• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN METODE PERMAINAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN METODE PERMAINAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

REALISTIK BERBANTUAN METODE PERMAINAN TERHADAP HASIL

BELAJAR MATEMATIKA

I Nym. Arya Tegeh

1

, I Wyn. Suwatra

2

, I Kd. Suartama

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:nyoman.aryox@gmail.com

1

, suwatra-pgsd@yahoo.co.id

2

,

deksua@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik berbantuan metode permainan dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini yaitu eksperimen semu dengan rancangan post test only with non

equivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kelas IV SD

Gugus I Kecamatan Pupuan , Kabupaten Tabanan dengan jumlah siswanya 210 orang. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik simple random sampling (undian). Pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar dengan soal pilihan ganda berjumlah 30 butir. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik berbantuan metode permainan dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (thitung = 4,45 ; ttabel = 2,00). Siswa yang mengikuti pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik berbantuan metode permainan memperoleh rata-rata hasil belajar yaitu 79,13 berada pada kategori tinggi. Sedangkan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memperoleh rata-rata hasil belajar yaitu 67,53 berada pada kategori sedang. Jadi model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik berbantuan metode permainan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika.

Kata kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Metode Permainan Abstract

The purpose of this research is to recognize the difference results between mathematics students who followed the Realistic Mathematics Education model Games aided method and the students who followed the conventional model learning. This research is a quasi experimental research with post test design only with non equivalent control group design. The populations on this research are all class of Elementary School Gugus I Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan which students amount 210 peoples. The sample of this research is determined by random sampling technique. In collecting the data the written test were given through a multiple choices tests comprising of 30 items. The data were analyses using a descriptive statistic and inferential statistics (t-test). The result of this research shows that there is the difference result between the studenst follow Realistic Mathematics Education model Games aided method and the students follow the conventional model learning (tarithmetic = 4,45 ; ttable = 2,00). Average score of the students who follow the Realistic Mathematics Education model Games aided method is 75,5 it is considered to be high category. Whereas the students who follow the conventional learning model is 67,53 it is considered to be intermediate category. In this research Realistic Mathematics Education model Games aided method is preponderate for the result of the mathematics.

(2)

PENDAHULUAN

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan

sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi. Oleh karena itu pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil maksimal. Hal tersebut dapat dicapai dengan terlaksananya pendidikan yang tepat waktu dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dasar dari segala sumber daya manusia yang berkualitas terletak pada pendidikan yang dialami oleh seorang individu. Pendidikan merupakan dasar yang memberikan pemhaman terhadap berbagai macam aspek kehidupan serta konsep diri bagi individu. Seperti yang tertuang dalam Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negaranya.

Berdasarkan Undang Undang tersebut

tampak jelas bahwa Indonesia

menggunakan pendidikan sebagai sebuah sarana pengembangan diri serta potensi yang dimilki oleh peserta didik agar setiap individu memiliki berbgai macam aspek penunjang kehidupan yang diperlukan untuk

menghadapi setiap perubahan dan

perkembangan zaman.

Pada era globalisasi ini matematika memiliki peranan penting dalam berbagai

segi kehidupan manusia.Matematika

merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern.

“Matematika juga mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Melalui matematika, siswa akan dibekali kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama” (Suherman, 2003:60). Oleh karena itu mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

membekali siswa dengan kemampuan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Menurut Bruner (dalam Aisyah,

2007) “belajar merupakan suatu proses aktif

yang memungkinkan manusia untuk

menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya”. Sedangkan, Kolb (dalam saryadi, 2011) mendifinisikan

belajar matematika sebagai “proses

memperoleh pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui transformasi pengalaman individu siswa”.

Dari kedua pendapat tersebut pada intinya menekankan bahwa dalam belajar siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya mengkontruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari dan siswa harus didorong untuk aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga dapat memperoleh

pemahaman yang lebih tinggi dari

sebelumnya.

