KARYA AKHIR
STUDI PERAWATAN (MAINTENANCE) KETEL
UAP PADA PABRIK KELAPA SAWIT
KARYA AKHIR YANG DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH IJAZAH SARJANA SAINS TERAPAN
TOGU MAJU NABABAN
035202054
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI
PROGRAM DIPLOMA IV FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga karya akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Karya akhir ini berisikan tentang Studi
Perawatan (maintenance) Ketel Uap Pada Pabrik Kelapa Sawit. Karya akhir
ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Ijazah Sarjana Sains Terapan di Universitas Sumatera Utara.
Dalam pencarian bahan serta penyusunan karya akhir ini, penulis telah mengalami banyak hambatan. Namun penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu terutama kepada:
1. Bapak Dr.Ing.Ir Ikhwansah Isranuri, selaku Ketua Departemen Teknik
Mesin Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Isril Amir, selaku dosen pembimbing penulis.
3. Semua Dosen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara yang turut
membantu dalam penyusunan laporan ini.
4. Kedua Orangtua yang telah banyak memberikan dukungan baik dalam
bentuk materi, nasehat, masukan, maupun spiritual.
5. Rekan-rekan yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun karya akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka penyempurnaan karya akhir ini.
Akhir kata penulis berharap agar karya akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua guna membangun masyarakat dan bangsa Indonesia dalam menuju era globalisasi.
Medan, Oktober 2009 Penulis,
DAFTAR ISI 2.1 Pengertian dan Peranan Pemeliharaan………..…..5
2.2 Jenis-jenis Pemeliharaan………..…...7
2.3 Organisasi Maintenance………...11
2.4 Planning (Perencanaan)………..16
2.5 Beban Kerja………22
2.6 Material dan Kontrol Pembelian……….27
2.7 Hubungan antara bagian teknik………..28
2.8 Man Power………..28
2.9 Jumlah Man Power dalam kaitan dengan keahlian……… …32
2.10 Man Hair………32
2.11 Pengandalian dan Pembayaran Operasional………..33
BAB III PREVENTIVE MAINTENANCE KETEL 3.1 Instruksi Perlengkapan……… ..…38
3.2 Pengoperasian Steam Turbine Pump………...39
3.3 Pengoperasian Water Modulating Control Valve………...40
3.4 Penyetelan Pneumatic Spreader………...41
3.5 Melaksanakan Soot Blower………...42
3.6 Pengambilan contoh air boiler………...44
3.7 Cara melaksanakan Blow Down……… ….45
BAB IV PERAWATAN (MAINTENANCE) KETEL UAP 4.1 Setiap 45 menit………..48
4.2 Setipa 1 jam………...48
4.8 Perlakuan pada Boiler pada saat stop operation yang tidak lama………...50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………..55
5.2 Saran………55
DAFTAR PUSTAKA………..56
LAMPIRAN Lampiran 1……….58
Lampiran 2……….60
Lampiran 3……….61
LEMBAR PENGESAHAN
STUDI PERAWATAN (MAINTENANCE) KETEL UAP
PADA PABRIK KELAPA SAWIT
OLEH :
Nama: Togu Maju Nababan
NIM: 035202054
Dosen Pembimbing
Ir. Isril Amir NIP. 130517501
Ketua Program Studi:
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI PROGRAM DIPLOMA IV FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan, maka saat ini
metode untuk menemukan agar looses atau kerugian suatu proses semakin kecil
terus diupayakan. Metode ini diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan
seringnya pembongkaran mesin, meningkatkan efisiensi pabrik serta mencegah
dampak lingkungan yang disebabkan kerusakan pada pabrik tersebut. Konsep
dasarnya adalah menjaga atau memperbaiki alat-alat/mesin dengan waktu yang
singkat dan biaya yang murah.
Pemeliharan dan perawatan merupakan suatu fungsi dalam suatu
perusahaan yang sama pentingnya dengan proses lainnya. Jika dalam suatu pabrik
mempunyai peralatan atau mesin, biasanya akan diusahakan agar peralatan itu
dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama sehingga proses produksi
berlangsung sesuai dengan yang diharapkan.
Pada Pabrik Kelapa Sawit di PTP.Nusantara IV Kebun Bah Jambi
digunakan berbagai bahan dan peralatan yang mendukung proses pengolahan
kelapa sawit dengan kualitas dan mutu ekspor yang tinggi. Proses pengolahan
dilakukan secara bertahap, dengan kata lain suatu proses tidak dapat berlangsung
jika proses sebelumnya tidak berjalan dengan baik.
Untuk itulah dilakukan kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
mesin yang di gunakan, sehingga mesin awet dan memudahkan proses pekerjaan
di pabrik.
Oleh karena itu, dalam karya akhir ini penulis membahas tentang
pemeliharaan dan perbaikan pabrik dengan judul STUDI PERAWATAN
(MAINTENANCE) DENGAN SISTEM PREVENTIVE MAINTENANCE
PADA KETEL UAP.
Setiap perusahaan pasti menginginkan kemudahan-kemudahan dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan industri, baik itu pekerjaan yang ringan maupun
pekerjaan berat yang beresiko tinggi. Seperti kita ketahui bersama, dewasa ini
teknologi yang begitu cepat telah dapat menggantikan pekerjaan-pekerjaan
manusia dimana segala pekerjaan tersebut cepat diselesaikan dengan hasil yang
sesuai kita inginkan.
Pemeliharan dan perawatan merupakan suatu fungsi dalam suatu
perusahaan yang sama pentingnya dengan proses lainnya. Jika dalam suatu pabrik
mempunyai peralatan atau mesin, biasanya akan diusahakan agar peralatan itu
dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama sehingga proses produksi
berlangsung sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk itulah dilakukan kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
meliputi bagian pembersihan, pelumasan, pemeriksaan, dan perbaikkan pada
mesin yang di gunakan, sehingga mesin awet dan memudahkan proses pekerjaan
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya akhir ini adalah mengetahui sistem
pemeliharaan dengan sistem preventive maintenance khususnya pada ketel uap
mendapatkan biaya yang lebih sedikit untuk kegiatan maintenance dan
produktivitas kerja yang tinggi pada PKS Bah Jambi
1.3. Batasan Masalah
Dari uraian diatas penulis mengambil beberapa permasalahan yang
dianggap layak untuk melakukan analisis. Pembahasan ini dititik beratkan pada
preventive maintenance yang diterapkan pada PKS Bah Jambi, yang mencakup
penjadwalan maintenance, biaya operasional, alat dan penggantian sparepart.
1.4. Metode Pembahasan
Adapun metode yang digunakan dalam penyelesaian karya akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Survei
Melaksanakan survei pada perusahaan yang dituju dan melakukan
peninjauan langsung.
2. Wawancara
Hal ini dilakukan untuk melakukan tanya-jawab antara kedua pihak untuk
mengetahui seputar proses pengelolahan dan sistem maintenance pada
3. Metode Kepustakaan
Penulis mempelajari buku-buku petunjuk mengenai topik yang dibahas
dan buku-buku referensi baik dari perusahaan atau dari perpustakaan
kampus.
1.5. Sistematika Pembahasan
Penulisan Karya akhir ini secara keseluruhan memuat 5 BAB terdiri dari :
Bab.I Berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan,
batasan masalah, manfaat, serta metode pembahasan.
Bab.II Berisi tinjauan pustaka serta pengertian maintenance secara umum.
Bab.III Bab ini berisi uraian pemeliharaan rutin (preventive maintenance) yang
dilakukan pada ketel uap.
Bab.IV Bab ini berisi analisa sistem preventive maintenance ynag diterapkan
di PKS Bah Jambi.
Bab.V Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan tentang
pemeliharaan dengan sistem preventive maintenance serta saran dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Dan Peranan Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan suatu fungsi dalam suatu perusahaan pabrik yang
sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Hal ini karena
apabila seseorang mempunyai paralatan atau fasilitas, maka biasanya dia akan
selalu berusaha untuk tetap mempergunakan peralatan atau fasilitas tersebut.
Demikian pula halnya dengan perusahaan pabrik, dimana pimpinan perusahaan
pabrik tersebut akan selalu berusaha agar fasilitas maupun peralatan produksinya
dapat dipergunakan sehingga kegiatan produksinya berjalan lancar.
Dalam usaha untuk dapat terus menggunakan fasilitas tersebut agar
kontinuitas produksi dapat terjamin, maka dibutuhkan kegiatan-kegiatan
pemeliharaan dan perawatan yang meliputi kegiatan pemeriksaan, dan perbaikan
atau reparasi atas kerusakan-kerusakan yang ada, serta penyesuaian atau
penggantian spare part atau komponen yang terdapat pada fasilitas tersebut.
