• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI KAJIAN. oleh dan dengan pemberdayaan kelembagaan lokal adalah dalam menentukan atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODOLOGI KAJIAN. oleh dan dengan pemberdayaan kelembagaan lokal adalah dalam menentukan atau"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODOLOGI KAJIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Saefuddin (2003) menegaskan bahwa aspek penting yang perlu dilakukan oleh dan dengan pemberdayaan kelembagaan lokal adalah dalam menentukan atau mengevaluasi ketidaksejahteraan atau kemiskinan (poverty assesments). Dalam mengidentifikasi kemiskinan dengan cara mengambarkan kemiskinan di Kelurahan Curug Mekar akan membantu fungsi kelembagaan lokal, sebagaimana Makmun (2003) bahwa kondisi lokalitas perlu dipahami sebagai hal yang khusus karena berkaitan dengan penyusunan kriteria kemiskinan, pendataan kemiskinan, penentuan sasaran, pemecahan masalah dan upaya–upaya penanggulangan kemiskinan secara lebih objektif dan tepat sasaran.

Secara skematis, kerangka pemikiran tersaji pada Gambar 3.

Status Quo Kondisi Saat Ini Kemiskinan/ Miskin ??

Gambaran Kemiskinan

Pemberdayaan Kelembagaan Lokal 1. Mempelajari 2. Menelaah/Memilah 3. Kemitraan 4. Kekuatan 5. Kesepakatan pelaku Analisa Lingkungan Internal Analisa Lingkungan Eksternal REVIEW Perubahan yang harus dilalui Untuk mencapai kondisi yang diinginkan

Yang harus dikembangkan Untuk mencapai kondisi yang diinginkan

Kompetensi dan Peran Peluang Troika

STRATEGI Strengths-Opportunities Weakness-Opportunities Strengths-Threats Weakness-Threats Road Map :

Pendekatan Arsitektur Strategik

1. Keterlibatan pelaku (Norma, bentuk, dll) 2. Adaptasi Sebuah Arsitektur Strategik

Fase 1 Pemahaman Kolektif Subjektor

Fase 2 Visi Misi, Manfaat Lembaga Arsitektur Strategik Program Kerja/ Strategi/ Aktivitas Lingkup Penelitian

(2)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

Gambar 4. menunjukan struktur penelitian yang meliputi tahap input, proses dan output yang dibutuhkan dalam penelitian.

PEMBERDAYAAN BERBASIS KELEMBAGAAN LOKAL DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN

T 1 T 2 T 3 T 4

Input

Output Proses

Pemberdayaan berbasis Kelembagaan Lokal dalam beberapa aktivitas Matriks potensi internal dan

eksternal penanggulangan kemiskinan perkotaan Menemukenali :

• Eksistensi Lembaga • Aspek tujuan lembaga • Kemitraan yang terjadi • Karakteristik/Kriteria Pemanfaat

• Fase yang berlangsung (perintisan, penumbuhan atau penguatan)

Identifikasi Kemiskinan dalam kerangka konseptual: • Permasalahan Kemiskinan dengan kategori ‘sedang’ • Kemiskinan Relatif • Cyclical Poverty (Memberikan Identitas)

• IFE dan EFE Analysis • Analysis SWOT • Analisis Road Map Focuss Group Discussion

(FGD) dengan memperhatikan : • Kelompok Sasaran • Memahami Karakteristik • Mencermati Kriteria • Peran Kelembagaan • Nilai yang dianut • Kemitraan • Tabulasi Data dengan

memperhatikan aspek kemiskinan dan value pemberdayaan.

Content Analysis (CA) :

• Langkah 3 CA (Frekuensi dan Parameter) • 93 Kategori dalam Batasan Kemiskinan. • 190 jumlah kata kunci

• Output Tujuan 3 / T 3 Output

• Output Tujuan 2 / T 2 Output.

