Seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini berarti diperlukan adanya kemampuan untuk melakukan interaksi dengan bawahannya. Karakter pemimpin dapat dilihat dari kepribadiannya, kebutuhan/motivasinya, dan pengalamannya.

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG PENETAPAN PENERIMA DAN ALOKASI DANA HIBAH BERUPA DANA DAERAH URUSAN BERSAMA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

Pada delay 30 detik dan juga 60 detik, rata-rata selisih waktu tamu terdeteksi yang didapatkan dengan delay 30 detik yaitu 6.05 detik dan delay 60 detik didapatkan

Dengan adanya tarif yang telah diterapkan oleh pemerintah maka rumah sakit perlu melakukan penyesuaian dengan tarif tersebut.Untuk itu perlu dilakukannya analisa

Sistem informasi adalah kombinasi dari manusia,fasilitas atau teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang ber- maksud menata jaringan komunikasi yang penting,proses

Bentuknya panjang dan kurus. Burung flaminggo beradaptasi dengan ingkungan tempat hidupnya. Burung flaminggo hidup di sepanjang tepi danau dan sungai. Jenis makanan burung

4. Menurut saya penjagaan di area parkir Wisata Pemandian Air Panas Angseri mampu meningkatkan rasa aman bagi wisatawan yang berkunjung. Menurut saya jumlah toilet dan

Pengguna TIK dengan tingkat optimisme dan inovasi yang tinggi masuk dalam kategori Explorer , merupakan individu-individu yang memiliki motivasi dan rasa percaya diri yang