Seluruh kegiatan ini sebenarnya tugas bagian pemeliharaan. Peranan
bagian ini tidak hanya untuk menjaga agar pabrik dapat tetap bekerja dan produk
dapat diserahkan kepada pelanggan tepat pada waktunya, akan tetapi untuk
menjaga agar pabrik dapat bekerja secara efisien dengan menekan atau
mengurangi kemacetan produksi sekecil mungkin. Jadi, bagian perawatan
mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam kegiatan produksi suatu
perusahaan pabrik yang menyangkut kelancaran atau kemacetan produksi,
Dalam masalah pemeliharaan ini perlu diperhatikan bahwa sering terlihat
daalm suatu perusahaan bahwa kurang diperhatikannya bidang pemeliharan atau
maintenance ini, sehingga terjadilah kegiatan pemeliharaan yang tidak teratur.
Peranan yang penting dari kegiatan baru diperhatikan setelah mesin-mesin
tersebut rusak dan tidak dapat berjalan sama sekali. Hendaknya kegiatan harus
dapat menjamin bahwa selama proses produksi berlangsung, tidak akan terjadi
kemaceta-kemacetan yang disebabkan oleh mesin maupun fasilitas produksi.
Maintenance dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara atau
menjaga fasilitas maupun peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau
penyesuaian maupun penggantian yang diperlukan agar diperoleh suatu keadaan
operasi produksi yang memuaskan sesuai apa yang telah direncanakan. Jadi,
dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka fasilitas maupun peralatan pabrik
dapat digunakan untuk produksi sesuai dengan rencana dan tidak mengalami
kerusakan selama fasilitas atau peralatan tersebut dipergunakan untuk proses
produksi atau sebelum jangka waktu tertentu yang direncanakan tercapai sehingga
dapatlah diharapkan proses produksi berjalan lancar dan terjamin karena
kemungkinan-kemungkinan kemacetan yang disebabkan tidak berjalannya
fasilitas atau perlatan produksi telah dihilangkan atau dikurangi. Tujuan utama
fungsi pemeliharaan adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana
produksi.
b. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak
c. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar
batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama
waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai
investasi tersebut.
d. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan
melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien
keseluruhannya.
e. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan
keselamatan para pekerja.
f. Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi utama
lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama
perusahaan. Yaitu tingkat keuntungan atau return of investment yang
sebaik mungkin dan total biaya yang rendah.
2.2. Jenis-jenis Pemeliharaan (Maintenance)
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada suatu pabrik dapat dibedakan
atas dua jenis, yaitu preventive maintenance dan breakdown maintenance.
1. Preventive Maintenance
Pengertian preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan
perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang
tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan
fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses
Dengan demikian, semua fasilitas produksi yang mendapatkan preventive
maintenance akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam
kondisi atau keadaan siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi
pada setiap saat sehingga dapatlah dimungkinkan bahwa pembuatan suatu rencana
dan schedule pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana
produksi yang lebih cepat. Preventive maintenance ini sangat penting karena
kegunaannya yang sngat efektif di dalam menghadapi fasilitas-fasilitas produksi
yang termasuk pada golongan critical unit, dimana sebuah fasilitas atau peralatan
produksi akan termasuk pada golongan ini apabila:
a. Kerusakan fasilitas atau peralatan tersebut akan membahayakan kesehatan
atau keselamatan para pekerja.
b. Kerusakan fasilitas ini akan mepengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.
c. Kerusakan fasilitas ini akan menyebabkan kemacetan suatu proses produksi.
d. Modal yang ditanamkan dalam fasilitas tersebut atau harga fasilitas tersebut
cukup besar atau mahal.
Bilamana preventive maintenance dilaksanakan pada fasilitas-fasilitas atau
peralatan yang termasuk dalam critical unit, maka tugas-tugas maintenance
dapatlah dilakukan dengan suatu perencanaan yang intensif untuk unit yang
bersangkutan sehingga rencana produksi dapat dicapai dengan jumlah hasil
produksi yang lebih besar dalam waktu yang relatif singkat.
Dalam praktiknya, preventive maintenance yang dilakukan oleh suatu
a. Routine Maintenance
Routine maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara rutin, misalnya setiap hari. Sebagai contoh dari kegiatan ini
adalah pembersihan fasilitas maupun peralatan, serta pemeriksaan bahan bakarnya
dan mungkin termasuk pemanasan (warming-up) mesin-mesin selama beberapa
menit sebelum dipakai beroperasi sepanjang hari.
b. Periodic maintenance
Periodic maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap satu
minggu sekali, lalu meningkat setiap bulan sekali, dan akhirnya setiap setahun
sekali. Periodic maintenance dapat pula dilakukan dengan memakai lamanya jam
kerja mesin atau fasilitas produksi tersebut sebagai jadual kegiatan, misalnya
setiap seratus jam kerja mesin sekali atau seterusnya. Jadi, sifat kegiatan
maintenance ini tetap secara periodik atau berkala. Kegiatan ini jauh lebih berat
daripada routine maintenance. Sebagai contoh untuk kegiatan periodic
maintenance adalah pembongkaran karburator atau pembongkaran alat-alat
dibagian sistem aliran bensin, penyetelan katup-katup pemasukan dan
pembuangan silinder mesin, dan pembongkaran mesin ataupun fasilitas tersebut
untuk penggantian bearing, serta service dan overhaul kecil maupun besar.
2. Breakdown Maintenance
Breakdown atau corrective maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan
perawatan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada
Kegiatan breakdown maintenance yang dilakukan sering disebut dengan kegiatan
perbaikan atau reparasi.
Perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi
akibat tidak dilakukannnya preventive maintenance ataupun telah dilakukan tetapi
sampai pada waktu tertentu fasilitas atau peralatan tersebut tetap rusak. Jadi,
dalam hal ini, kegiatan maintenance sifatnya hanya menunggu sampai kerusakan
terjadi dahulu, baru kemudian diperbaiki. Maksud dari tindakan perbaikan ini
adalah agar fasilitas atau peralatan tersebut dapat dipergunakan kembali dalam
proses produksi sehingga proses produksinya dapat berjalan lancar kembali.
Dengan demikian, apabila perusahaan hanya mengambil kebijaksanaan
untuk melakukan breakdown maintenance saja, maka terdapatlah faktor
ketidakpastian (uncertainity) dalam kelancaran proses produksinya akibat
ketidakpastian akan kelancaran bekerjanya fasilitas atau peralatan produksi yang
ada. Oleh karena itu, kebijaksanaan untuk melaksanakan breakdown maintenance
saja tanpa preventif maintenance akan menimbulkan akibat-akibat yang dapat
menghambat ataupun memacetkan kegiatan produksi apabila terjadi suatu
kerusakan yang tiba-tiba pada fasilitas produksi yang digunakan.
Kelihatannya bahwa breakdown maintenance adalah lebih murah biayanya
dibandingkan dengan preventive maintenance. Hal ini benar adanya selama
kerusakan belum terjadi pada fasilitas atau peralatan sewaktu proses produksi
berlangsung. Namun, bilamana kerusakan terjadi pada peralatan selama proses
produksi berlangsung, maka akibat dari kebijaksanaan dengan menerapkan
breakdown maintenance saja akan jauh lebih parah kerugiannya daripada
melonjak terhadap biaya-biaya perawatan dan pemeliharaan pada saat terjadinya
kerusakan tersebut. Oleh karena breakdown maintenance mahal, maka sedapat
mungkin harus dicegah dengan mengintensifkan preventive maintenance. Selain
itu, perlu dipertimbangkan bahwa dalam jangka panjang untuk mesin-mesin yang
mahal dan termasuk pada critical unit dari proses produksi, bahwa preventive
maintenance akan lebih menguntungkan daripada hanya menerapkan kebijakan
breakdown maintenance saja.
2.3. Organisasi Maintenance
Defenisi, maksud, lingkup dan hasil-hasil yang dari organisasi pasti ada.
Di dalam pendirian suatu organisasi perawatan, maka beberapa hal yang utama
ialah :
1. Menurunkan ongkos produksi dan meningkatkan produktivitas pabrik.
2. Bahwa pengambilan personal pengawas adalah didasarkan atas tanggung
jawab dan beban.
3. Berikanlah keahlian personal yang akan dilibatkan didalam aktivitas produksi.
4. Dan bahwa pendekatan secara otomatis dalam keahlian sedini menunjukkan
kebutuhan yang lebih besar dari seni teknik modern dan keahlian.
Berikut diberikan pentabelan tentang sebutan, definisi, lingkup serta
hasil-hasil yang diharapkan dari suatu organisasi.
Sebutan : Organisasi
Definisi : Menengahkan kewenangan, pertanggung jawaban dan
hubungan untuk mengektifkan tujuan dari organisasi
2. Beban dan tanggung jawab dari pengawas-pengawas
setiap tingkatan.
3. Permintaan kerja mekanik dalam tingkat produksi
Lingkup : Organisasi yang dipakai di pabrik, bagian, policy pabrik,
dan kelompok staff tenaga administrasi.
Pada tiap-tiap tingkatan dari pengawas harus dibagi atas
dasar beban dan tanggung jawab supaya seseorang staff
bisa berperan secara penuh dengan tanpa dikacaukan oleh
duplikasi pekerjaan-pekerjaan.
