• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jonathan Bramantara Ander. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jonathan Bramantara Ander. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KOMUNIKASI PELATIH SATUAN PENGAMANAN DENGAN PESERTA GADA PRATAMA

(Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Pelatihan Gada Pratama Dengan Anggota Satpam Pt. Pasopati Guardian Security Services Di Kota Bandung)

Jonathan Bramantara Ander Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 102-116 Bandung 40132

Email: joenathanander@gmail.com

Abstract

This study aimed to describe on communication pattern coach in giving education competency for security guard on a Gada Pratama Training. To answer the purposes above, this research explores two sub-focuses namely the communication process and communication barriers. The research approach was qualitative descriptive study. The selection of Informant is using a Purposive sampling technique. As for the technique of collecting data with in-depth interviews, observation, documentation, studies, libraries and search data online. Data analysis techniques with the reduction of data, data collection, data representation and withdrawal of the conclusion. On the communication process with members of the security guard trainers in Bandung gained a habit – a habit that performed each learning material such as providing training, experience, rebuking, punishing. The obstacles encountered in this research in the form of ecological barriers like noise, physical barriers such as participants who have congenital diseases, and psychological barriers such as lack of motivation of participants in the training. It came after research results it can be concluded that the communication pattern is formed due to a recurring process – reset. The process happens usually a communication directly or wear props as a medium. As an example of learning materials requires first aid tool – props in order to understand how to use it properly. Advice from researchers to be considered by Coach Gada Pratama do approach to participants who are less motivated in order to give proper treatment to encourage the motivation of the learner.

Keywords: Patterns Of Communication, Training, Security Guard, Gada Pratama

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan mengenai Pola Komunikasi pelatih Satpam dalam memberi pendidikan kompetensi Satpam pada Peserta Pelatihan Gada Pratama. Untuk menjawab tujuan diatas maka penelitian ini membahas dua subfokus yaitu proses komunikasi dan hambatan komunikasi. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan studi deskriptif. Pemilihan Informan menggunakan teknik Purposive sampling. Adapun teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, studi pustaka, dan penelusuran data online. Teknik analisis data dengan reduksi data, pengumpulan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pada proses komunikasi pelatih dengan anggota Satpam di kota Bandung diperoleh kebiasaan – kebiasaan yang dilakukan setiap pelatihan seperti memberikan materi ajar, pengalaman, menegur, dan menghukum. Hambatan yang ditemui dalam penelitian ini berupa hambatan ekologis seperti suara bising, hambatan fisik seperti peserta yang memiliki penyakit bawaan, dan hambatan psikologi seperti kurangnya motivasi peserta dalam mengikuti pelatihan. Setelah penelitian berbuahkan hasil dapat disimpulkan bahwa Pola Komunikasi terbentuk karena adanya proses yang berulang – ulang. Proses yang terjadi biasanya berupa komunikasi secara langsung atau memakai alat peraga sebagai media. Sebagai contoh materi ajar P3K memerlukan alat – alat peraga agar memahami cara penggunaan yang tepat. Saran dari peneliti untuk dapat dipertimbangkan oleh pelatih Gada Pratama lakukan pendekatan kepada para peserta yang kurang termotivasi supaya bisa memberikan perlakuan yang tepat untuk mendorong motivasi peserta tersebut.

(2)

1. Pendahuluan

Profesi Satuan Pengamana n atau lebih dikenal Satpam akan kita temui pada saat masuk pusat perbelanjaan, rumah sakit, sekolah, tempat – tempat pelayanan masyarakat, instansi pemerintah, dan perkantoran. Tidak dapat dipungkiri bahwa profesi ini dekat dengan kehidupan sehari – hari kita dan masyarakatpun mengakui keberadaan satpam yang identik dengan seragam putih atau biru tua, berdiri tegap didepan pintu atau gerbang. Seiring dengan perkembangan zaman, tenaga kerja bagi profesi Satpam kini telah dijadikan alih daya yang disebut juga outsourcing. Hal ini menyebabkan munculnya bentuk

outsourcing Badan Usaha Jasa

Pengamanan yang selanjut nya disingkat BUJP. Salah satu BUJP yang berada di kota Bandung yaitu PT. Pasopati Guardian Security Service yang menyediakan jasa pengamana n mulai dari tenaga Satpam, kamera CCTV, hingga firma hukum. Didir ika n sejak tahun 2008, sebagai penyedia layanan jasa keamanan yang terbaik

dan terdepan dalam melayani masyarakat dan pelaku bisnis.

