• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN LITERATUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN LITERATUR"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN LITERATUR 2.1. Pensiun

Pensiun didefinisikan sebagai suatu yang mengarah pada waktu saat seseorang tidak melakukan pekerjaan rutinnya dan menerima setidaknya sebagian penghasilan sebagai dana pensiun. Pensiun dapat menjadi bagian dari sebuah proses atau keputusan yang diambil oleh seseorang berkenaan dengan pekerjaan karirnya (Reitzes & Mutran, 2004). Muratore dan Earl (2010) menjelaskan bahwa pensiun merupakan penarikan atas selesainya pekerjaan atau karir yang disertai dengan perubahan nilai dalam sumberdaya dan jumlah pendapatan. Kim et al, (2005) juga mengatakan bahwa pensiun merupakan proses pemisahan seorang individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya seseorang di gaji.

Dengan kata lain masa pensiun mempengaruhi aktivitas seseorang, dari situasi kerja ke situasi di luar pekerjaan. Transisi ini meliputi perubahan peran dalam lingkungan sosial, perubahan minat, nilai, dan perubahan dalam segenap aspek kehidupan seseorang. Jadi seseorang yang memasuki masa pensiun, bisa merubah arah hidupnya dengan mengerjakan aktivitas lain ataupun tidak mengerjakan aktivitas tertentu lagi (Hurlock, 1999).

2.2. Persiapan pensiun

Persiapan pensiun didefinisikan sebagai upaya investasi yang dilakukan oleh individu yang masih sementara bekerja demi kesejahteraan hidup dimasa pensiun (Muratore & Earl, 2010). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu memulai persiapan pensiun mereka jauh sebelum mereka benar-benar meninggalkan

(2)

tempat kerja (Anderson, Li, Bechhofer, McCrone & Stewart, 2000).

Harshey et al (2003) mengemukakan Beberapa langkah-langkah yang di pertimbangkan dalam persiapan pensiun termasuk mencari informasi dan saran yang relevan, mengumpulkan informasi tentang pensiun, menetapkan berapa banyak uang yang akan dibutuhkan di masa pensiun, dan mendiskusikan rencana pensiun dengan orang lain.

2.3. Motif Berjaga-Jaga (Precautionary Motive)

Menurut John Maynard Keynes dalam Telyukova & Visschers 2012, terdapat tiga motif utama yang mendasari permintaan akan uang, salah satunya termasuk motif berjaga-jaga (precautionary motive). Keynes menjelaskan bahwa permintaan akan uang dalam motif berjaga-jaga ini timbul karena seseorang memiliki ketidakpastian mengenai pembayaran yang ingin dan harus dilakukan. Secara realistis, seorang individu tidak mengetahui secara persis pembayaran apa saja yang harus dikeluarkan dalam beberapa waktu kedepan. Sehingga dengan berjaga-jaga orang akan lebih siap untuk menghadapi hal-hal yang tidak dapat diduga sebelumnya.

2.4. Faktor Persiapan Pensiun dari Individual 2.4.1.Persiapan Financial

Persiapan masa pensiun yang dilakukan individu antara lain mempersiapkan financial agar dapat memenuhi kebutuhan hidup setelah pensiun nanti (Joo & Pauwels, 2002). Menurut Denton et al 2004 Pengertian persiapan financial untuk pensiun yaitu: suatu tindakan yang dilakukan oleh setiap individu selama masa produktif bekerja untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan finansial untuk masa pensiun

(3)

nanti, dengan tujuan untuk dapat menambah asset dalam memenuhi pilihan gaya hidup yang diinginkan. Persiapan finansial ini berupa tabungan deposito, asuransi, dan investasi yang lain.