Pembelajaran matematika berfungsi

untuk mengembangkan kemampuan

berkomunikasi dengan menggunakan

bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman

penalaran yang dapat membantu

memperjelas dan menyelesaikan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika di sekolah dasar diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dan kaitannya dengan praktik kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran matematika di sekolah

dasar juga bertujuan membentuk

kepribadian dan pembentukan kemampuan berpikir siswa yang bersandar pada hakikat

matematika. Dalam pembelajaran

matematika, sarana dan prasarana berupa

media pembelajaran yang mendukung

keberhasilan proses belajar mengajar perlu

diperhatikan keberadaan dan

penggunaannya. Keberhasilan proses

belajar mengajar tergantung pada

pencapaian hasil belajar siswa. Nurkancana dan Sunartana (1990:11), mendefinisikan bahwa “hasil belajar adalah suatu tindakan

atau proses untuk menentukan nilai

keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu”. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar yang

(3)

yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar diri siswa (faktor lingkungan). Selain dua faktor yang disampaikan tadi terdapat satu faktor lagi yang mempengaruhi hasil belajar siswa yakni kualitas pengajaran di sekolah. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya

atau berkualitas tidaknya proses

pembelajaran yang dilakukan dalam

pencapaian tujuan pembelajaran.

Namun dalam kenyataan yang ada

sekarang, penguasaan matematika di

Sekolah Dasar, selalu menjadi

permasalahan besar. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi dan wawancara yang dirangkum dalam tabel yang menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika belum optimal. Berikut ini Nilai rat-rata UTS pada siswa kelas IV gugus I Kecamatan Pupuan disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Nilai UTS siswa kelas IV gusus I Kecamatan Pupuan Tahun Pelajaran 2013/2014.

Nama SD Jumlah Siswa KKM Nilai Rata-Rata

SD N 2 Pupuan IV A 31 Siswa 68 63,3 SD N 2 Pupuan IV B 31 Siswa 68 62,25 SD N 1 Bantiran IV A 28 Siswa 68 65,96 SD N 1 Bantiran IV B 28 Siswa 68 64,10 SD N 2 Bantiran 26 Siswa 68 66 SD N 1 Pajahan 32 Siswa 68 63,90 SD N 2 Pajahan 34 Siswa 68 61,61

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil belajar masih rendah, bahkan belum ada yang mencapai KKM. Hal ini berarti materi belum dikuasai dengan baik. Melihat permasalahan tersebut, guru perlu menemukan cara terbaik dalam menyampaikan konsep matematika di kelas.

sehingga pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan dan lebih bermakna bagi siswa. Usia perkembangan kognitif siswa sekolah dasar masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam matematika konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, sehingga melekat pada pola pikir dan pola tindakannya. Untuk itulah, diperlukan adanya model yang tepat dalam pembelajaran matematika melalui

perbuatan atau hal-hal yang konkret

sehingga pembelajaran matematika tidak lagi membosankan bagi siswa. Alternatif pembelajaran inovatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna yaitu penerapan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik berbantuan metode permainan.

Prinsip utama pembelajaran

pendidikan matematika realistik menurut

Gravemeijer (dalam Tarigan, 2006) adalah (1) Penemuan kembali terbimbing dan matematisasi progresif. Dalam pembelajaran

matematika, siswa perlu diberikan

kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematika dibawah bimbingan guru, (2) Fenomena didaktik. Pembelajaran di kelas perlu menggunakan situasi berupa

fenomena-fenomena yang mengandung

konsep matematika. (3) Pengembangan sendiri model-model. Pengembangan model oleh siswa sendiri merupakan jembatan bagi siswa. Model ini membawa mereka dari situasi informal ke situasi formal. De Lange

(dalam Riyadi, 2012) menyebutkan

beberapa prinsip pendidikan matematika realistik yang perlu diperhatikan, yaitu(1) Titik awal pembelajaran harus benar-benar

hal yang realistik, sesuai dengan

pengalaman siswa. (2) Disamping harus ralistik bagi siswa, titik awal itu harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi tujuan pembelajaran dan urutan belajar. (3) Urutan pembelajaran harus memuat bagian yang

melibatkan aktivitas yang diharapkan

memberi kesempatan bagi siswa. (4) Siswa harus terlibat secara interaktif, menjelaskan

(4)

memecahkan masalah kontekstual (solusi

yang diperoleh), memahami pekerjaan

(solusi) temannya. (5) Struktur dan

konsep-konsep matematis yang muncul dari

pemecahan masalah realistik itu mengarah ke interwining (pengaitan) antara bagian-bagian materi.