• Pemkot : TPK • Pelaku (Server Data) • Gakin

• Data Sekunder • Observasi • Dokumentasi

Dalam Kerangka Konseptual: • Aspek Kemiskinan • Konsep, Batasan, Teori

Kemiskinan

• Menggunakan Indikator Komposit BPS

• Data Sekunder, Observasi / Dokumentasi

• Kuesioner 18 gakin

Gambar 4. Indikator Penelitian

3.2. Lokasi dan Waktu Kajian

3.2.1. Lokasi Kajian

Kajian ini dilaksanakan di Kelurahan Curug Mekar. Cakupan kegiatan Kajian Pembangunan Daerah ini adalah potensi internal kelembagaan yang berperan dalam pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan.

Pemilahan daerah kajian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut antara lain : (1) Kelurahan Curug

(3)

Mekar memiliki kecenderungan berpredikat ’Kelurahan Miskin’ (Depdagri, 2003), (2) Ketersediaan dan kemudahan memperoleh data kajian.

3.2.2. Waktu Kajian

Waktu Kajian mulai bulan September 2006 s/d Mei 2007.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini bermaksud mendapatkan gambaran nyata kelembagaan lokal sebagai basis penanggulangan kemiskinan perkotaan, secara sistematis dan faktual di lapangan, serta kecenderungan pencapaian hasil program, oleh karena itu jenis penelitian ini adalah deskriptif - kualitatif dan evaluatif sifatnya.

Penelitian ini menyajikan gambaran secara detail dari sebuah situasi dan atau social setting (Newman, 1997) sesuai dengan Danim (2002) pada pendekatan kualitatif, data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata (kata kunci), gambar dan bukan angka-angka. Kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang. Data dimaksud meliputi transkip wawancara, catatan dan lapangan, foto-foto, dokumen pribadi, nota dan catatan lain-lain. Atas alasan itulah dipilihnya pendekatan kualitatif-deskriptif.

3.3.1. Desain, Sasaran Penelitian dan Teknik Sampling

Kemiskinan yang akan digambarkan dalam penelitian ini adalah kemiskinan menurut keluarga miskin. Gambaran kemiskinan diperoleh dengan mengajukan kuesioner dengan sifat tertutup artinya telah disediakan jawaban pasti. Variasi jawaban memperlihatkan intensitas gambaran kemiskinan yakni

(4)

dalam kondisi tingkat permasalahan kemiskinan ’tinggi’, ’sedang’ dan ’rendah’. Kuesioner penelitian sebagai data primer diperoleh setelah peneliti merangkum keseluruhan kata kunci dalam telaahan pustaka definisi kemiskinan dengan menggunakan 6 (enam) parameter metode Content Analysis (CA).

Kemiskinan tidak hanya merupakan aspek permasalahan dalam sudut pandang keluarga miskin. Pemerintah, kelompok pemerhati dan masyarakat mampu sebagai pelaksana yang memiliki kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan juga memiliki pendapat. Manajemen penanggulangan kemiskinan mengisyaratkan mutlak adaya proses looping dalam memahami kemiskinan. Untuk itulah pandangan stakeholder penanggulangan kemiskinan dirumuskan dalam analisis SWOT.

Informan dalam penelitian ini dilakukan secara beragam yakni purposive sampling (sampling bertujuan). Artinya sampel dipilih dari sampling frame yaitu keluarga miskin yang telah diidentifikasi dan ditetapkan oleh Kelurahan. Keluarga miskin diberikan pilihan menggambarkan kemiskinan versi mereka secara pribadi (digunakan data 18 keluarga miskin yakni satu keluarga miskin per RT).

Stratified Random Sampling digunakan untuk melakukan tahap pemanduan IFE dan EFE Matriks kepada tingkatan sektor pelaksana upaya penanggulangan kemiskinan dengan pertimbangan informan mengetahui secara baik pelaksanaan program. Enam informan adalah Bapeda, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Bagian Sosial, Kecamatan dan kelurahan. Sedangkan informan Focus Group Discussion direkam pada saat rembug warga tingkat RW berlangsung yakni dihadiri Bapeda, Forum BKM tingkat Kota, Forum LPM

(5)

tingkat Kota, Kelurahan, BKM tingkat kelurahan, LPM tingkat kelurahan, Tokoh Masyarakat dan Perwakilan Warga Miskin.

