• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rinezia Rahmatunisa Naro*, Mochamad Fahlevi Rizal, Margaretha Suharsini Soetopo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rinezia Rahmatunisa Naro*, Mochamad Fahlevi Rizal, Margaretha Suharsini Soetopo"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIODEMOGRAFI IBU DAN

KEPUTUSAN PERAWATAN KASUS TRAUMA GIGI

PERMANEN ANTERIOR PADA ANAK

(Kajian pada Aspek Pendapatan, Jarak Tempat Tinggal dan

Pengaruh Orang Terdekat dengan Ibu)

Rinezia Rahmatunisa Naro*, Mochamad Fahlevi Rizal, Margaretha Suharsini Soetopo Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia *E-mail: inezrinezia@gmail.com

Abstrak

Saat ini, masih banyak ibu yang belum melakukan perawatan pada gigi anaknya yang mengalami trauma gigi. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kondisi sosiodemografi ibu (pendapatan, jarak tempat tinggal-fasilitas kesehatan, orang yang berpengaruh) mempengaruhi keputusan ibu dalam perawatan kesehatan anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara status sosiodemografi ibu dan keputusan perawatan pada kasus trauma gigi anterior anak. Metode yang digunakan adalah studi analitik potong lintang. Subjek penelitian sebanyak 50 ibu dari anak yang mengalami trauma gigi permanen anterior usia 8-12 tahun di sekolah dasar negeri di Johar Baru, Jakarta Pusat. Hasil analisis terdapat hubungan antara aspek sosiodemografi pendapatan, jarak rumah dan orang yang mempengaruhi ibu dengan keputusan perawatan trauma pada gigi permanen anterior anak (p<0,05).

Relationship Between Mothers’ Sociodemographic Status and Trauma Treatment Decisions on Permanent Anterior Teeth of Children (Study of income

aspects, Home-health facility distance, and Influencing person) Abstract

Nowadays, most mothers have not seek the treatment on children’s traumatized permanent anterior teeth. Previous research stated that mothers’ sociodemographic condition (income, home-health facility distance, influencing person) affect mothers’ decision of children health care.The purpose of this study is to determine the relationship between mothers’ sociodemographic status and treatment decisions on children’s traumatized permanent anterior teeth. Method of this study is cross-sectional analytic study. Research subjects were 50 mothers of children aged 8-12 years old with traumatized permanent anterior teeth in public elementary school at Johar Baru, Central Jakarta. The result shows that there is a relationship between sociodemographic aspects of mothers’ income, home-health facility distance, and influencing person with trauma care decisions on children’s traumatized permanent anterior teeth (p<0.05).

Keywords: mothers’ sociodemographic status, treatment decision, children’s traumatized permanent anterior teeth

(2)

Pendahuluan

Masalah kesehatan gigi dan mulut di dunia khususnya di Indonesia memiliki prevalensi yang tinggi. Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi adalah trauma pada gigi anterior anak. Trauma gigi pada anak ini juga menjadi salah satu masalah penting dalam bidang kesehatan gigi di dunia. Hal ini disebabkan karena prevalensinya yang cukup tinggi, sebagian besar terjadi pada usia anak–anak, trauma gigi bersifat ireversibel, perawatan untuk kasus trauma gigi terkadang sulit dan memerlukan biaya perawatan yang cukup tinggi, serta pada beberapa kasus trauma gigi diperlukan perawatan seumur hidup pasien.1 Berdasarkan data dari International Association of Dental Traumatology (IADT), prevalensi kasus trauma gigi permanen anterior pada anak ini juga cukup tinggi yaitu mencapai angka 25% pada anak usia sekolah dan angka tertinggi terjadi pada usia 8-12 tahun.2

Etiologi terjadinya trauma gigi pada anak sangat beragam. Andreasen menyatakan bahwa trauma gigi disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor lingkungan dan faktor tingkah laku manusia. Faktor lingkungan lebih berpengaruh dibandingkan dengan faktor tingkah laku manusia. Anak yang hiperaktif lebih rentan mengalami trauma gigi.3 Penyebab trauma gigi anterior pada anak juga bergantung pada umurnya. Trauma yang terjadi pada anak berusia prasekolah 0-4 tahun biasanya disebabkan karena anak sedang dalam proses perkembangan secara motorik misalnya belajar berjalan. Pada anak usia sekolah 5–12 tahun, trauma gigi seringkali terjadi akibat jatuh ketika bermain, berlari terlalu cepat, berkelahi dengan teman, atau belajar bersepeda. Trauma yang terjadi seringkali melibatkan kerusakan pada gigi yang disertai dengan luka pada dagu maupun bibir. Pada periode 8–12 tahun terjadi peningkatan aktifitas anak. Penyebab trauma gigi yang paling sering terjadi pada periode usia ini adalah bermain, berolahraga dan kecelakaan.4 Adapun faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya trauma gigi anterior pada anak usia ini yaitu faktor internal seperti posisi gigi anterior protrusif, lip incompetence, dan obesitas.3,5

Saat ini, perawatan kasus trauma gigi yang terjadi pada anak masih kurang mendapatkan perhatian. Sesuai dengan konsep segitiga perawatan kedokteran gigi anak, khusus untuk perawatan gigi anak melibatkan orang tua terutama ibu, dokter gigi, serta lingkungan masyarakatnya.6 Peran serta ibu diperlukan dalam membimbing, memberikan perhatian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat memelihara kebersihan mulut. Nyatanya, masih banyak kasus

