• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA-UPAYA PENANGANAN WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA-PAPUA NEW GUINEA OLEH BADAN PENGELOLA PERBATASAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI PROVINSI PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA-UPAYA PENANGANAN WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA-PAPUA NEW GUINEA OLEH BADAN PENGELOLA PERBATASAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI PROVINSI PAPUA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA-UPAYA PENANGANAN WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK

INDONESIA-PAPUA NEW GUINEA OLEH BADAN PENGELOLA

PERBATASAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI PROVINSI PAPUA

ANNISA WANGGAI

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Upaya – Upaya Penanganan Wilayah Perbatasan Republik Indonesia – Papua New Guinea Oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua”, dengan rumusan masalah bagaimana upaya-upaya penanganan wilayah perbatasan antara RI-PNG yang dilakukan oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua, dengan tujuan mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua.

Untuk mengkaji dan mengetahui bagaimana upaya penanganan wilayah perbatasan RI-PNG oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua, maka penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif, dan dasar penelitian ini adalah survey dengan mengambil 4 (empat) orang sebagai informan. Untuk memperoleh data maka penelitian ini menggunakan instrument pengumpulan data yaitu wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian ini, upaya penanganan yang dilakukan oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua telah sesuai dengan prosedur pengelolaan/manajemen yaitu dengan melakukan perencanaan yang berdasarkan kebutuhan, pelaksanaan dari rencana yang telah ditetapkan dan pengawasan dari rencana melalui pelaksanaan untuk mengukur tingkat keberhasilan.

I. PENDAHULUAN

Papua merupakan salah satu provinsi yang berada pada posisi strategis di kawasan timur Republik Indonesia, yakni sebelah Utara berbatasan laut dengan Republik Palau, sebelah Selatan berbatasan dengan Australia dan sebelah Timur berbatasan laut dengan Papua New Guinea. Kawasan perbatasan negara merupakan manifestasi utama dan memiliki peran penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, keamanan dan keutuhan wilayah, dimana kawasan perbatasan memiliki persoalan sosial, politik, ekonomi, pertahanan keamanan menjadi semakin kompleks karena bersinggungan dengan kedaulatan negara lain. Letak Provinsi Papua (RI) yang berbatasan laut dan darat secara langsung dengan PNG menjadikan Papua sebagai pintu gerbang untuk kawasan Timur di Republik Indonesia. Perbatasan adalah akhir dari kedaulatan suatu negara yang bertemu dengan kedaulatan negara lain, hal ini menyebabkan sering timbulnya masalah yang berdampak bukan saja kepada individu melainkan kedaulatan negara terkait dengan penggunaan garis perbatasan sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan dalam negeri maupun hubungan luar negeri.

Pengaturan perbatasan RI-PNG yang didasarkan pada persetujuan dasar tentang perjanjian perbatasan kedua negara ( Basic Agreement on Border Arrangements Between the Republic of RI and The Republic of PNG pada tahun 2013), sifatnya masih terbatas. Dinamika pengaturan perbatasan ini terus diupayakan paralel dengan kepentingan nasional kedua negara hingga saat ini. Kedua negara setuju untuk menjadikan masalah lintas batas orang dan barang dari dan ke wilayah perbatasan diatur bersama dalam sebuah Perjanjian Khusus untuk Pengaturan-Pengaturan khusus lintas batas Tradisional dan Kebiasaan antara RI-PNG (Special Arrangements for Tradisional and Customary Border Crossing Between RI and PNG).

Dalam pengelolaannya perbatasan wilayah negara yang khususnya berada di Provinsi Papua dikelola oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua yang menjadi perwakilan atau kepanjangan tangan dari Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan. Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri ini mempunyai tugas pokok menyelenggarakan, mengembangkan potensi perbatasan dan kerjasama luar negeri dan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Gubernur.