Proses pembelajaran akan lebih efektif jika pelaksanaannya beorientasi pada

karakteristik model pembelajaran yang

digunakan. Begitu pun halnya dengan

implementasi model pembelajaran

matematika realistik di kelas.Menurut Sofa

(2008) “terdapat 5 karakteristik

pembelajaran pendidikan matematika

realistik yaitu menggunakan masalah

kontekstual, menggunakan model, produksi

dan konstruksi siswa, interaksi, dan

keterkaitan”. (1) Menggunakan masalah

kontekstual (the use of context).

Pembelajaran diawali dengan menggunakan masalah kontekstual (dunia nyata), tidak

memulai dengan sistem formal. (2)

Menggunakan model. Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematika yang dikembangkan oleh siswa itu sendiri.

(3) Produksi dan konstruksi siswa.

Pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran realistik adalah menggunakan masalah kontekstual sebagai pangkal tolak pembelajaran.Siswa diberikan kesempatan memecahkan masalah kontekstual dengan

menggunakan cara-cara informal. (4)

Interaksi. Filosofi dari pembelajaran realistik adalah memandang matematika sebagai aktivitas manusia. (5) Keterkaitan. Jika

dalam pembelajaran mengabaikan

keterkaitan dengan bidang yang lain, maka hal ini berpengaruh pada pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan kehidupan sehari-hari bahwa suatu masalah saling berkaitan.

Berdasarkan pemikiran tersebut,

pendidikan matematika realistik mempunyai ciri antara lain bahwa dalam proses

pembelajaran siswa harus diberikan

kesempatan untuk menemukan kembali (to

reinvent) matematika melalui bimbingan

guru, dan bahwa penemuan kembali

(reinvention) ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan berbagai situasi dan persoalan “dunia riil” (Hadi dalam Hammad, 2009).

Adapun kelebihan-kelebihan dari

Pembelajaran pendidikan matematika

realistik ini menurut Suwarsono (dalam

Tarigan, 2006) mengatakan bahwa

kelebihan-kelebihan pendidikan matematika realistik tersebut adalah sebagai berikut. (1) Memberikan pengertian yang jelas dan operasional mengenai keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari. (2) Memberikan pengertian yang jelas dan operasional bahwa matematika merupakan suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa. (3) Pemecahan suatu masalah matematika tidak perlu tunggal dan boleh berbeda antara siswa yang satu dengan yang lain. (4) Proses pembelajaran merupakan sesuatu

yang utama, dan untuk mempelajari

matematika orang harus belajar sendiri proses itu serta berusaha untuk menemukan sendiri proses itu serta berusaha untuk

menemukan sendiri konsep-konsep

matematika. (5) Menumbuhkembangkan

sikap kerjasama, saling menghargai,

mengambil keputusan serta

mengembangkan penalaran siswa karena

dalam proses pembelajaran siswa

senantiasa dituntut memberikan alasan dan

dapat mengambil keputusan. (6)

Memadukan kelebihan-kelebihan dari

berbagai pendekatan, seperti pemecahan masalah, konstrutivisme, penemuan, dan pendekatan yang berbasis lingkungan

Berdasarkan pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika dengan model pembelajaran pendidikan matematika realistik harus sesuai dengan pengalaman siswa dan siswa dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran, sehingga siswa terlibat secara interaktif alam memecahkan masalah kontekstual. Metode permainan merupakan cara menyajikan bahan pengajaran dimana siswa melakukan

permainan untuk memperoleh atau

menemukan pengertian dan konsep tertentu. Menurut Mayke (dalam Sudono, 2000)

“belajar dengan bermain memberi

kesempatan kepada anak untuk

memanipulasi, mengulang-ulang,

menemukan sendiri, bereksplorasi,

mempraktekkan, dan mendapatkan

bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya”.