(3)

trauma pada gigi anak yang tidak dirawat.7 Berdasarkan penelitian di Jordan, hanya 17,1 % anak yang dirawat setelah mengalami trauma gigi.8 Padahal, trauma pada gigi anterior yang tidak dirawat dapat berpengaruh terhadap kehidupannya sehari–sehari. Berdasarkan penelitian di Brazil, trauma gigi yang tidak dirawat dapat menyebabkan anak malu untuk menunjukkan giginya kepada orang–orang di sekitarnya, kesulitan makan, dan berpengaruh terhadap pengucapan kata saat berbicara.9

Perawatan kesehatan anak termasuk kesehatan gigi dan mulut masih bergantung pada orang tua terutama ibunya. Ibu dianggap sebagai seseorang yang paling dekat dengan anaknya.7 Andersen mengembangkan model pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu predisposing characteristic (demografi, posisi dalam struktur sosial, dan keyakinan dari keuntungan suatu pelayanan kesehatan); enabling characteristic (status ekonomi dan lokasi tempat tinggal); dan need based characteristic (persepsi kebutuhan pelayanan kesehatan, baik individu, sosial, atau klinis).10 Faktor sosiodemografi meliputi jenis kelamin, etnis, status perkawinan, penghasilan, status ekonomi, status pekerjaan dan jarak tempat tinggal yang juga dapat mempengaruhi perilaku dalam pencarian perawatan kesehatan gigi dan mulut anak.

Berdasarkan hal tersebut di atas penulis tertarik untuk mengetahui hubungan status sosiodemografi ibu terhadap perawatan gigi anak yang mengalami trauma. Penelitian ini akan dilakukan pada ibu dari anak sekolah dasar usia 8–12 tahun yang mengalami trauma gigi permanen anterior.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status sosiodemografi ibu aspek pendapatan, jarak tempat tinggal, pengaruh orang terdekat dan keputusan perawatan pada kasus trauma gigi anterior anak.

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara status sosiodemografi ibu aspek pendapatan, jarak tempat tinggal, pengaruh orang terdekat dan keputusan perawatan kasus trauma pada gigi anterior anak.

Tinjauan Teoritis Trauma Gigi

Trauma adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis. Trauma bisa juga diartikan sebagai kerusakan atau luka yang biasanya disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu struktur.11 Sedangkan,

(4)

trauma gigi adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi dan atau periodontal karena sebab mekanis.12 Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka trauma gigi anterior merupakan kerusakan jaringan keras gigi dan atau periodontal karena kontak yang keras dengan suatu benda yang tidak terduga sebelumnya pada gigi anterior baik pada rahang atas maupun rahang bawah atau kedua-duanya.

Etiologi dan Prevalensi Trauma Gigi

Trauma gigi disebabkan oleh benturan yang dihasilkan oleh energi mekanik sehingga terjadi injuri. Objek yang bergerak memiliki energi. Energi bergantung pada massa dan kecepatan benda. Penambahan massa atau kecepatan akan menambah energi. Andreasen menyatakan bahwa trauma gigi disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor lingkungan dan faktor tingkah laku manusia. Penyebab trauma gigi pada anak-anak yang paling sering adalah karena jatuh saat bermain, baik di luar maupun di dalam rumah dan saat berolahraga.3 Trauma gigi anterior dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, trauma gigi secara langsung terjadi ketika benda keras langsung mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak langsung terjadi ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah membentur gigi rahang atas dengan kekuatan atau tekanan besar dan tiba-tiba.

Penyebab trauma gigi anterior pada anak juga bergantung pada umurnya. Trauma gigi yang terjadi pada anak berusia prasekolah 0-4 tahun biasanya disebabkan karena anak sedang dalam proses perkembangan secara motorik. Trauma yang terjadi sering terjadi ketika anak sedang belajar berjalan dan berlari. Insidensi banyak terjadi pada anak usia 2-3 tahun. Pada anak usia sekolah dasar 5–12 tahun, trauma gigi seringkali terjadi akibat jatuh ketika bermain, berlari terlalu cepat, berkelahi dengan teman, atau belajar bersepeda. Trauma yang terjadi seringkali melibatkan kerusakan pada gigi yang disertai dengan luka pada dagu maupun bibir. Trauma pada periode usia anak sekolah seringkali terjadi pada gigi yang masih belum mengalami maturasi secara sempurna, sehingga kerusakan struktur gigi yang terjadi dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan gigi selanjutnya. Pada anak yang berusia 11-18 tahun, terjadinya trauma biasanya diakibatkan karena aktivitas olahraga.3,4

International Association of Dental Traumatology (IADT) menyebutkan bahwa prevalensi kasus trauma gigi permanen anterior pada anak ini cukup tinggi yaitu mencapai angka 25% pada anak usia sekolah. Berdasarkan penelitian di Thailand, prevalensi trauma gigi pada anak adalah sebesar 35%. Prevalensi trauma

(5)

gigi lebih tinggi terjadi pada anak laki–laki sebesar yaitu sebesar 45,3%, sedangkan pada anak perempuan sebesar 25,2%. Trauma gigi banyak terjadi pada anak–anak yang keluarganya memiliki tingkat ekonomi yang lebih rendah, yang tinggal di tempat yang kurang menguntungkan dan yang memiliki orang tua dengan tingkat pengetahuan yang rendah.13

