• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah permukiman jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang, untuk memacu petumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Pengelolaan sumberdaya lahan sering kali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek berkelanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga kelestariannya semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan manusia akan semakin bergantung pada sumberdaya lahan yang bersifat marginal (kualitas lahan yang rendah). Hal ini berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat intensitas pencemaran yang berat dan kerusakan lingkungan lainnya. Dengan demikian,secara keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan sumbardaya alam dengan kapasitasdaya pendukung yang menurun.

Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia banyak melakukan pembangunan, salah satunya adalah pembangunan di bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan nasional serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan berlangsungnya pembangunan tersebut telah terjadi peralihan struktur ekonomi di Indonesia, dari struktur ekonomi yang mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama kini beralih ke sektor industri. Weis mengemukakan bahwa pembangunan ekonomi di suatu negara dalam periode jangka panjang akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi yaitu struktur ekonomi tradisional yang di titikberatkan pada struktur pertanian, ke ekonomi modern yang di dominasi oleh sektor industri (dalam Tambunan, 1995).

Peralihan struktur ekonomi yang dipicu oleh menurunnya kontribusi sektor pertanian (sektor primer) dalam memberikan pendapatan rumah tangga. Hal ini

(2)

2 dikarenakan luas lahan pertanian yang semakin menyempit akibat adanya proses pewarisan (fragmentasi) di daerah pedesaan. Walaupun demikian, sasaran pembangunan jangka panjang Indonesia masih menempatkan sektor pertanian sebagai pendukung dalam proses industrialisasi. Pertanian dalam hal ini tidak hanya berupa kegiatan yang hanya mengambil hasil dari alam dan tanah saja, melainkan termasuk semua aktifitas manusia yang berkaitan dengan pemanfaatan alam dengan maksud untuk memperoleh hasil yang berasal dari tanaman maupun hewan. Aktifitas pertanian uang dimaksud meliputi kegiatan bercocok tanam,kegiatan pemeliharaan ikan, dan kegiatan peternakan (dalam Ratri,2003)

Sub sektor peternakan terjadi tiga perubahan dan tututan, yaitu : (1) pemanfaatan teknologi yang semakin meningkat karena tuntutan efisiensi dan standardisasi serta berkembangnya teknologi, (2) tuntutan kualitas produk dan pengamanan konsumen (3) tuntutan sistem informasi yang lebih handal (dalam Harmadji ,1991).

Peternakan adalah salah satu cabang dari pertanian yang digolongkan dalam tipe pertanian generatif. Adapun yang dimaksud dengan pertanian generatif (dalam Mubyarto ,1989) adalah sebuah kegiatan pertanian yang memerlukan usaha pembibitan dan pemupukan agar tanaman atau hewan dapat tumbuh dengan baik.

Taraf ekonomi yang baik serta kesadaran yang tinggi akan kesehatan dan pemenuhan gizi rumah tangga, telah merubah pola masyarakat. Salah satu bahan makanan yang mendapat perhatian dari masyarakat adalah daging. Kondisi ini menunjukkkan bahwa konsumsi masyarakat terhadap produk peternakan telah meningkat. Konsumen cenderung memilih daging yang memiliki sedikit lemak, mudah dimasak, aman dan memilik harga terjangkau. Adapun daging yang termasuk dalam kriteria tersebut adalah daging ayam.

Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan daging ayam, khususnya daging ayam ras (broiler) telah merangsang minat peternak untuk megembangkan aktifitas peternakan. Bahkan subsektor peternakan diarahkan untuk mengembangkan pola peternakan berwawasan agribisnis,agroindustri yang berdayaguna dan tangguh. Selain itu broiler merupakan salah satu tipe ayam pedaging yang mempunyai banyak kelebihan diantaranya sebagai penghasil daging dengan waktu yang relatif cepat,

(3)

3 harga murah dan dapat diterima oleh berbagai kalangan. Siklus peternakan ayam broiler juga lebih cepat mencapai bobot potong dibandingkan dengan ayam kampung (dalam Rasyaf,1992).

Semakin bertambahnya tuntutan akan ruang sebagai tuntutan aktivitas manusia di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang semakin memerlukan adanya efisiensi dan pemanfaatan lahan sesuai dengan potensinya. Lahan memiliki nilai-nilai unsur yang bernilai positif atau dapat dimanfaatkan bagi kepentingan manusia dan memiliki pula factor-faktor pembatas. Unsur-unsur yang bernilai positif yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia dikenal dengan istilah sumberdaya lahan. Perpaduan antara unsur-unsur sumberdaya lahan seperti tanah, air, iklim, batuan, dan mineral dengan factor-faktor pembatas yang terdapat pada suatu tempat akan mentukan potensi atau kemampuan lahan. Potensi atau kemampuan lahan dan penggunaannya perlu diteliti untuk maksud efisiensi dan optimasi pemanfaatan lahan. Telah banyak bukti yang menunjukkan telah banyak kerusakan lahan akibat dari pemanfaatan lahan yang berlebihan sehingga tidak sesuai dengan potensinya atau timbulnya lahan rusak akibat dari pemanfaatan yang tidak benar dan kurang memperhatikan konservasi, (dalam Suharsono, 1986).

Pemilihan lokasi untuk pemanfaatan tertentu atau site selection (dalam Rubenstein ,1969) harus mempertimbangkan faktor-faktor ilmia yaitu geologi, topografi, hidrografi, tanah, vegetasi, iklim, fauna, dan factor budaya (cultural factors) berupa penggunaan lahan saat ini (existing land use and existing building). Untuk itu diperlukan teknik yang sesuai yang dapat menyajiankan data keruangan secara rinci dan cepat sehingga dapat mempermudah perolehan data secara spasial pada suatu wilayah. Salah satu teknik yang dapat diterapkan yaitu teknik penginderaan jauh.

Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi obyek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik (dalam Lo, 1986). Teknik ini mampu menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi untuk menghasilkan data yang bermanfaat untuk aplikasi dibidang kebumian, pertanian arkeologi, geologi, kehutanan, prencanaan dan bidang lainnya.

(4)

4 Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan.

Teknologi penginderaan jauh yang semakin berkembang telah menghasilkan berbagai data penginderaan jauh, salah satunya adalah citra Quickbird. Citra Quickbird adalah satelit komersial dengan resolusi spasial paling tinggi diharapkan dapat digunakan untuk melakukan identifikasi penggunaan lahan terutama penggunaan lahan sawah secara teliti. Pada Resolusi 61-centimeter, bangunan, jalan, jembatan dan detail infrastruktur lainnya akan tampak dengan dengan jelas. Citra QuickBird ini difokuskan untuk penerapan dan manajemen lahan, infrastruktur dan sumberdaya alam.

Selain itu karena data yang digunakan berupa data digital maka pengelolaan data dapat dilakukan dengan cepat, mudah dan efisien dalam proses klasifikasi penggunan lahan.