(2)

Banyaknya masalah yang terjadi di kawasan perbatasan RI-PNG di Provinsi Papua seperti masalah pertahanan dan keamanan, masalah pelintas batas ilegal, masalah warga negara PNG yang tinggal di wilayah perbatasan namun masuk pada wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan terbelakangnya penduduk kawasan perbatasan. Masalah-masalah ini tentunya harus dicari jalan keluar dan titik temu antara kedua negara yang berbatasan. Berdasarkan tugas dari instansi yang mengelola perbatasan maka harus ada fungsi pengelolaan seperti perencanaan yang baik bagi wilayah perbatasan demi meminimalisir masalah yang terjadi pada Kawasan Perbatasan RI-PNG.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Badan Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua dalam menangani masalah-masalah yang terjadi di wilayah perbatasan RI-PNG.

II. METODE PENELITIAN Lokasi dan Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua. Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif, sedangkan dasar penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan tentang bagaimana Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua menangani masalah yang terjadi di wilayah perbatasan RI-PNG.

Informan

Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua, Kepala Sub Bidang Pengelola Batas Wilayah, Staf Sub Bidang Infrastruktur Fisik dan Pemerintahan, dan Staf Sub Bidang Penataan Ruang Kawasan Perbatasan.

Instrumen Pengumpulan Data

Dengan metode deskriptif kualitatif maka data yang akurat dikumpulkan dengan teknik observasi yaitu mengamati langsung hasil dari apa yang telah dilakukan oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri, wawancara dengan para pegawai dan dokumentasi untuk menjadi bukti penelitian ini. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul akan dianalisa secara deskriptif kualitatif yaitu, dengan menguraikan dan menjelaskan hasil-hasil penelitian dalam bentuk kata-kata lisan maupun tertulis dari sejumlah dari sejumlah data kualitatif. Dimana data yang diperoleh dari hasil wawancara dan

hasil observasi di lapangan untuk memperjelas gambaran hasil.

III. Pembahasan dan Analisis

Upaya penanganan wilayah perbatasan melalui perencanaan

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua maka dapat diketahui bahwa Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri melaksanakan perencanaan yang akan dijadikan program kerja sesuai dengan visi misi dan tupoksi yang ditetapkan. Perencanaan juga bersumber dari kebutuhan yang ada di masyarakat dan juga kebutuhan pada wilayah perbatasan yang selama ini masih kurang lengkap sarana dan prasarananya. Dalam proses perencanaan, telah diketahui apa tujuan yang ingin dicapai, kemana sasaran perencanaan ini dan mana perencanaan yang harus ditetapkan sebgai rencana dan akan dijadikan program kerja.

Rencana yang telah ditetapkan tidak hanya untuk pembangunan fisik akan tetapi juga bisa untuk membangun kualitas Sumber Daya Aparatur Badan Pengelola Perbatasan yang lebih baik. Karena untuk menjalankakn rencana yang telah ditetapkan diperlukan aparatur yang berkualitas. Rencana suatu organisasi akan menentukan kemana arah dan tujuan organisasi itu sendiri.

Upaya penanganan wilayah perbatasan melalui pelaksanaan kegiatan

Dalam pelaksanaan kegiatan oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri banyak sekali kendala yang harus dihadapi seperti keadaan wilayah perbatasan yang kurang aman, juga masalah warga negara PNG yang tinggal di kawasan perbatasan yang masuk di wilayah Indonesia, masalah perijinan tinggal warga negara PNG di Indonesia, masalah kewarganegaraan dan masalah hak ulayat. Namun dengan melakukan banyak sosialisasi kepada masyarakat juga dengan adanya koordinasi yang baik dengan pihak negara tetangga maka kita dapat mengatasi masalah-masalah yang ada dan mendapatkan jalan keluar.