Klasifikasi Fraktur Gigi Anak

Klasifikasi yang sering digunakan dalam survei epidemiologi adalah klasifikasi berdasarkan Ellis dan Davey. Berdasarkan klasifikasi menurut Ellis dan Davey, trauma gigi anterior diklasifikasikan menjadi 8 kelas sebagai berikut: kelas 1 adalah fraktur mahkota sederhana dengan atau tanpa keterlibatan dentin; kelas 2 adalah fraktur mahkota meluas dengan keterlibatan dentin tetapi belum mencapai pulpa; kelas 3 adalah fraktur mahkota meluas dengan keterlibatan dentin dan pulpa; kelas 4 adalah gigi yang mengalami trauma menjadi nonvital, dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota; kelas 5 adalah kehilangan gigi akibat trauma; kelas 6 adalah fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota; kelas 7 adalah pergeseran gigi dengan atau tanpa dengan fraktur mahkota atau akar; dan kelas 8 adalah fraktur en mase dan perubahannya.14,15

Penatalaksanaan dan Perawatan Trauma Gigi Anterior pada Anak

Trauma pada gigi tetap umumnya terjadi pada anak antara usia 8-12 tahun. Pada usia ini apeks gigi tetap belum tertutup sempurna, sehingga perawatan yang dilakukan diharapkan dapat mempertahankan proses penutupan apeks dan vitalitas gigi dapat dipertahankan. Fraktur yang biasa terjadi pada anak yaitu fraktur mahkota, fraktur mahkota akar, fraktur akar, konkusi, subluksasi, ekstrusif luksasi, luksasi lateral, luksasi intrusif, avulsi.4,14,16

Fraktur mahkota yang terjadi dapat berupa infraksi email, fraktur email, fraktur email-dentin dan complicated crown . Tidak diperlukan perawatan khusus pada kasus infraksi email dan pasien hanya disarankan untuk kontrol rutin untuk pemeriksaan gigi. Pada fraktur email tidak semua fraktur dilakukan penambalan. Hanya dilakukan penyesuaian pada gigi kontralateral agar tampak simetris. Apabila terjadi fraktur email-dentin maka langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. Pertama yaitu pembuatan restorasi mahkota sementara, dilanjutkan dengan melekatkan kembali fragmen mahkota, dan yang terakhir composite crown build up.

(6)

Pada complicated crown fracture, jenis perawatan yang dapat dilakukan adalah direct pulp capping dan pulpotomi parsial.

Pilihan pertama pada kasus fraktur mahkota akar yaitu dengan menghilangkan fragmen dan melekatkan gusi kembali. Pilihan kedua yaitu dengan menghilangkan fragmen dan melakukan bedah eksposur pada fraktur subgingiva. Pilihan ketiga bisa dengan menghilangkan fragmen dan orthodontic extrusion. Pilihan keempat bisa dengan menghilangkan fragmen dan surgical extrusion. Perawatan yang dilakukan pada fraktur akar meliputi reposisi fragmen mahkota segera dan stabilisasi. Splint digunakan selama 2-3 bulan. Pada kasus konkusi tidak diperlukan perawatan yang segera namun pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan untuk memastikan tidak terjadi jejas pada pulpa.

Apabila mengalami subluksasi, lakukan splinting dan pasien diminta untuk memakan makanan lunak selama selama 1-2 minggu. Prinsip perawatan yang diberikan untuk kasus ekstrusif luksasi adalah reposisi segera dan fiksasi. Splint digunakan selama 2-3 minggu. Perawatan untuk luksasi lateral adalah dengan reposisi gigi dan stabilisasi gigi dengan menggunakan splint selama 3-4 minggu. Perawatan yang dilakukan untuk kasus luksasi intrusif adalah dengan reposisi segera dengan tindakan pembedahan. Beberapa kasus gigi intrusi dapat dikembalikan ke posisi semula melalui perawatan ortodontik dan reerupsi spontan. Apabila terjadi trauma gigi avulsi dapat dilakukan replantasi di tempat terjadinya trauma. Cara-cara replantasi gigi avulsi yang dilakukan di tempat terjadinya trauma adalah sebagai berikut. Tekan gigi yang mengalami avulsi dalam posisi yang benar pada soketnya sesegera mungkin. Cara lain adalah menempatkan gigi diantara bibir bawah dan gigi atau bila tidak memungkinkan letakkan gigi pada segelas air susu. Periksakan ke dokter gigi sesegera mungkin.3,4,6,14

Peranan Ibu dalam Perawatan Trauma Gigi Anak

Peranan ibu sangat menentukan dalam mendidik anak. Ibu adalah orang yang pertama kali dijumpai seorang anak dalam kehidupannya. Perilaku, cara mendidik anak, dan kebiasaan ibu dapat dijadikan contoh bagi anak. Selain itu, kedekatan fisik antara ibu dan anak dapat menampilkan sikap ketergantungan anak lebih kepada ibu daripada ayah. Ibu paling berperan dalam mewujudkan dan mengembangkan kesehatan secara umum, khususnya dalam memelihara kesehatan gigi anak.17,18

(7)

perawatan gigi anak melibatkan orang tua terutama ibu, dokter gigi, serta lingkungan masyarakatnya.6 Peranan seorang ibu dalam kesehatan gigi anak-anaknya adalah sebagai motivator, edukator dan fasilitator. Motivator adalah orang yang memberikan motivasi atau mendorong seseorang untuk bertindak. Secara klinis, motivasi diperlukan untuk mendapatkan kekuatan pada pasien yang mendapat perawatan. Motivasi didasari atas suatu kebutuhan, tujuan dan tingkah laku yang khas. Sebagai edukator, seorang ibu wajib memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarganya dalam menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai fasilitator, seorang ibu dapat dijadikan panutan bagi anak-anaknya dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan yang dihadapi keluarganya.6,18