2.4.2.Persiapan Kegiatan Pengganti

Persiapan kegiatan pengganti setelah pensiun merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan karena dengan adanya kegiatan pengganti tersebut maka ada kemungkinan dapat memperoleh penghasilan ataupun dapat mengisi waktu luang seseorang setelah pensiun nanti (Latif & Alkateeb 2012). Menurut Petkoska & Earl, 2009, persiapan kegiatan pengganti merupakan suatu upaya yang dilakukan individu dalam mempersiapkan kegiatan atau aktivitas pengganti dari aktivitas yang merupakan karir utama yang telah diberhentikan karna sudah mencapai masa pensiun sesuai dengan batas umur yang telah ditetapkan. Kegiatan pengganti ini meliputi kegiatan sosial, kegiatan ekonomi atau berwiraswasta, karir kedua, dll.

2.5. Faktor Persiapan Pensiun dari Organisasional 2.5.1. Program Persiapan Pensiun

Program persiapan pensiun merupakan investasi perusahaan yang terakhir untuk karyawannya sebelum pensiun (Ross & Wills, 2009). Menurut Power dan Hira, 2004, program persiapan pensiun merupakan suatu kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak organisasi atau pemberi kerja kepada pekerja yang akan memasuki masa pensiun. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup pembahasan tentang perencanaan keuangan, aspek psikology pensiun ataupun segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu di persiapkan dalam menghadapi pensiun nanti.

(4)

2.5.2. Manfaat Pensiun

Menurut PSAK No.24 Manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat dan dengan cara yang telah ditetapkan dalam peraturan dana pensiun. dengan kata lain manfaat pensiun berarti besarnya tunjangan yang akan diterima pensiunan baik berdasarkan rumus manfaat bulanan maupun rumus manfaat sekaligus. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.343 th. 1998 pasal 26 ayat (1), manfaat pensiun untuk tiap peserta berupa dana yang terdiri dari jumlah yang telah disetor atas namanya dan pengalihan dana dari dana pensiun pemberi kerja serta hasil pengembangannya.

2.6. Dukungan Sosial

2.6.1.Pengertian dukungan sosial

Dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan, seseorang membutuhkan dukungan sosial. Ada beberapa tokoh yang memberikan definisi dukungan sosial. Menurut Dimatteo (2001), dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, rekan kerja dan orang lain. Sarason, Sarason & Pierce (dalam Baron & Byrne, 2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-teman dan anggota keluarga. Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lainnya yang diterimanya individu dari orang lain atau pun dari kelompok (Sarafino, 2002). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dukungan sosial adalah kenyamanan fisik dan psikologis, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk yang lainnya yang diterima individu dari orang lain ataupun dari kelompok.

(5)

2.6.2. Sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial yang kita terima dapat bersumber dari berbagai pihak. Kahn & Antonoucci (dalam Orford, 2002) membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya. Misalnya: keluarga dekat, pasangan (suami atau istri), atau teman dekat.

b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu. Sumber dukungan ini meliputi teman kerja, sanak keluarga, dan teman sepergaulan.

c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Meliputi dokter atau tenaga ahli atau profesional, keluarga jauh.

2.6.3. Bentuk-bentuk dukungan sosial

Menurut Sarafino (2002), ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu:

a. Dukungan emosional

Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta.

(6)

b. Dukungan penghargaan

Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif kepada orang yang sedang stres, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan individu, ataupun melakukan perbandingan positif antara individu dengan orang lain. Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat berguna ketika individu mengalami stres karena tuntutan tugas yang lebih besar daripada kemampuan yang dimilikinya.

c. Dukungan instrumental

Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang sedang stres.

d. Dukungan informasi

Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan dukungan informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan yang dapat dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres (DiMatteo, 2001). Terdiri dari nasehat, arahan, saran ataupun penilaian tentang bagaiman individu melakukan sesuatu. Misalnya individu mendapatkan informasi dari dokter tentang bagaimana mencegah penyakitnya kambuh lagi.

(7)

e. Dukungan kelompok

Merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota-anggotanya dapat saling berbagi. Misalnya menemani orang yang sedang stres ketka beristirahat/ berekreasi.