Dalam penyediaan pelatiha n tenaga pengamanan, sesuai dengan Peraturan Kapolri no.24 tahun 2007 pasal 1 no.20. Setiap anggota Satuan Pengamanan memerlukan pelatiha n dasar Gada Pratama untuk memperole h kompetensi penjagaan, pengenala n bahan peledak, bela diri, latiha n menembak, penggunaan tongkat polri dan borgol, pengetahuan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Pengetahuan baris berbaris dan penghormatan. Selain itu dalam pelatihan tersebut juga mencakup materi etika profesi dan tugas pokok Satpam. Sesuai dengan Perkap no.24 tahun 2007 pasal 14 no. 3. Pelatiha n Gada Pratama dilaksanakan dengan menggunakan minimal pola 232 (dua ratus tiga puluh dua) jam pelajaran, penambahan disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan industr ia l security. . Dalam menyelenggaraka n pelatihan gada pratama BUJP harus berkoordinasi dengan Polda setempat

(3)

untuk menyediakan tenaga pengajar dalam pelatihan Gada Pratama, karena BUJP Pasopati Guardian berada di Kota Bandung maka pelatihan Gada Pratama untuk Pasopati Guardian harus berkordinasi dengan Polda Jawa Barat untuk menyediakan tenaga pendidik yang selanjutnya disingkat GADIK, untuk melaksanakan pelatihan Gada Pratama bagi anggota satuan pengamanan.

Dalam Gada Pratama ada setidaknya 13 materi pokok yang harus disampaikan kepada peserta, yaitu:

1. PBB

2. Etika Profesi 3. Tupoksiran 4. Turjawali

5. Penggunaan Tongkat & Borgol 6. Tangkap Geledah

7. Lap Info

8. Pelayanan Prima 9. TPTKP

10. Bela Diri Polri 11. Interpersonal Skill 12. Kepolisian Terbatas 13. Pengenalan Napza

Materi – materi diatas merupakan keahlian yang harus

dimiliki seorang satpam dalam mengemban tugas penjagaan, pengawasan, melapor dan pencegahan terhadap pelanggaran – pelanggara n bahaya fisik. Selain dari materi pokok diatas, pengguna jasa keamanan juga dapat meminta materi tambahan sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau instansi terkait.

Komunikasi merupakan perangkat utama GADIK dari segala bentuk penyampaian pesan-pesan materi pelatihan Gada Pratama. Banyaknya materi ajar dalam pelatiha n Gada Pratama, membuat para Gadik memiliki metode – metode yang berbeda di setiap materi yang berbeda. Metode yang dilakukan berulang – ulang selama proses penyampa ia n materi, menjadikan sebuah bentuk pola komunikasi

Djamarah (2004) menjelaska n bahwa pola merupakan struktur yang tetap dan komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga dapat dipahami antara dua orang atau lebih.

Dari paparan latar belakang di atas, maka judul yang diangkat pada

(4)

penelitian ini adalah : Bagaimana Pola

Komunikasi Pelatih Satuan Pengamanan Dengan Peserta Pelatihan Gada Pratama ?

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks penelit ia n di atas, maka peneliti mengamb il rumusan masalah sebgai berikut : 1) Bagaimana Proses komunika s i

Pelatih dalam kegiatan Gada Pratama pada Anggota Satpam PT. Pasopati Guardian Security Services di Kota Bandung?

2) Bagaimana Hambatan

komunikasi Pelatih dalam kegiatan Gada Pratama pada Anggota Satpam PT. Pasopati Guardian Security Services di Kota Bandung?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelit ia n diatas maka tujuan dari penelit ia n ini adalah :

1) Untuk Mengetahui Proses komunikasi Pelatih Dalam Kegiatan Gada Pratama Pada Anggota Satpam PT. Pasopati

Guardian Security Services di Kota Bandung.