Namun ternyata saat ini masih banyak ibu yang tidak melakukan perawatan pada gigi anaknya yang mengalami trauma.7 Berdasarkan penelitian di Jordan, hanya 17,1 % anak yang dirawat setelah mengalami trauma gigi.8 Padahal, trauma pada gigi anterior yang tidak dirawat dapat berpengaruh terhadap kehidupannya sehari–hari. Berdasarkan penelitian di Brazil, trauma gigi yang tidak dirawat dapat menyebabkan anak malu untuk menunjukkan giginya kepada orang–orang di sekitarnya, kesulitan makan, dan berpengaruh terhadap pengucapan kata saat berbicara.9

Gambar 1. Segitiga perawatan kedokteran gigi anak6

Aspek Sosiodemografi Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Perawatan Kesehatan Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya. Keputusan juga dapat berupa tindakan terhadap suatu masalah. Keputusan juga dapat didefinisikan

(8)

sebagai suatu pengakhiran dari proses pemikiran tentang suatu masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.19,20

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Pengambilan keputusan didefinisikan juga sebagai proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.19,20

Sosiodemografi terdiri dari kata sosial dan demografi. Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang ukuran, karakteristik dan perubahannya. Komponen sosiodemografi yang biasa digunakan untuk penelitian antara lain usia, jenis kelamin, pendapatan, jarak rumah, agama , etnis, dan status pernikahan.21

Istilah ekonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikos” yang berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum. Maka secara harfiah ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga.22 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan.23 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan pendapatan.22,24 Menurut Susenas tahun 2012, pendapatan seseorang dikatakan tinggi apabila pendapatan per bulan di atas Rp 1.000.000,00. Sedangkan, apabila pendapatan yang dikelola per bulan di bawah Rp 1.000.000,00 pendapatan tergolong rendah. Berdasarkan data dari dinas PU, jarak antara tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan dikatakan dekat apabila jaraknya antara 0–3000 meter dari fasilitas pelayanan kesehatan dan dikatakan jauh apabila jaraknya lebih dari 3000 meter dari fasilitas kesehatan. Menurut penelitian yang telah ada sebelumnya, dikatakan bahwa lebih dari 50% wanita yang telah menikah bergantung pada suaminya dalam hal pengambilan keputusan rumah tangga termasuk keputusan mengenai pendidikan anak, pengeluaran rumah tangga dan pencarian pelayanan kesehatan untuk keluarganya.

Determinan yang Mempengaruhi Keputusan Seseorang dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

(9)

melihat tiga kategori determinan yaitu karateristik predisposisi (predisposing characteristics), karakteristik kemampuan enabling characteristics), dan karakteristik kebutuhan (need characteristics). Karakteristik predisposisi (predisposing characteristics) digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu ciri-ciri sosiodemografi, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan (health belief). Ciri-ciri sosiodemografi meliputi jenis kelamin, umur, pendapatan, status perkawinan, etnis dan jarak tempat tinggal. Struktur sosial meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, agama, dan sebagainya. Kepercayaan kesehatan (health belief) meliputi pengetahuan dan sikap serta keyakinan penyembuhan penyakit.

Karakteristik kemampuan (enabling characteristics) merupakan keadaan atau kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan. Andersen membaginya ke dalam dua golongan, yaitu sumber daya keluarga dan sumber daya masyarakat. Sumber daya keluarga meliputi sosioekonomi keluarga, keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa, dan pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Sumber daya masyarakat meliputi jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman penduduk. Menurut Andersen semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah.

Karakteristik kebutuhan (need characteristics) merupakan komponen yang paling langsung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Andersen menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari kebutuhan. Penilaian individu ini dapat diperoleh dari dua sumber yaitu penilaian individu (perceived need) dan penilaian klinik (evaluated need). Penilaian individu (perceived need) merupakan penilaian keadaan kesehatan yang paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan hebatnya rasa sakit yang diderita. Penilaian klinik (evaluated need) merupakan penilaian beratnya penyakit dari dokter yang merawatnya, yang tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan dan penentuan diagnosis penyakit oleh dokter.10,25

(10)

Gambar 2. Bagan Model Pemanfaatan Kesehatan (Andreasen)10

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik potong lintang (cross sectional). Subjek untuk penelitian ini adalah ibu dari anak sekolah dasar usia 8–12 tahun yang mengalami kasus trauma gigi permanen anterior baik yang sudah dirawat maupun yang tidak dirawat dengan menggunakan kuesioner. Kriteria inklusi penelitian ini adalah ibu dari anak sekolah dasar berusia 8–12 tahun yang mengalami fraktur pada gigi permanen anterior, ibu kooperatif, ibu bersedia berpartisipasi dengan mengisi informed consent. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah Ibu dari anak yang mengalami kasus trauma gigi menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 03, 05, 21, 23, 25 Johar Baru, Jakarta Pusat pada bulan Agustus 2014. Penelitian ini menggunakan kuesioner. Pertanyaan dalam kuesioner bersifat gabungan antara pertanyaan tertutup dan terbuka.

Peneliti membuat kuesioner dan proposal untuk mendapatkan surat persetujuan etik terlebih dahulu. Penelitian di Sekolah Dasar Negeri 03, 05, 21, 23, 25 Johar Baru, Jakarta Pusat dimulai setelah mendapatkan surat persetujuan etik dari komisi etik Fakultas Kedokteran Gigi. Penelitian dilakukan pada subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sebelumnya, peneliti meminta persetujuan subjek penelitian dengan penandatanganan informed consent terlebih dahulu. Pengisian kuesioner dilakukan dengan metode wawancara langsung.

Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan dan analisis data. Tahap terakhir yaitu pembuatan laporan hasil penelitian. Analisis data dilakukan dengan uji statistik menggunakan program berbasis komputasi. Uji yang dilakukan adalah uji Fisher Exact. Uji Fisher Exact digunakan untuk menguji hubungan antara status sosiodemografi ibu dan keputusan perawatan trauma pada gigi anterior anak. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% sehingga hasil dikatakan terdapat hubungan jika p≤0.05 dan dikatakan tidak terdapat hubungan jika p>0.05.

(11)

Hasil Penelitian

Penelitian mengenai hubungan antara status sosiodemografi ibu terhadap keputusan perawatan kasus trauma pada gigi anterior anak telah dilakukan pada bulan Agustus 2014 di Sekolah Dasar Negeri 03, 05, 21, 23, 25 Johar Baru, Jakarta Pusat. Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan metode mewawancarai ibu dari anak yang mengalami trauma gigi anterior baik yang dirawat maupun tidak dirawat.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status sosiodemografi ibu terhadap keputusan perawatan pada kasus trauma gigi anterior anak usia sekolah dasar.

Keputusan Perawatan Trauma Berdasarkan Pendapatan yang Dikelola Ibu

Keputusan perawatan kasus trauma gigi permanen anterior pada anak sekolah dasar usia 8–12 tahun di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat berdasarkan pendapatan yang dikelola oleh ibu per bulan disajikan pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Keputusan perawatan kasus trauma berdasarkan pendapatan yang dikelola ibu per bulan

Keputusan Perawatan

Pendapatan yang dikelola ibu per bulan

p Rendah % Tinggi % Dirawat 2 6,7 6 30 0,04 Tidak Dirawat 28 93,3 14 70 Total 30 100 20 100

Tabel 1 menunjukkan keputusan perawatan kasus trauma gigi permanen anterior pada anak sekolah dasar usia 8–12 tahun di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat berdasarkan pendapatan yang dikelola oleh ibu per bulan. Jumlah total kuesioner yang terkumpul adalah 50 buah. Terdapat 2 (6,7%) ibu dengan pendapatan rendah yang kasus trauma pada gigi anaknya dirawat, 28 (93,3%) ibu dengan pendapatan rendah yang kasus trauma pada gigi anaknya tidak dirawat, 6 (30%) ibu dengan pendapatan tinggi yang kasus trauma pada gigi anaknya dirawat, dan 14 (70 %) ibu dengan pendapatan tinggi yang kasus trauma pada gigi anaknya tidak dirawat. Berdasarkan hasil uji statistik Fisher Exact didapatkan hasil p=0,04 (p<0,05) . Hasil

(12)

tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keputusan perawatan kasus trauma gigi permanen anterior pada anak dengan pendapatan yang dikelola oleh ibu per bulan.

Keputusan Perawatan Kasus Trauma Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal

Keputusan perawatan kasus trauma gigi permanen anterior pada anak sekolah dasar usia 8–12 tahun di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat berdasarkan jarak tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan disajikan pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Keputusan perawatan kasus trauma berdasarkan jarak tempat tinggal ibu

Keputusan Perawatan

Jarak tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan P Dekat (<3 km) % Jauh (>3 km) % Dirawat 5 11,36 3 50 0,04 Tidak Dirawat 39 88,64 3 50 Total 44 100 6 100

Tabel 2 menunjukkan keputusan perawatan kasus trauma gigi permanen anterior pada anak sekolah dasar usia 8–12 tahun di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat berdasarkan jarak tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan. Jumlah total kuesioner yang terkumpul adalah 50 buah. Terdapat 5 (11,36%) ibu dengan jarak tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan dekat yang kasus trauma gigi pada anaknya dirawat, 39 (88,64%) ibu dengan jarak tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan dekat yang kasus trauma gigi pada anaknya tidak dirawat, 3 (50%) ibu dengan jarak tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan jauh yang kasus trauma gigi pada anaknya dirawat, dan 3 (50%) ibu dengan jarak tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan jauh yang kasus trauma gigi pada anaknya dirawat. Berdasarkan hasil uji statistik Fisher Exact didapatkan hasil p=0,04 (p<0,05) . Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keputusan perawatan kasus trauma gigi permanen anterior pada anak dan jarak tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan. Diperoleh hasil yang signifikan

(13)

pada ibu dengan pendapatan rendah dan memutuskan untuk tidak melakukan perawatan pada trauma gigi permanen anterior anaknya.

Keputusan Perawatan Kasus Trauma Gigi Anak Berdasarkan Pengaruh Orang Terdekat Dengan Ibu

Keputusan perawatan kasus trauma gigi permanen anterior pada anak sekolah dasar usia 8–12 tahun di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat berdasarkan pengaruh orang terdekat dengan ibu disajikan pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Keputusan perawatan kasus trauma gigi anak berdasarkan pengaruh orang terdekat dengan ibu

Keputusan Perawatan

Pengaruh orang terdekat dengan ibu

P Berdasarkan diri sendiri % Berdasarkan orang lain % Dirawat 6 42,9 2 5,6 0,004 Tidak Dirawat 8 57,1 34 94,4 Total 14 100 36 100