1.2 Perumusan Masalah

Kemampuan usaha kecil dalam menyokong suatu negara membuat sektor ini diyakini mempunyai prospek yang baik di masa akan datang. Dalam menyambut persaigan di era perdagangan bebas nanti, usaha kecil di Indonesia harus benar-benar dipersiapkan. Selain mengatasi masalah kesempatan kerja usaha kecil juga dapat menjadi alternatif pemecahan suatu solusi dari masalah yang dihadapi. Sehingga meskipun dilanda krisis, Indonesia nantinya akan dapat menunjukkan ketangguhannya dalam menstabilkan perekonomian negaranya.

Disadari atau tidak, sub sektor peternakan memiliki peranan yang strategis dalam kehidupan perekonomian dan pembangunan sumberdaya manusia Indonesia. Peranan ini dapat dilihat dari fungsi produk peternakan sebagai penyedia protein hewani yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Oleh karenanya tidak mengherankan bila produk-produk peternakan disebut sebagai bahan ”pembangun” dalam kehidupan ini. Selain itu, secara hipotetis, peningkatan kesejahteraan masyarakat akan diikuti dengan peningkatan konsumsi produk-produk peternakan, yang dengan demikian maka turut menggerakan perekonomian pada sub sektor peternakan. Dan, pada kenyataannya konsumsi produk peternakan (terutama

(5)

5 daging) di Indonesia cenderung meningkat. Konsumsi daging tahun 2000 hingga 2004 masing-masing berturut-turut adalah 1,25 juta ekor, 1,2 juta ekor, 1,29 juta ekor, 1,37 juta ekor dan 1,36 juta ekor (sumber : Deptan, 2005). Negara-negara berkembangan terdapat kecenderungan peningkatan konsumsi produk peternakan. Sifat dari komoditas peternakan tidak sama dengan sifat komoditas lainnya. Adapun sifat dari komoditas peternakan adalah (a) tidak tergantung musim; (b) dipengaruhi jarak antara lokasi usaha konsumen; (c) tidak mudah rusak; dan (d) Resiko tinggi. Ternak hidup mempunyai sifat tidak mudah rusak. Biasanya pengiriman ternak jarang sekali yang dalam bentuk daging potong, maksudnya di sini bukan dalam bentuk ternak hidup. (dalam Delgado et al. 1999)

Pembangunan peternakan pada dasarnya urgent untuk dilakukan karena sub sektor ini memiliki peranan yang strategis bagi bangsa Indonesia. Peranan strategis ini setidaknya dapat dilihat pada 4 (empat) hal. Pertama, sub sektor ini diharapkan memperbaiki/meningkatkan konsumsi dan distribusi gizi (baca: protein) hewani. Kedua, untuk meningkatkan pendapatan petani/peternak yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan masyarakat. Ketiga, sebagai efek pengganda (multiplier effect) dari peningkatan nilai dan volume serta nilai tambah, yaitu dalam bentuk kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) ataupun pajak untuk negara. Dan yang keempat, bahwa (dalam Delgado et. al. 1999) dewasa ini secara global sedang terjadi peningkatan konsumsi produk-produk peternakan yang justru terjadi di negara-negara sedang berkembang dimana peningkatan ini tidak diimbangi dengan produksi yang memadai sehingga impor merupakan salah satu cara memenuhi kebutuhan tersebut. Sektor peternakan merupakan salah satu sumber daya alam yang terdapat di Kabupaten Pelalawan. Sektor peternakan ini dapat diharapkan memberikan kontribusi terhadap upaya pemulihan perekonomian sebagai akibat dari krisis global. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai motor penggerak ekonomi daerah dan nasional. Kondisi tersebut didasari kenyataan bahwa; pertama, dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran akan pentingnya kualitas gizi pangan maka permintaan produk peternakan diperkirakan akan semakin tinggi. Kedua, terkait dengan peningkatan permintaan ini, maka sektor peternakan mampu menghasilkan backward and inward linkages economies dalam struktur

(6)

6 perekonomian nasional. Ketiga, dengan berbasis pada sumberdaya alam terbarukan (renewable resources), maka basis pembangunan berkelanjutan dapat diwujudkan. Keempat, pengembangan sektor peternakan termasuk daerah-daerah terpencil dan wilayah terluar dapat membantu mengatasi persoalan perbatasan dan revitalisasi fungsi ekonomi, ekologis, budaya dan hankam dari wilayah tersebut serta menciptakan distribusi kesejahteraan antar wilayah. Secara empiris memang harus diakui bahwa pembangunan peternakan sebagai penopang utama ekonomi nasional masih memerlukan perjuangan dan kerja keras tanpa henti (endless efforts) dari seluruh stakeholders nya. Upaya pembangunan sektor ini sesungguhnya dapat dimulai dari skala lokal untuk kemudian dilakukan proses pembelajaran (lessons learned) bagi pembangunan di level di atasnya.

Para ahli berpendapat bahwa perubahan penggunaan lahan lebih disebabkan oleh adanya kebutuhan dan keinginan manusia. Faktor – faktor yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah politik , ekonomi, demografi dan budaya. Aspek politik adalah adanya kebijakan yang dilakukan oleh pengambil keputusan yang mempengaruhi terhadap pola perubahan penggunaan lahan (dalam Barlow ,1971)

Selanjutnya pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan dan konsumsi juga merupakan faktor penyebab perubahan penggunaan lahan. Sebagai contoh, meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan tempat rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan. Teknologi juga berperan dalam menggeser fungsi lahan. Ada tiga hal bagaimana teknologi mempengaruhi pola penggunaan lahan. Pertama, perubahan teknologi telah membawa perubahan dalam bidang pertanian melalui peningkatan produktivitas lahan pertanian dan produktivitas tenaga kerja. Kedua, perubahan teknologi transportasi meningkatkan efisiensi tenaga kerja, memberikan peluang dalam meningkatkan urbanisasi daerah perkotaan. Ketiga, teknologi transportasi dapat meningkatkan aksesbilitas suatu daerah. (Grubler ,1998 dalam Susilawati, 2005)

Pemanfaatan lahan untuk lokasi kandang ayam di Kabupaten bantul ternyata memunculkan isu-isu yang meminta agar kandang ayam di berbagai kecamatan di Kabupaten Bantul tersebut di tutup (Tempo, 2007). Masyarakat mengeluhkan lokasi kandang ayam yang terlalu dekat dengan pemukiman dan fasilitas pendidikan

(7)

7 sehingga bau limbah dari kandang ayam tersebut sangat mengganggu aktivitas dalam kehidupan mereka. Masyarakat juga meminta kepada pemerintah untuk meninjau kembali perijinan pengembangan lokasi kandang ayam di Kabupaten Bantul.

Dari latar belakang dan perumusan masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apa saja faktor-faktor penentuan lokasi kandang ayam di berbagai kecamatan di Kabupaten Bantul ?

2. Bagaimana dampak dari penentuan lokasi kandang ayam terhadap warga sekitar kandang ayam?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Invetarisasi data dari citra satelit Quickbird dalam rangka penentuan lokasi potensial untuk kandang ayam potong.