(5)

Berdasarkan uraian tersebut, model

pembelajaran Pendidikan Matematika

Realistik berbantuan metode permainan diasumsikan dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik berbantuan Metode

Permainan terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa kelas IV SD Gugus I Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan Tahun Pelajaran 2013/2014”.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen semu atau quasi

experiment karena tidak semua variabel

yang muncul bisa dikontrol dengan ketat. Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus Gugus I Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah

Non-Equivalent Post-Test Only Control Group Design. Dalam penelitian ini, populasinya

yaitu seluruh kelas IV SD gugus Gugus I

Kecamatan Pupuan dengan jumlah

siswanya sebanyak 210 orang. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik Simple

Random Sampling yaitu dengan cara

pengundian atau random. Sebelum

menentukan sampel yang akan diambil dalam penelitian ini, terlebih dahulu yang dilakukan adalah menguji kesetaraan dari populasi dengan menganalisis hasil belajar Ulangan Tengah Semester matematika semester ganjil siswa kelas IV SD gugus I Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan dengan menggunakan analisis varians satu jalur. Hasil uji kesetaraan hasil belajar

matematika menunjukkan kemampuan

siswa kelas IV SD gugus I Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan adalah setara. Mengingat jumlah SD yang ada di gugus tersebut yaitu tujuh kelas, maka diadakan pengundian untuk mengambil dua kelas yang menjadi sampel penelitian. Hasil undian diperoleh dua kelas yaitu kelas IV A di SDN 2 Pupuan dan kelas IV B di SDN 2 Pupuan. Kedua kelas tersebut diundi

kembali untuk menentukan kelas

eksperimen dan kontrol. Hasil dari

pengundian tersebut yaitu kelas IV A di SDN 2 Pupuan sebagai kelas eksperimen dan

kelas kelas IV B di SDN 2 Pupuan sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik berbantuan metode permainan sedangkan kelas kontrol

diberikan perlakuan dengan model

pembelajaran konvensional.

Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan instrumen tes hasil belajar yang berupa pilihan ganda sebanyak 40 butir soal dari ranah C1 sampai C6. Tes tersebut sebelum digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika di kelas sampel, perlu diuji cobakan terlebih dahulu. Pengujian yang dilakukan terhadap intrumen tersebut meliputi validitas soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda tes. Hasil uji coba menyatakan 30 soal valid dan layak digunakan dalam penelitian, reliabilitas instrumen tes yaitu 0,80 memiliki kriteria reliabilitas tinggi, taraf kesukaran perangkat tes diperoleh 0,57 berada pada kriteria sedang dan daya beda tes sebesar 0,40 termasuk kriteria baik.

Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu mean, median, modus. Hasil perhitungan mean, median, modus disajikan ke dalam kurva poligon. Penyajian data dengan kurva

poligon bertujuan untuk menafsirkan

sebaran data hasil belajar matematika pada

kelompok eksperimen dan kontrol.

Hubungan antara mean (M), median (Md)

dan modus (Mo) digunakan untuk

menentukan kemiringan kurva poligon

distribusi frekuensi.

Selain teknik analisis deskriptif,

analisis data dengan uji-t dilakukan pula untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan analisis t-test, data yang diperoleh perlu diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas untuk nilai hasil belajar matematika siswa digunakan analisis

chi-kuadrat dan uji homogenitas varians dengan

uji-F. Jika hasil analisis menunjukkan data yang normal dan homogen serta jumlah siswa antar kelas sampel sama, maka

rumus uji-t yang digunakan adalah

separated varians.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini menganalisis data hasil penelitian dengan stasistik deskriptif dan

(6)

statistisk inferensial yaitu uji-t. Data yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu nilai hasil belajar matematika siswa sebagai akibat dari perlakuan model pembelajaran Pendidikan

Matematika Realistik bantuan metode

permainan pada kelas eksperimen dan model konvensional pada kelas kontrol.

Berikut ini rekapitulasi perhitungan hasil belajar matematika hasil analisis deskriptif

disajikan pada tabel 1.. Berikut ini

rekapitulasi perhitungan hasil belajar

matematika hasil analisis deskriptif disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Perhitungan Hasil Belajar Matematika

Statistik Deskriptif Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Modus (Mo) 80,3 63,7

Median (Md) 79.75 65,18

Mean (M) 79,13 67,53

Varians 75,53 137,01

Standar Deviasi 8,69 11,70

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui

bahwa pada kelompok eksperimen

Mo>Md>M sedangkan pada kelompok

kontrol Mo<Md<M. Data hasil belajar matematika pada kelas eksperimen dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada gambar 01.