Tabel 3 menunjukkan keputusan perawatan kasus trauma gigi permanen anterior pada anak sekolah dasar usia 8–12 tahun di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat berdasarkan pengaruh orang–orang terdekat dengan ibu. Jumlah total kuesioner yang terkumpul adalah 50 buah. Terdapat 6 (42,9%) ibu yang memutuskan trauma gigi pada anaknya dirawat berdasarkan keputusan dari dirinya sendiri, 8 (57,1%) ibu yang memutuskan trauma gigi pada anaknya tidak dirawat berdasarkan keputusan dari dirinya sendiri, 2 (5,6%) ibu yang memutuskan trauma gigi pada anaknya dirawat berdasarkan pengaruh dari orang terdekatnya, dan 34 (94,4%) ibu yang memutuskan trauma gigi pada anaknya tidak dirawat berdasarkan pengaruh dari orang terdekatnya. Berdasarkan hasil uji statistik Fisher Exact didapatkan hasil p=0,004 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keputusan perawatan kasus trauma gigi permanen anterior pada anak dan pengaruh orang terdekat dengan ibu. Diperoleh hasil signifikan pada ibu yang dalam mengambil keputusan perawatan

(14)

trauma gigi permanen anterior anak dipengaruhi oleh orang lain dan memutuskan untuk tidak melakukan perawatan pada trauma gigi permanen anterior anaknya.

Pembahasan

Penelitian ini menguji tentang hubungan antara status sosiodemografi ibu aspek pendapatan, jarak tempat tinggal, pengaruh orang terdekat dan keputusan perawatan kasus trauma pada gigi permanen anterior anak. Subjek yang digunakan adalah ibu dari anak sekolah dasar berusia 8–12 tahun yang mengalami fraktur pada gigi permanen anterior. Variabel sosiodemografi yang diuji dalam penelitian ini yaitu pendapatan yang dikelola ibu per bulan, jarak tempat tinggal serta pengaruh orang terdekat dengan ibu. Pemilihan ketiga variabel penelitian tersebut didasarkan atas penelitian aspek-aspek sosiodemografi sebelumnya yang paling berpengaruh terhadap keputusan ibu dalam pencarian perawatan kesehatan anaknya.26 Pemilihan subjek ibu dari anak usia 8-12 tahun ini didasari karena pada usia anak 8-12 tahun resiko terjadinya kasus trauma tinggi disebabkan peningkatan aktifitas anak di sekolah dan di luar rumah. Ibu lebih dipilih daripada ayah sebagai subjek penelitian karena ibu dianggap lebih dekat dengan anak dalam kehidupan sehari-hari sehingga ibu lebih mengetahui kondisi anaknya termasuk keadaan kesehatan gigi dan mulut anaknya.7,18

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 03, 05, 21, 23, 25 Johar Baru, Jakarta Pusat. Pertimbangan pemilihan tempat penelitian adalah anak-anak pada sekolah tersebut banyak yang bermain permainan yang ekstrem dan banyak terjadi kecelakaan atau terjatuh pada saat bermain. Syarat inklusi dari subjek pada penelitian ini adalah ibu dari anak sekolah dasar berusia 8–12 tahun yang mengalami fraktur pada gigi permanen anterior. Subjek penelitian diperoleh setelah peneliti melakukan screening pada seluruh anak berusia 8-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri 03, 05, 21, 23, 25 Johar Baru, Jakarta Pusat sebanyak 500 anak dengan teknik nonprobability purposive sampling. Setelah dilakukan screening, ditemukan sebanyak 50 anak mengalami trauma gigi permanen anterior yang ibunya bersedia untuk mengikuti penelitian ini. Pada penelitian ini, status sosiodemografi ibu diketahui dengan melakukan wawancara untuk menjawab kuesioner.

Status sosiodemografi ibu yang digunakan dalam penelitian ini mencakup pendapatan yang dikelola ibu per bulan, jarak tempat tinggal ibu dengan fasilitas kesehatan terdekat, dan orang yang mempengaruhi ibu dalam pengambilan keputusan

(15)

untuk perawatan kesehatan anak. Pendapatan yang dikelola ibu mempengaruhi ibu dalam mengambil keputusan untuk perawatan kesehatan anaknya, termasuk perawatan kesehatan gigi dan mulut anak. Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 6 (30%) ibu dengan pendapatan tinggi yang kasus trauma pada gigi anaknya dirawat, sedangkan hanya 2 (6,7%) ibu dengan pendapatan rendah yang kasus trauma pada gigi anaknya dirawat. Hal ini sesuai dengan teori Andersen mengenai model pemanfaatan pelayanan kesehatan yang melihat tiga kategori determinan, salah satunya adalah karakteristik kemampuan (enabling characteristics) yaitu ekonomi keluarga.10,25 Penelitian lain juga menyebutkan bahwa pada ibu yang bekerja, memiliki pendapatan yang tinggi dan mempunyai andil dalam keuangan keluarga, turut mempengaruhi pengambilan keputusan ibu dalam perawatan kesehatan anak.27

