SELF‐PLAGIARISM
dan
PERMENDIKNAS NOMOR 17/2010 tentang PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PLAGIAT di PERGURUAN TINGGI di PERGURUAN TINGGIMenurut Permendiknas (No. 17/2010):
Plagiat adalah perbuatan secara sengaja
atau tidak sengaja dalam memperoleh
atau mencoba memperoleh kredit atau
atau mencoba memperoleh kredit atau
nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan
mengutip sebagian atau seluruh karya
dan/atau karya ilmiah pihak lain yang
diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa
menyatakan sumber secara tepat dan
memadai.
Menurut Permendiknas (No. 17/2010):
¾ Karya ilmiah (yang berpotensi mengandung
unsur plagiat) adalah hasil karya akademik
oleh sivitas akademika di lingkungan
perguruan tinggi yang dibuat dalam bentuk
perguruan tinggi, yang dibuat dalam bentuk
tertulis, cetak maupun elektronik, yang
diterbitkan dan/atau dipresentasikan
¾ Karya (yang mungkin diplagiat) adalah hasil
karya akademik atau non‐akademik oleh
orang perseorangan kelompok atau badan di
orang perseorangan, kelompok, atau badan di
luar lingkungan perguruan tinggi, baik yang
diterbitkan, dipresentasikan, maupun dibuat
dalam bentuk tertulis.
Menurut Permendiknas (No. 17/2010):
Plagiat meliputi tetapi tidak terbatas pada:
(1) mengacu dan/atau mengutip istilah, kata‐kata
dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai; (2) mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata‐kata dan/atau kalimat, data dan/atau i f i d i t b t b tk informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;
Plagiat meliputi tetapi tidak terbatas pada
(lanjutan):
(3) menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai; (4) merumuskan dengan kata‐kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai; (5) hk t k il i h dih ilk (5) menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai.Menurut Permendiknas (No. 17/2010):
¾ “sumber” adalah orang perseorangan,
kelompok orang, atau anonim penghasil satu
atau lebih karya dan/atau karya ilmiah baik
yang dibuat, diterbitkan, dipresentasikan,
yang dibuat, diterbitkan, dipresentasikan,
atau dimuat dalam bentuk tertulis, cetak
maupun elektronik
¾ Penyebutan sumber dianggap memadai
apabila dilakukan sesuai dengan tata cara
pengacuan dan pengutipan dalam gaya
pengacuan dan pengutipan dalam gaya
selingkung setiap bidang ilmu, teknologi, dan
SELF‐PLAGIARISM
¾ Self‐plagiarism (penjiplakan terhadap
karya sendiri) tidak tercantum dalam
Permendiknas ini mungkin karena
l h i i
ih di
masalah ini masih dianggap
kontroversial, masih ada hal‐hal yang
mengundang perbedaan pendapat, akan
tetapi sebetulnya sudah ada beberapa
hal yang cenderung disepakati.
¾ Yang jelas penjiplakan terhadap karya
¾ Yang jelas, penjiplakan terhadap karya
sendiri juga dianggap sebagai
pelanggaran kode etik penulisan karya
ilmiah (self‐plagiarism is plagiarism)
SELF‐PLAGIARISM
¾ Mengapa menggunakan karya atau
sebagian karyanya sendiri untuk
menulis karyanya yang lain dianggap
menulis karyanya yang lain dianggap
plagiat, padahal itu bukan milik
orang lain?
Melanggar undang‐undang hak cipta.
Melanggar ketentuan originality karya ilmiah
d k k d
pada karyanya yang kedua.
Memaparkan karya yang isinya tak ada sesuatu yang baru.
SELF‐PLAGIARISM
¾ Mengapa dianggap plagiat, padahal
itu bukan milik orang lain? (lanjutan)
Jik t k il i h d h di blik ik Jika suatu karya ilmiah sudah dipublikasikan
dlm bentuk artikel di jurnal yang ber‐ISSN, atau dalam buku yang ber‐ISBN, karya tersebut sudah “diberikan” ke publik.
Penulis hanya memiliki hak kepengarangan, bukan hak cipta atau hak menyebar‐luaskan isi karyanya lagi jika sudah diterbitkan dalam bentuk artikel dalam jurnal ber‐ISSN atau dalam buku ber‐ISBN.
SELF‐PLAGIARISM
¾ Self‐plagiarism tampaknya baru saja
dianggap sebagai pelanggaran kode etik
yang perlu dihindari.