Gambar 1. Kurva Poligon Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa

sebaran data kelompok siswa yang

mengikuti model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik berbantuan Metode

Permainan pada kelas eksperimen

menunjukkan kurva juling negatif.

Berdasarkan analisis data, mean hasil belajar matematika siswa yang berada pada kelas eksperimen yaitu 79,13 berada pada kategori tinggi.

Distribusi frekuensi data hasil belajar

matematika pada kelas kontrol yang

mengikuti model pembelajaran konvensional disajikan pada gambar 02.

Gambar 2. Kurva Poligon Hasil Belajar Kelas Kontrol

Berdasarkan gambar 2, terlihat bahwa

sebaran data kelompok siswa yang

mengikuti model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol menunjukkan kurva juling positif. Berdasarkan analisis data, mean hasil belajar matematika siswa yang berada pada kelas kontrol yaitu 67,53 berada pada kategori sedang.

Sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan beberapa uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal. Berdasarkan

0 2 4 6 8 10 12 14 60-65 66-71 72-77 78-83 84-89 Fre k u en si Kelas Interval 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 46-52 53-59 60-66 67-73 74-80 81-87 F re k u en si Kelas Interval

(7)

hasil analisis data post test kelas eksperimen dengan menggunakan rumus

chi kuadrat, diperoleh X2hitung = 3,13 dan X2tabel =7,81 dengan taraf 5% dan db = 3. Dengan demikian X2hitung < X2tabel, ini berarti data post test hasil tes belajar matematika

kelas eksperimen berdistribusi normal.

Sedangkan hasil analisis data post test kelas kontrol diperoleh X2hitung = 1,91 dan X2tabel = 7,81 dengan taraf 5% dan db = 3. Dengan demikian X2hitung < X2tabel,, maka data post test hasil belajar kelas control berdistribusi normal pula.

Selanjutnya uji homogenitas varians dilakukan terhadap varians pasangan antar kelas eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel. Berdasarkan

hasil perhitungan uji homogenitas

didapatkan Fhitung = 1,81 dan Ftabel = 1,84

pada taraf signifikasi 5%. Dengan demikian varians antar kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogeny.

Berdasarkan hasil analisis ujii

prasyarat diperoleh bahwa data hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat dilakukan. Oleh karena data hasil belajar matematika berdistribusi normal dan homongen serta jumlah siswa sama pada kelas eksperimen dengan jumlah siswa pada kelas kontrol, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t separated varians dengan kriteria H0 ditolak jika thitung > ttabel dan H0 terima jika thitung < ttabel. Berikut ini ringkasan hasil uji

hipotesis disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji-t Idengan separated varians Kelas Varians N thitung ttabel Kesimpulan

Eksperimen 75,53 31

Kontrol 137,01 31 4,45 2,00 Signifikan

Sesuai dengan tabel 2 tersebut, terlihat bahwa thitung > ttabel. Hal ini berarti H0 ditolak dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Pendidikan

Matematika Realistik bantuan metode

permainan dengan siswa mengikuti

pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus I Kecamatan Pupuan

Kabupaten Tabanan Tahun Pelajaran

2013/2014. Pembahasan

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik berbantuan Metode Permainan memiliki rata-rata nilai hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata nilai hasil belajar

siswa. Rata-rata nilai hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

pembelajaran Pendidikan Matematika

Realistik berbantuan metode permainan adalah 79,13 dan rata-rata nilai hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional adalah 67,53.

Perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik berbantuan Metode Permainan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran model konvensional disebabkan karena perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran dan

proses penyampaian materi. Model

pembelajaran Matematika Realistik

menekankan pada proses pembelajaran dan

aktivitas mencari, menemukan dan

membangun sendiri pengetahuan yang

diperlukan agar benar-benar menjadi

pengalaman belajar tersendiri sedangkan

model pembelajaran konvensional

(8)

Model pembelajaran Matematika Realistik memberikan kebebasan kepada

siswa untuk mengembangkan

pembelajarannya, sehingga pembelajaran menjadi berpusat kepada siswa (student

centered). Selama proses pembelajaran

berlangsung semua siswa terlibat dan dituntut berpartisipasi aktif. Sedangkan, fungsi guru selama proses pembelajaran berlangsung hanyalah sebgai fasilitator dan motivator.