Dalam banyak hal bahwa suatu organisasi harus luwes
didalam meniti tujuan.
Hasil : 1. Organisasi dimaksud untuk mencapai target
2. Memudahkan serta menyederhanan prosedur didalam hal
praktis operasionalnya.
3. Menghilangkan fungsi duplikasi dan over lapping
4. Secara praktis dan bisnis adalah untuk lebih
meminimkan biaya produksi dan harga jual.
5. Meningkatkan kemampuan pabrik bila semuanya
Adapun dari struktur organisasi pemeliharaan yang dipakai oleh PKS Bah Jambi
dapat dilihat pada gambar 2.1.
Dari data di atas, maka dapat di jelaskan sebagai berikut :
1. Daftar sarana : Suatu laporan dimana untuk mengetahui beberapa
jenis mesin atau peralatan yang di maintenance
kan.
2. Jadwal pemeliharaan : Suatu kegiatan untuk mempermudah melakukan
suatu proses kegiatan maintenance dan apa saja
yang akan dilakukan.
3. Catatan riwayat : Suatu laporan untuk mengetahui kapan mesin
tersebut perlu di ganti atau melakukan
pembongkaran.
4. Program pemeliharaan : Apa saja yang akan dilakukan dalam melaksanakan
kegiatan proses maintenance.
5. Spesifikasi pekerjaan : Suatu kegiatan yang mana dapat dibagi dalam
melaksanakan proses maintenance.
6. Staff pemeliharaan : Suatu kerjaan dimana membuat kegiatan kerja
dalam melaksanakan proses maintenance.
7. Staff produksi : Suatu pekerjaan dimana memperhatikan keadaan
yang terjadi dalam proses produksi pada suatu
mesin.
Mengorganisasi dan mengawasi semua bahagian-bahagian dan
kegiatannya baik berupa kegiatan langsung ataupun tak langsung bekerja sama
dengan bagian pemeliharaan pabrik. Untuk tujuan ini perlu dibuat suatu metode
Bagaimana mengorganisasi bagian pemeliharaan yang tercakup dalam
organisasi pabrik harus jelas.
a. Tugas kepala bagian, insinyur, supervisor (penyedia), teknisi dan para
pekerja yang harus disiapkan pada saat memulai pekerjaan.
1. Siapkan semua tata cara ( prosedur )
2. Diskusikan dan siapkan semua detail untuk pelaksanaan kerja dan
awasi urutan kerjanya.
3. Minta tenaga kerja lain bila perlu, dan tugaskan pekerjaan pada
pekerjaannya masing-masing.
Sangat diajurkan untuk melakukan latihan pendahuluan sebelum pabrik
benar-benar beroperasi, dengan melatih para pekerja pabrik sebaik
mungkin akan menghindarkan pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk pada
saat pabrik beroperasi.
b. Jaga dan evaluasi semua kegiatan-kegiatan pemeliharaan pabrik. Manajer
pabrik berhak untuk menilai kondisi para pekerja minimal sekali dalam
setahun. Para pekerja ini bertugas untuk menjaga dan meningkatkan
efisiensi pabrik dan menghilangkan aturan kerja yang berbelit-belit.
Struktur organisasi pada suatu pabrik.
1. General manager ( GM )
2. Superintenden ( SI )
3. Supervisor ( SPV )
4. Foreman ( Kepala Regu )
2.4. Planning ( Perencanaan )
1. Definisi Pekerjaan Perencanaan
Kemajuan suatu organisasi tidak dapat diharapkan tanpa adanya
perencanaan. Memang sebenarnya keberhasilan perusahaan, langsung
berhubungan dengan kuantitas dan kualitas perencanannya.
Perencanaan adalah suatu proses memperkirakan apa yang akan terjadi di
masa yang akan datang dan mempersiapkan sesuatu untuk masa mendatang itu.
Ini berarti setidak-tidaknya harus ada sepercik seni dan segenggam ilmu dalam
perencanaan. Yang harus jelas dalam perencanaan adalah sejumlah sasaran yang
pasti, sekalipun hanya berupa inti sari dari harapan dan keinginan. Seseorang
perencanaan harus mempunyai cukup daya khayal untuk membayangkan apa yang
akan terjadi, dan dapat mengubah gagasan kedalam bentuk yang lebih praktis,
sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk tindakan.
Semua pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh orang-orang
pemeliharaan sudah dikaji melalui beberapa perencanaan. Pekerjaan perlu
direncanakan bila :
a. Pekerjaan sudah diselidiki, jelas, dan langkah-langkah kerja juga sudah ada
catatannya.
b. Bahan yang diperlukan sudah dibeli dan sesuai dengan rencana spesifikasi
kerja tersebut.
c. Bila equipment-equipment khusus seperti truk besar dan kren diperlukan maka
equipment ini harus berada ditempat atau tersedia pada suatu tempat.
d. Perkakas-perkakas khusus yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan juga
e. Gambaran-gambaran atau skets dari barang yang mau dikerjakan harus ada
lengkap dengan uraiannya.
f. Diperlukan untuk meng-estimate jumlah tenaga kerja dan waktu yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Jika suatu pekerjaan memenuhi kriteria diatas, maka pekerjaan tersebut
dapat diklasifikasikan sebagai pekerjaan perencanaan. Perencanaan pemeliharaan
akan dapat dilaksanakan dengan baik dengan mengikuti prosedur-prosedur dasar
berikut ini : pastkan langkah-langkah pekerjaan dan prosedur yang detail ( rinci ),
tentukan tingkat kekhususannya dan estimasi apa-apa yang diperlukan pada setiap
jenis pekerjaan pemeliharaan, karena setiap jenis pekerjaan berbeda dari satu
pabrik dengan pabrik lainnya.
Jika estimasi dan perencanaan dibuat secara teliti dan akurat maka
perencanaan akan berhasil dengan baik. Para perencanan harus tetap memikirkan
bahwa pelaksanaan berhasil dengan baik. Para perencanaan harus tetap
memikirkan bahwa pelaksanaan melewati batas waktu yang ditentukan atau
bahan-bahan tidak cukup atau habis, dan harus kelebihan dan ini tidak akan
menghasilkan pekerjaan yang baik, dan harus selalu diingat bahwa pekerjaan yang
seharusnya bila dikerjakan 2 orang hanya perlu waktu 8 jam tetapi kenyataannya
waktu tersebut lebih dari 8. Jadi bila perencanaannya buruk maka hasilnya akan
2. Fungsi Dari Perencanaan
Tugas-tugas dari perencana sebaiknya dipegang oleh orang yang
merencanakan sendiri pekerjaan itu, atau kedua pekerjaan diatas dapat juga
dilakukan oleh dua orang yang berbeda. Perencanaan menyiapkan
pekerjan-pekerjaan bulanan, mingguan, dan harian berdasarkan prioritas. Tujuan dari
perencanaan ini adalah untuk mendistribusikan pekerjaan-pekerjaan berdasarkan
jam kerja yang tersedia.
3. Pengaturan
Staff perencanaan membuat pengaturan untuk mendapatkan bahan,
perkakas, dan equipmen yang khusus dan dikirimkan kelapangan tempat
pekerjaan dilakukan. Jadwal pekerjaan untuk hari esok, tembusan permintaan
kerja, tembusan permintaan barang, gambar dan cetakan dikirim kebahagian
enginering atau kepada penyelia. Penyelia mempelajari kembali
pekerjaan-pekerjaan tersebut dan membuat koreksi-koreksi untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya.
Jadwal kerja harian dan mingguan harus disiapkan lebih awal. Jadwal ini
menerangkan urutan-urutan kerja yang harus dilakukan.
4. Pembagian Waktu
Hal yang perlu diperhatikan perencanaan adalah tidak semua
pekerjaan-pekerjaan sejenis dapat dikerjakan pada waktu dan hari yang sama. Jadwal
pekerjaan harian merupakan pegangan bagi penyelia untuk mengalokasikan
tenaga kerja pada pekerjaan-pekerjaan yang khusus berdasarkan estimasi
pekerjaan tersebut. Jadwal harian ini juga berguna untuk melaporkan status
pekerjaan dan jumlah jam kerja yang sebenarnya, agar dapat diperkirakan
Kegunaan lainnya, jadwal kerja harian ini merupakan sumber informasi
untuk mengawasi pekerjaan pemeliharaan. Jadi jadwal ini harus ditandatangani
atau disyahkan secara teliti oleh penyelia pemeliharaan pabrik atai insinyur yang
bertanggung jawab sebelum dikembalikan kebahagiaan perencanaan keesokan
harinya. Pada rapat harian bahagian pemeliharaan antara manajer pemeliharaan,
kepala bahagian dan penyelia membicarakan beban pekerjaan yang akan muncul
untuk minggu selanjutnya. Disini semua pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya besar
didiskusikan dan rencana harian yang telah terjadwal disyahkan. Pada rapat harian
ini orang-orang bahagian operasi merupakan orang-orang penting yang
memberikan infomasi untuk keberhasilan penjadwalan pekerjaan tersebut.