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan yakni data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui bentuk kuesioner terstruktur, dan tahapan identifikasi, tahapan pencocokan dan pemanduan dan tahap pencocokan melalui matriks SWOT serta tahap mapping strategy dengan menggunakan Road Map Analysis. Tabel 2. menunjukan data primer yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian yakni kuesioner untuk memperoleh identitas kemiskinan, kuesioner menyusun dan penentuan paired comparison, nilai bobot dan nilai rating. Selanjutnya pengayaan terhadap tahap masukan identifikasi faktor internal dan eksternal melalui FGD serta kuesioner identifikasi faktor SWOT, serta tahap pemanduan melalui IFE dan EFE Matriks.

Tabel 2. Data Primer yang Diteliti dan Sumber Data

No Jenis Data/Informasi Sumber Data

1. Kuesioner identifikasi kemiskinan

Kategori Soal (92) Kata Kunci (190)

Parameter Pemetaan Kebutuhan (6)

18 Kepala Keluarga Miskin

2. Kuesioner penentuan paired comparison, nilai bobot, nilai rating

Faktor Internal : Kekuatan Kelemahan Faktor Eksternal : Peluang Ancaman Kepala/perwakilan Bapeda, Kepala/perwakilan Dinas Pendidikan, Kepala/perwakilan Dinas Kesehatan,

(6)

Camat/perwakilan Kecamatan dan Lurah/perwakilan Kelurahan.

3. Diskusi/wawancara terbuka melalui metode FGD

Pengayaan terhadap masukan faktor strategis : Faktor Internal : Kekuatan Kelemahan Faktor Eksternal : Peluang Ancaman

Bapeda, Forum BKM tingkat Kota, Forum LPM tingkat Kota, Kelurahan, BKM tingkat

kelurahan, LPM tingkat kelurahan, Tokoh Masyarakat dan Perwakilan Warga Miskin

Berikut adalah Tabel 3. Menunjukan jenis data dan sumber data sekunder yang diperlukan dalam menunjang tujuan dalam kerangka dan struktur penelitian.

Tabel 3. Data Sekunder yang diteliti dan Sumber Data

No Jenis Data Sumber Data

1. Studi Pustaka Kemiskinan Pengertian

Aspek

Ragam, Macam dan Pembedaan

Faktor-faktor

Konteks Kategori Waktu Penyebab Kemiskinan

Sulekale, 2003 ; Nasdian, 2005 ; Muchtar, 2003 ; Saefuddin, 2003 ;

BPS, 2006 ; Suharto, 2003 ; Makmun, 2003 ; Soekartawi dan Mustafa, 2002 ; Juoro, 1985 ; UU32/2003 ; BPS, 2006 ; BKKBN ; Bank Dunia ; Dinas Sosial ; Sajogyo, 1987 ; UNDP ; Nurkse, 1953 ; Max Neef dalam Zikrullah, 2000 ; Namba, 2003 ; Hendrakusumaatmaja, 2002 ; Yeates & Mc. Laughin, 2000. 2. Data Kedinasan/lembaga APBD RKA Dinas Dokumen-dokumen Catatan-Catatan di Lapang

Tim PKP Daerah Kota Bogor, Bapeda, Dinas Pendidikan, Dinas

Kesehatan, Bagian Sosial, Kecamatan dan Kelurahan

PAUD, TK YPC, Kader Posyandu, DKM, PT. Inti Innovaco, Radar Bogor, Pertamina

(7)

3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu : reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan sebagaimana menurut Miles, Huberman dan Yin dalam Suprayogo & Tobroni (2001). Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Penyajian data adalah kegiatan penyajian sekumpulan informasi dalam bentuk teks naratif yang dibantu dengan matrik, grafik, jaringan, tabel dan bagan yang bertujuan mempertajam pemahaman peneliti terhadap informasi yang diperoleh.

a. Content Analysis (CA)