2) Untuk mengetahui Hambatan Pelatih Dalam Kegiatan Gada Pratama Pada Anggota Satpam PT. Pasopati Guardian Security Services di Kota Bandung

1.3 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan sumbangan bagi ilmu komunikas i umumnya dan komunikasi organisas i khususnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian penelitian sejenis.

Peneliti mengharapka n penlitian ini dapat menjadi acuan untuk :

1. Mencapai keterbukaan berpikir mengenai kredibilitas seorang satpam di persepsi masyarakat juga menyadarkan pentingnya keamanan.

2. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan memberika n gambaran yang berguna sebagai referensi bagi mahasiswa ilmu komunikasi.

(5)

3. Karakteristik dalam diklat Satpam.

2. Kajian Pustaka

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasizzzz merupakan aktivitas zyang sangat zfundame nta l dalam kehidupan umat manusia. Hal ini disebabkan karena keberadaan manusiaz sebagai zmakhlukzsos ia l, yangzberarti manusiaztidak akanzbisa hidupzzztanpazzzbantuanzorang lain. Menurut Dr. Everett Kleinjen dari East Center Hawaii yang dikutip oleh Hafied Cangara menyatakan :

“Komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan

manusia sepertihalnya

bernapas.Sepanjang manusia

ingin hidup, maka ia perlu

berkomunikasi.” (Cangara,

2007 : 1)

Sebagaizzzzzmakhlukz individ u, manusia selalu dihadapkan dengan berbagaizkebutuhanzdalam hidupnya. Dan untukzmemenuhizkebutuha nnya, makazmanusiazmemerlukanzbantuan orang lain. Dengan demikian, manusia akanzberkomunikasizde nga n

manusia lainnya demi memenuhi kebutuhan tersebut. Sehinggazsa mpa i kapan pun, komunikasi merupakan halzyangztidak pernah akan lepas dari kehidupanzmanusia.

2.2 Tinjauan Proses Komunikasi

Proses komunikasi menunj uk a n adanyazserangkaian tahapan dalam melakukan komunikasi yang berkenaan dengan carazatau media apa yang digunakan dalam mendukung komunikasi yangzdilakukan. Proses komunikasizzinilahzzzzyang membuat komunikasizberjalanzzdenganzzzzbaik denganzzzberbagaizzztujuan. zDengan adanya proseszkomunikasi, berartizada suatuzalatzzzyangzzzdigunakan dalam prakteknyazzzsebagaizzcarazzzzdalam pengungkapanzzzkomunikasiztersebut. Proseszkomunikasi inizterbagi menjadi dua tahap yakni komunikasi primer dan sekunder sebagaimana diungkapka n (Effendy, 2009: 11) bahwa:

“Proses komunikasi secara

primer adalah proses

penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada

orang lain dengan

menggunakan lambang

(6)

Lambang sebagai media primer

dalam proses komunikasi

adalah bahasa, kial, isyarat,

gambar, warna, dan lain

sebagainya yang secara

langsung mampu

“menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.”.

Sedangkan dalam proses komunikasi sekunder adalah komunikasi yang menggunaka n media untuk memudahkanzp roses komunikasizzzyangzzdisampaikan denganzzmeminimalisirzzberbagai keterbatasanzzmanusia mengena i jarak,zzzzruang,zzzzdan zwaktu. Pentingnyazzzperanzmedia, yakni media zzsekunder dalamzzzp roses komunikasizz disebabkanzzzzo le h efisiensizzzzdalam mencapai komunikan.zzzSurat kabar, radio, atau televisi misalnya, merupakan media yang efisienzzz dalam mencapaizzz komunikan dalam jumlahZbanyak.

2.3 Tinjauan Tentang Hambatan Komunikasi

Komunikasi Organisasi pada

pelatihan Gada Pratama

diselenggarakan sebagai bagian dari pola komunikasi yang dirancang

pengajar. Pola komunikasi yang dipraktekan melalui proses komunikasi tersebut dilakukan dengan memaknai berbagai hambatan komunikasi yang ada di dalamnya. Pemahaman mengenai hambatan komunikasi akan menunjukan bentuk antisipasi pelatih guna menggunaka n komunikasi secara lebih efektif. Seperti yang diungkapkan effendi (2003: 45) mengenai hambatan komunikasi antara lain :

1. Gangguan

Ada dua jenis ganggua n terhadap jalannya komunikas i. Menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai

gangguan mekanik

(Mechanical, channel noise) atau gangguan pada channel komunikasi dan ganggua n sematic (Sematic noise). Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sementara gangguan semantik bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertia nnya

(7)

menjadi rusak. Ganggua n semantik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaa n bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertia n istilah atau konsep yang disampaikan komunikator yang diartikan lain oleh komunika n sehingga menimbulka n kesalahpahaman.