2. Menerapkan proses SIG dalam penentuan lokasi potensial kandang ayam potong.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Pengembangan aplikasi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis 2. Mengetahui lokasi potensial untuk kandang ayam potong.

3. Sebagai referensi penelitian lain yang sejenis menggunakan metode penginderaan jauh dan sistem informasi geografis khususnya dalam hal penentuan lokasi potensial untuk kandang ayam potong

4. Sebagai bahan informasi bagi pembuat kebijakan (policy makers) dan para pengambil keputusan (decision makers) dalam merumuskan arah pengembangan usaha dan pembuatan kandang ayam potong.

5. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi penentu kebijakan dalam rangka pengembangan usaha ayam potong.

(8)

8

1.5 Tinjauan Pustaka 1.5.1 Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh merupakan salah satu ilmu dan seni dalam ekstraksi informasi mengenai obyek, wilayah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh tanpa kontak langsung dengan obyek, wilayah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1979 dalam Sutanto), mendefinisikan bahwa Dewasa ini peerkembangan teknologi penginderaan jauh dan teknologi komputer sangat pesat, yang memberikan kemungkinan untuk memperoleh data yang relatif baru, cepat dan akurat. Perkembangan penginderaan jauh sebagai salah satu alat untuk memperoleh data untuk inventarisasi sumber daya alam yang handal, salah satu cara dengan pendekatan yang dapat dipakai dalam informasi tentang keadaan penggunaan lahan pada suatu daerah adalah dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh.

Pengertian penginderaan jauh saat ini sudah mengalami perkembangan, disamping metode penelitian ada istilah teknik penelitian. Pengertian pengideraan jauh pada pertama kali hanya terbatas pada teknik saja. (Aldrich et al, 1982 dalam Sutanto) mengemukakan bahwa teknik ialah alat khusus dalam melaksanakan metode. Akan tetapi dengan semakin jelasnya lingkup studi, filosofi, serta metodologinya maka pengertian-pengertian penginderaan jauh telah berkembang menjadi sebuah ilmu.

Penginderaan jauh sebagai suatu sistem terdiri dari beberapa komponen yang saling berintraksi satu sama lain, komponen penginderaan jauh tersebut meliputi ialah : sumber tenaga, atmosfer, intraksi antara tenaga dan obyek, sensor, perolehan data, dan penggunaan peta. Dalam penginderaan jauh, sensor merekam tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh obyek dipermukaan bumi. Rekaman tenaga tersebut setelah diproses menghasilkan data penginderaan jauh. Data penginderan jauh dapat berupa data digital maupun data numerik dan kemudian dianalisis dengan menggunakan komputer. Dan dapat juga hasilnya berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual. Data-data visual dibedakan lebih jauh atas data citra dan data non citra. Data citra tersebut merupakan gambaran yang mirip ujud aslinya atau paling tidak berupa gambaran planimetrik.

(9)

9 Pengenalan obyek merupakan bagian vital dalam interpretasi citra, tanpa dikenalnya jenis dan identifikasi obyek yang tergambar pada citra, analisis dan pemecahan masalah yang sedang di hadapai tidak akan dapat terlaksanakan. Dalam pengenalan obyek yang tergambar pada citra. Ada tiga tahapan yang diperlukan ialah deteksi, identifikasi dan analisis. Data pengenalan obyek tersebut ialah berupa keterangan yang diperoleh kegatan yang bersifat global, namun keterangan yang diperoleh pada kegiatan identifikasi adalah upaya mencirikan obyek yang telah terdeteksi dengan menggunakan keterangan yang secukupnya. Sedangkan kegiatan analisis data merupakan tahapan terakhir dalam interpretasi, dalam kegiatan tersebut semua keterangan yang lebih lanjut dikumpulkan sehingga diperoleh data rinci.

Kesuksesan dalam interpretasi citra sangatlah bermacam-macam, hal tersebut tergantung dari latihan dan pengalaman dari interpreter atau penafsir. Disamping itu sifat obyek yang diinterpretasi dan kualitas pada citra yang dipergunakan untu menunjang dalam keberhasilan dalam interpretasi. Untuk dapat menginterpretasi, pengguna harus mengerti dengan interpretasi. Dalam interpretasi memerlukan unsur-unsur dan metode dengan benar. Prinsip pengenalan obyek pada citra mendasarkan atas penyidikan karakteristiknya atau atributnya pada citra. Kareakteristik obyek yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali obyek tersebut.

Alat utama untuk dapat mengenali dan memahami berbagai kenampakan atau obyek dipermukaan bumi melalui penginderaan jauh adalah citra. Citra dihasilkan melaui proses perekaman dengan bantuan sensor. Secara garis besar sensor dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sensor fotografik (kamera) dan sensor non fotografik. Masing-masing jenis sensor ini bekerja dengan cara yang berbeda, sehingga menghasilkan karakteristik citra yang berbeda. Perbedaan antara citra foto dan citra non foto dapat dilihat pada tabel 1.1.

(10)

10

Tabel 1.1. Perbedaan Antara Citra Foto dan Citra Non Foto Variab

el Pembeda Citra Foto Citra Non Foto

Sensor Kamera Non kamera, mendasarkan atas penyiaman. Kamera yang detektornya bukan film. Detektor Film Pita magnetik, termistor, foto kondusif, foto

voltaik, dsb Proses

perekaman Fotorafi/kimiawi Elektronik Mekanisme

perekaman Serentak Parsial

Spektrum elektromagtik

Spektrum tampak dan perluasannya

Spektra tampak dan perluasannya, termal, dan gelombang mikro

Sumber : Sutanto, 1987

Unsur interpretasi citra terdiri dari sembilan butir, yaitu rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi, bayangan, situs, dan asosiasi. Kesembilan unsur interpretasi citra ini berdasarkan (Estes et al, 1983 dalam Sutanto, 1994) disusun secara berjenjang atau secara hirarkhik.

1.5.2. Citra Quickbird

QuickBird diluncurkan pada 18 Oktober 2001. Quickbird merupakan satelit komersial dengan resolusi spasial paling tinggi sekarang ini. QuickBird mempunyai resolusi spasial 61-centimeter (2-foot) untuk panchromatic (black and white) dan 2.44-meter (8-foot) multispectral (color) imagery. Pada Resolusi 61-centi2.44-meter, bangunan, jalan, jembatan dan detail infrastruktur lainnya akan tampak dengan dengan jelas. Citra QuickBird ini difokuskan untuk penerapan dan manajemen lahan, infrastruktur dan sumberdaya alam. QuickBird mempunyai lebar liputan 16.5 km dan memungkinkan untuk merekam area yang lebih besar

(11)

11 Tabel 1.2 Spesifikasi Satelit Quickbird

Tabel 1.3 Spesifikasi Satelit Quickbird

Band Width Spatial Resolution

Band 1 0.45 - 0.52µm (blue) 2.44 - 2.88 meters Band 2 0.52 - 0.60µm (green) 2.44 - 2.88 meters Band 3 0.63 - 0.69µm (red) 2.44 - 2.88 meters Band 4 0.76 - 0.90µm (near infra-red) 2.44 - 2.88 meters