Selain pendapatan, pada penelitian ini juga meneliti dari aspek sosiodemografi jarak tempat tinggal ibu dengan fasilitas kesehatan terdekat. Dari penelitian ini didapatkan hasil sebanyak 5 ibu dengan jarak tempat tinggal yang dekat dengan fasilitas kesehatan melakukan perawatan pada trauma gigi permanen anterior anaknya, sedangkan hanya 3 ibu dengan jarak tempat tinggal yang jauh dengan fasilitas kesehatan melakukan perawatan pada trauma gigi permanen anterior anaknya. Namun, pada data hasil penelitian juga ditemukan bahwa lebih banyak ibu yang memutuskan untuk tidak melakukan perawatan pada trauma gigi permanen anterior anaknya meskipun jarak tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan dekat. Data hasil penelitian menunjukkan dari 44 ibu yang jarak tempat tinggalnya dekat dengan fasilitas kesehatan hanya 5 ibu yang memutuskan untuk melakukan perawatan pada trauma gigi permanen anterior anaknya. Dilihat dari data hasil penelitian, lebih banyak ibu dengan jarak tempat tinggal dekat melakukan perawatan trauma gigi pada anaknya dibandingkan dengan yang jarak tempat tinggalnya jauh. Hal ini sesuai dengan penelitian di Oxford dan yang menyatakan bahwa jarak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orang tua dalam pengambilan keputusan perawatan kesehatan anaknya.26 Selain itu, pada penelitian lain juga menyatakan bahwa jarak tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan, ketersediaan transportasi dan kondisi geografis tempat tinggal mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan perawatan kesehatan.30

Keputusan yang diambil oleh ibu dapat dipengaruhi oleh orang lain ataupun berdasarkan dirinya sendiri. Orang lain yang mempengaruhi keputusan ibu dalam

(16)

pengambilan keputusan perawatan kesehatan anaknya adalah suami dan orang tua dari ibu. Penelitian sebelumnya di negara-negara berkembang lain menunjukkan bahwa usia dan struktur keluarga adalah penentu terkuat dari otoritas wanita dalam pengambilan keputusan.27

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara 8 ibu yang memutuskan melakukan perawatan terhadap kasus trauma gigi permanen anterior anak, 6 ibu yang aktif bekerja di antaranya mengambil keputusan berdasarkan keputusan diri sendiri, sedangkan 2 ibu lainnya mengambil keputusan dengan berdiskusi terlebih dahulu dengan suaminya. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang menekankan bahwa istri yang berpendidikan tinggi dan memiliki penghasilan sendiri cenderung memiliki otoritas dalam pengambilan suatu keputusan termasuk keputusan dalam perawatan kesehatan anaknya.28 Namun, dari 14 ibu yang mengambil keputusan berdasarkan diri sendiri lebih banyak yang tidak melakukan perawatan trauma gigi permanen anterior anaknya yaitu sebanyak 8 ibu dan dari 36 ibu yang mengambil keputusan berdasarkan pengaruh dari orang lain juga lebih banyak yang tidak melakukan perawatan trauma gigi permanen anterior anaknya yaitu sebanyak 34 ibu.

Dari data hasil penelitian juga ditemukan bahwa keputusan ibu lebih banyak dipengaruhi oleh suami. Hal ini sejalan dengan studi sebelumnya yang mengatakan bahwa keterbatasan ekonomi, sosial dan mobilitas mempengaruhi seorang ibu dalam mengambil keputusan untuk pencarian perawatan kesehatan anaknya.27,28 Pada penelitian sebelumnya di negara-negara berkembang, pengambilan keputusan dalam rumah tangga termasuk keputusan yang berhubungan dengan finansial keluarga, pendidikan anak dan perawatan kesehatan anak masih dipengaruhi oleh suami. Ibu lebih banyak berdiskusi dengan suaminya terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan. Keterbatasan andil ibu dalam ekonomi keluarga dan status sebagai istri khususnya di negara seperti Asia yang masih kental akan kebudayaan patrilineal, menimbulkan ketergantungan ibu terhadap suaminya dan turut mempengaruhi ibu dalam mengambil keputusan termasuk keputusan akan perawatan kesehatan anaknya.29

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara status sosiodemografi ibu dan keputusan perawatan pada trauma gigi permanen anterior anak diperoleh

(17)

kesimpulan sebagai berikut. Sebanyak 8 (16%) ibu yang memutuskan untuk melakukan perawatan dan 42 (84%) ibu lainnya memutuskan untuk tidak melakukan perawatan pada trauma gigi permanen anterior anak.

Terdapat hubungan antara keputusan perawatan trauma gigi anak dan aspek sosiodemografi pendapatan yang dikelola oleh ibu per bulan (p=0,04). Selain itu, terdapat hubungan antara aspek sosiodemografi jarak tempat tinggal ibu dengan keputusan perawatan trauma gigi permanen anterior anak (p=0,04). Namun, lebih banyak ibu yang jarak tempat tinggalnya dekat tetapi tidak melakukan perawatan trauma gigi permanen anterior anaknya. Terdapat hubungan antara aspek sosiodemografi orang yang berpengaruh ibu dengan keputusan perawatan trauma gigi permanen anterior anak (p=0,004). Pengambilan keputusan ibu lebih banyak dipengaruhi oleh suaminya.

Saran

Perlu dilakukan sosialiasasi kepada ibu dari siswa-siswi sekolah dasar mengenai trauma gigi anak agar ibu mengetahui penatalaksanaan yang tepat. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian di wilayah lain dengan cakupan yang lebih luas selain di Kota Jakarta.

Kepustakaaan

1. Glendor U. Epidemiology of traumatic dental injuries – a 12 year review of the literature. 2008:603-611. doi:10.1111/j.1600-9657.2008.00696.x.

2. IADT. Dental Trauma Guidelines. 2011. Available at: http://www.iadt-dentaltrauma.org/guidelines_book.pdf.

3. Andreasen JO. Textbook and Color Atlas of Traumatic Injuries to the Teeth (4th Edition Ed.). Copenhagen. Denmark: Blackwell Munksgaard; 2007.