2.7. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1.

Penelitian Terdahulu N

o Author/Judul RumusanMasalah Sampel PenelitianHasil GAP 1. Joo, S. dan Pauwels, V. W. (2002) “Factors Affecting Workers' Retirement Confidence: A Gender Perspective” Faktor-faktor apasaja yang mempengaru hi kepercayaan diri bagi pekerja untuk pensiun? Populasi: 1.002 orang dan sampel: 663 orang. Menggunak an data dari keyakinan pensiun yang dilakukan oleh EBRI 1999. Tingkat pendidikan, pendapatan, sikap dan perilaku keuangan dapat mempengaru hi kepercayaan pensiun antara laki-laki dan perempuan. Faktor yang mempengaruh i kepercayaan individu untuk pensiun tidak melihat adanya faktor persiapan kegiatan pengganti setelah pensiun, dan dukungan sosial. 2. Harshey, D. A., Mowen J, C., dan Jacobs-Lawson, J. M. (2003) “An experimental comparison of retirement planning intervention seminars” Mengevaluasi efektivitas dari dua seminar pensiun yang berbeda dalam satu tahun setelah intervensi (1) tentang perencanaan keuangan dan investasi (2) pelatihan tujuan penetapan keuangan Penelitian ini dilakukan pada tahun 2001 di gerontologic al Society of American in Chicago Seminar ini dapat memberikan dampak kepada individu tentang kejelasan tujuan setelah pensiun dan dalam perencanaan untuk terus meningkatka n tabungan pensiun. Penelitian ini hanya membahas faktor persiapan pensiun dari organisasi saja yaitu program persiapan pensiun, dan tidak membahas tentang faktor persiapan pernsiun dari individual dan dukungan sosial.

(8)

3. Kim, J. Kwon, J. Dan Anderson, E.A. 2005 “Factors Related to Retirement Confidence: Retirement Preparation and Workplace Financial Education” Faktor-faktor apasaja yang berkontribusi terhadap kepercayaan individu untuk pensiun? Sampel 1.002 orang terdirii dari (783 pekerja dan 219 pensiunan) Mereka yang menghitung banyaknya kebutuhan dana pensiun, memiliki tabungan yang lebih, memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap program pemerintah, seperti jaminan sosial dan medicare, pendapatan rumah tangga yang tinggi, kesehatan yang baik, dan menerima pendidikan keuangan di tempat kerja memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi untuk pensiun. Penelitian ini melihat persiapan dari individual dan organisasional . Sedangakan tidak mengaitkan dengan dukungan sosial. 4. Sari, E. D., Kuncoro, J. (2006) “Kecemasan dalam menghadapi pensiun ditinjau dari dukungan sosial pada PT. Semen gresik (PERSERO)” Apakah ada hubungan negatif antara dukungan sosial dengan kecemasan dalam menghadapi masa pensiun? Populasi: karyawan tetap PT. Semen Gresik (PERSERO) Tbk berjenis kelamin laki-laki karena memiliki peran sebagai Ada hubungan negatif dan signifikan antara dukungan sosial dengan kecemasan dalam menghadapi masa pensiun, semakin Penelitian ini hanya melihat adanya dukungan sosial sehingga dapat mengurangi rasa kecemasan dalam menghadapi masa pensiun, dan tidak