Tujuan kajian dalam penelitian ini salah satunya adalah mengidentifikasi apa kemiskinan di Kelurahan Curug Mekar. Untuk itu penulis perlu mengetahui dan mengeksplorasi berbagai istilah dan batasan dalam kemiskinan yang dituliskan oleh para peneliti. Restrukturisasi kemiskinan terbagi dalam dua hal yakni mendapatkan frekuensi kata kunci tertinggi dan yang kedua yakni mendapatkan kata kunci yang dapat dijadikan karakteristik kemiskinan. Pada akhirnya untuk memperoleh identifikasi kemiskinan di Kelurahan Curug Mekar karakteristik kemiskinan tersebut akan disusun dalam bentuk kuesioner dan diajukan pada 18 kepala keluarga miskin dari sampling frame yang telah ditetapkan oleh pihak kelurahan.

(8)

Kuesioner CA selalu mengajukan pertanyaan pasti mengenai data seperti menghasilkan hasil yang terukur untuk menghasilkan informasi deskriptif atau memvalidasi temuan penelitian lain. Mendefinisikan parameter CA adalah teknik untuk membuat pengaruh secara sistematik dan objektif serta mengidentifikasi karakter khusus (Holsti, 1968). Lebih sederhana CA dapat digunakan untuk menganalisis secara sistematis dimensi yang muncul dalam bentuk tulisan (Henderson, 1991). Menurut Berg (1998) banyak penulis merasa bahwa CA berarti bentuk bagian perhitungan yang berorientasi positif. Penggunaan CA juga harus memilih antara atau membandingkan dua jenis CA. Identifikasi pengkodean pada penelitian menurut Cohen (1960) meliputi :

1. Mendefinisikan “kata kunci” yang akan direkam (contoh: pendidikan);

2. Mendefinisikan kategori dan sub kategori dalam hal penelitian yang tekait dengan “pendidikan” ;

3. Menghitung frekuensi pengulangan ;

4. Membuat kata kunci berikutnya (contoh : pemanfaatan) ;

5. Mendefinisikan kategori dan subkategori dalam penelitian yang terkait dengan pemanfaatan; dan mengulangi untuk kata kunci selanjutnya.

Tahap selanjutnya CA digunakan untuk menggali kondisi kemiskinan di lokasi. Penelitian eksplorasi ini menggunakan metode kuesioner kepada kepala keluarga miskin yang meliputi faktor internal kemiskinan. CA merefleksikan hubungan erat interaksi antara ilmu sosial dan psikologi (Berelson, 1952).

1) analisis eksplorasi definisi kemiskinan dengan objek analisis pengertian, aspek, ragam, macam dan pembedaan, faktor-faktor konteks kategori waktu, penyebab kemiskinan dari telaahan pustaka.

(9)

2) memutuskan parameter-parameter konsep kemiskinan meliputi pemetaan kebutuhan kondisi sarana dan prasarana, pemetaan kebutuhan pengembangan usaha produktif, dan pemetaan kegiatan sosial dan sumber daya manusia. 3) Posting dari masing-masing parameter definisi kemiskinan yakni dengan

mengumpulkan kata kunci yang sama, menghitung jumlah kata kunci yang muncul.

4) memutuskan ketepatan parameter berdasarkan frekuensi sub definisi kemiskinan yakni dengan menghitung frekuensi yang paling dominan dari setiap parameter.

5) analisis hasil yakni dengan mengetahui urutan terbesar frekuensi dalam sebuah parameter (menghitung total frekuensi dalam setiap parameter).

b. Analisis Identifikasi Kemiskinan

Analisa tujuan satu yakni mengevaluasi permasalahan kemiskinan, mengidentifikasikannya dengan menguji 18 responden kepala keluarga miskin, sebagaimana skoring pada Tabel 4. berikut :

Tabel 4. Skoring Terendah dan Tertinggi

Jml Nomor Urut Kategori Kategori Jumlah Kriteria

Skor Tertinggi

Skor Terendah Pemetaan Kebutuhan Kondisi Sarana dan Prasarana

23 Kategori … 33 69 23 Pemetaan Kebutuhan Pengembangan Usaha Produktif

2 Kategori … 7 6 2 Pemetaan Kebutuhan Pengembangan Kegiatan Sosial dan Sumber Daya manusia

14 Kategori … 18 42 15 Pemetaan Kebutuhan Dasar

13 Kategori … 54 39 13 Pemetaan Kebutuhan Nilai Antropologi

(10)