Siapkan perencanaannya dengan membuat diagram batang dan
didiskusikan pada rapat mingguan, untuk menentukan apakah pemakaian tenaga
kerja yang dipakai sudah sesuai dengan yang diinginkan. Komunikasi antar
bahagian pemeliharaan dan bahagian produksi sangat penting. Rapat harian dan
mingguan untuk menyatukan komunikasi yang tercecer dan juga untuk
memberikan semangat dan kerjasama yang baik antara semua group pemeliharaan
yang ada.
Penjadwalan berguna untuk memastikan semua pekerjaan harian telah ada
tenaga kerjanya berdasarkan estimasi permintaan kerja yang sudah dibuat.
Walaupun demikian hak penuh untuk mengalokasikan pekerjaan ada pada
penyedia (supervisor) pemeliharaan pabrik. Khusus untuk pekerjaa darurat,
penyelia harus melengkapi jadwal pekerjaan harian, untuk menentukan siapa yang
5. Rencana Yang Tepat
Tidak akan ada rencana jangka panjang yang bermanfaat, jika tidak
dinyatakan secara tertulis. Ini berarti mempersiapkan perencanaan sedemikian,
sehingga dapat dilakukan tanpa hadirnya seorang perencana yang handal. Kalau
program ini ditulis, maka dapat dilakukan oleh siapapun yang akan
melakukannya.
Suatu rencana akan berhasil dengan baik, apabila sasaran dinyatakan
dengan jelas, dan dilakukan pengendalian atas rencana itu. Paling baik kalau
rencana itu dinyatakan dengan sederetan jadwal yang menunjukkan urutan waktu,
maupun persyaratan lainnya secara kuantitatif.
6. Langkah-langkah Perencanaan
Semua perencanaan harus didasari oleh kesadaran bahwa ia ditulis untuk
orang, dilaksanakan oleh orang, dan bisa gagal karena orang. Berhubungn dengan
itu, maka langkah-langkah diperlukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut :
1. Tentukan dengan jelas apa yang harus dilakukan dan oleh siapa.
2. Menjamin adanya kemampuan dan sumber daya
3. Merinci sasaran
4. Kaitkan sasaran dengan organsiasi yang sudah ada
5. Mengerahkan pekerjaan
6. Cobakan rencana itu
7. Sisihkan perubahan yang perlu
8. Awasi terus kemajuannya
10.Rumuskan prosedur pengendalian dan lakukan pengecekan apakah
kemajuan itu sejalan dengan kendali.
7. Kualifikasi Staff Perencanaan
Satu hal yang harus diperhatikan pada saat group perencanaan akan
dibentuk adalah kualifikasi kemampuan para calon perencana tersebut, dan hal-hal
yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai latar belakang praktek lapangan.
2. Mampu menganalisa masalah-masalah yang ada, hingga dapat mengambil
tindakan lebih dahulu sebelum kerusakan benar-benar terjadi pengalaman
minimum 2 atau 3 tahun sebagai supervisor atau pendidikan diploma
teknik 3 tahun dengan pengalaman lapangan 3 tahun untuk calon
supervisor yang terbaik. Perekrutan dari diploma teknik dengan
pengalaman lapangan dianjurkan, karena calon ini dapat mengembangkan
dan mengantisipasi hal-hal yang baru.
8. Inspeksi dan Fungsinya
Bebarapa organsiasi perawatan mesin yang besar memisahkan antara
inspeksi pada perawatan pencegahan dan fungsi pengawasan (dalam arti perkiraan
pembiayaan) dar problema keteknikan dan keahlian pengawasan sendiri.
Pemisahan ini bila diharapkan tercapainya efisiensi kerja yang optimal
dalam organsaisi perawatan mesin tersebut. Bila semuanya mungkin, maka
sebaiknya untuk pengawasan supaya ditempatkan dalam kaitan dengan upaya
2.5. Beban Kerja
1. Permintaan Kerja
Permintaan kerja berisikan informasi-informasi yang sangat penting, tetapi
dasarnya adalah bagian yang penting yang harus diketahui oleh perencanaan dan
staffnya agar dapat meramalkan pekerjaan-pekerjaan tersebut.
Pertama adalah nomor item equipment yang menunjukkan jenis equipmen
dalam pabrik tersebut yang akan diperbaiki. Lebih baik lagi jika dibuat buku kode
pemeliharaan. Hingga dari buku ini dapat diperoleh nomor item dan dituliskan
permintaan kerja pada saat permintaan kerja itu diminta.
Dengan adanya nomor item ini memungkinkan kita mencatatnya pada
kartu histori pemeliharaan dan ini akan dipakai untuk meramalkan pemeliharaan
pada masa depan. Kode-kode lain yang dipakai pada permintaan kerja adalah
kode biaya, kode elemen biaya, kode bahan, kode klassifikasi pekerjaan, dan kode
priorotas pekerjaan pemeliharaan.
2. Prioritas Pekerjaan
Orang yang meminta pekerjaan pemeliharaan punya hak penuh untuk
mengusulkannya tetapi tidak berhak untuk prioritasnya. Koordinator operasi dan
pemeliharaan yang mengusulkan prioritas pekerjaan dan mensyahkan permintaan
kerja tersebut dan menyelidiki terlebih dahulu.
Insinyur atau kepala bagian operasi atau pemeliharaan yang mempunyai
wewenang memutuskan prioritas pekerjaan bergantung pada skope pekerjaan
pemeliharaan tersebut.
Prioritas 1. Pekerjan ini bersifat pekerjaan darurat, yang harus segera dilakukan
Pekerjaan darurat tidak memerlukan pengesahan bahagian-bahagian
yang terkait.
Prioritas 2. Pekerjaan-pekerjaan yang dapat dimulai pelaksanaan 30 jam lagi,
dan pekerjaan jenis ini dapat dikerjakan pada jadwal pekerjaan
keesokan harinya.
Prioritas 3. Pekerjaan ini adalah pekerjaan pemeliharaanya yang rutin, pekerjaan
ini bersifat alamiah dan terus menerus dan terjadwal dalam periode
satu minggu.
Prioritas 4. Pekerjaan ini adalah pekerjaan pembangkaran mesin tahunan,
pekerjaan ini memerlukan penyimpanan data-data yang banyak
sekali. Pada pekerjaan ini pembelian bahan-bahan harus
dilaksanakan 10 bulan sebelum pekerjaan tersebut dimulai.
Prioritas yang paling tinggi adalah priorits yang pertama, selanjutnya
adalah prioritas kedua, ketiga. Prioritas ke 4 merupakan pekerjaan yang bisa
dilakukan.
3. Beban Kerja Perawatan
Tujuan utama dari prosedur perawata menyangkut semua tentang
pengawasan, reparasi, over houl dan mengkonstruksi untuk menciptakan kondisi
”siap operasi” dari suatu mesin.
Pekerjaan-pekerjaan terdiri dari fungsi perencanaan perawatan dan
perancangan bagian-bagian mesin yang pelu dipengaruhi atau diganti dan
lain-lain. Lebih dari semua aktivitas ini dilaporkan kepada manajemen yang lebih
Teknik pabrik menyangkut semua pelaporan pada atasan supaya organisasi
pabrik bisa berjalan seperti yang diharapkan. Tanggung jawab utama dari teknik
pabrik dapat dibagi dalam dua fungsi dasar yaitu :
1. fasilitas teknik
2. perawatan
Perawatan berarti pula menciptakan “siap operasi” dari mesin-mesin dan
ini pasti melibatkan pembiayaan, perencanaan, serta fungsi desain untuk bisa
mencitakan berfungsinya fasilitas dan peralatan.
4 Fungsi Dasar Kerja Perawatan
Untuk bisa dicapai “Siap Operasi” dari mesin-mesin, maka fungsi
perawatan hendaknya mencakup pekerjaan-pekerjaan
a. Check up
Dalam keadaan kerja semua normal, maka aktivitas dari perawatan mesin
dibagi atas satu dari enam kelompok kerja. Dan fungsi yang ketujuh ialah
mengadministrasikan dari fungsi-fungsi sub-sub kerja tadi.
a. Kontrol Maintenance ( Chek up )
Peranan utama dari kontrol perawatan atau check-up termasuk
1. Kontrol berkala dari peralatan agar mesin tetap berdaya guna
3. Penjagaan bagian-bagian mesin yang kiranya perlu diganti atau overhoul
4. Kontrol dari bagian-bagian mesin hasil perawatan dari penjual (jasa
perawatan)
5. Kontrol mutu dari hasil kerja kelompok perawatan.
Fungsi pengontrolan dalam hal ini tidak berbeda dari upaya untuk aktifitas
produksi. Dari kontrol ini pula diharapkan adanya suatu masukan pada
manajemen yang lebih tinggi tentang kapan kiranya masing-masing dari bagian
mesin harus diganti. Dengan demikian jadwal, serta pembiayaan bisa dirancang
untuk itu.
b. Perawatan Pencegahan
Sepatutnya didefenisikan bahwa pekerjaan maintenance meliputi
pencegahan, pengaturan, penggantian rutin, pelumasan, pembetulan mana-mana
dari bagian-bagian mesin sehingga siap untuk dioperasikan. Pekerjaan perawatan
semacam ini adalah bisa memperkirakan perencanaan dan jadwal waktu, serta
dapat dipakai sebagai standart waktu untuk memperkirakan biaya perwaktunya.