(9)

kepala keluarga. Sampel: karyawan yang akan menghadap i masa pensiun (Max 5 tahun) yang memiliki anak yang masih menjadi tanggungan tinggi dukungan sosial yang dimiliki maka semakin rendah kecemasan dalam menghadapi masa pensiun, begitu pula sebaliknya. pelihat persiapan pensiun dari individual dan organisasional yang dapat mempengaruh i kecemasan menghadapi masa pensiun. 5. Hakim, S.N. 2007 “Perencanaa n dan persiapan menghadapi masa pensiun” Apakan program persiapan pensiun dari manajemen suatu instansi dapat menghindari kecemasan dalam menghadapi masa pensiun? Kegiatan ini dilakukan dengan beberapa metode seperti ceramah, diskusi, dan konsultasi Setelah melakukan kegiatan ini terdapat perubahan yang signifikan wacana dari para peserta dalam hal kondisi pensiun, kegiatan selanjuntya yang akan dilakukan dan bagaimana untuk memulai aktivitas baru. Penelitian ini hanya melihat dari persiapan organisasi mengenai pengadaan program persiapan pensiun yang dapat membantu dalam kesiapan menghadapi pensiun, sedangkan tidak melihat persiapan pensiun dari individu dan adanya dukungan sosial. 6. Sari, D. F 2012 “Efektifitas pelatihan persiapan pensiun terhadap kecemasan Apakah pelatihan persiapan masa pensiun dapat menurunkan kecemasan karyawan yang akan 6 karyawan perum damri semarang yang akan pensiun sampai dengan tahun 2013 Menunjukka n bahwa pelatihan persiapan pensiun terbukti efektif menurunkan tingkat kecemasan karyawan Penelitian ini hanya menganalisis mengenai pengaruh pelatihan persiapan pensiun dari organisasi terhadap tingkat

(10)

menghadapi masa pensiun pada karyawan perum damri semarang”

purna tugas? dalam

menghadapi masa pensiun. kecemasan karyawan, tapi tidak melihat faktor-faktor persiapan pensiun yang lain seperti faktor dari individu, dan dari dukungan sosial 7. Latif, A. D., Alkhateeb, M F. (2012) “Pharmacy Faculty Retirement at Colleges and Schools of Pharmacy in the United States and Canada” Penelitian ini menggambar kan rencana pensiun dari persepsi anggota fakultas untuk memerikasa faktor, persepsi atau kondisi yang dapat mempengaru hi keputusan untuk pensiun Populasi:15 31 orang Sampel: 488 (32%) Anggota fakultas berusia 55 tahun dan lebih tua di Amerika serikat dan Kanada. Survey dilakukan secara online Faktor yang dapat mempengaru hi keputusn pensiunan fakultas farmasi yaitu: status keuangan, kesempatan untuk berpartisipas i dalam kegiatan lain (kegiatan pengganti), Penelitian ini hanya melihat faktor individual (persiapan financial dan kegiatan pengganti) namun tidak melihat faktor persiapan dari organisasi dan adanya dukungan sosial dalam pengambilan keputusan pensiun.

Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah diuraikan pada tabel 2.1 diatas dapat di simpulkan bahwa persiapan pensiun yang dilakukan oleh individual (persiapan financial dan persiapan kegiatan pengganti), dan persiapan pensiun dari organisasional (adanya program persiapan pensiun dan pemberian manfaat pensiun) serta adanya dukungan sosial, dapat mempengaruhi kesiapan menghadapi pensiun.

2.8. Perumusan Hipotesis

Penyusunan hipotesis dalam penelitian ini didasarkan dari beberapa penelitian terdahulu seperti yang sudah diuraikan pada tabel 2.1. Maka hipotesis yang

(11)

dapat disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.8.1. Pengaruh Faktor Individual (Persipan Financial) terhadap Kesiapan Menghadapi Pensiun

Faktor persiapan financial merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku perencanaan pensiun (Jacob-Lawson , Harshey & Neukam, 2004). Berger dan Denton (2004) menguraikan faktor persiapan pensiun terdiri dari persiapan keuangan pribadi yang dilakukan individu yang bertujuan untuk mengoptimalkan kekayaan di kemudian hari (hal ini termasuk rekening tabungan, investasi, asuransi untuk akses dan perawatan kesehatan). Tingkat kepercayaan individu untuk pensiun cenderung lebih tinggi apabila mereka menghitung kebutuhan dana untuk pensiun sehingga menyimpannya sebagai tabungan dan investasi yang lain (Kim et al, 2005), karena dengan mempersiapkan keuangan dapat menambah asset di masa pensiun untuk dapat memenuhi pilihan gaya hidup yang diinginkan (Fletcher & Hansson,1991). Habib (2007) menemukan bahwa masih terdapat orang-orang yang tidak ingin pensiun karena mereka tidak menyisihkan uang pada masa pensiun atau terlambat dalam mempersiapkannya, sehingga persiapan financial sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan pensiun.