Launch Date October 18, 2001

Launch Vehicle Boeing Delta II

Launch Location Vandenberg Air Force Base, California, USA

Orbit Altitude 450 Km

Orbit Inclination 97.2º, sun-synchronous

Speed 7.1 Km/second - 25,560 Km/hour

Equator Crossing Time 10:30 a.m. (descending node)

Orbit Time 93.5 minutes

Revisit Time 1-3.5 days depending on Latitude (30º off-nadir)

Swath Width 16.5 Km x 16.5 Km at nadir

Metric Accuracy 23-meter horizontal (CE90%)

Digitization 11 bits

Resolution Pan: 61 cm (nadir) to 72 cm (25º off-nadir) MS: 2.44 m (nadir) to 2.88 m (25º off-nadir)

Image Bands Pan: 450 - 900 nm

Blue: 450 - 520 nm

Green: 520 - 600 nm

Red: 630 - 690 nm

(12)

12

1.5.3 Interpretasi Citra

Interpretasi adalah proses mengkaji citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek yang tergambar (dalam Sutanto, 1986)

1.5.3.1 Interpretasi Manual

Interpretasi secara manual dilakukan dengan cara mengenali karakteristik obyek berdasarkan 8 unsur interpretasi, yaitu : rona atau warna, bentuk, ukuran, pola, tekstur, bayangan, situs, asosiasi.

a. Rona (tone)

Rona mengacu pada kecerahan relatif obyek pada citra. Rona biasanya dinyatakan dalam derajat keabuan (Grey Scala), misalnya sangat gelap, agak gelap, cerah, sangat cerah. Apabila citra yang digunakan itu adalah berwarna, maka unsur interpretasi yang digunakan adalah warna (colour), meskipun penyebutnya masih terkombinasi dengan rona. Misalnya merah, hijau, biru, coklat kekuningan, biru kehijauan agak gelap dan sebagainya.

b. Bentuk (shape)

Bentuk merupakan konfigurasi atau kerangka dari suatu obyek. Bentuk beberapa obyek kadang-kadang begitu mencirikan sehingga obyek tersebut dapat langsung dikenali hanya berdasarkan kriteria ini.

c. Ukuran (size)

Ukuran merupakan atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume. Ukuran obyek pada foto udara atau citra harus dipertimbangkan dalam konteks skala yang ada. Penyebutan ukuran juga tidak selalu dapat dilakukan untuk semua jenis obyek

d. Pola (pattern)

Pola adalah hubungan susunan spasial obyek. Pola biasanya terkait pula dengan adanya pengulangan bentuk umum suatu atau sekelompok obyek dalam ruang. Istilah-istilah yang digunakan untuk menyatakan pola misalnya adalah teratur, tidak teratur, kurang teratur, namun kadang-kadang juga digunakan istilah yang lebih ekspresif , misalnya melingkar, memanjang, terputus-putus, konsentris dan sebagainya.

(13)

13 e. Bayangan (shadow)

Bayangan sangat penting bagi penafsir karena dapat memberikan dua macam efek yang berlawanan. Pertama, bayangan mampu menegaskan bentuk obyek pada citra, karena outline obyek menjadi lebih tajam atau jelas, begitu pula kesan ketinggiannya. Kedua, bayangan justru kurang memberikan pantulan obyek ke sensor sehingga obyek yang diamati menjadi tidak jelas.

f. Tekstur (texture)

Tekstur merupakan ukuran frekuensi perubahan rona pada gambar obyek. Tekstur dapat dihasilkan oleh agregasi atau pengelompokan satuan kenampakan yang terlalu kecil untuk dapat dibedakan secara individual. Kesan tekstur juga bersifat relatif, tergantung pada skala dan resolusi citra yang digunakan.

g. Situs (site)

Situs atau letak merupakan penjelasan tentang lokasi obyek relatif terhadap obyek atau kenampakan lain yang lebih mudah untuk dikenali dan dipandang dapat dijadikan dasar untuk identifikasi obyek yang dikaji.

h. Asosiasi (association)

Asosiasi merupakan unsur yang memperhatikan keterkaitan antar suatu obyek atau fenomena dengan obyek atau fenomena lain yang digunakan sebagai dasar untuk mengenali obyek yang dikaji.

Dalam mengenali obyek, tidak semua unsur interpretasi digunakan secara bersama-sama. Ada beberapa jenis fenomena atau obyek yang langsung dapat dikenali hanya berdasarkan satu jenis unsur interpretasi saja. Ada kecenderungan pengenalan obyek penutup atau penggunaan lahan pada skala besar untuk wilayah perkotaan membutuhkan lebih banyak unsur interpretasi dibandingkan pengenalan penggunaan lahan pada citra skala sedang hingga kecil pada liputan wilayah yang luas.

(14)

14

1.5.4 Sistem Informasi Geografi ( SIG )

1.5.4.1 Pengertian Sistem Informasi Geografi ( SIG )

Penerapan teknologi SIG saat ini telah meliputi berbagai bidang dan kegiatan, dari organisasi pemerintah hingga swasta, untuk kegiatan perencanaan maupun pemantauan (Dulbahri, 1993). Teknologi ini dimanfaatkan untuk memecahkan suatu masalah, menentukan pilihan ataupun menentukan suatu kebijakan berdasarkan metode analisis spasial dengan menggunakan komputer sebagai alat untuk pengelolaan data sumberdaya yang diperoleh.

Berbagai batasan SIG yang dikemukakan oleh (Marble, et al, 1983; Burrough, 1986; Culkin and Tomlinson, 1984 dalam Dulbahri, 1993), mengarah pada suatu pengertian SIG yang berkembang saat ini. Pengertian ini dikemukakan oleh (Aronoff ,1989) yang menyatakan bahwa SIG adalah suatu sistem informasi yang mendasarkan pada kerja komputer yang mempunyai kemampuan untuk menanganai data geografis, meliputi kemampuan untuk memasukan, mengolah, memanipulasi, dan analisa data serta memberi keluaran.

SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk menangani data spasial yang mana di dalam SIG, data tersimpan dalam format digital. Jumlah data yang besar dapat disimpan dan diambil kembali secara cepat dengan biaya yang rendah dengan menmanfaatkan sistem informasi berbasis kerja komputer. Keunggulan SIG yang lainnya adalah kemampuan manipulasi dan analisis data spasial dengan mengkaitkan data dan informasi atribut untuk menyatukan tipe data yang berbeda kedalam suatu analisis tunggal.

Penerapan teknologi SIG yang berbasis kerja komputer di dalam pemrosesan data dan penyajian keluaran dikatakan oleh (Dulbahri ,1993) mencirikan dannya dinamisasi proses masukan, klarifikasi, analisis, dan keluaran hasil yang memungkinkan sistem informasi ini dapat menerima dan memproses data dalam jumlah besar dan waktu relatif singkat.

Perencanaan suatu tindakan maupun pengambilan keputusan memerlukan analisis data yang mempunyai rujukan spasial atau geografis (Dulbahri, 1993). Dikemukakan bahwa pengambilan keputusan memerlukan pengetahuan yang didukung oleh konsep yang mapan, sehingga informasi yang berkaitan dengan

(15)

15 permasalahan harus dipilih dari sejumlah besar data untuk mengetahui keadaan permasalahan tersebut melalui pemorsesan dan analisis data.

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem berbasis komputer yang memberikan 4 kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografis, yaitu pemasukan, pengelolaan dan manajemen data (penyimpanan dan pengaktifan kembali), manipuasi dan analisis serta keluaran (Aronoff, 1989 dalam Danoedoro, 1996). SIG merupakan suatu sistem yang mengorganisasi perangkat lunak dan data yang dapat meningkatkan sistem penyimpanan, pengolahan, analisis data secara simultan sehingga dapat diperoleh informasi keruangan baik yang berorientasi ilmiah, pengolahan, maupun kebijakan (dalam Burrough, 1988). Karena SIG merupakan suatu sistem yang berbasis informasi keruangan, maka penyajian fakta keruangan atau wilayah dan SIG harus memperhatikan kaidah pemetaan. Kaidah pemetaan antara lain adalah : (1) mudah dimengerti, (2) sebaran harus benar-benar ada, (3) memiliki proyesi dan skala peta yang tepat dan tersedia anotasi yang lengkap.

Menurut (Prahasta, 2001) SIG dibagi menjadi empat sub sistem yaitu : 1. Data masukan

Sub sistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Sub sistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format data aslinya kedalam format yang dapat digunakan oleh SIG. Data masukan dalam SIG sangat bervariasi, yaitu berupa data spasial maupun data non spasial. Data spasial merupakan data yang menayangkan kenampakan-kenampakan lokasi geografis. Data spasial umumnya berupa kenampakan titik, garis, ataupun area, sedangkan data non spasial merupakan informasi deskriptif baik dalam bentuk tabel maupun laporan. Kumpulan informasi spasial dan non spasial saling terkait satu dengan yang lain dinamakan basis data (database). Pemasukan data dalam SIG dapat dilakukan dengan cara digitasi. Digitasi adalah pengubahan data grafis analog menjadi data grafis digital dalam struktur vektor.

2. Data keluaran

Sub sistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy. Softcopy merupakan

(16)

16 data yang ditayangkan berupa tampilan gambar pada layar monitor komputer dan dalam bentuk data digital berupa file yang dapat dibaca oleh komputer, sedangkan hardcopy merupakan bentuk cetakan berupa peta maupun tabel yang dicetak dengan media kertas.

3. Data manajemen

Sub sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update, dan di-edit. Pengelolaan data memerlukan adanya data yang telah tersusun kedalam database. Dalam pengelolaan data ini diperlukan suatu sistem yang dapat melakukan beberapa aplikasi program sekaligus. Kumpulan program terpadu yang menangani data dinamakan Database Management System (DBMS). Keuntungan adanya DBMS ini adalah kualitas, kerahasiaan dan keutuhan data dapat dijamin dan dipelihara serta efisien dalam aplikasinya.

4. Data Manipulasi dan Analisis

Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh Sistem Informasi Geografi (SIG). Selain itu sub sistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

(Raper J., dan Green N. 1984, dalam Prahasta 2001) mengemukakan bahwa Sistem Informasi Geografi terdiri dari beberapa komponen, diantaranya :

1. Perangkat keras

Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari PC desktop, workstations, hingga multi user host yang dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (hard disk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Walaupun demikian, fungsionalitas SIG tidak terikat secara ketat terhadap karakteristik-karakteristik fisik perangkat keras ini sehingga keterbatasan memori pada PC pun dapat diatasi. Adapun perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG adalah komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter, dan scanner.

(17)

17 2. Perangkat Lunak

Bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sisitem perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana basis data memegang peranan kunci. Setiap sub sistem diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul, hingga tidak mengherankan jika ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan modul program (*.exe) yang masing-masing dapat dieksekusi sendiri.

3. Data dan Informasi Geografi

SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara melakukan import dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan cara melakukan digitasi pada data spasialnya dari peta dan memasukkan data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.

4. Manajemen

Suatu proyek SIG akan berhasil dengan baik jika di manage dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.

1.5.4.2 ArcGIS

ArcGIS merupakan suatu software yang diciptakan oleh ESRI yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografi. ArcGIS merupakan software pengolah data spasial yang mampu mendukung berbagai format data gabungan dari tiga software yaitu ArcInfo, ArcView dan ArcEdit yang mempunyai kemampuan lengkap dalam geoprocessing, modelling dan scripting serta mudah diaplikasikan dalam berbagai tipe data. Dekstop ArcGIS terdiri dari 4 modul yaitu Arc Map, Arc Catalog, Arc Globe, Arc Toolbox dan model builder.

Arc Map mempunyai fungsi untuk menampilkan peta untuk proses, analisis peta, proses editing peta, dan juga dapat digunakan untuk mendesain secara kartografis.

Arc Catalog digunakan untuk management data atau mengatur data-data, jika dalam Windows fungsinya sama dengan explor.

(18)

18 Arc Globe dapat digunakan untuk data yang terkait dengan data yang universal, untuk tampilan tiga dimensi, dan juga dapat digunkan untuk menampilkan geogle earth.

Model Builder digunakan untuk membuat model builder / diagram alur. Arc Toolbox digunakan untuk menampilkan tools – tools tambahan.

Modul spatial adjusment merupakan suatu modul tambahan yang digunakan untuk menggabungkan peta – peta yang memiliki cakupan wilayah yang sama tetapi hasil digitasinya beda. Dalam spasial adjusment terdapat tiga modul yang digunakan yaitu transformasi koordinat, rubbersheting, dan edge match. Transformasi koordinat merupakan suatu cara untuk merubah / meminahkan suatu koordinat peta dari asal koordinat ke koordinat tujuan. Rubber sheeting digunakan untuk mengoreksi kesalahan koordinat dengan geometrik adjustment. Sama seperti transformasi koordinat, displacement link yang digunakan dalam rubber sheeting ini digunakan untuk menggambarkan feature yang dipindah. Edge match merupakan suatu proses untuk mengatur feature sepanjang edge dari suatu layer ke feature dari feature addjoint. Layer yang kurang akurat di-adjust, dan layer lainnya sebagai kontrol.

Tipe layer dalam ArcGIS : Point

Misalnya bangunan, tempat wisata. Layer point tidak mempunyai dimensi. Line atau arc

Misalnya jalan, sungai, jalan kereta api. Layer line mempunyai satu dimensi. Polygon

Misalnya batas administrasi, lereng, kerawanan bencana. Layer polygon mempunyai dua dimensi.

Raster images

(19)

19 Tabel 1.4 Spesifikasi Software ArcGIS

Spesifikasi Uraian Keterangan

Nama Software ArcGIS Merupakan paket software yang

digunakan oleh masyarakat geographic imaging (pencitraan mengenai ilmu bumi), dirancang untuk pengolahan citra dan GIS.

Versi/Release 9.3 Merupakan versi yang terbaru dari seri ArcGIS 9.X

Diluncurkan tahun

2006 Software ini mulai dipasarkan dan dipakai oleh banyak pengguna mulai tahun 2006.

Pembuat Environment System Research Institute (ESRI)

Perusahaan pembuat software Sistem Informasi Geografi yang berasal dari USA.

Produk terkenal lainnya adalah Arc/Info dan ArcView GIS Minimum Hardware Processor RAM VGA Card Free space Pentium X 800 MHz minimum 512 MB 800 X 600 @256 color resolution 207 MB hard disk

Software ini menggunakan spesifikasi hardware yang besar karena data yang dapat diolah merupakan data yang kompleks baik data raster maupun vektor.

Semakin tinggi kapasitas hardware yang ada maka akan lebih

mempercepat proses pada saat analisis data. Operating System Windows server 2003, NT 4.0, 2000, XP, Linux

Software ini dapat beroperasi di berbagai macam sistem windows, minimal windows 2000.

(20)

20 Software

IP- Viewer

karena memiliki berbagai fasilitas input data hingga output data yang lengkap.

Image processing software ini termasuk hanya viewer saja karena kurang memiliki fasilitas format data yang lengkap.

Struktur Data/File

Raster dan vector Mampu menampilkan data baik dari format raster maupun vektor.

Sangat banyak mendukung format data raster seperti *.tiff dan lain-lain.

Format data vektor yang didukung antara lain format data ErMapper yaitu *.ers. Format Data/File *.shp *.shp *.dbf *.sbn *.sbx *.prj

*.shp format file yang menjelaskan feature geometri

*.shx format file yang menjelaskan index pada feature geometri

*.dbf format dBase yang menjelaskan tentang atribut feature

*.prj format file hasil output Fasilitas pada Software Inti (core) Input + editing On screen digitizing dan register and transform tools Editing : edit theme dan atributnya.

Overlay, buffering, 3D scene dan

Input (Digitasi on screen), yaitu proses pengubahan data grafis menjadi data grafis digital, dalam struktur data vektor yang disimpan dalam bentuk titik, garis dan area dengan mengguna kan mouse langsung pada komputer. Kesalahan hasil input dapat dikoreksi atau diedit dengan menggunakan fasilitas yang ada.

(21)

21 Processing

Output (layout)

manipulasi analisis data lainnya. Peta data grafis dan atribut

Processing merupakan fasilitas untuk menganalisis data yang ada seperti overlay peta, buffering dan sebagainya.

Fasilitas layout merupakan fungsi untuk membuat komposisi peta untuk dicetak dalam bentuk hardcopy.

Fasilitas paket program yang terintegrasi dengan software inti Database Manager Avenue

Database manager meng gunakan query builder dan fasilitas tabel (*dbf).

Avenue merupakan fasilitas paket program yang berupa bahasa

pemrograman untuk costumize data. Format I/O data Data Raster :

*.tiff *.prj *.bmp *.hdr Data Vektor : *.arc *.pnt *.shp *.mif *.dxf

Format input data yang mendukung software ArcGIS sangat banyak berupa format raster dan format vektor.

(22)

22 *.sdl *.xyz Fasilitas khusus/fasilitas lainnya - 3D analyst - Image analyst - Spasial analyst - Edit tools - X-tools - dan sebagainya

Fasilitas-fasilitas khusus lainnya dapat digunakan dengan terlebih dahulu membuka extentions yang ada.

Sumber : (www.esri.com) 1.5.5. Konsep Peternakan

Peternakan meupakan salah satu bentuk usaha tani campuran (mixed farming). Peternakan atau usaha tani ternak dapat digolongkan dalam tiga jenis yaitu :

1. Usaha yang bersifat tradisional, yaitu petani/peternakan kecil yang

mempunyai 1-2 ekor ternak besar/ kecil. Usaha ini hanya bersifat sambilan. 2. Usaha Backyard, yaitu petani/peternakan ayam ras, sapi perah, ikan. Tujuan

usaha selain memenuhi kebutuhan juga untuk dijual ,oleh karena itu memakai input teknologi, manajemen, dan pakan yang rasional.

3. Usaha komersial, yaitu petani/peternak yang telah benar-benar menerapkan prinsip-prinsip ekonomi, profit oriented, dan efisiensi.

Skala usaha peternakan dibagi menjadi tiga, yaitu peternakan skala kecil (peternakan rakyat), skala menengah dan skala besar. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No 362/Kpts/TN.120/5/1990 bahwa jumlah ternak minimal dalam kegiatan peternakan ayam skala besar adalah 10.000 ekor per produksi/siklus (dalam Rahardi, 2006)

Usaha peternakan merupakan kegiatan bisnis yang melandasi kegiatan bisnis yang melandasi kegiatannya pada tujuan komersial dengan ternak sebagai alat produksinya. Sebagai bentuk suatu usaha, peternak harus mempunyai kemampuan manajemen, kewirausahaan disamping kemampuan teknis beternak yang merupakan syarat mutlak. Ketiganya harus dimiliki secara seimbang dalam menjalankan suatu usaha peternakan.

Istilah peternakan dan ternak mengandung makna tertentu yang bersifat timbal balikantara dua sistem. Kegiatan mengelola ternak itulah yang disebut peternakan.

(23)

23 Dalam kegiatan ini tersirat makna bisnis yang berorientasi pada pencapaian keuntungan. Dengan dasar inilah maka ternak harus memberi keuntungan pada peternak karena telah dirawat dengan baik.

1.5.6. Ayam Pedaging (Broiler)

Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu). Broiler mempunyai peranan yang penting sebagai sumber protein hewani asal ternak.

Ayam pedaging (broiler) merupakan jenis unggas hasil rekayasa manusia yang telah mengalami seleksi gen selama bertahun-tahun sehingga hanya dalam waktu 21 sampai 40 hari sudah layak dikonsumsi. Seperti makhluk hidup umumnya, ayam broiler mengalami dua fase kehidupan, yaitu fase starter dan dilanjutkan ke fase finister. Fase starter adalah fase awal yang dimulai dari ayam ke luar dari cangkang telurnya sampai bulu tubuhnya sudah tumbuh sempurna. Pada fase brooding tersebut kondisi tubuh ayam masih lemah dan organ tubuhnya belum berfungsi secara optimal sehingga ayam memerlukan perhatian yang lebih intensif agar dapat tumbuh secara optimal

Pada pemeliharaan broiler secara komersial, pada umumnya anak ayam diperoleh dari penetasan dengan menggunakan mesin tetas. Oleh sebab itu dibutuhkan induk buatan sebagai pengganti untuk melindungi anak ayam dari kondisi lingkungan yang buruk. Dengan adanya induk buatan tersebut maka anak ayam akan dapat tumbuh dengan baik. Sistim induk buatan inilah yang sering kita kenal dengan istilah brooding

Brooding berasal dari kata brood yang berarti seperindukan. Jadi masa brooding adalah masa dimana anak ayam masih butuh indukan atau butuh penghangat buatan sampai umur tertentu yaitu sampai anak ayam bisa menyesuaikan sendiri dengan suhu lingkungannya. Masa brooding merupakan salah satu periode kehidupan ayam dan menjadi pondasi awal bagi kehidupan maupun produktivitas ayam pada fase berikutnya. Keberhasilan pada fase brooding ini akan diikuti oleh fase berikutnya sehingga memudahkan peternak untuk memperoleh keuntungan yang

(24)

24 optimal. Sebaliknya, kegagalan pada fase brooding akan menyebabkan kegagalan fase berikutnya sehingga menyebabkan produktivitasnya turun, hal ini karena potensi genetik ayam tidak dapat muncul secara optimal.

Tujuan dari brooding adalah untuk menyediakan lingkungan yang nyaman dan sehat secara efisien dan ekonomis bagi anak ayam dan untuk menunjang pertumbuhan secara optimal. Pada masa itu merupakan masa yang paling menentukan, karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan masa selanjutnya. Pada saat anak ayam berumur 0 sampai 14 hari, akan terjadi perbanyakan sel atau “hyperplasia”. Perbanyakan sel ini meliputi perkembangan saluran pen- cernaan, perkembangan saluran pernapasan dan perkembangan sistem kekebalan.

Masa brooding ini akan berpengaruh pula pada pertumbuhan selanjutnya yang berupa petumbuhan hypertropia yaitu sel-sel akan memperbesar ukurannya atau terjadi pendewasaan sel. Pada fase brooding dapat juga terjadi gangguan pembelahan sel. Pada pembelahan yang sempurna, satu sel akan membelah menjadi 8 sel, tetapi apabila terjadi gangguan maka dapat juga terjadi 1 sel hanya bisa membelah diri menjadi 6 sel. Akibatnya, pada fase pertumbuhan hypertropi, karena jumlah sel yang lebih sedikit maka akan menghasilkan organ yang lebih kecil pula dengan fungsi yang kurang optimal. Keberhasilan masa brooding ini sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan kualitas udara dalam kandang.

1.5.7. Tata Laksana Pemeliharaan

Tipe kandang ayam pedaging ada dua, yaitu bentuk panggung dan tanpa panggung (litter). Tipe panggung lantai kandang lebih bersih karena kotoran ayam langsung jatuh ke tanah, dan tidak memerlukan alas kandang sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar. Tipe litter lebih banyak dipakai peternak, karena lebih efisien dalam biaya pembuatannya . Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung

(25)

25 banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit. Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi kandang harus baik. Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat. Suhu ideal kandang sesuai umur adalah :

Tabel 1.5 Suhu ideal kandang

1.5.7.1. Alas lantai kandang ( litter )

Liiter merupakan alas lantai kandang yang berfungsi untuk menampung dan

menyerap air dari feses, meminimalkan terjadinya lepuh dada dan kaki serta untuk menjaga kehangatan kandang brooder. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai litter sebaiknya mempunyai sifat daya serap airnya baik, tidak berdebu, mudah didapat dan murah harganya. Beberapa bahan dari limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai litter antara laini sekam padi, tongkol jagung, kulit kacang kedele, kulit kacang hijau, kulit kacang tanah, jerami padi serta limbah penggergajian kayu.

Bahan litter harus berbersih dari kotoran atau kuman, oleh sebab itu sebelum digunakan perlu didesinfeksi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan desinfektan. Dalam penggunaannya, sekam di tabur secara merata dalam brooding dengan ketinggian 7-8 cm. Diatas litter perlu di alasi dengan menggunakan kertas Koran agar tempat pakan tetap bersih dan menjaga anak ayam tidak makan litter.

Umur (hari) Suhu ( •C ) 01 – 07 34 – 32 08 – 14 29 – 27 15 – 21 26 – 25 21 – 28 24 – 23 29 – 34 23 – 21

(26)

26 1.5.7.2. Cahaya, Suhu dan Kelembapan.

Untuk dapat tumbuh secara optimal, broiler perlu mengkonsumsi ransumnya secara maksimal. Oleh sebab itu perlu pencahayaan yang optimal terutama pada masa brooding. Pada minggu pertama broiler membutuhkan pencahayaan baik siang maupun malam selama 24 jam. Adanya pencahayaan akan menstimulasi ayam untuk selalu mengkonsumsi ransum. Cahaya juga dapat merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon tiroksin yang berfungsi meningkatkan proses metabolisme sehingga dapat memacu pertumbuhan anak ayam. Sedangkan kebutuhan pencahayaan dalam masa brooding adalah antara 20-40 watt tiap 10 m2. Lama pencahayaan tergantung pada umur anak ayam. Semakin besar umur ayam maka membutuhkan waktu yang lebih kecil. Pada umur 1-3 hari lama pencahayaan 24 jam, umur 4-7 hari adalah 22 jam, umur 8-14 hari adalah 20 jam, umur 15-21 hari adalah 18 jam dan menjelang panen yaitu umur 22-24 hari adalah 16 jam

Pada masa brooding maka perlu perhatian ekstra baik suhu maupun kelembapannya. Pengontrolan suhu ini harus dilakukan sesering mungkin, dengan menggunakan thermometer yang diletakkan dalam kandang brooder dengan ketinggian 20-30 cm diatas litter. Atau dapat juga dilakukan dengan melihat aktivitas dan penyebaran anak ayam yaitu apakah anak ayam akan menyebar rata dalam brooding, mendekati pemanas atau malah menjauhi pemanas. Demikian juga halnya dengan kelembapan, dimana kelembapan yang terlalu tinggi dapat memicu pertumbuhan jamur dan bakteri pengurai asam urat dalam feses menghasilkan gas ammonia lebih banyak. Sedangkan kebutuhan suhu dan kelembapan masa brooding adalah sbb:

Tabel 1.6 . Suhu dan kelembapan kandang

Umur(hari) Suhu (0 Celcius) Kelembapan (%)

0-3 4-7 8-14 15-21 22-24 33-31 32-31 30-28 28-26 26-23 55-60 55-60 55-60 55-60 55-65 Sumber : (Manual Guide Logman, 2004)

(27)

27 1.5.7.3. Sirkulasi Udara

Pengaturan ventilasi dilakukan dengan cara pengaturan buka tutup tirai kandang. Namun demikian pengaturan ini harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan terutama suhu dan kecepatan angin sekitar kandang. Sirkulasi udara yang baik akan mengurangi bau ammonia, debu ataupun asap pemanas. Brooder yang ditutup tanpa adanya ventilasi dapat menyebabkan kandungan berkurang dan gas beracun yaitu dan amoniak akan meningkat.Cara pengaturan tirai adalah :

1. Minggu I : tirai kandang tertutup rapat

2. Minggu II : tirai kandang dibuka sepertiga pada bagian atas 3. Minggu III : tirai kandang dibuka 2/3 pada bagian atas 4. Minggu IV : tirai kandang sudah terbuka semua

1.6 Kerangka Pemikiran

Manusia bekerja dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, demikian pula dengan penduduk di kecamatan sleman. Sebagian besar mereka bertani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,hanya saja sektor pertanian saat ini kurang mampu memberikan konstribusi bagi perekonomian rumah tangga. Kebutuhan hidup yang tinggi tidak diimbangi dengan pendapatan yang tinggi pula ,sehingga petani memerlukan aktivitas lain guna menambah pendapatannya.