Dengan perawatan pencegahan maka diharapkan tidak terjadinya
kefatalan atau kerewelan. Memang diakui, bahwa perawatan pencegahan berarti
meningkatkan profit. Waktu yang hilang, lamanya waktu yang dipakai untuk
hal-hal yang produktif menjadi sedikit, dan ini merupakan faktor utama yang bisa
meningkatkan keuntungan secara total dari perusahaan. Tersebab pada saat
peralatan tiba-tiba saja menjadi patah, maka bukan hanya ongkos yang
diperhitungkan terhadap hilangnya produksi, akan tetapi ongkos total menjadi
lebih besar dari pada nilai bagian mesin yang patah tadi karenanya maka jadwal
c. Reparasi
Repair korektif adalah untuk memperingan kondisi yang tidak diinginkan
yang diperoleh selama kontrol perawatan pencegahan agar mesin siap operasi.
Repair yang dimaksudkan adalah dari sekedar pekerjaan yang “tidak
terjadwal” karena seringkali terjadi trouble yang justru karena hal-hal yang kecil
sebagai contoh karena endapan air di dalam tangki bensin. Bisa juga hal itu terjadi
karena pergerakan pada elektroda besi dan lain-lain.
d. Overhaul
Overhaul atau turun mesin atau disebut pula perawatan total atau
perawatan besar adalah menyangkut : perencanaan waktu, jadwal pekerjaan dari
penggantian atau pembauran atau rekondisi dari tiap-tiap bagian dari mesin.
Pekerjaan ini akan selamanya terdiri dari satu atau lebih bagian-bagian atau titik
patah, pengujan, penggantian, pembauran, pemasangan kembali serta pengetesan
hasilnya.
Disamping relatif tetap untuk mesin-mesin dan mesin-mesin transportnya,
untuk itu juga bisa dipakai fasilitas serta alat yang tetap lokasinya seperti instalsi
pemanas atau ventilasi. Ini benar-benar berbeda dengan perawatan pencegahan,
dimana keutamaan dari keterlibatan dan test dari berbagai bagian mesin adalah di
dalam kaitan agar mesin benar-benar semuanya serba baru atau siap untuk operasi
kondisi seperti halnya pada saat awal mesin itu dioperasikan.
Semua perencanaan turun mesin harus bisa dihitung berapa total habisnya
e. Konstruksi
Pada beberapa pabrik, strategi dasar dari perawatan juga dimungkinkan
pula dengan pekerjaan-pekerjaan membangun atau mengkonstruksikan seperti
misalnya mengkonstruksi bagian-bagian dari engine yang terbuat dari kayu, baja,
plastik, concrete, benda tuang, instalasi listrik, instalasi kontroler elektronik dan
lain-lain. Dalam beberapa keadaan pekerjaan-pekerjaan terakhir ini bisa
dilimpahkan kepada pemborong terpercaya.
Betapa pun juga di dalam menganalisa perancangan organisasi perawatan
perlu memperhatikan banyak sekali kendala secara aktual. Terdapat dua tipe dasar
untuk operasi perawatan menetap dan perawatan sambil berjalan. Perawatan
menetap termasuk mengkonstruksi, pelurusan, pemasangan instalasi
listri/hidrolik, perawatan dan repair untuk mendapatkan kondisi yang lebih baik
sedangkan yang termasuk perawatan jalan yaitu perawatan dimana pada bagian
perawatan yang besar dikarenakan dalam keadaan jalan urutan kerjanya. Inspeksi,
repair dan bahkan overhaul terkadang justru terjadi dengan proses pengerjaan dari
suatu proses ke proses lain.
2.6. Material Kontrol Dan Pembelian
Material Kontrol
Jumlah orang untuk setiap pengawas atau beban pengawas, secara umum
dapat dipakai sebagai bahan untuk menetapkan berapa besarnya jumlah pengawas
yang dibutuhkan untuk memegang tenaga-tenaga perawatan mesin. Walaupun
kesepakatan pengawas di dalam membawahi buruh adalah 8 dan bahkan
Dengan melatih lebih dulu calon-calon pengawas, nantinya diharapkan
kontak personal yang lebih baik sehingga bisa memanage yang diawasi. Untuk
Pengambilan pengawas ahli Agar dihindari pemakaian pengawas yang bukan
ahlinya, sebab betapapun juga pengawas perlu bisa terjun untuk memberikan
contoh dan petunjuk-petunjuk teknis operasional. Jangan sampai ahli teknis
bangunan diterjunkan untuk mengawasi pada bidang mesin atau sebaliknya. Ini
hasilnya kurang memuaskan.
2.7. Hubungan Antara Bagian Teknik
Setiap bahagian-bahagian engineering pada suatu perusahaan selalu
mempunyai hubungan yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Dan
hubungan ini dapat digambarkan sebagai suatu keluarga. Suatu tim engineering
terdiri dari sejumlah orang yang merasa mereka adalah bahagian tim engineering
yang lain.
1. Basis Keahlian Teknik
Ada dua hal yang mendasari kehalian teknik dari tenaga perawatan mesin
1. Peningkatan kemampuan keahlian teknik melalui latihan khusus dan
pengalaman.
2. Orang berlatar belakang pendidikan teknik mesin yang dipadukan dengan
pengalamannya untuk membawahi kelompok kerja.
2. Tujuan Kehalian
Adapun tujuan dari keahlian adalah, sebagai berikut :
2. Peningkatan karier dengan dasar keahlian di dalam persoalan-persoalan
perawatan mesin
3. Untuk mendapatkan hasil guna dari pekerjaan mereka supaya lebih
memuaskan
4. Lebih tahu dan lebih baik di dalam menghadapi pekerjaan serta pekerjaan
perawatan mesin
5. Kesempatan untuk mengembangkan keahlian non-teknik guna promosi
jabatan yang lebih tinggi bisa dicapai.
3. Fungsi Hubungan Teknik
Pada bagian lain beberapa keperluan dari gabungan keahlian teknik
(engineer) dan pengawasan adalah dimaksudkan untuk antara lain :
1. Lebih cepat untuk menyesuaikan diri terhadap tantangan-tantangan baru
khususnya yang berkaitan dengan persoalan-persoalan personal yang
tergabung dalam kelompok-kelompok kerja.
2. Lebih bisa untuk memberikan contoh dalam rangka peningkatan prestasi
kerja para buruh, khususnya kepada mereka yang dibawahinya.
Pendekatan edukatif, persuasif dan kemampuan komunikasi, menjadi
bagian yang harus dikuasainya.
Di dalam hubungan ini, bahwa penyusunan organisasi perawatan mesin
diharapkan nantinya agar staff atau buruh bisa mengkomunikasikan
kepada pengawas-pengawasnya masing-masing dan sebagainya, di dalam
rangka mencapai hasil kerja yang optimal.
3. Dengan pembaharuan sistem tentunya harus bisa diproyeksikan
yang ada, untuk mengoptimalkan hasil guna bila dibanding dengan ongkos
yang dikeluarkan.
4. Agar sedini mungkin diberikan latihan khusus, terutama kepada para
pengawas-pengawas yang baru supaya mereka lebih cepat untuk dilibatkan
dalam pengawasan produksi.
5. Lebih memudahkan dalam melakukan kontak-kontak kerja di dalam
rangka meningkatkan productifitas.
Kombinasi dari beberapa poin di atas dimaksudkan dalam rangka
meningkatkan keuntungan perusahaan.
4. Tenaga Ahli
Pemakaian dan jumlah tenaga staff ahli, misal : ahli teknik listrik, teknik
instrumentasi, logam, ahli korosi dan ahli-ahli, tergantung pada:
1. Kelayakan dari komposisi tenaga ahli yang perlu ada di dalam organisasi
2. Banyaknya skala-skala prioritas haruslah ditempatkan di dalam daftar
pertanyaan (dalam rencana) yang berbeda pula.
3. Suatu kesetimbangan ekonomi dari biaya pelayanan konsultan di dalam
organisasi perawatan mesin harus bisa menggantikan nilai tenaga ahli
profesional. Tidak terlampau biasa untuk memiliki tenaga spesialis
profesional di dalam organisasi perawatan mesin, akan tetapi disini
diberikan contoh pada instansi-instansi besar atau perusahaan yang
2.8. Man Power
Man power atau tenaga kerja manusia dalam suatu perusahaan perawatan,
ada banyak faktor yang harus diperhatikan. Masing-masing pabrik akan
mempunyai persoalannya sendiri-sendiri dan berbeda satu sama lain.