¾ A
i
P
h l i l A
ti
(APA)
¾ American Psychological Assocation (APA)
Publication Manuals baru memuat tentang
self‐plagiarism pada Edisi keenamnya,
tahun 2010 (edisi sebelumnya belum ada).
¾ Menurut APA (2010), jika mengutip kata‐
katanya sendiri dalam jumlah banyak,
sumbernya harus disebut, dan jumlah kata
yang dikutip juga tidak melanggar asas
kepantasan.
SELF‐PLAGIARISM
¾ Menurut iThenticate (2011): Self‐
plagiarism, yaitu menerbitkan kembali
karyanya yang sudah diterbitkan secara
karyanya yang sudah diterbitkan secara
keseluruhan atau sebagian, juga
termasuk plagiat.
(“Self‐Plagiarism is defined as a type of
plagiarism in which the writer republishes a
work in its entirety or reuses portions of a
work in its entirety or reuses portions of a
previously written text while authoring a
new work”)
PERBEDAAN ANTARA PLAGIARISM DAN
SELF‐PLAGIARISM
¾ Plagiarism menggunakan milik orang lain,
baik sudah dipublikasikan maupun yang
baik sudah dipublikasikan maupun yang
belum dipublikasikan, tanpa menyebut
sumbernya.
¾ Self‐plagiarism menggunakan milik
sendiri yang sudah dipublikasikan, dalam
artikel di jurnal yang ber‐ISSN atau dalam
artikel di jurnal yang ber‐ISSN atau dalam
buku yang ber‐ISBN, tanpa menyebut
sumbernya.
YANG DIANGGAP SELF‐
PLAGIARISM (1):
¾ Dengan sengaja mengirimkan kembali
artikel yang sudah pernah terbit di
artikel yang sudah pernah terbit di
jurnal ber‐ISSN ke jurnal lain yang ber‐
ISSN dan kemudian dimuat lagi dalam
jurnal itu.
¾ Dengan sengaja mengirimkan artikel
yang sama ke lebih dari satu jurnal yang
y g
j
y g
berbeda yang akhirnya kedua jurnal ber‐
ISSN tersebut memuat artikel yang
sama.
YANG DIANGGAP SELF‐PLAGIARISM
(2):
¾ Menggunakan ide‐ide, data, temuan‐temuan, dan bahan‐bahan lain secara subtansial milik
di i h di bi k d l j l sendiri yang pernah diterbitkan dalam jurnal ber‐ISSN atau buku ber‐ISBN tanpa menyebut sumbernya.
¾ Dengan sengaja mencantumkan tulisan‐tulisan dalam bab‐bab buku yang telah ditulisnya menjadi bagian‐bagian/bab‐bab dalam buku lain yang dinyatakan sebagai buku lain yang lain yang dinyatakan sebagai buku lain yang berbeda dengan sebelumnya (bukan edisi revisi atau pencetakan kembali buku yang sama sebelumnya).
YANG TIDAK DIANGGAP SELF‐PLAGIARISM:
¾ Menggunakan artikel‐artikel tulisannya
sendiri yang pernah dimuat dalam jurnal
ber‐ISSN untuk bahan penulisan buku
ber ISSN untuk bahan penulisan buku
ber‐ISBN atas nama sendiri dengan cara
menambah, memutakhirkan, merevisi, dan mengembangkannya untuk menjadi bagian‐ bagian dalam buku tersebut
memperoleh ijin penggunaan tersebut dari penerbit jurnal dan
penerbit jurnal dan
menyatakannya dalam bagian persantunan (acknowledgement) dalam buku yang ditulisnya itu.
YANG MASIH MENGUNDANG PERBEDAAN
PENDAPAT (1):
¾ Menulis buku ber‐ISBN yang isinya
kumpulan artikel tanpa ada perubahan yang
pernah dimuat di jurnal ber‐ISSN;
pernah dimuat di jurnal ber‐ISSN;
Dianggap self‐plagiarism jika tidak disebutkan sumbernya dan/atau tidak memperoleh ijin penggunaan dari penerbit jurnal yang memuat artikel‐artikel tersebut.
Tidak dianggap self‐plagiarism jika sumbernya
disebut dan memproleh ijin dari penerbit jurnal yang memuat artikel‐artikel tsb; dengan tujuan untuk memuat artikel artikel tsb; dengan tujuan untuk menghimpun temuan‐temuan yang tersebar di berbagai jurnal, BUKAN bertujuan untuk
YANG MASIH MENGUNDANG
PERBEDAAN PENDAPAT (2):
¾ Mengirimkan artikel yang sama ke jurnal lain setelah pengelola jurnal yang dituju pertama setelah pengelola jurnal yang dituju pertama tidak memberikan keterangan tentang status artikelnya dalam waktu yang cukup lama padahal penulis sudah menanyakan berkali‐ kali, yang ternyata kedua jurnal tersebut memuat artikel itu; (untuk menghindari self‐ memuat artikel itu; (untuk menghindari self plagiarism, penulis perlu menyampaikan surat pernyataan mencabut/menarik kembali artikel dari jurnal yang pertama dituju).