Dengan diterapkannya metode

permainan dalam pembelajaran pendidikan matematika realistik aktivitas pembelajaran menjadi lebih kondusif dan menyenangkan bagi siswa sehingga pembelajaran lebih didominasi oleh siswa, dalam artian siswa sendiri yang aktif memecahkan masalah dan membangun pengetahuannya.

Dilihat dari segi sintak

pembelajarannya, model pembelajaran

pendidikan matematika realistik memiliki sintak yang sangat berbeda dengan model konvensional. Pada awal pembelajaran,

setelah guru selesai melaksanakan

apersepsi, siswa diberikan masalah

kontekstual terkait materi yang dipelajari.

Siswa menerapkan permainan sesuai

dengan petunjuk yang diberikan guru untuk

menyelesaikan masalah kontekstual.

Metode permainan ini diterapkan agar siswa

menjadi lebih antusias baik dalam

memecahkan masalah maupun menemukan konsep-konsep tertentu.

Setelah siswa paham akan

permasalahan yang dilontarkan oleh guru, siswa diminta untuk membentuk kelompok kecil yang nantinya akan mendiskusikan LKS yang akan dibagikan oleh guru. Pada

tahap selanjutnya siswa diberikan

kesempatan untuk melakukan percobaan-percobaan dan menjawab pertanyaan-peratnyaan yang ada pada LKS. Pada

kegiatan ini guru hanya menjadi

pembimbing, apabila siswa menemukan kendala atau kesulitan dalam mengerjakan LKS. Setlah siswa selesai mengerjakan LKS, dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

Untuk menguji pemahaman siswa, setelah kegiatan diskusi dan presentasi guru

kemabali mengajukan

pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang dilontarkan adalah pertanyaan yang sifatnya menggali

dan mengarahkan pemahaman siswa. Pada tahap ini guru akan menunjuk siswa secara acak dengan tujuan agar seluruh siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Berbeda halnya dengan

pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran konvensional, dimana guru mendominasi proses pembelajaran (teacher

centered) dengan cara memberikan ceramah untuk menjelaskan materi dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran.

Siswa juga tidak diminta untuk

mendiskusikan LKS namun hanya diminta untuk menjawab soal-soal yang ada pada

buku pelajaran. Guru mengasumsikan

bahwa dengan mampunya siswa menjawab soal pada buku pelajaran maka tujuan

pembelajaran telah tercapai. Proses

pembelajaran seperti ini hanya menuntut siswa untuk menghafal materi dan tidak

memaknai materi pelajaran dengan

mendalam, sehingga proses belajar

mengajar tidak berlangsung secara

maksimal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian tentang penerapan model pembelajaran Pendidikan

Matematika Realistik. Penelitian yang

dilakukan oleh oleh Gede Suparda (2011) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dapat terlihat pada nilai rata-rata kelas 68,04 pada siklus I dengan persentase ketuntasan belajar 54,54%, siswa yang tuntas belajar sebanyak 24 siswa. Kemudian terjadi peningkatan menjadi 80,11 pada akhir penelitian, diatas indikator keberhasilan dengan persentase ketuntasan belajar 75%, siswa yang tuntas belajar sebanyak 33 siswa.

Hasil penelitian lain yang juga mendukung keefektifan penggunaan model

pembelajaran Pendidikan Matematika

Realistik adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Desak Putu Ari Sutariani

(2012) yang menunjukkan adanya

perbedaan hasil belajar yang cukup

signifikan antara siswa yang mendapatkan

penerapan pembelajaran Pendidikan

Matematika Realistik dan Siswa yang mendapat penerapan model pembelajaran konvesional. Perbedaan ini terjadi karena

kelebihan-kelebihan dari model

(9)

siswa diberi kesempatan untuk

mengembangkan sendiri matematika.