34 Kategori … 67 103 34 Pemetaan Kebutuhan Historis Geografis/Klimatologi

6 Kategori … 11 16 6

92 TOTAL 190 275 93

Kategori tersebut terdiri dari intensitas permasalahan kemiskinan tinggi, sedang dan rendah dengan total skor 4.950 dari 18 responden sampling frame dengan kategori hasil sebagai berikut :

1. Permasalahan kemiskinan tinggi apabila nilai skornya lebih dari 3.960 (80% dari nilai skor maksimal 4.950).

2. Permasalahan kemiskinan sedang apabila nilai skornya antara 2.970 – 3.960 (60% - 80% dari nilai skor maksimal 4.950).

3. Permasalahan kemiskinan rendah apabila nilai skornya kurang dari 2.970 (kurang dari 60% nilai skor maksimal 4.950).

ai = jumlah skor jawaban variable ke-i

Xi = jumlah skor jawaban kategori ke-i

i = 1,2,3,…, n

n = jumlah responden

c. Diskusi Kelompok Terarah

Diskusi Kelompok terarah atau Focus Group Discussions (FGD) bertujuan untuk menyamakan persepsi merumuskan program dan kegiatan, sehingga selain dapat tergali potensi-potensi yang ada di Kelurahan Curug Mekar dalam juga dapat menjadi landasan dalam mendukung pemberdayaan (penguatan manajemen) kelembagaan lokal. Serangkaian FGD meliputi topik-topik bahasan sebagai berikut

1. Kemitraan ; a i = Xi

(11)

2. Potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan Kelurahan Curug Mekar untuk mendukung pemberdayaan (penguatan manajemen) kelembagaan lokal;

3. Kesepakatan antar pelaku penanggulangan kemiskinan.

4. Perumusan program dan kegiatan yang akan dilakukan kelembagaan lokal.

3.4. Metode Perancangan Program

Perancangan strategi menggunakan analisis SWOT dan tahap akhir mapping yakni output strategi dipetakan kedalam beberapa aktivitas kelembagaan.

3.4.1. Analisis SWOT

SWOT terdiri dari dua faktor strategis yakni internal berisi kekuatan dan kelemahan serta eksternal berisi peluang dan ancaman. Sebagai bagian dari analisis SWOT dan sebagai bagian dari langkah pengembangan strategi maka digunakan teknik Snow Card atau Snow Ball (Nutt dan Backoff, 1987) dimana teknik ini akan digunakan empat kali untuk fokus kepada pertanyaan sebagai berikut :

1. Peluang eksternal terpenting apakah yang dimiliki organisasi ? 2. Ancaman ekstenal terpenting apakah yang dihadapi organisasi ? 3. Apa kekuatan internal terpenting organisasi ?

4. Apa kelemahan internal terpenting organisasi?

Kemudian keempat daftar dibahas, diperbandingkan dan diperhadapkan baik untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan segera maupun untuk mempersiapkan identifikasi isu strategis pada langkah selanjutnya (Bryson, 2005).

(12)

Internal Strategy Faktor Analysis System (IFAS) merupakan analisis internal. Bobot dari berbagai komponen faktor strength dan weakness memiliki nilai satu. Sedangkan External Strategy Faktor Analysis System (EFAS) merupakan analisis eksternal (Opportunity and Threat) memiliki dua elemen pertama lingkungan sosial memuat PEST (politik, ekonomi, sosial dan teknologi). Kedua lingkungan tugas yang terkait langsung dengan misi organisasi. Bobot dari berbagai komponen faktor opportunity dan faktor threat memiliki nilai satu, bobot suatu faktor akan lebih tinggi jika ia memiliki urgensi (Syaukat, 2005)4.

a. Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE - EFE)

Matriks evaluasi faktor internal dan eksternal (Internal Faktor Evaluation - EFE Matrix dan External Faktor Evaluation - EFE Matrix) merupakan alat bantu dalam merangkum dan mengevaluasi informasi eksternal yang meliputi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan.