Hubungan antara banyaknya orang dengan jumlah waktu operasi personal,
kaitan antara pegawai-pegawai perawatan yang bisa diperoleh, merupakan kajian
yang sangat penting bagi direksi. Sedikit jumlah tenaga kerja dengan kapasitas
dan kualitas hasil kerja yang memuaskan adalah tujuan manajemen.
Dalam manajemen produksi khususnya bagian perawatan pabrik, tenaga
kerja (man power) merupakan bidang keputusan yang sangat penting. Hal ini
disebabkan bahwa tidak akan terjadi suatu proses produksi dan operasi tanpa
adanya orang atau tenaga kerja yang mengerjakan kegiatan menghasilkan produk.
Penggunaan mesin dan tenaga kerja dapat digunakan untuk mengukur
hubungan antara tenaga kerja dan mesin guna melihat kemungkinan-kemungkinan
untuk memperbaiki penggunaan tenaga kerja dan mesin dan bertujuan untuk
membuat kedua unsur ini dapat dipergunakan seefektif mungkin. Perbaikan dalam
penggunaaan tenaga kerja dan mesin dilakukan dengan mengadakan analisis yang
menggunakan persentase penggunaan orang dan mesin dan analisis siklus kerja
serta siklus waktu yang realistis. Jika kegiatan kerja manusia diperlihatkan pada
gambar (chart) yang sama kegiatan kerjanya seperti kegiatan kerja mesin-mesin,
2.9. Jumlah Man Power Dalam Kaitan Dengan Keahlian
Sulit untuk dipersentasikan sebagai dasar penentuan dari masing-masing
keahlian yang berbeda di pabrik secara praktis dalam hubungan-hubungan seperti
ini, maka pengkajian secara terus-menerus menjadi sangat penting untuk
mendapatkan kondisi yang optimal, apakah perlu adanya penambahan pada
bagian yang satu atau pengurangan pada bagian yang lain guna mencapai alokasi
tenaga yang seimbang dalam kaitannya dengan beban pekerjaan.
Pencatatan setiap saat dari suatu bagian dan keahlian merupakan alat
perencanaan yang efektif. Suatu keadaan yang baik adalah bila beban kerja
diimbangi dengan tenaga yang cukup. Dalam kondisi seperti ini, dimana beban
terlampau besar dan terbatasnya tenaga, maka sebaiknya bisa dipakai pemborong
luar.
2.10. Man Hour
Dalam praktik pemeliharaan dan perawatan pabrik, man hour adalah
waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dan biasanya dihitung
dalam satuan jam. Untuk mengestimasi waktu yang diperlukan oleh suatu
pekerjaan sangat bergantung pada pengalaman yang ada. Menyadari akan hal
tersebut, dimana pengalaman memerlukan waktu yang lama, maka terdapat dua
metode yanng dapat dipakai, yaitu:
a. Waktu untuk pekerjaan-pekerjaan yang khusus.
b. menggunakan data standart yang berasal dari konsultan maupun
Indikator yang biasa ditemukan adalah persentase jam kerja yang
terjadwal. Tenaga kerja bagian pemeliharaan biasanya tersedia untuk
pekerjaan-pekerjaan yang sudah terjadual. Perbedaan antara jam-jam rutin yang tersedia dan
jam kerja yang terjadual disebut sebagai persentase jam-jam rutin yang ada.
Seorang perencana harus mengetahui jumlah man hour yang hadir dan siapa saja
pekerja yang absen. Perencana harus mengantisipasi pekerja yang tidah hadir,
seperti: liburan dan waktu permintaan cuti.
Indikator pengawasan adalah jam kerja yang sebenarnya yang dilaporkan
oleh workshop dan supervisor perbaikan dan jam kerja yang dibayarkan untuk
pekerja tersebut. Hal ini merupakan informasi yang penting sebab semua
laporan-laporan pengawasan berdasarkan jam-jam kerja yang dilaporkan.
Supervisor harus mencatat setiap jam kerja para pekerja termasuk
overtime. Jam kerja yang hilang adalah perbedaan jam kerja yang dilaporkan
dengan jam kerja yang dibayar. Indikator pengawasannya adalah jam-jam kerja
yang hilang sebagai presentase dari total jam kerja yang dibayar.
2.11. Pengendalian dan Pembiayaan Operasional
Metode yang umum dan tradisional dalam penerarapan pemeliharaan
adalah pemeliharaan darurat tak terencana. Metode ini membolehkan kerusakan
terjadi sebelum diadakan perbaikan untuk mengoreksi kesalahan atau mereperasi
kerusakan. Dalam cara ini kebutuhan akan pekerjaan mengendalikan organisasi
dan administrasi pemeliharaan, dan kerusakan peralatan mencerminkan kegagalan
Interupsi terhadap oleh pemberhentian yang tak teramalkan jarang
dievaluasi secara tuntas dan selalu ditaksir terlalu rendah.
Sebagai usaha untuk mengurangi efek interuptif seperti ini terhadap
produksi, berbagai perusahaan akhir-akhir ini telah menggunakan suatu cara
mengorganisasi pekerjaan pemeliharaan, dan cara ini kita sebut Pemeliharaaan
Terencana, yang didefenisikan sebagai pekerjaan yang diorganisasikan dan
dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan.
Sangat sering ada kebencian diam-diam terhadap keteraturan pengendalian
ini, keterkejutan dan kesibukan yang sering ada disekitar perbaikan darurat tidak
terjadi lagi, para insinyur engan enggan melaksanakan pap yang sudah tertulis,
dan para pekerja merasa kemampuan mereka tidak diperlukan lagi. Yang
bertanggung jawab terhadap biaya bertanya-tanya apakah tidak lebih baik untuk
membiarkan biaya pemeliharaan tetap tertutupi dengan pembiayaan umum yang
sudah terbiasa dilakukan uang sesuai untuk pemeliharaan tak terkendali.
Pendapat-pendapat diatas tentu saja salah meskipun perlu ditekankan
bahwa diperlukan beberapa usaha tertentu untuk menerapkan metode
pemeliharaan terencana dan mungkin ditemukan bahwa kritik langsung yang
muncul terhadap metode ini didasari oleh kebencian yang tidak didasari seperti
diatas.
Pengendalaian administratif terhadap pekerjaan pemeliharaan sangat
berubah ketika berganti dari metode pemeliharaan darurat ke kebijakan
pemeliharaan terencana. Pemeliharan darurat sangat sangat tergantung dengan
proritas pekerjaan, pengarahan ulang tenaga kerja secara mendadak, dan berbagai
keadaan darurat yang komulatif merendahkan efisiensi pemeliharaan.
Suatu sistem pemeliharaan terencana mengelola kebijakan pemeliharaan
perusahaan dengan menyediakan alat-alat yang secara teknis dan finansial
mengarahkan dan mengendalikan operasi pemeliharaan dengan tujuan
meningkatkan standar pemeliharaan pabrik dan mempertinggi keefektifan biaya,
lihat pada gambar 2.2.
Rancangan pemeliharaan terncana yang paling sukses pastilah yang
sesederhana mungkin, melibatkan personil bengkel dengan sesedikit mungkin
pekerjaan tulis-menulis.
Sistem yang diterapkan dalam hal ini hanya membutuhkan tiga dokumen
yang bersangkutan dengan personil bengkel, hanya dua diantaranya memerlukan
penulisan. Dalam masyarakat modern sejumlah pekerjaa tulis – menulis tidak bisa
dihindarkan dan mungkin diperlukan dalam waktu bertahun-tahun menciba suatu
kata tertulis sampai betul-betul diterima sebagai salah satu prasyarat dalam teknis
perencanaan modern. Dalam hal ini beberapa masalah yang diketahui, misalnya
keengganan untuk berubah, mungki terjadi dan tidak bisa dihilangkan secara
keseluruhan.
Pada kebanyakan organisasi yang menggunakan sistem pemeliharaan
terencana, hal ini akan merupakan bagian integral dari fungsi rekayasa pabrik.
Gambar dibawah ini menunjukkan sebuah bagan lingkar sederhana yang
menggambarkan persentase pemeliharaan murni ( 55 % ), dibandingkan dengan
perekayasaan proyek dan berbagai pekerjaan non-pemeliharaan, yang bisa
Tentu saja persentase ini berbeda-beda pada perusahaan yang satu dengan
yang lain dan diantara industri yang berbeda. Jika proporsi pekerjaan
perekayasaan proyek kecil, pemeliharaan murni akan mempunyai proporsi besar.
Yang didapatkan tidak berbeda banyak antara perusahaan-perusahaan ialah
proporsi di dalam pemeliharaan murni itu sendiri, yaitu antara pemeliharaan
pencegahan, korektif, dan darurat yang masing-masing kisar antara 72, 22 dan 6
%. Angka ini adalah sasaran yang realistik yang harus di capai oleh setiap
perusahaan dalam 1.5 – 2 tahun setelah pemakaian sistem pemeliharaan terencana.
Gambar 2.2 Fungsi Rekayasa Pabrik
Manajemen dan pekerjaan produksi wajib berpikir bahwa pemakaian
standar pemeliharaan dan pengurangan waktu menganggur. Hal ini mungkin saat
terjadi dalam beberapa kasus, diman standar pemeliharaan jauh di bawah rata-rata.
Tetapi manajemen, staf dan para pekerja harus sadar bahwa adanya keengganan
untuk berubah, perlunya mesin di overhoul secara total dan sebagainya,
membutuhkan bantuan dari setiap orang dalam departemen pemeliharaan, kerja
sama penuh dari departemen operasi atau produksi, dan juga yang penting adalah
adanya dukungan dari manajemen puncak, sebelum efek pemeliharaan bisa
dirasakan.
Kita telah melihat bahwa masalah utama yang dihadapi oleh manajer
pemeliharaan adalah komunikasi antara dirinya sendiri dengan pekerja work shop.
Penggantian sebagian cara komunikasi tradisioanl dan satu-satunya yaitu
kata-kata dengan mulut, dengan suatu sistem dokumen membutuhkan kesabaran dan
keuletan yang besar.
Dokumen tunggal yang paling penting dalam mengorganisasikan
pemeliharaan adalah apa yang kita sebut permintaan pemeliharaan ( maintenance
request ). Ini sering disebut juga pesanan kerja, permintaan kerja, kartu kerja, atau
tiket kerja, istilah tersebut sangat tergantung dari kesukaan masing-masing
BAB III
PREVENTIVE MAINTENANCE KETEL
Ketel uap adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan uap sebagai
sumber energi. Ketel uap yang digunakan adalah jenis ketel pipa air (water tube
boiler). Pada garis besarnya ketel uap terdidri dari :
1. Ruang bakar
2. Drum atas
3. Pipa uap pemanas lanjut (Superheater Pipa)
4. Drum bawah
5. Pipa-pipa air/header
6. Pembuangan abu (Ash Hopper)
7. Pembuangan gas bekas
8. Alat-alat pengaman
3.1. Instruksi Perlengkapan
Adapun instruksi perlengkapan pada ketel uap terdiri dari :
3.1.1 Katup Pengaman (Safety Valve)
1. Katup pengaman yang dipergunakan adalah Type “Per” yang full left atau
full bore dan didesign sedemikian rupa agar lefting menjadi lancar.
2. Penyetelan katup pengaman harus dilakukan oleh beberapa orang yang
ditunjuk bekerja untuk indikasi tekanan, catatan tekanan dan operasi, dan
3. Level air yang terlalu tinggi pada saat katup pengaman bekerja harus
dihindarkan, karena sistem yang digunakan untuk membuka pengaman
mengandung banyak air dan akan masuk ke dalam katup pengaman.
4. Selamanya harus berhati-hati agar pipa pembuangan air dari katup
pengaman tidak boleh tersumbat, pipa buangan air (drain piping tidak
boleh disambungkan dengan pipa buangan yang lain.
5. Jangan mengencangkan atau melongkarkan mur pencuci katup pengaman
tanpa izin yang bertanggung jawab (Depnaker).
6. Katup pengaman harus dipindahkan sewaktu diadakan Hydrostatic Test
untuk penggantinya dapat dipasangkan blend flange.
7. Pada saat ketel beroperasi, usahakan agar katup pengaman jangan
sering-sering bekerja. Hal tersebut akan mengakibatkan kerusakan pada “Disc”
dan melemahnya spring penekan Disc dari katup pengaman.
3.2 Pengoperasian Steam Turbine Pump
1. Lihat pelumasan pada bearing steam turbine pump, bearing pada pompa
serta lihat level olie pada GOVERNOR.
2. Buka valve air masuk dan air keluar sepenuhnya serta valve-valve yang
ada hubungannya agar dipersiapkan dalam posisi terbuka dan perhatikan
pressure gauge air masuk; untuk mengetahui ada atau tidaknya air masuk
ke pompa agar dibuka valve buangan udaranya. Buka valve minimum
flow.
3. Buka valve Exhaust Steam Turbine Pump serta ball valve ∅ 1” (drain
4. Buka dua buah ball valve, alirkan steam secara perlahan-lahan untuk
pemanasan pendahuluan dnegan membuka valve. Setelah yakin
kandungan air pada saluran pipa yang dialirkan uap suah habis, hal ini
dapat dilihat dari pipa drain tersebut keluar steam, maka buka ball valve
dan tutup ball valve selama steam turbine pump beroperasi ball valve
dalam posisi terbuka.
5. Buka valve pada handle trip dengan cara menekan dan buka valve steam
secara perlahan-lahan guna untuk mengadakan pemanasan pendahuluan
dari pada casing turbine pump dan tanpa ada putaran dari steam turbine
pump tersebut.
6. Operasikan steam turbine pump dengan putaran awal secara
perlahan-lahan dan buka valve sedikit demi sedikit hingga putaran maksimum atau
sesuaikan dengan kebutuhan pada boiler. Buka penuh kedua buah hand
valve yang terdapat pada body steam turbine pump. Putaran maksimum
steam turbine pump adalah 2900 rpm dan untuk mengetahui putaran steam
turbine pump dapat dilihat pada Tachometer yang terpasang pada body
steam turbine pump. Steam turbine pump dalam keadaan operasi agar
diadakan pelayanan dan pengamatan seperti pendataan setiap jamnya.
7. Hindarkan pengoperasian steam turbin pump tanpa ada pemanasan awal
terlebih dahulu.
3.3Pengoperasian Water Modulating Control Valve.
Untuk ketel uap yang dilengkapi dengan water modulating control valve:
atau Turbine Pump dan dialirkan melalui water Modulating Control Valve yang
bekerja secara otomatis. Cara Pengoperasian Modulating Control Valve:
1. Perhatikan kondisi air dalam gelas penduga: sebelum modulating control
dioperasikan: kondisi air dalam gelas penduga harus ± 50m/m diatas
normal water level.
2. Buka katup
3. Buka kerangan setelah ± 5 menit tutup kerangan.
4. Buka perlahan-lahan kerangan biarkan kondisi ini selama ± 15 menit
sebelum modulating valve dioperasikan.
5. Masukkan power (arus) pada Control Box.
6. Operasikan Electric Feed Water Pump.
7. Selanjutnya buka penuh katup A dan tutup katup B yang teradapat pada
modulating valve.
8. Perhatikan kondisi air dalam gelas penduga: pada posisi dimana air dalam
gelas penduga pada saat modulating control valve membuka dan menutup.
9. Kondisi air yang baik dalam gelas penduga untuk operasi modulating
control valve adalah:
- ± 20 mm di atas N.W.L. Modulating Control Valve full open.
- ± 75 mm di atas N.W.L. Modulating Control Valve full close.
Hal ini untuk menjaga agar pada safety valve below off tidak akan terjadi
kehabisan air hingga batas 2nd low water level pada Boiler.
3.4Penyetelan Pneumatic Spreader.
Alat ini digunakan untuk penyebaran bahan baker ke dalam ruang dapur
penumpukan pada satu tempat. Untuk penyebaran dibantu dengan udara dari 2nd
Forced Draft Fan.
Gbr 3.1 Pneumatic Spreader
“Posisi Up” : Bahan bakar akan terlempar jauh ke dalam ruang bakar.
“Posisi Hor” : Bahan bakar akan jatuh ditengah ruang dapur.
“Posisi Down” : Bahan bakar akan jatuh di depan ruang dapur (dekat pintu dapur).
3.5Melaksanakan Soot Blower
Soot blowing harus dilakukan dengan hati-hati: Mechanical soot blowing
harus dioperasikan ± 8 jam sekali sewaktu beban ketel sedang kecil atau pada saat
temperatur outlet gas > 3500C. Tekanan uap untuk soot blowing harus lebih 5
Gbr 3.2 Soot blowing
Prosedur Soot Blowing adalah:
1. Yakinkan kerangan stop uap pada mechanical soot blowing sudah ditutup:
pastikan bahwa kerangan drain (buangan) telah dibuka.
2. Kerangan utama dari Mechanical Soot Blowing dibuka sedikit untuk
menghangatkan pipa: kemudia dibuka bertahap sedikit demi sedikit hingga
terbuka penuh.
3. Soot blowing harus dilakukan satu demi satu dari kerangan soot blower
sepanjang arah pengaliran gas pembakaran.
4. Agar memutar soot blowing itu dalam batas yang ditunjukkan oleh
indikator dari pengangan operasi yang berada di depan blowing dan
lakukan selama ± 4 menit dengan masa putar 3 x dan diputar secara
perlahan-lahan.
5. Apabila dari cerobong asap diketahui asap yang keluar masih bercampur
dengan abu dalam jumlah besar, maka sering lakukan blowing. Jangan
6. Setelah selesainya operasi soot blowing, kerangan utama dari soot blower
harus ditutup dan kerangan drain (buangan) harus dibiarkan terbuka.
3.6Pengambilan Contoh Air Boiler.
Untuk pengambilan contoh air dipasang melalui jalur pipa continous blow
down. Sebab pada saat ketel beroperasi, valve continous blow down dari upper
drum ini harus senantiasa dibuka ± 20 s/d 40%. Hal ini gunanya untuk membuang
kotoran-kotoran dan zat-zat yang terurai di dalam drum atas yang tidak dapat
terbawa oleh uap secara kontinu.
Gbr 3.3 Pengambilan Contoh Air Boiler
Seperti dibicarakan di atas, selama boiler beroperasi katup continous blow
down tetap buka ± 20 s/d 40% . Apabila akan diadakan pengambilan contoh air:
Buka katup air no.4 untuk pendingin contoh air.
1. Tutup katup no.3 dan buka katup no. 2 perlahan-lahan.
2. Biarkan air dari boiler terbuang beberapa saat untuk membuang sisa-sisa
3. Apabila kita telah yakin air yang keluar sudah air yang baru maka
tampunglah untuk contoh air.
4. Setelah selesai tutup katup no. 2 dan no. 4, buka penuh katup no. 3.
3.7Cara Melaksanakan Blow Down.
Pada saat Boiler full orpasi sangan perlu dilakukan blow down,
terlebih-lebih apabila kondisi air pengisi ketel kurang memenuhi standard yang ditentukan,
hal ini jika lebih sering dilakukan, akan lebih baik.
Blow down adalah pengatur sirkulasi air pada waktu boiler dihidupkan
atau dimatikan.
Pada saat melakukan blow down, operator harus dengan seksama
memperhatikan kondisi air di dalam gelas penduga. Operator yang melakukan
blow down tidak dibenarkan mengoperasikan kerangan atau alat-alat lain dalam
waktu yang bersamaan. Lamanya blow down tergantung dengan kondisi air di
dalam gelas penduga. Hindari melakukan blow down melalui ke empat buah
header pada saat Boiler operasi, sebab sangat mempengaruhi sistem sirkulasi air
Gbr 3.4 Skema Blow Down
Caranya:
1. Buka kerangan No. 27 sepenuhnya.
2. Buka kerangan No. 28 perlahan-lahan hingga sesuai dengan kebutuhan.
3. Setelah kondisi air dalam gelas penduga normal tutup kerangan No. 28.
4. Tutup kerangan No. 27.
5. Buka kembali kerangan No. 28 sedikit untuk membuang sisa-sisa air,
selanjutnya tutup kembali.
3.7.1 Meter Level Air (Gelas Penduga)
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada gelas penduga adalah :
1. Kaca gelas penduga harus selalu dijaga bersih, dan harus diganti bila kotor
atu kabur.
2. Kefungsian gelas penduga harus diperiksa beberapa kali dalam satu hari,
hal ini untuk menjaga kemungkinan:
- Adanya sumbatan pada pipa-pipa sambungan.
3. Gelas penduga diperiksa menurut prosedur dibawah:
- Tutuplah keran atas dan keran bawah satu persatu.
- Buang air dari kolom gelas penduga dengan membuka katup
pembuang.
- Buka katup atas ( katup uap) untuk memeriksa jalannya uap.
- Tutup katup atas ( katup uap).
- Buka katup bawah (kerangan air), air akan menyembur dari katup
pembuang untuk memeriksa tekanan air. Jika tenaga pembuangan
uap atau tenaga penyemburan air ternyata lemah atau lambat, maka
berarti saluran telah tersumbat disuatu tempat.
BAB IV
PERAWATAN (MAINTENANCE) KETEL UAP
Perawatan dan pelayanan yang baik pada boiler dapat menjamin umur
teknis dan umur ekonomis yang relatif panjang. Oleh sebab itu operator
memegang peranan yang sangat penting.
Berikut ini dijelaskan cara-cara perawatan dan inspeksi Boiler secara rutin yang
jika lebih sering dilakukan akan lebih mejamin amannya pengoperasian boiler
tersebut:
4.1 Setiap 45 menit:
1. Membersihkan dan membuang abur dari box dust collector.
2. Membersihkan dan membuang abu dari chute dust hopper. Setelah
dibersihkan, dust hopper damper harus ditutup kembali. Bila penutupan
damper kurang rapat, akan terjadi pembakaran di dalam hoper, yang
akibatnya akan membakar secara langsung lower drum dan dapat
mengakibatkan kerusakan yang fatal pada hopper dan lower drum.
3. Amati jangan sampai ada bahan bakar yang terbakar di bawah fire grate
(roster).
4.2Setiap 1 jam
1. Membersihkan (spui) air pada water kolom dan gelas penduga.
2. Membuat jurnal operasi dengan mencatat semua peraltan-peralatan seperti:
- Mencatat tekanan steam (tekanan kerja Boiler).
- Mencatat water flow meter (pemakaian air) & steam flow meter.
- Mencatat temperatur air umpan.
- Memeriksa kondisi pompa yang dipergunakan.
- Memeriksa semua peralatan yang bergerak dan berputar.
- Memeriksa semua valve atas kemungkinan kebocoran.
4.3 Setiap 3 s/d 4 jam
1. Melaksanakan soot blowing (pembersihan pipa-pipa).
2. Membuang abu dari atas roster.
3. Membuang abur dari bawah roster.
4. Memeriksa meteran-metean pengukur tekanan dan panas.
4.4 Setiap 24 Jam
Memeriksa bagian-bagian yang berputar dan bergerak, dan berikan
minyak pelumas sesuai dengan spesifikasi minyak pelumas sesuai dengan
spesifikasi minyak pelumas pada masing-masing kondisi tempat peralatan
tersebut.
4.5 Setiap 1 s/d 2 minggu.
1. Memeriksa dan membersihkan strainer (saringan) minya, air maupun
steam.
2. Memeriksa roster dan menggantinya jika ada yang patah.
3. Memeriksa dan membersihkan pipa dan dinding batu api dari abu-abu dan
kerak-kerak pembakaran yang melekat di dinding.
4.6 Setiap 1 s/d 3 bulan
1. Memeriksa dan memberihkan bagian luar dan dalam Boiler.
2. Membersihkan bagian dalam semua pipa-pipa main water tube dan semua
header serta drum dari scale (kerak).
4.7 Diatas 1 tahun
1. Periksa dan perawatan pada casing (dinding)
2. Periksa dan perawatan pada gas duct dan dust collector.
3. Periksa dan perawatan pada controller, peralatan dan instrument.
4. Periksa dan perawatan pada valve, cock dan piping.
4.8 Perlakukan Pada Boiler Pada Saat Stop Operation Yang Tidak Lama
1. Tutup katup induk (main valve).
2. Perhatikan level air dalam gelas penduga dan sirkulasikan air pada boiler
hingga tekanan turun dan ditahan pada <10Kg/cm2.
3. Stop Forced Draft Fan dan Jet Fan (2nd F.D. Fan).
4. Keluarkan abu dan kerak sisa pembakaran dari pintu dapur.
5. Stop Induced Draft Fan dan damper buka penuh.
6. Menurunkan abu dari rangka bakar dengan mengoperasikan dumping grate
dan mengeluarkan abu dari pintu abu.
7. Buka pintu dapur dan pintu abu, sendang pintu-pintu yang lainnya tidak
perlu dibuka.
8. Periksa dengan seksama semua katup blow down dan continuous blow
katup air vent jangan ada yang terbuka: hal ini untuk menjaga agar kondisi
air dalam boiler tidak banyak berkurang.
9. Pindahkan semua saklar ke pisisi “OFF” terkecuali instrument panel.
Jika boiler stop dan dalam kondisi seperti ini; operator harus juga mengadakan
chcking setiap 1 s/d jam sekali, hal ini untuk mejaga apabila kemungkinan terjadi
hal-hal yang tidak diingini.
4.9 Perlakukan Pada Boiler Pada Saat Stop Operation Yang Cukup Lama.
Apabila Boiler stop operasi dalam jangka waktu yang relatif lama harus
dilakukan perawatan-perawatan agar tidak terjadi korosif pada Boiler tersebut
dengan jalan :
1. Tekanan kerja Boiler harus Nol.
2. Perawatan “Dry Cutting”; perawatan ini adalah cara yang paling baik
untuk perawatan Boiler yang stop operasi dalam waktu yang relatif lama.
Yaitu dengan jalan memasukkan “gas Nitrogen (N2)” ke dalam Boiler dan
ditahan hingga tekanan ± 2kg/cm2. Biaya perawatan seperti ini biasanya
sangat tinggi.
3.Perawatan “Wewt Cutting”; yaitu dengan jalan mengisi air ke dalam
Boiler dan diberi chemical sebagai bahan pencuci sesuai dosis kemudian
diadakan pengapian hingga tekanan 23 kg/cm2. Dan setiap 2 s/d 3 bulan
sekali diadakan penggantian air dan bahan pencucinya. Dan setiap hari