YANG MASIH MENGUNDANG PERBEDAAN
PENDAPAT (3):
¾ Mengutip karyanya sendiri yang belum
dipublikasikan, akan tetapi sudah disajikan dalam
i t f f i (B k
seminar atau forum‐forum yang resmi. (Banyak yang menganggap ini bukan self‐plagiarism jika belum diterbitkan dalam buku yang ber‐ISBN atau jurnal yang ber‐ISSN).
¾ Memecah satu laporan hasil penelitian menjadi beberapa artikel yang diterbitkan dalam jurnal ber ISSN yang berisi bagian bagian yang sama ber‐ISSN yang berisi bagian‐bagian yang sama. (Akan dianggap bukan self‐plagiarism jika yang terbit belakangan mengacu pada yang terbit lebih dahulu).
CARA MENGACU DAN MENGUTIP
• Pengacuan meliputi pengutipan langsung (menyalin
apa adanya dari sumber yang telah diterbitkan)
atau parafrase (menyebutkan ide orang lain dengan
menggunakan kata‐kata sendiri),
• Ada dua cara utama dalam mengacu pustaka yang disebutkan dalam teks: (1) Gaya Harvard (Author‐date), dan (2) Gaya Vancouver (Author‐number) ( ) y ( ) • Ada gaya lain (Chicago Manual): (1) Author‐date system, and (2) Documentary Note styleCONTOH GAYA HARVARD
The author has discussed the implications of these proposals on the National Health Service in another p p paper (Loft, 1991). Other writers have commented on related issues, notably Lane (1992, 1994) and Lewis (1995, p.54). Keterangan bibliografis lengkap ditulis dalam DAFTAR RUJUKAN yang disusun secara alfabetis berdasarkan nama akhir pengarangnyaCONTOH GAYA VANCOUVER
The author has discussed the implications of
these proposals on the National Health
Service in another paper (1) Other writers
Service in another paper (1). Other writers
have commented on related issues, notably
Lane (2,3) and Lewis (4).
Keterangan bibliografis lengkap ditulis dalam
DAFTAR RUJUKAN yang disusun secara
kronologis berdasarkan pemunculannya dalam
kronologis berdasarkan pemunculannya dalam
teks.
MENGHINDARI PLAGIASI
dalam MENGACU dan MENGUTIP (1)
•
Tempatkan dalam kutipan setiap hal yang
di
bil l
d i t k
li
diambil langsung dari teks aslinya,
terutama jika Anda memang mengutip.
•
Kemukakan dengan kata‐kata sendiri
(parafrase), tetapi pastikan bahwa Anda
id k
k d
l
tidak sekadar menata‐ulang atau
membubuhkan beberapa kata baru.
MENGHINDARI PLAGIASI
dalam MENGACU dan MENGUTIP (2)
•
Bacalah secermat‐cermatnya apa yang
h
d k di
f
t t
l h t k
li
hendak diparafrase, tutuplah teks aslinya
sehingga tidak tergoda untuk
menggunakan teks itu sebagai panduan.
Kemudian tulislah gagasan itu dengan kata‐
kata sendiri tanpa mengintip
kata sendiri tanpa mengintip.
MENGHINDARI PLAGIASI
dalam MENGACU dan MENGUTIP (3)
•
Bandingkan parafrase tersebut dengan
t k
li
t k
tik
tid k
teks aslinya untuk memastikan tidak
menggunakan frase atau kata‐kata yang
sama, dan bahwa informasinya sudah
akurat.
C t t
Catatan:
Informasi yang sudah menjadi pengetahuan
umum tidak perlu disebut sumbernya
YANG TAK PERLU DISEBUT SUMBERNYA
•
Pengetahuan umum adalah fakta‐fakta
d
t dit
k
di b
k t
t
yang dapat ditemukan di banyak tempat
dan sudah diketahui oleh orang banyak.
Contoh: Suharto adalah Presiden RI kedua
•
Contoh yang bukan pengetahuan umum
sehingga perlu disebut sumbernya:
Suharto menjadi Presiden RI kedua sebagai
hasil kudeta
SANKSI BAGI DOSEN YANG TERBUKTI MELAKUKAN PLAGIAT (Menurut Permendiknas No. 17/2010)¾ teguran; ¾ l ¾ peringatan tertulis; ¾ penundaan pemberian hak dosen; ¾ penurunan pangkat dan jabatan akademik; ¾ pencabutan hak diusulkan sebagai guru besar/profesor bagi yang memenuhi syarat; ¾ pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen; ¾ pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen; atau
YANG TERBUKTI MELAKUKAN PLAGIAT
(Menurut Permendiknas No. 17/2010)
–
pemberhentian dari jabatan guru
pemberhentian dari jabatan guru
besar/profesor oleh Menteri atas usul
perguruan tinggi yang bersangkutan;
atau
–
penolakan Menteri atas usul perguruan
tinggi lain untuk mengangkat kembali
dosen yang bersangkutan dalam jabatan
guru besar/profesor.
SANKSI BAGI PIMPINAN PERGURUAN TINGGI YANG TIDAK MENJATUHKAN SANKSI(Menurut Permendiknas No. 17/2010)
–
Teguran
–
Teguran
–
Peringatan tertulis
–
Pernyataan Pemerintah bahwa yang
bersangkutan tidak berwenang
l k k
ti d k
h k
d l
melakukan tindakan hukum dalam
bidang akademik
TERIMA KASIH
Questions
•
Bpk/ibu Agus
•
Definisi Self plagiarism yang jelas untuk
menjadi acuan Universitas
•
Masalah judul yang digunakan
•
Bpk/ibu
•
Bpk/ibu bambang irawan
•
Mengutip semua tapi menyertakan sumbernya
•
Mengutip semua tapi menyertakan sumbernya
bukan plagiarism, beberapa buku menyebutkan
hal tersebut plagiarism. Sarannya adalah dengan
menggunakan parafrase
•
Menggunakan atau memperhatikan kode etik
penulisan tesis dan disertasi
T t
ISSN d
ISDN
•
Tentang ISSN dan ISDN,
•
Mengumpulkan makalah dari beberapa jurnal,
bukan merupakan plagiarism, tetap
memperhatikan kode etik
•
Bpk/ibu zidawah
•
Apa yg mendasari adanya self‐plagiarism
kenapa perlu dikemukakan
•
Megutip sebagaian, prosentasenya seberapa
besar ?
•
Asas kepantasan untuk menilai self plagiarism
•
Asas kepantasan untuk menilai self plagiarism,
•
Bpk Edi
•
Permendiknas 17 no 2010, ada kata diduga.
Siapa yang menduga adanya self plagiarism?
•
Pasal 11 ayat 2, prosentase self plagiarism
• Bpk/ibu
• Penulis skripsi, tesis, dan disertasi ide hampir samaPenulis skripsi, tesis, dan disertasi ide hampir sama tetapi nama atau penulis yang berbeda dan dosen pembimbing yang berbeda • Bpk/ibu • Publikasi, masalah prosentase berapa yang diakui DIKTI yang disebut sebagai self plagiarism • Data sebuah jurnal, apakah bisa dipakai sebgai patokan j , p p g p tetapi dengan metode yang berbeda • Perbedaan pendapat terhadap self plagiarism, di ITS termasuk sudah dinamakan self plagiarism
•
Bapak Zulganef
•
Plagiarisme melanggar peraturan apa?
•
Sanksi?
•
Etika tidak bisa dihukum?
•
Tidak ada aturan yang jelas
•
Tugas pokok melakukan penelitian untuk
blik i
publikasi
•
Seharusnya ada sesuatu yang baru
•
Dikembalikan kedalam diri seseorang harus
mengembangkan penelitian. Jangan me
•
Jika ada tuduhan self plagiarism harus
l
d
i
?
melapor pada siapa?
•
Belum ada aturan yang jelas
•
Saran: Berkonsultasi kepada pihak lain yang
netral apakah penelitian tsb plagiat atau tidak
• Udayana• Hitungan presentase bisa digunakan untuk menghitungHitungan presentase bisa digunakan untuk menghitung plagiarsm, masih bermasalah karena penerbit jurnal seperti ebsco meneliti jurnal secara menyeluruh. • Kebanyakan referensi penelitian yang cenderung sama, bermasalah untuk dipublikasikan. • Alat cek yang ada adalah alat cek kesamaan, kurang sesuai untuk alat cek plagiarism. • Ketika ingin menerbitkan jurnal telah melakukan cek , namun oleh tim penilai ditentukan persentase 98% • Mesin adalah alat bantu, jangan menggunakan % untuk