Selanjutnya, siswa dihadapkan kembali

kepada masalah kontekstual untuk

mengaplikasikan konsep-konsep yang telah mereka pelajari. Dengan demikian, jelaslah bahwa masalah kontekstual selain dijadikan

sumber inspirasi penemuan dan

pengkonstruksian konsep juga digunakan sebagai tempat mengaplikasikan konsep-konsep matematika sehingga keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari semakin erat.

Berdasarkan penjelasan mengenai perbedaan hasil belajar antara siswa yang

belajar dengan model pembelajaran

Pendidikan Matematika Realistik berbantuan metode permainan dengan siswa yang belajar dengan model konvensioal, dan didukung oleh beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan model pembelajaran Pendidikan Matematika

Realistik, maka dalam penelitian ini

kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik berbantuan metode permainan memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model konvensional. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit sebesar 4,45 sedangkan ttab

signifikansi 5% dengan db = n1+n2-2 = 31+31-2 adalah 2,00. Hal ini berarti, thit lebih

besar dari ttab (thit > ttab), sehingga H0 ditolak

dan H1 diterima. Dengan demikian dapat

diinterpresentasikan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan

menggunakan model pembelajaran

Pendidikan Matematika Realistik berbantuan Metode Permainan dengan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional pada mata pelajaran Matematika kelas IV SD di gugus I Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan Tahun Pelajaran 2013/2014.

Dari rata-rata ( X ) hitung, diketahui

X kelompok eksperimen adalah 79,13 dan X kelompok kontrol adalah 67,53. Hal ini

berarti, X eksperimen lebih besar dari X

kontrol ( X eksperimen > X kontrol).

Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran Pendidikan Matematika

Realistik berbantuan Metode Permainan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Matematika di Gugus I Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2013/2014.

DAFTAR RUJUKAN

Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan

Pembelajaran Matematika SD.

Jakarta: Dikti Depdiknas.

Hammad, Fitryh. 2009. “Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia

PMRI”. Tersedia pada

http://www.docstoc.com/docs/downlo adDoc.aspx?doc_ id=6132624

Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1990.

Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Riyadi, Akhmad. 2012. “Perbedaan

Pembelajaran Pendekatan

Konvensional dan Pembelajaran

Pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME)”. Tersedia

pada:http://riyadia.blogspot.com/201 2/03/perbedaan-Pembelajaran-pendekatan.html(diakses tanggal 5 Januari 2014)

Saryadi, Wahyu. 2011. “Pendekatan

Matematika Realistik”. Tersedia

pada:

http://urung-kelas.blogspot.com/2011/11/proposal -skripsi-wahyu-saryadi.html (diakses tanggal 5 Januari 2014)

Sofa. 2008. “Pendekatan Pembelajaran

Matematika Realistik”. Tersedia

pada:

http://massofa.wordpress.com/2008/

09/13/pendekatan-pembelajaran-matematika-realistik/ (diakses

tanggal 8 Januari 2014)

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

(10)

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi

Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Bandung : Universitas

Pendidikan Indonesia.

Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan

Alat Permainan. Jakarta: PT Grasindo.

Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran

Matematika Realistik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Ketenagaan.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Gambar

Tabel 2. Rekapitulasi Perhitungan Hasil Belajar Matematika  Statistik Deskriptif  Kelas Eksperimen  Kelas Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Ketika BRR bersiap menutup kantornya, proyek portofolio mereka bisa dikategorikan sebagai berikut dalam hubungannya dengan skenario pelimpahan: proyek tahun jamak (dari IRFF,

A simplified Persistent Scatterer Interferometry (PSI) approach is used to monitor the displacements of the Nanjing Dashengguan Yangtze River High-speed Railway

Pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris yang sesuai dengan potensi perkembangan industri dan pariwisata dan kebutuhan daerah serta adanya

Subjek adalah mereka yang mengajar mata pelajaran bahasa Inggris. Subjek ini masuk dalam kategori penjaring informasi utama, yang mana dari sini..

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa field goal dan assist adalah faktor yang memiliki pengaruh terhadap hasil akhir

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Puskesmas Kokap II yang berada di wilayah Kecamatan Kokap merupakan penyumbang terbesar penderita positip malaria untuk wilayah Kabupaten Kulon Progo diantaranya karena potensi

This paper focused on analyzing the impact on multi-spectral image caused by satellite jitter and proposed a jitter detection and compensation method to improve the