4. Koch G& P. Pediatric Dentistry a Clinical Approach. 1st ed. Copenhagen: Munksgaard; 2001.

5. R, Vijaykumar, S Shekhar MG V. Traumatic Dental Injuries and Its Relation to Overweight among Indian School Children Living in Urban Area. J Clin Diagn Res. 2013;7(11):2631-2633.

6. McDonald and Avery’s. Dentistry for The Child and Adolescent. 9th ed. Missouri: Mosby Elsevier; 2011.

(18)

7. Gupte S. Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor; 2004:84-165.

8. Rajab LD. Traumatic Dental Injuries in Children Presenting for Treatment at the Department of Pediatric Dentistry, Faculty of Dentistry , University of Jordan, 1997 - 2000. Dent Traumatol. 2003;19(1):6-11.

9. Ramos-Jorge ML, Bosco VL, Peres MA, Nunes ACGP. The impact of treatment of dental trauma on the quality of life of adolescents - a case-control study in southern Brazil. Dent Traumatol. 2007;23(2):114-9. doi:10.1111/j.1600-9657.2005.00409.x.

10. Geurink et al. Community Oral Health Practice for the Dental Hygienist. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005.

11. Dorland WA. Kamus Kedokteran Dorland. 29th ed. (Hartanto H, ed.). Jakarta: EGC; 2002.

12. Schuurs AH. Patologi Gigi Geligi : Kelainan - Kelainan Jaringan Keras Gigi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 1992.

13. Yassen GH, Chin JR, Al-Rawi BAO, et al. Traumatic injuries of permanent teeth among 6- to 12-year-old Iraqi children: a 4-year retrospective study. J

Dent Child (Chic). 80(1):3-8. Available at:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23595237. Accessed September 13, 2014.

14. Finn SB. Clinical Pedodontics. 4th ed. Philadelphia: WB Saunder Company; 1973.

15. R. Bonita. Basic of Epidemiology. World Health Organization; 2006.

16. S. Cohen. Traumatic Injuries. In: Fountain SB, ed. Pathway of The Pulp. 6th ed. St. Louis: Mosby Elsevier; 1994.

17. Heri P. Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC; 1988.

18. Riyanti E. Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini. Pustaka Unpad. 2005. Available at: http://ml.scribd.com/doc/58306589/Pen-Gen-Alan-Dan-Perawatan-Kesehatan-Gigi-Anak-Sejak-Dini. Accessed September 21, 2014.

19. Keeney R et al. Smart Choices - A Practical Guide to Making Better Decisions. United States of America: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data; 2010.

20. Triono R. Pengambilan Keputusan Manajerial. Jakarta: Salemba Empat; 2012. 21. De Vaus D. Surveys in Social Research. 5th ed. London: Routledge; 2002.

(19)

22. Mubyarto. Sistem Dan Moral Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES; 2000. 23. Alwi H. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka; 2003.

24. Van Zanden L. Ekonomi Indonesia : Antara Drama Dan Keajaiban Pertumbuhan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas; 2012.

25. Notoatmodjo S. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.

26. Hall D. Health for All Children. 4th ed. Oxford Medical Publication

27. Acharya DR, Bell JS, Simkhada P, Teijlingen ER Van, Regmi PR. Women ’ s autonomy in household decision-making : a demographic study in Nepal. 2010;(1):1-12.

28. Becker S. Husbands and wives reports of women’s decision-making power n Western Guatemala and their effects on preventive health behaviors. Soc Sci Med. 2006;62(9):2313-2326.

29. Ghuman SJ. Measurement of women’s autonomy according to women and their husbands: Results from five Asian countries. Soc Sci Res. 2006;35(1):1-28.

30. Mattson,Jeremy. Transportation, Distance, and Health Care Utilization in Rural and Small Urban Areas. Fargo: North Dakota State University; 2010.

Gambar

Gambar 1. Segitiga perawatan kedokteran gigi anak 6
Gambar 2. Bagan Model Pemanfaatan Kesehatan (Andreasen) 10
Tabel 1. Keputusan perawatan kasus trauma berdasarkan pendapatan yang dikelola ibu per bulan
Tabel 2. Keputusan perawatan kasus trauma berdasarkan jarak tempat tinggal ibu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Nur Wahyudi, UKM Kusuma Share Sidoarjo Ibu Anita Kusumawati, UKM Kenongo Sidoarjo Ibu Watie, UKM Djoeragan Batik Surabaya Ibu Santi, UKM Moya Zham Shop Hj

Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya 120 juta bayi lahir didunia, secara global 4 juta (33 per 1000) bayi lahir mati dan 4 juta (33 per 1000) lainnya

Melafalkan huruf hijaiyah, kata, kalimat dan wacana tertulis tentang يف ،ةسردملا يف ،لمعلا يف ةبتكملا ، يف فصقملا 6 Menemukan makna, gagasan atau ide

Kegiatan Pemeliharaan Saluran Irigasi Pekerjaan Pemeliharaan Saluran Irigasi DI.. Tempel Desa

Penjelasan tertulis dalam surat tersendiri dari yang bersangkutan dalam hal terdapat anggota Dewan Komisaris atau Direksi yang tidak menandatangani laporan tahunan, atau

Appl. For example, broiler breeder females may not be receptive to male courtship advances, and may avoid males, thus causing frustration in otherwise normal males. The objective

[r]

Such as; Continuously Operating GPS Reference Stations (TUSAGA-Aktif), Geo-Metadata Portal (HBB), Orthophoto-Base Map Production and web services, Completion of Initial