Harsey et al (2003) kesiapan financial adalah faktor yang signifikan terhadap kesiapan untuk pensiun. Hal ini di dukung dengan adanya persiapan tabungan pensiun (Joo & pauwels, 2002; Berger & Denton, 2004; Kim et al, 2005; Noone et al, 2009; Mayer et al 2011; Moorthy, Chelliah, Sien, Leong, Kai, Rhu, & Teng, 2012), persiapan asuransi (Berger & Denton, 2004) dan investasi lain

(12)

(Berger & Denton, 2004; Kim et al, 2005; Latif & Alkhateeb, 2012;)

Dengan demikian hipotesis yang bisa dibuat untuk diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Faktor individual (persiapan financial) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan menghadapi pensiun

2.8.2. Pengaruh Faktor Individual (Persiapan Kegiatan

Pengganti) terhadap Kesiapan Menghadapi

Pensiun

Selain persiapan financial, persiapan kegiatan pengganti setelah pensiun juga dapat mempengaruhi kesiapan seseorang untuk menghadapi pensiun, Patrickson dan Hartman (1996) mengungkapkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan orang untuk pensiun yaitu persiapan pekerjaan yang lain. Lebih lanjut

Albert (1995) mengatakan bahwa mempunyai

perencanaan kegiatan pengganti setelah pensiun dapat berpengaruh signifikan terhadap kehidupan setelah pensiun, karena dengan adanya kegiatan pengganti dapat mengganti pendapatan yang dianggap perlu untuk mempertahankan standar hidup (Latif & Alkhateeb, 2012). Latif & Alkhateeb (2012) dan Moorty et al (2012) menunjukkan bahwa individu yang berpartisipasi dalam kegiatan yang lain lebih siap untuk pensiun dan lebih percaya diri dalam pengambilan keputusan untuk pensiun.

Dengan demikian hipotesis yang bisa dibuat untuk diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2: Faktor individual (persiapan kegiatan pengganti) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan menghadapi pensiun

(13)

2.8.3. Pengaruh Faktor Organisasional (Adanya Program Persiapan Pensiun) terhadap Kesiapan Menghadapi Pensiun

Program persiapan pensiun dari organisasi yang mencakup berbagai aspek yang perlu dipersiapkan dalam masa pensiun dapat meningkatkan pengetahuan individu dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk masa pensiun (McCarthy & Turner, 2000; Power & Hira, 2004). Dengan beberapa bukti yang mendukung pandangan tersebut, Yates dan Ward (2013) mengatakan bahwa dengan adanya penasihat profesional keuangan dari organisasi dapat membantu individu dalam mengelolah keuangan dan biaya di masa pensiun nanti. Sehingga mereka yang lebih tau banyak tentang perencanaan keuangan lebih siap dalam menghadapi pensiun (Harsey et al., 2003; Clark & d’Ambrosio, 2003; Mayer et al., 2011). Pendidikan keuangan yang diberikan oleh organisasi dapat memberikan efek pada tabungan individu (Bernheim & Shwiff, 2001). Joo dan Pauwels (2002) dalam penelitiannya membuktikan bahwa peningkatan tabungan persiapan pensiun dapat membuat para pekerja lebih percaya diri untuk pensiun Lebih lanjut lagi Robinson et al, (2011) menemukan bahwa mereka yang mengikuti program persiapan pensiun dari organisasi memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi dimasa pensiun.