Tahapan pencocokan dan pemanduan penting dilakukan untuk melengkapi nilai bobot dan nilai rating kedua faktor strategis. Pembobotan ditempatkan pada kolom kedua matriks IFE dan matriks EFE, sedangkan rating ditempatkan pada kolom ketiga matriks IFE dan matriks EFE. Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor internal dan eksternal dengan menggunakan metode Paired Comparison (Tripomo dan Udan, 2005). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu

4

(13)

internal dan eksternal. Berikut Tabel 5. adalah bentuk penilaian bobot faktor stategis internal wilayah dengan menggunakan skala 1, 2 dan 3 total dan bobot.

Tabel 5. Bentuk Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Wilayah

Faktor Strategis Internal A B C ... Total Bobot A

B C ...

Total

Sumber : Tripomo dan Udan, 2005

Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3. skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan rumus :

ai = Bobot variable ke-i

Xi = Nilai Variabel ke-i

i = 1,2,3,…, n n = jumlah variabel a i = Xi

(14)

Berikut Tabel 6. adalah bentuk penilaian bobot faktor stategis internal wilayah dengan menggunakan skala 1, 2 dan 3 total dan bobot.

Tabel 6. Bentuk Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Wilayah

Faktor Strategis Eksternal A B C ... Total Bobot A

B C ...

Total

Sumber : Tripomo dan Udan, 2005

Setelah melakukan tahapan pencocokan dan pemanduan yakni dengan menentukan nilai bobot dan nilai rating, maka kolom 2 dan kolom 3 matriks IFE dan EFE telah dapat memasuki tahap IFE Matrix pada Tabel 7. dan EFE Matrix pada Tabel 8.

Tabel 7. Bentuk Matriks IFE Key Internal

Factors

Weight (Bobot) Rating Weight Score

(Nilai Terbobot) Strengths :

Weakness :

Total 1.00 Sumber : Tripomo dan Udan, 2005

Langkah-langkah membentuk matriks IFE pada Tabel 7. adalah sebagai berikut. 1. Menuliskan faktor internal utama yang diidentifikasi dari audit internal,

(15)

2. Memberikan bobot untuk setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting). Bobot ini menunjukkan seberapa penting keberhasilan faktor tersebut dalam pemetaan kebutuhan yang bersangkutan. Jumlah seluruh bobot untuk setiap faktor harus sama dengan 1,0.

3. Memberikan rating untuk setiap faktor. Nilai 4 menunjukkan bahwa kondisi organisasi pada suatu faktor sangat kuat, sedangkan nilai 1 menunjukkan bahwa kondisi organisasi pada suatu faktor sangat lemah.

4. Melakukan perkalian bobot dengan rating setiap faktor untuk menentukan nilai terbobot.

5. Melakukan penjumlahan seluruh nilai terbobot untuk menentukan nilai terbobot bagi organisasi. Jumlah total nilai terbobot dapat bervariasi dari yang terendah (1,0) sampai dengan yang tertinggi (4,0) dengan nilai rata-rata 2,5. Nilai dibawah 2,5 menunjukkan bahwa organisasi lemah secara internal, sedangkan nilai diatas 2,5 menunjukkan bahwa organisasi memiliki posisi yang kuat secara internal.

Tahapan-tahapan untuk membentuk suatu matriks EFE adalah :

1. Membuat daftar faktor eksternal yang diperoleh dari proses identifikasi situasi organisasi, yaitu berupa faktor peluang dan ancaman yang diduga akan muncul dan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi-organisasi tersebut. 2. Memberikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting)

sampai dengan 1,0 (sangat penting). Bobot ini menunjukkan tingkat penting relatif dari faktor eksternal tersebut. Peluang sering diberi bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi bobot yang tinggi jika sangat

(16)

serius atau sangat mengancam. Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan kepada semua faktor harus sama dengan 1,0.