Dalam setiap aktivitas usaha terdapat masalah dan peluang dalam pengembangannya,tidak terkecuali aktivitas peternakan ayam di kabupaten Bantul. Masalah dan peluang dapat muncul dari dalam maupun dari dalam industri itu sendiri, sehingga dapat menjadi hambatan atau tantangan bagi para peternak untuk mengembangkan usahanya.

Melihat kebutuhan tersebut diatas, diperlukan cara perolehan data spasial yang lebih cepat, akurat dan relatif hemat, serta pemodelan untuk penentuan lokasi kandang ayam pedaging. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan teknik penginderaan jauh dan system informasi geografi. Salah satu teknik penginderaan jauh

(28)

28 yang dapat dilakukan adalah dengan interpretasi citra satelit. Salah satu yang dapat disadap dari citra satelit dalam rangka inventarisasi sumber daya alam adalah informasi tentang penggunaan lahan. Ciri-ciri fisik penggunaan lahan pada berbagai jenis penutup lahan dan menempati areal tertentu, maka penggunaan lahan sebagai aktifitas manusia di atas lahan dapat dikenali melalui interpretasi dan analisis terhadap penutup lahan.

Sebelum melakukan analisis data dilakukan pengumpulan data yang mengacu pada faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan lokasi yang dianggap potensial untuk kandang ayam pedaging. Faktor-faktor yang diperlukan untuk menetukan lokasi potensial untuk kandang ayam pedaging berdasarkan pada kondisi fisik yang dibutuhkan ternak ayam pedaging untuk dapat bertahan hidup dan menghasilkan produksi daging yang tinggi.

Selanjutnya dilakukan uji lapangan untuk menguji hasil interpretasi, dan menambah informasi dari penduduk di wilayah penelitian. Setelah itu dilakukan revisi dan reinterpretasi jika terdapat perubahan-perubahan yang harus ditambahkan dan diperbaiki pada hasil interpretasi.

Teknik analisis yang digunakan dalam penentuan lokasi potensial untuk pengembangan peternakan adalah pengharkatan (scoring), tumpang susun, dan pencocokan (matching) terhadap peta-peta tematik yang sudah dijelaskan di atas secara individu. Masing-masing data tersebut didigitasi sehingga menghasilkan peta-peta dengan format digital, kemudian diberi skor sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan sebelumnya.

1.7 Batasan Istilah

Hijauan adalah pakan dari tanaman terutama rumput dan kacang-kacangan yang mengandung 18% serat kasar dalam dasar kering (dalam Hartadi et al, 1993).

Citra adalah gambaran visual tenaga yang direkam dengan menggunakan piranti penginderaan jauh (dalam Sutanto, 1986).

Lahan merupakan suatu wilayah permukaan bumi yang khususnya meliputi semua benda penyusunan biosfer yang dapat dianggap bersifat tetap atau siklis di atas dan dibawah wilayah tersebut meliputi atmosfer, tanah, dan batuan induk, topografi,

(29)

29 air, tumbuh-tumbuhan dan binatang, serta akibat dari aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang, semua itu mempunyai pengaruh yang nyata atas penggunaan lahan oleh manusia di masa sekarang dan masa yang akan datang (dalam Malingreau, 1981).

Lahan Pertanian adalah lahan yang digunakan untuk usaha pertanian dalam arti sempit yaitu usaha dimana produksi bahan makanan utama seperti; beras, palawija (jagung dan kacang-kacangan), tanaman-tanaman holtikultura seperti sayur-sayuran dan umbi-umbian (Murdyanto, 1997 dalam Muryanto, 2003).

Produktivitas adalah rata-rata hasil dari suatu jenis tanaman yang bersifat bawah sistem (seperti kemampuan lahan, kesesuaian lahan, varietas, pola bercocok tanam) dalam kurun waktu tertentu. (dalam Hidayati, 1998).

Lokasi Potensial adalah suatu area atau wilayah yang memiliki faktor-faktor yang mendukung untuk suatu penggunaan lahan.

Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau fenomena, melalui analisis data yang diperoleh tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (dalam Lilesand and Kiefer, 1979).

Pemilihan Lokasi (site selection) adalah survey untuk menentukan alternatif yang paling menguntungkan dalam pemanfaatan lahan untuk mengurangi resiko yang bisa ditimbulkan karena pemanfaatan lahan tersebut (dalam Rubenstain, 1969).

Peternakan adalah sub system pertanian dan merupakan ekosistem dimana manusia selaku subjek, ternak sebagai objek, tanah sebagai basis sumber pakan, dan teknologi yang diterapkan adalah alat keterampilan untuk mencapai tujuan produksi (dalam Harmadji, 1991).

Ternak adalah hewan piaraan, yang kehidupannya yaitu tempat, perkembangbiakan, serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia serta dipelihara khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan jasa-jasa yang berguna untuk kepentingan manusia (dalam Harmadji, 1991).

Teknik scoring adalah teknik evaluasi lahan dengan cara memberi nilai ayau harkat pada setiap parameter atau klas-klas parameter yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan untuk penggunaan tertentu (dalam Sitanala, 1989).

Gambar

Tabel 1.2 Spesifikasi Satelit Quickbird
Tabel 1.4 Spesifikasi Software ArcGIS

Referensi

Dokumen terkait

Diagram blok analisis penelitian Pada blok motor induksi yaitu motor asinkron atau motor induksi 3-fase yang akan menerima input dari keluaran inverter dan mengkonversinya menjadi

batubara konvensional yang digunakan saat ini sudah habis masa gunanya (life time) sehingga penggunaan pembangkit listrik IGCC merupakan teknologi alternatif yang patut

Hasil dari penelitian membuktikan bahwa ada kontribusi yang signifikan dari kepuasan kerja dan iklim organisasi terhadap komitmen karyawan, dimana kepuasan kerja dan

Dianjurkan pada pasien untuk memperhatikan asupan energi dan protein sesuai dengan diit pada gagal ginjal kronik yang menjalankan hemodialisa untuk mengurangi gejala yang

Seseorang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang Kompilasi Hukum Islam maupun wasiat wajibah tidak akan melakukan perbuatan yang sesuai dengannya, meskipun pada

Mereka menyatakan bahwa penggunaan alat bantu seksual bagi suami isteri pada dasarnya hukumnya haram, tetapi jika dalam keadaan yang sangat darurat maka dapat

Berdasarkan hasil analisis keseluruhan kompetensi kepribadian konselor yang diharapkan siswa SMA Negeri 11 Yogyakarta, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu data analog gelombang otak dapat digunakan sebagai perintah untuk menghidupkan atau