Sari (2012) Menunjukkan bahwa program persiapan pensiun terbukti efektif menurunkan tingkat kecemasan karyawan dalam menghadapi masa pensiun. Grable dan Joo (1999) menemukan bahwa program persiapan pensiun dari organisasi menunjukkan dampak positif terhadap perencanaan pensiun dan pengambilan keputusan investasi. Hal yang sama juga dibuktikan oleh Kim, et al, (2005) yang menyatakan bahwa program

(14)

persiapan pensiun dari organisasi mengenai pendidikan keuangan berhubungan positif dan signifikan terhadap kesiapan menghadapi pensiun. Saran penggunaan dan pengalokasian keuangan dari organisasi dapat memberikan peningkatan yang signifikan terhadap kepuasan karyawan selama pensiun (Power & Hira,2004). Harsey et al (2003) menunjukkan bahwa pengetahuan tentang keuangan adalah fakor yang signifikan terhadap pra-perencanaan pensiun, karena pengetahuan keuangan positif terkait dengan kesiapan keuangan, dengan demikian orang lebih siap untuk pensiun.

Dengan demikian hipotesis yang bisa dibuat untuk diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3: Faktor organisasional (adanya program persiapan pensiun) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan menghadapi pensiun

2.8.4. Pengaruh Faktor Organisasional (Pemberian

Manfaat Pensiun) terhadap Kesiapan

Menghadapi Pensiun

Selain program persiapan pensiun dari organisasi, pemberian manfaat pensun juga dapat mempengaruhi kesiapan seseorang untuk pensiun. Fronstin (2002) menjelaskan bahwa karyawan yang akan pensiun sangat mengharapkan organisasi dapat memberikan manfaat pensiun, karena hal tersebut bagi mereka merupakan sumber pendapatan untuk tetap dapat mempertahankan standar hidup (Kim et al, 2005), informasi dari organisasi yang berkaitan dengan sumberdaya keuangan yang berupa pemberian manfaat pensiun kepada karyawan dapat memberikan peningkatan yang signifikan terhadap kepuasan karyawan selama masa pensiun (Power & Hira, 2004). Kim et al, (2005) membuktikan bahwa kepercayaan

(15)

individu untuk pensiun sangat bergantung pada kepercayaan diri mereka terutama terhadap pemberian manfaat pensiun dari organisasi daripada faktor-faktor yang lain.

Dengan demikian hipotesis yang bisa dibuat untuk diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H4: Faktor organisasional (pemberian manfaat pensiun) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan menghadapi pensiun

2.8.5. Pengaruh Faktor Dukungan Sosial sebagai Variabel Pemoderasi Antara Faktor Individual dan Faktor Organisasional terhadap Kesiapan Menghadapi Pensiun

Dukungan sosial dari keluarga, rekan kerja ataupun dari orang disekitar sangat menentukan kesiapan seseorang untuk pensiun (Hatch, 2003). Nuttman (2007) menjelaskan bahwa individu merupakan bagian dari keluarga dimana mereka mendapatkan dukungan, dan keluarga juga merupakan sumber daya yang paling utama dalam menyesuaikan diri dengan pensiun. Albert (1995) juga mengungkapkan bahwa dukungan sosial dari keluarga dan rekan kerja dapat mempengaruhi kesiapan individu untuk pensiun. lebih lanjut Kuncoro dan Sari, (2006) membuktikan bahwa ada hubungan yang negatif dan signifikan antara dukungan sosial dengan kecemasan dalam menghadapi masa pensiun, dimana semakin tinggi dukungan sosial maka kecemasan menghadapi pensiun akan semakin rendah, atau seseorang akan semakin siap untuk pensiun.

Persiapan financial dan kegiatan-kegiatan lainnya akan lebih bisa dilakukan dengan baik oleh seorang karyawan apabila ada dukungan sosial dari keluarga,

(16)

rekan kerja ataupun teman dekat. Dengan adanya dukungan sosial, manajemen persiapan finansial akan dapat lebih terarah sehingga kepercayaan diri karyawan dalam persiapan finansial lebih tinggi. Begitu pula dengan kegiatan pengganti, dukungan sosial yang berupa persetujuan, arahan dan masukan dari anggota keluarga

dapat memantapkan karyawan dalam melakukan

persiapan kegiatan pengganti untuk menghadapi masa pensiun.

Dengan demikian hipotesis yang bisa dibuat untuk diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H5.1 : faktor dukungan sosial sebagai variabel

pemoderasi antara faktor persiapan financial perpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan menghadapi pensiun

H5.2: faktor dukungan sosial sebagai variabel

pemoderasi antara faktor persiapan kegiatan pengganti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan menghadapi pensiun

Untuk menunjang masa pensiun karyawan, pada umumnya organisasi melaksanakan program persiapan pensiun yang berupa sosialisasi mengenai pensiun dan hal-hal yang perlu dipersiapkan ketika karyawan memasuki masa pensiun. Program ini akan berjalan dengan baik jika ada dukungan dari berbagai pihak, diantaranya pimpinan atau pengurus organisasi, rekan kerja, maupun juga dukungan dari keluarga. dengan berjalannya program ini maka karyawan dapat lebih siap untuk menghadapi masa pensiun. Pemberian manfaat pensiun pada umumnya digunakan sebagai sumber pendapatan ketika karyawan memasuki masa pensiun.

(17)

Dukungan sosial dari pihak organisasi atau rekan kerja berupa pemberian informasi mengenai manfaat pensiun yang diberikan sangat berguna bagi karyawan dalam menghadapi masa pensiun.

Dengan demikian hipotesis yang bisa dibuat untuk diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H5.3 : faktor dukungan sosial sebagai variabel

pemoderasi antara faktor adanya program persiapan pensiun berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan menghadapi pensiun

H5.4 : faktor dukungan sosial sebagai variabel

pemoderasi antara faktor pemberian manfaat pensiun berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan menghadapi pensiun

(18)

2.8.6. Model Gambar 2.1 Model Penelitian INDIVIDUAL ORGANISASIONAL Dukungan Sosial (X5) Kesiapan Menghadapi Pensiun (Y) H1 H2 H3 H4 H5.1 - Persiapan Financial (X1)

- Persiapan Kegiatan Pengganti (X2)

- Adanya program persiapan pensiun (X3)

- Pemberian manfaat pensiun (X4)

H5.4 H5.3

Referensi

Dokumen terkait

Diperoleh total biaya operasional pendistribusian air Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) kabupaten Minahasa Utara sebelum dilakukan minimalisasi yaitu sebesar Rp. Biaya

Jika konsentrasi kontaminan berada pada nilai yang lebih besar dari baku mutu level bahaya maka harus dengan segera dilakukan pembersihan

Mekanisme yang sedang dikembangkan di internasional untuk menurunkan emisi dengan mencegah deforestasi dan degradasi Perkembangan selanjutnya REDD+ memasukkan konservasi, PHL dan

Perpustakaan dengan koleksinya yang lengkap merupakan sumber utama dalam pelayanan informasi. Sebagai sumber informasi, koleksi perpustakaan tidak hanya dalam bentuk tercetak

Dana Alokasi Khusus Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (DAK SLBM) merupakan salah satu sub bidang dari DAK Bidang Infrastruktur, yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada

[r]

 Melalui penjelasan guru siswa mampu mengidentifikasi kalimat yang menggunakan kosakata tentang kegiatan malam hari dengan tepat..  Setelah mengidentifikasi siswa mampu

1 21 Normalisasi Dan Pembuatan Talud Anak Sungai Kedukan Bungaran Panca Usaha Menuju RSUD Bari Kecamatan SU I..