3. Memberikan rating setiap faktor untuk menunjukkan seberapa efektif strategi organisasi saat ini untuk merespon faktor tersebut. Nilai 4 menunjukkan bahwa kondisi organisasi saat ini sangat sesuai untuk mengantisipasi peluang/ancaman pada setiap faktor. Nilai 1 menunjukkan bahwa kondisi organisasi saat ini diperkirakan tidak mampu menangani peluang/ancaman pada faktor tersebut. Pemberian rating mengacu pada kondisi organisasi sedangkan pemberian bobot mengacu kepada pentingnya suatu faktor pada pemetaan kebutuhan.

4. Melakukan perkalian bobot dengan rating setiap faktor untuk menentukan nilai terbobot (weighted score).

5. Melakukan penjumlahan seluruh nilai terbobot untuk menentukan nilai terbobot bagi organisasi.

6. Kemungkinan total jumlah nilai terbobot tertinggi adalah 4,0 dan kemungkinan terendah adalah 1,0. Rata-rata total jumlah nilai terbobot adalah 2,5. Total nilai sama dengan 4,0 menunjukkan bahwa organisasi merespon sangat baik untuk setiap peluang dan ancaman, yaitu memaksimalkan peluang dan meminimumkan ancaman yang ada.

(17)

Tabel 8. Bentuk Matriks EFE Key External

Factors Weight (Bobot) Rating

Weight Score (Nilai Terbobot) Opportunities :

Threats :

Total 1.00 Sumber : Tripomo dan Udan, 2005

b. Analisis Matriks Kekuatan-Kelemahan-Ancaman-Peluang (SWOT)

Analisis dengan menggunakan matriks SWOT bertujuan untuk mengidentifikasikan alternatif-alternatif strategi yang secara intuitif dirasakan feasible dan sesuai untuk dilaksanakan (Tripomo dan Udan, 2005). Salah satu alasasan perlunya dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dengan menggunakan matriks IFE dan EFE adalah penentuan analisis SWOT dilakukan setelah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada.

Unsur-unsur SWOT meliputi strength (S) yang berarti mengacu pada keunggulan kompetitif dan kompetisi lainnya; weakness (W) yang merupakan hambatan yang membatasi pilihan-pilihan pada pengembangan strategi, opportunities (O) yang menggambarkan kondisi yang menguntungkan atau peluang yang membatasi penghalang, dan threats (T) yang berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi atau ancaman dalam mencapai tujuan. Matriks SWOT ini mengembangkan empat tipe strategi yaitu : SO (kekuatan-peluang – strength-opportunities), WO (kelemahan-peluang – weakness-opportunities), ST

(18)

(kekuatan-ancaman – strength-threats) dan WT (kelemahan-ancaman – weakness-threats). Berikut adalah Tabel 9. Matriks SWOT.

Tabel 9. Matriks SWOT

Internal

Eksternal (S)trength - Kekuatan (W)eakness - Kelemahan (O)pportunities - Peluang

STRATEGI S - O Mengatasi Kelemahan dengan

manfaatkan peluang

STRATEGI W - O Menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang (T)hreats - Ancaman

STRATEGI S - T Menggunakan kekuatan untuk

menghindari ancaman

STRATEGI W - T Meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman

Sumber : Tripomo dan Udan, 2005

3.4.2. Analisis Road Map

Road Map dalam Pendekatan Analisis Dampak Kemiskinan dan Sosial menurut Anis dan Arulpragassan (2001) lebih merupakan upaya pembangunan suatu model konseptual yang dapat menjelaskan posisi dan kebijakan strategis sehingga dapat ditempuh oleh semua stakeholder. Road Map memuat 10 unsur diantaranya :

1. Selalu mengajukan pertanyaan pasti ;

2. Mengidentifikasi keterlibatan institusi/kelompok pemeduli ; 3. Memuat hubungan timbal balik ;

4. Menilai fungsi suatu institusi/kelompok pemeduli ; 5. Merangkum keseluruhan data dan informasi ; 6. Menganalisa dampak yang muncul ;

7. Wahana dalam mendesain perencanaan dan transparansi kepentingan ; 8. Mengukur resiko yang muncul ;

(19)