Program kerja yang dilakukan oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua meliputi semua aspek yang berguna bagi masyarakat dan dalam penanganan wilayah perbatasan. Kegiatan yang dilakukan meliputi aspek yang menjadi skala prioritas di Provinsi Papua yaitu: ekonomi, pendidikan, sosial budaya, infrastruktur. Adapun program yang menjadi prioritas pengelolaan bagi kawasan perbatasan RI-PNG yaitu: penegasan dan penetapan garis perbatasan antar negara,

(3)

peningkatan penertiban administrasi kependudukan dan status kewarganegaraan, peningkatan pengawasan lintas batas tradisional dan internasional, dan peningkatan hubungan kerjasama luar negeri.

Upaya penanganan wilayah perbatasan melalui pengawasan seluruh pelaksanaan kegiatan

Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri telah membangun Pos Pengamanan Lintas Batas (PPLB), membangun pasar untuk menumbuhkan aktifitas ekonomi bagi penduduk kawasan perbatasan, membangun tugu-tugu yang menjadi tanda batas bagi perbatasan RI-PNG, memanfaatkan potensi sumber daya alam untuk meningkatkan pendapatan penduduk kawasan perbatasan, membersihkan tugu pilar batas RI-PNG, melaksanakan lomba lari lintas negara dan masih banyak lagi.

Tujuan yang ingin dicapai dari rencana dan seluruh rangkaian kegiatan adalah sesuai dengan visi dari Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua yaitu Terwujudnya Kawasan Perbatasan yang Aman, Tertib, Sejahtera dan Terciptanya Hubungan yang Harmonis dengan Negara Sahabat. Dan juga telah melakukan kegiatan sesuai dengan tupoksi dari Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri.

Dengan mengamati hasil kerja yang telah dilaksanakan dan dari hasil wawancara maka dapat dipastikan bahwa Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri ini telah melaksanakan semua kegiatan berdasarkan rencana awal, dan tujuan dari semua rencana melalui pelaksanaan kegiatan telah tercapai sesuai keinginan dan tepat sasaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian dalam Suhendra (2008:61) yang mengatakan bahwa “Pengawasan ialah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan.”

Berikut hasil wawancara dengan pihak Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua.

Untuk mengetahui apakah yang mendasari proses perencanaan yang dilakukan oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua dalam menangani wilayah perbatasan dapat dilihat dari hasil wawancara berikut dengan Ibu Suzana Wanggai yang mengatakan bahwa:

“BPPKLN menyusun perencanaan berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan yaitu menyusun dan menetapkan rencana aksi pembangunan

batas wilayah negara. Oleh karena itu kami melihat apa saja yang menjadi kebutuhan pada kawasan perbatasan maka akan kami lakukan proses penyusunan rencana lalu menetapkan rencana tersebut sebagai program kerja kantor BPPKLN”. ( Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Bapak Yan Numberi selaku KaSub Bidang Pengelolaan Batas Wilayah mengatakan bahwa :

“Kami di Kantor ini menyusun rencana berdasarkan dengan kebutuhan di lapangan. Kami tidak mungkin melakukan rencana atas dasar kemauan kami sendiri karena ini adalah pengelolaan batas negara yang sangat sensitif, dan kami memiliki Visi dan Misi yang jelas maka kami tidak akan keluar dari jalur yang ada”. (Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Untuk mengetahui rencana apa saja yang telah ditetapkan oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri dapat dilihat dari hasil wawancara berikut, Ibu Suzana Wanggai mengatakan bahwa :

“Banyak rencana yang telah ditetapkan oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri, misalnya saja dalam penertiban administrasi bagi pelintas batas, melakukan kerjasama di bidang sosial budaya, melakukan peningkatan kualitas Sumber Daya Aparatur pengelola perbatasan dan kerjasama luar negeri, rencana penyediaan sarana dan prasarana masyarakat kawasan perbatasan dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebut satu persatu”.( Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Untuk mengetahui apakah perencanaan ini juga langsung menyentuh pada masyarakat perbatasan maka dapat diketahui dari hasil wawancara berikut dengan Ibu Suzana Wanggaiyang mengatakan mengatakan bahwa:

“Tentunya kami melakukan perencanaan yang menyentuh langsung kepada masyarakat di kawasan perbatasan, sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat perbatasan.” (Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Sedangkan Bapak Yan Numberi mengatakan bahwa:

(4)

“Sudah pasti itu yang kami lakukan, tujuan kita ini kan jelas sesuai dengan visi dan misi dari kantor kami”. (Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Bapak Robert Muabuay mengatakan bahwa:

“Apabila melihat dari hasil rencana yang telah ditetapkan maka saya juga dapat mengatakan bahwa iya rencana yang kami buat ini demi mensejahterakan masyarakat kawasan perbatasan dan wilayah perbatasan juga”. (Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tahap perencanaan yang dilakukan oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri telah dilaksanakan berdasarkan tupoksi dan juga visi misi dari instansi ini serta dengan melihat kebutuhan di lapangan agar nantinya hasil dari perencanaan ini sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Untuk mengetahui bagaimana memulai pelaksanaan sesuai rencana yang telah ditetapkan maka dapat dilihat dari hasil wawancara berikut ini dengan seorang pejabat struktural pada Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri, Ibu Suzana Wanggai mengatakan bahwa:

“Berdasarkan rencana yang telah ditetapkan maka pelaksanaan pembangunan pada wilayah perbatasan dilakukan dengan cara pembagian tugas yang terstruktur. Jadi mengerjakan suatu pekerjaan juga harus sesuai dengan bidang-bidang yang telah dibentuk, dengan adanya pembagian tugas seperti ini maka akan mudah terkontrol pekerjaan yang sedang dilaksanakan”. (Hasil wawancara 1 Februari 2016).

Seorang pejabat struktural Bapak Yan Numberi mengatakan bahwa:

“Dalam pelaksanaan kegiatan ini kami di percayakan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan tupoksi pada masing-masing bidang. Jadi pelaksanaan kegiatanpun akan dilaksanakan sesuai rencana namum tak lepas dari apa yang menjadi program kerja sesuai dengan bidang tugas kami, agar tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan dalam melaksanakan kegiatan. Penempatan pegawai pada bidang-bidang ini juga sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh pegawai. Koordinasi kepada pimpinan dalam hal ini juga sangat penting agar

pelaksanaan kegiatan juga tetap berjalan dengan lancar”. (Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Seorang staff yaitu Bapak Awin mengatakan bahwa:

“Pelaksanaan kegiatan harus dilaksanakan sesuai dengan dana yang telah dianggrakan. Semangat dan dukungan yang diberikan dari pimpinan juga sangat penting bagi terselenggaranya kegiatan-kegiatan yang kami lakukan”. (Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Dari hasil wawancara dapat di analisis bahwa pelaksanaan kegiatan sesuai rencana harus dilakukan dengan cara pembagian tugas sesuai keahlian, koordinasi yang baik, ketersediaan anggaran, dan pemberian motivasi.

Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan dapat diketahui melalui hasil wawancara dengan ibu Suzana Wanggai yang mengatakan:

“Masalah yang sering dihadapi adalah pelintas batas tradisional dan pelintas batas illegal. Banyak warga negara PNG yang tinggal di kawasan perbatasan yang masuk dalam wilayah Indonesia untuk berkebun. Menurut mereka itu adalah tanah ulayat milik keluarga turun temurun mereka. Cara mengatasinya adalah dengan selalu turun ke lapangan untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana aturan pelintas batas, berkoordinasi dan menggandeng pihak Pemerintah Papua New Guinea untuk bersama-sama turun ke lapangan dan mencari tahu apa yang harus dilakukan, artinya kita mencegah jangan sampai ada petugas-petugas pemerikasa dari Pemerintah Indonesia maupun dari Pemerintah PNG dan akan menjadi masalah nantinya. Dari masing-masing negara harus mendata berapa jiwa/keluarga yang tinggal di wilayah Indonesia dan benar-benar di tanyakan kepada mereka berapa lama akan tinggal di wilayah Indonesia, dan apabila telah habis masa ijin tinggal maka akan diperpanjang. Namun apabila tidak di perpanjang maka akan ditanyakan apakah ingin menjadi Warga Negara Indonesia atau tidak? Apabila ingin pindah kewarganegaraan maka mereka akan langsung di catat namanya”. (Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

(5)

Menurut Bapak Yan Numberi, seorang pejabat struktural pada BPPKLN :

“Kendala yang sering dihadapi saya rasa selain pelintas batas ilegal, dan penduduk tanpa ijin tinggal ada pula masalah yang lebih serius, yaitu masalah tanah adat/hak ulayat. Untuk mengatasinya adalah berkoordinasi dengan pimpinan dan kemudian akan ada keputusan yang diambil untuk mengatasi masalah tersebut”. (Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Untuk mengetahui apakah Badan Pengelola Perbatasan telah melaksanakan kegiatan berdasarkan skala prioritas di Provinsi Papua dapat dilihat dari hasil wawancara berikut dengan Ibu Suzana Wanggai yang mengatakan bahwa:

“Ya kita telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan skala prioritas Provinsi Papua, pelaksanaan kegiatan dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur serta sarana dan prasarana yang memadai. Badan Perbatasan telah berkoordinasi dengan instansi-instansi terkait untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Misalnya dalam bidang pendidikan maka kami harus berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, dalam bidang kesehatan maka kami akan berkoordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan, dalam bidang ekonomi kami akan berkoordinasi dengan pihak Dinas Perindustrian Dan Perdagangan, dan dalam bidang infrastruktur kami berkoordinasi dengan pihak Dinas Pekerjaan Umum. Jadi semua dilakukan sesuai kebutuhan di kawasan perbatasan tentunya”.(Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Demikian juga yang disampaikan oleh bapak Robert Muabuay yang mengatakan bahwa:

“Kami juga berkoordinasi dengan pihak pengelola perbatasan di daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan Papua New Guinea agar melaksanakan pembangunan sesuai dengan kebutuhan. Kegunaan dari koordinasi dengan pihak kabupaten adalah agar kami dapat memantau apa saja yang telah dilaksanakan oleh pengelola perbatasan di kabupaten di provinsi Papua”. (Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Dari hasil wawancara diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang sering menjadi kendala dalam pelaksanaan sesuai program kegiatan Badan adalah mengenai pelintas batas ilegal dan hak ulayat atas tanah. Dan kegiatan yang dilakukan juga telah sesuai dengan skala prioritas di Provinsi Papua.

Untuk mengetahui apakah semua tahap pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan dapat dilihat dari hasil wawancara berikut dengan Ibu Suzana Wanggaiyang mengatakan bahwa:

“Semua kegiatan yang telah kami lakukan sudah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dari awal.” (Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Dari hasil wawancara diatas maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebagai program kerja.

Untuk mengetahui apa saja kegiatan yang telah dilakukan oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua dapat dilihat dari hasil wawancara berikut dengan Ibu Suzana Wanggaiyang mengatakan bahwa:

“Banyak yang telah kami laksanakan contohnya adalah pemeliharaan dan pembersihan pilar-pilar batas/ Tugu Perbatasan RI-PNG, pembangunan pagar dan gapura No Man’S Land RI-PNG, melakukan tatap muka dengan masyarakat pelintas batas RI yang bermukim di Kiunga Western Province PNG, melaksanakan rapat koordinasi pembangunan perbatasan”. (Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Bapak Robert Muabuay mengatakan bahwa:

“BPPKLN telah melakukan kegiatan di berbagai bidang seperti peningkatan pengawasan lintas batas tradisional dan internasional seperti pemberian bantuan GPS bagi nelayan Kabupaten Merauke dan Kota Jayapura, peningkatan hubungan bilateral yang harmonis dan saling menguntungkan dengan negara tetangga seperti melakasanakan pertemuan aparat dua negara RI-PNG, peningkatan kerjasama sosial budaya bagi masyarakat perbatasan RI-PNG seperti

(6)

memfasilitasi pengiriman tenaga guru dari Jayapura ke Vanimo.

Untuk mengetahui apakah tujuan yang diinginkan telah tercapai dapat diketahui dari hasil wawancara berikut dengan Ibu Suzana Wanggaiselaku Kepala Badan mengatakan bahwa:

“Tujuan yang kami inginkan adalah sesuai dengan visi dari Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua yaitu Terwujudnya Kawasan Perbatasan yang Aman, Tertib, Sejahtera dan Terciptanya Hubungan yang Harmonis dengan Negara Sahabat, dan itu telah tercapai, namun yang masih harus menjadi perhatian adalah masalah keamanan”. (Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Bapak Yan Numberi mengatakan bahwa: “Iya, kami telah melakukan kegiatan sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan dan telah sesuai dengan DPA pada bidang kami”. (Hasil wawancara tanggal 1 Februari 2016).

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua telah banyak melakukan kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang yang berguna bagi kawasan perbatasan dan masyarakat kawasan perbatasan. Dan juga telah mencapai tujuan yang diinginkan. Kesimpulan

Upaya Penanganan Wilayah Perbatasan RI-PNG Melalui Perencanaan adalah :

Perencanaan bersumber dari kebutuhan di lapangan dan sesuai dengan Visi yang dimiliki oleh Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua, serta dengan melihat apa yang menjadi prioritas pembangunan di Provinsi Papua.

Rencana yang ditetapkan adalah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk kawasan perbatasan dan untuk pengelolaan kawasan perbatasan yang lebih baik lagi.

Upaya Penanganan Wilayah Perbatasan RI-PNG melalui pelaksanaan adalah:

Dalam proses pelaksanaan kegiatan, Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua telah membagi bidang-bidang kerja yang didalamnya terdapat aparatur sesuai

dengan keahliannya agar pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Staff akan bekerja sesuai dengan arahan dari pimpinan.

Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua telah melakukan koordinasi dengan negara tetangga terkait pengelolaan batas wilayah dan pembangunan infrastruktur serta pembangunan tanda batas RI-PNG.

Upaya Penanganan Wilayah Perbatasan RI-PNG Melalui Fungsi Pengawasan

Dari pengawasan yang dilakukan maka kegiatan yang telah dilaksanakan telah berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan dan dilaksanakan sesuai TUPOKSI Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua.

Masalah yang masih sulit diatasi adalah terkait masalah keamanan di wilayah perbataasan, pelintas batas illegal, dan masyarakat PNG yang tinggal di Wilayah Indonesia dengan alasan mereka mempunyai tanah ulayat di wilayah Indonesia.

Dengan kondisi kawasan perbatasan yang belum aman maka seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berhasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu Terwujudnya Kawasan Perbatasan yang Aman, Tertib, Sejahtera dan Terciptanya Hubungan yang Harmonis dengan Negara Sahabat.

Saran

Dengan melihat adanya masalah-masalah yang belum bisa teratasi dengan baik adalah masalah keamanan, pelintas batas illegal, dan masalah hak ulayat Warga Negara PNG di Indonesia maka saran dari kami adalah :

Dalam penyusunan perencanaan selanjutnya harus menyusun rencana tata ruang wilayah pertahanan darat, laut dan udara untuk meningkatkan kesiapsiagaan operasional.

1. Menyesuaikan perencanaan tata ruang Provinsi/Kabupaten/ Kota sesuai dengan kebutuhan pertahanan.

2. Melakukan sosialisasi tentang peraturan administrasi pelintas batas sesuai aturan. 3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya

Aparatur yang lebih baik lagi dengan cara melihat pengelolaan kawasan perbatasan di negara-negara lain. Dan mempelajari bagaimana mengatasi masalah di lapangan, agar dalam pelaksanaan kegiatan terkait pengelolaan perbatasan wilayah akan lebih baik lagi ke depannya.

(7)

4. Melakukan koreksi dan perbandingan dari tahap tujuan yang ingin dicapai dari perencanaan, sampai pada pelaksanaan kegiatan dalam periode berjalan atau yang telah selesai dan dari perbandingan inilah akan didapatkan umpan balik agar dalam perencanaan kegiatan di periode selanjutnya akan lebih baik lagi.

5. Dalam melakukan pengawasan sebaiknya yang paling penting adalah mengawasi penggunaan biaya selama kegiatan berlangsung, mengawasi personel inti agar tidak ada penyimpangan dalam melaksanakan pekerjaan, dan mengawasi hasil pekerjaan apakah telah berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang ingin dicapai.

Daftar Pustaka

Ardhana, I Ketut. 2007. Dinamika Etnisitas dan

Hubungan Ekonomi Pada Wilayah Perbatasan Kalimantan Timur. Jakarta:

Pusat Penelitian Sumber Daya Regional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Boga, Ananta Pramudya. 2015. Pentingnya

Penataan Batas Daerah di Indonesia.

Bagian Perencanaan, Jakarta: Setditjen Bina Administrasi Kewilayahan.

Elyas, Elfin. 2011. Semangat Baru Mengubah

Wajah Perbatasan Negara. Jakarta: Badan

Nasional Pengelola Perbatasan.

Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian

Kualitatif. Cetakan Kedua. Jakarta: Bumi

Aksara.

Handoko, Hani. 2001. Manajemen Personalia

dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

BPFE

Siagian P. Sondang. 2001. Kerangka Dasar Ilmu

Administrasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Siswanto. 2007. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara

Sugiyono. 2004. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Suhendra, K. 2008. Manajemen dan Organisasi. Bandung: Mandar Maju

Peraturan :

Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. Undang-Undang No. 43 Tahun 2008 Tentang

Wilayah Negara

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 18 Tahun 2007 tentang Standardisasi Sarana, Prasarana, dan Pelayanan Lintas Batas Antar Negara.

Peraturan Gubernur Papua No. 49 Tahun 2015.

Uraian Tugas dan Fungsi Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua. Jayapura:

Biro Organisasi dan Pendayagunaan Aparatur Sekteretariat Daerah Provinsi Papua.

Surat Edaran Gubernur Papua Nomor : 190/1145/SET Tanggal 25 Mei Tahun 2005 Tentang Koordinasi Pembinaan dan Supervisi Pengembangan Kawasan Perbatasan Antar Negara.

Surat Edaran Gubernur Provinsi Papua Nomor : 190/2250/SET Tanggal 9 Agustus 2007 Tentang Penatalayanan Kawasan PPLB Skouw.

Referensi

Dokumen terkait

a) Khalayak dianngap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. b) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan kedudukan hak interpelasi yang dimiliki oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah sebagai salah satu hak yang

Sebagai contoh jika kita ingin mengukur rangkaian yang memiliki tegangan atau arus yang kecil dan kita menggunakan skala batas ukur yang besar maka kita akan

Sedangkan tiga atribut yang dianggap penting oleh pasien dalam layanan keperawatan yang memberikan nilai kepuasan rendah, yaitu: Perhatian dan pengawasan terhadap

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan bobot badan harian (g), konsumsi dan konversi wafer pakan untuk ternak domba ekor gemuk.Hasil penelitian menunjukkan

Tantangan cukup serius terhadap metode maupun hasil pemikiran Asghar Ali Engineer adalah adanya paradigma mayoritas muslim yang memandang al- Qur’an sebagai sesuatu yang normatif

Skor perilaku prososial yang dihasilkan tidak jauh berbeda di dua kelompok eksperimen, hal ini dapat mengacu pada stereotip yang diberikan pada perempuan dan laki-laki,

Intisari: Penelitian ini bertujuan merumuskan konsep alun-alun utara Surakarta berdasarkan persepsi masyarakat tentang elemen setting yang dianalisis dan