2. Kepentingan

Kepentingan atau interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan hanya memperhat ika n perangsang yang ada hubunga n dengan kepentingannya, karena kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian, tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentanga n dengan suatu kepentingan. 3. Motivasi terpendam

Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivas i seseorang, maka kemungk ina n komunikasi tersebut diterima semakin besar ataupun sebaliknya.

4. Prasangka

Prasangka atau prejudice merupakan salah satu hambatan dalam suatu komunikasi. Orang yang mempunyai prasangka telah berprasangka yang tidak baik pada awal komunikas i dilancarkan oleh komunikato r sehingga sulit bagi komunikato r

untuk mempengar uhi

komunikan. Prasangka komunikan menjadika nnya berpikir tidak rasional dan berpandangan negatif terhadap komunikasi yang sedang terjadi.

2.4 Tinjauan Tentang Pola Komunikasi

Pemahaman mengenai pola komunikasi sebenarnya banyak

(8)

dipahami pada banyak pemahama n yang dirujuk juga pada istilah lainnya, seperti misalnya disamakan dengan jaringan komunikasi, proses komunikasi yang pada intinya dilakukan sebagai cara dalam berkomunikasi. Hal yang menyamaka n pola komunikasi dengan istilah lainnya yang merujuk pada pola komunikas i pada intinya tetap menempatkan pesan sebagai tujuan utamanya dalam berkomunikasi. Pola aliran komunikas i merupakan pola yang teratur dengan cara – cara rutin pengiriman dan penerimaan pesan. Menurut Rakhmat (2008:162), terdapat 5 pola komunikas i dalam suatu rumusan kontaknya yang antara lain :

Pola Roda, adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang yang dalam posisi sentral menerima kontak dan infor mas i yang disediakan oleh anggota organisasi lainnya dan memecahka n masalah dengan saran dan persetujuan anggota lainnya. Pola ini memfokuska n satu orang sebagai sentral untuk

berkomunikasi dengan individ u lainnya.

Pola Lingkaran memungki nka n semua anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem pengulangan pesan. Tidak seorang anggota pun yang dapat berhubungan langsung dengan semua anggota lainnya, demikian pula tidak ada anggota yang memiliki akses langsung terhadap seluruh infor mas i yang diperlukan untuk memecahka n persoalan.

Pola Rantai yang merupakan alur

komunikasi satu individu saja ke satu individu lain dan berlanjut ke individ u seterusnya

Pola Y tiga orangdapat berhubunga n

dengan dua orang disamping kiri dan kanannya seperti pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapat berkomunikasi dengan seseorang di sampingnya saja.

Pola Bintangzzzdisebut juga semua saluranzzzzsetiap anggotazzzzdapa t berkomunikasi dengan semua anggota kelompokzyangzlain .

(9)

Dalam penelitian ini penelit i menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan segala kondisi, hubungan, proses, pendapat, efek yang tengah berlangsung dalam pelatiha n Gada Pratama di Kota Bandung.

Berkaitan dengan hal ini, maka metode desktiprif berpusat pada observasiZdanZsuasana alami, dan peneliti terjun langsung ke lapangan dan bertindakzzzsebagaiZZpenga ma t. Mengamati perilaku dan gejala yang ada dan tidak berusaha untuk memanipulasi data. (Ardianto, 2014:60). Tujuan dari penelit ia n deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, secara sistemat is, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

4. Pembahasan

Kursus atau Pelatihan tentu memiliki ciri khas yang berbeda –beda, isi pesan yang berbeda hingga simbol nonverbal yang berbeda, hal tersebut disebabkan tujuan yang berbeda begitu

pula dengan pelatihan Gada Pratama yang selama peneliti melakukan observasi melihat proses komunikas i yang dilakukan oleh para Gadik (Tenaga Pendidik) dengan anggota satpam bertujuan peserta pelatiha n mendapatkan ilmu yang diajarkan dan nantinya diterapkan pada area mereka ditempatkan. Perbedaan yang tampak jelas antara Gadik Gada Pratama dengan Guru yang biasa mengajar disekolah pada umumnya, karena seringnya berkomunikasi melalui Permildas (peraturan militer dasar) yaitu PBB, dan PPM (peraturan penghormatan militer) baik saat upacara, atau apel pagi, bahkan dalam interaksi apa pun selama dinas menggunakan permildas juga. Membuat segala interaksi yang terliha t menjadi formal dan merujuk pada tingkah dan perilaku yang disiplin. Pola komunikasi Pelatih dengan Peserta Gada Pratama adalah proses komunikasi yang berulang, dengan tujuan mengubah karakter dan kepribadian dari anggota Satpam itu sendiri. PBB atau Pelajaran Baris Berbaris, sudah sangat lama digunaka n

(10)

dalam pendidikan militer seperti TNI, Polri atau institusi lainnya, hal ini dikarenakan PBB membuat anggota satuan menjadi disiplin dengan cara siap siaga, ketika bergerak memilik i tempo di dalamnya. Dengan kata lain PBB memang bertujuan merubah sikap dan menanamkan kedisiplinan bagi peserta didik

Durasi pelatihan Gada Pratama yang berlangsung selama 5 hari dilakukan dengan pemadatan materi, dan dalam satu hari anggota satpam akan mendapatkan dua atau tiga materi bermula dengan olahraga pagi setiap harinya, kemudian dilanjutkan apel pagi, dan materi yang disesuaika n jadwalnya oleh para Gadik. Setelah itu peserta akan beristirahat makan siang hingga pukul 13:30 WIB dan bersiap -siap untuk menerima materi kedua setelah materi kedua selesai peserta kembali beristirahat dan bercengkrama hingga pukul 18:30 WIB dan kembali bersiap untuk menerima materi ketiga, dan setelah selesai peserta dibubarkan untuk beristirahat malam.

4.1 Proses Komunikasi Pelatihan Gada Pratama

Proses komunikas i Pelatih dengan peserta Gada Pratama di Bandung dilakukan melalui komunikasi primer dan komunikas i sekunder. Komunikasi primer dilakukan melalui lisan atau secara langsung menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah (Sunda). Bahasa disampaikan dengan sederhana dan disesuaikan dengan karakter Satpam yang berpendidikan SMA. Komunikasi primer ini berkaitan dengan adanya penggunaan bahasa lisan maupun tulisan beserta media-media pendukung yang sering dilakukan ketika pengajaran materi berlangsung. komunikasi secara lisan menggunakan bahasa digambarka n paling banyak digunakan dalam proses komunikasi karena dengan jelas bahwa bahasa mampu menerjemahkan pikiran seseorang untuk dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain secara terbuka. Komunikasi secara primer tersebut menempatkan bahasa sebagai bagian utama yang paling banyak digunakan. Pada prakteknya, bukan hanya bahasa yang dapat digunaka n

(11)

sebagai komunikasi primer, tetapi juga berbagai bentuk isyarat

Selain melalui komunikas i primer, Pelatih Gada Pratama pun kerap kali menggunakan komunikas i sekunder. Komunikasi sekunder yang menempatkan penggunaan media kedua sebagai ciri utamanya. Komunikasi sekunder Tenaga Pendidik Gada Pratama pun dilakukan dengan menggunakan alat peraga seperti tongkat, borgol, kain segitiga, spalk, brangkar, APAR, Hydrant, grab stick, hook, atau alat peraga lainnya yang diperlukan pada saat materi tambahan. Pelatih Gada Pratama pun menunj uka n adanya penerapan media – media sekunder tersebut untuk memberika n keefektifitasan dalam pemberian materi – materi bagi peserta Satpam.

Proses penyampaian pesan menggunakan metode yang berbeda tergantung dengan materi yang akan disampaikan. Pelajaran Baris Berbaris, senam tongkat dan borgol menggunakan metode praktik langsung, dimana proses penyampa ia n pesan berupa perintah dari Gadik untuk dilaksanakan atau dipraktekan.

Sedangkan materi Etika Profesi, P3K, dan Tupoksiran memakai metode ajar seperti di ruang kelas dimana peserta mencatat ceramah yang disampaika n oleh Gadik yang menggunaka n proyektor sebagai alat bantu penyampaian pesan. Perbedaan yang nampak dari kedua metode diatas adalah umpan balik (Feedback) yang diberikan oleh anggota Satpam ketika menerima materi. Pemberian umpan balik dari peserta ketika menerima pertukan pesan dengan metode praktik hanya mengikuti gerakan yang dicontohkan oleh para gadik dan munking sedikit perntanyaan, tetapi ketika peserta menerima pertukaran pesan dengan metode ceramah, peserta cenderung lebih aktif memberika n umpan balik bahkan dalam materi P3K peneliti mendapatkan peserta yang sampai bercerita tentang penyakit yang diderita oleh salah satu anggota keluarganya dirumah.

Meskipun metode pertukaran pesan terdapat perbedaan, pola yang terbentuk selama pelatihan Gada Pratama berlangsung merupakan pola roda, dimana Gadik yang menjadi pusat

(12)

pengiriman dan menyampaikan pesan kepada seluruh peserta berupa materi-materi pelatihan.

4.2 Hambatan Komunikasi

Praktek penggunaan media komunikasi primer maupun sekunder seperti diataspun tidak sepenuhnya dapat dilakukan tanpa hambatan, karena hambatan dalam komunikasi juga terjadi pada pelaksanaan kegiatan Gada Pratama antara Gadik dengan peserta. Hambatan komunikas i Kegagalan komunikasi ini penting untuk dipelajari terkait dengan berbagai gangguan yang mungk in ditimbulkan pada saat komunikas i berlangsung yang mengha mbat komunikasi. Hambatan yang kerap kali ditemui pertama – tama adalah hambatan ekologis. Lingkunga n yang bising saat jam mengganggu proses penyampaian materi kepada peserta didik. Pada penelitian kali ini hambatan ekologis yang terjadi berasal dari alat berat perusahaan PT. Kahatex yang beroperasi tepat didepan GOR bulutangkis. Selain itu GOR yang bersebelahan

dengan saluran air yang banyak sampah dan tidak menga lir membuat GOR banyak sekali nyamuk berterbangan di tempat yang menjadi ruang kelas bagi para Satpam. berlangsung dari pukul 05.00 wib hingga 22.00 wib mungkin pelatihan Gada Pratama yang akan dilakukan oleh PT. Pasopati Guardian Security

Services akan menemuka n

hambatan ekologis yang berbeda dikarenakan perbedaan lokasi kegiatan.

Hambatan berikutnya yang kerap terjadi adalah hambatan fisik, yaitu usia peserta yang tua dan peserta yang memilik i gangguan kesehatan dan disematkan pita merah pada lengannya. Dengan ciri –ciri yang telah disebutkan, maka ketika gadik melihat tanda – tanda tersebut beliau akan memeriksa kembali catatan dari tim kesehatan, dan membatasi porsi latihan yang akan diterima oleh peserta masing – masing.

(13)

Selain itu didapati juga hambatan – hambatan psikologi peserta yaitu memiliki motivas i yang kurang. Peserta seperti ini mengikuti Gada Pratama hanya mencari legalitas sebagai seorang Satpam. Terkadang Satpam yang tidak memiliki ijazah Gada Pratama terancam dipensiun dinikan oleh perusahaan sehingga terpaksa ikut, keterpaksaan ini tentu menjadi hambatan bagi peserta dalam menerima materi seperti keterangan diatas bahwa interest seseorang berpengaruh pada tiap individu untuk menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang

ada hubungan dengan

kepentingannya, karena kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian, tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau

bertentangan dengan suatu kepentingan.

5. Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan, dapat disimpulkan bahwa sebuah Pola komunikasi terbentuk karena adanya proses komunikasi yang berlanjut dan secara berulang-ulang. Jadi dapat dipahami pola komunikasi dalam penelitian ini menggamba rka n bagaimana proses di dalam komunikas i yang dilakukan oleh Pelatih dengan peserta Gada Pratama Di Kota Bandung dan membentuk sebuah pola komunikasi. Proses yang terjadi biasanya berupa komunikasi cenderung langsung, berupa bahan ajar dan berbicara dengan nada tegas, menegur dan menghukum.

Proses komunikasi yang terjadi antara Pelatih Dengan Peserta Pelatiha n Gada Pratama di Kota Bandung terdapat kebisaan-kebiasaan yang dilakukan setiap pelatihan seperti dalam kegiatan menegur, menghuk um, kegiatan belajar mengajar atau membagikan pengalaman dan motivas i secara langsung maupun secara tidak

(14)

langsung seperti melalui media alat peraga atau media elektronik.

Hambatan yang terjadi dalam penelitian ini berupa hambatan di antara nya hambatan fisik seperti peserta yang sudah berusia paruh baya, memiliki penyakit bawaan, hambatan lingkungan, hambatan personal seperti kurangnya motivasi diri peserta, dan hambatan psikologis yang biasanya berasal dari ego atau emosi dari komunikator maupun komunika n. Namun dengan seiring berjalannya proses komunikasi, Pelatih Gada Pratama di Kota Bandung berhasil meminimalisir dengan cara bersikap dan cara berkomunikasi masing- mas i ng individual dan menerapkan komunikas i dengan peserta.

Daftar Pustaka

Ardianto, Elvinaro. 2014. Metode

Penelitian Public Relation

Kuantitatif dan Kualitatif

Bandung : Remaja Rosdakarya Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data

Kualitatif.Jakarta : Raja

Grafindo Persada.

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Djamarah, S.B. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam

Keluarga, Rienka Cipta,

Jakarta.

Effendy, Onong Uchjana. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (cetakan kedua puluh dua).

Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

____________. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

____________.2008. Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moeleong, J. Lexy.2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda karya. Mulyana, Deddy, 2009. Ilmu

Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandung. Rakhmat, Jalaludin. 2002. Psikologi

Komunikasi. Remaja

Rosdakarya Bandung.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metodologi Kuantitatif dan Kualitat if. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Suprapto, Tommy. 2005. Pengantar

Teori Komunikasi. Media

(15)

Tarmudji, Tarsis. 1998. Pengembangan Diri. Liberty. Yogyakarta

Sumber Lain:

Yoga Taruna Sutarno, 2014. Pola Komunikasi Orang Tua Anak Jalanan, UNIKOM, Bandung. Rosida Dwi Fitriani, 2017.

Penyelenggaraan Program Pendidikan Dan Pelatihan Satpam (Satuan Pengamana n) Di Garda Total Security Yogyakarta, UNY, Yogyakarta. Indra Ginanjar, 2017. Pola Komunikas i

Pelatihan Dan Atlet Perguruan Silat Tadjimalela Kabupaten Bandung, UNIKOM Bandung

Internet:

https://news.detik.com/opini- anda/3116530/satpam-antara-dilema-dan-kebanggaan (21 mei 14:05)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang proyek dan permasalahan yang ditulis oleh penulis, yaitu diperlukan lokasi / tempat yang masih memiliki potensi kualitas udara yang

Diharapkan hakim dalam mengadili kasus kematian akibat minuman keras oplosan tidak hanya terpaku pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana saja, melainkan juga dapat

Contoh penggunaan teknik maserasi dan sokletasi dalam ekstraksi fitokimia telah dilakukan antara lain adalah penelitian yang dilakukan Asih (2009), Isolasi dan Identifikasi

Secara khusus, kegiatan ini ditujukan untuk menyusun Produk Domestik Bruto ekonomi kreatif tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 dan indikator- indikator turunan, seperti distribusi

sederhana tentang kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin dan menyajikannya dalam bentuk laporan tertulis.  Perkembangan kehidupan politik,

Bila kita mendengar berita kematian, yang kita ucapkan adalah .... Bacaan tarji’ mengandung pengertian bahwa hanya kepada Allah lah kita

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Biologi Siswa Materi Ekosistem

_ ___ medis di labar terpusat hanya dl Selama ini, lanjut Heryawan, rata-rata kasus kematian bayi di perkotaan tanpa merambah da- tenaga medis jarang yang berse- bawah20