9. Sarana/alat fungsi pengawasan dan evaluasi ; 10. Memberikan umpan balik terhadap kebijakan.

Mapping dapat dilakukan dengan membuat skema ilustrasi untuk memudahkan operasionalisasi kerangka kerja konseptual. Mapping dapat berupa langkah-langkah (stage) dapat juga berupa bentangan jangka waktu menjajar secara horisontal dan beberapa parameter yang dibentangkan secara vertikal. Parameter tersebut diantaranya isu ’issues’, landasan/pijakan logis ’computational platforms’, konsep/desain, metode analisis ’concepts/tools from computer science’, tantangan keilmuan ’scientific challenges’, dan tujuan ’goals’.

Mapping dapat juga dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tujuan ’goals’. Kerangka kerja konseptual kemudian dijabarkan kedalam 4 (empat) parameter yakni ringkasan naratif (narrative summary), observasi (observation), perhitungan melalui metode analisis (means of verification), asumsi/resiko (risks/assumptions), sedangkan kategori yang digunakan adalah tujuan (goals), peruntukan (purpose), keluaran (output) kesatu, kedua, ketiga, keempat dan seterusnya.

Perencanaan strategik melalui pendekatan arsitektur strategik/mapping menurut Yoshida (2006), dapat disusun dengan cara :

1. Menganalisis kesenjangan (gap analysis) yang terjadi antara kapabilitas internal organisasi (ditunjukan dengan audit kinerja) dengan sasaran masa depan yang ingin dicapai oleh organisasi. Setelah mendapatkan hasil analisis kelayakan kesenjangan, organisasi kemudian menyusun arsitektur strategik yang disebut ”peta” untuk meminimalisir kesenjangan yang ada dengan memuat beberapa tindakan yang bersifat umum. Hal ini berguna agar mampu

(20)

menyusun langkah adaptif yang fleksibel dalam menghadapi perubahan di masa mendatang.

2. Pada dasarnya, pendekatan kedua ini menggunakan komponen yang hampir sama dengan pendekatan pertama dalam menyusun arsitektur strategik. Pada pendekatan ini, arsitektur strategik disusun dengan memperhatikan beberapa unsur. Unsur tersebut diantaranya isi dan misi organisasi, analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi, melakukan ”pengintipan terhadap masa depan yang akan dihadapi” atau industry foresight, mengetahui dan memahami tantangan organisasi, dan sasaran yang akan dicapai.

Gambar

Gambar 4. menunjukan struktur penelitian yang meliputi tahap input,  proses dan output yang dibutuhkan dalam penelitian
Tabel 2. menunjukan data primer yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian  yakni kuesioner untuk memperoleh identitas kemiskinan, kuesioner menyusun  dan penentuan paired comparison, nilai bobot dan nilai rating
Tabel 3.   Data Sekunder yang diteliti dan Sumber Data
Tabel 6.   Bentuk Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Wilayah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kajian ini, indikator DSPD merujuk kepada: (1) kemampuan untuk lebih berdaya saing setelah gagal; (2) kesedaran membina hubungan persahabatan menerusi persaingan;

Beragam persepsi partisipan terhadap Bohemian, Bohemian menurut partisipan lebih dianggap sebagai orang yang berpenampilan etnik yang unik, gaya berbusana untuk

22 Masnur Muslih, Pendidikan Karakter…, 67.. Pada nilai kejujuran anak sudah tidak lagi berbohong seperti mengatakan tidak ada pekerjaan rumah padahal ada perintah dari

Seperti telah dibahas sebel$mnya% asli empat perspektif tidak menak$p sem$a pemangk$ kepentingan harapan. :am$n% generasi bar$ dari BS masih k$rang peng$k$ran l$as di daerah

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan mengetahui (i) paramater kimia, fisik dan kualitas perairan menggunakan indeks kualitas perairan (WQI), (ii)

Selain memberikan pelatihan kepada para koselor sekolah di lapangan, menjadi penting adalah menyiapkan para mahasiswa calon konselor untuk dapat menguasai teknologi

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Penegakan s Penegakan sanksi anksi pidana pidana pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun