• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO DENGAN SKOR KONDISI TUBUH YANG BERBEDA PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO DENGAN SKOR KONDISI TUBUH YANG BERBEDA PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN MALANG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO DENGAN

SKOR KONDISI TUBUH YANG BERBEDA PADA KONDISI

PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN MALANG

(Reproduction Performance of PO Cow at Different Body Score Condition

at Small Farmer in Malang District)

D.M.DIKMAN1,L.AFFANDHY1,T.WAHYUDI1,D.E.MAYBERRY2,G.FORDYCE3danD.P.POPPI2

1Loka Penelitian Sapi Potong, Grati-Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia

2 School of Agriculture and Food Sciences, The University of Queensland, Gatton Queensland, Australia 3 Queensland Alliance for Agriculture & Food Innovation, University of Queensland, Australia

ABSTRACT

This research was done by observations of small farmers in Srigonco village Bantur sub-district Malang district. It was done during January to December 2010 on 130 heads of PO cow, and there were only 61 heads calved and 24 out of 61 heads had complete data used in this paper. This research was a collaboration between the Beef Cattle Research Station with ACIAR to develop a cow-calf feeding system based on rice straw with strategic supplementation of tree legumes (eg. Gliricidia). Cow body condition scores (range 1 – 5) at calving was recorded and cows were grouped into three groups: group A with body condition score of 1 – 2; group B with body condition score 2,5 to 3 and group C body condition score of 3,5 to 5. Reproductive performance observed included cow body weight at calving, birth weight and calves sex, anoestrous post partum (APP), days open (DO), service per conception (S/C), rate of pregnancy and feeding. This study aws aimed to determine the influence of body condition score on reproduction performances. The data was analyzed using ANOVA in SPSS. The results showed that 24 head of cows that had the lowest APP was at body condition score C 106,63  17,51 days, while for body condition score A was 200,33  35,07 and B was 144,23  12,76 days (P < 0.05). The same result for days open in group A, B and C, respectively were 200,33  35,07 days; 191,45  18,72 days and 154,13  21,53 days. Service per conception in group A, B and C respectively were 1,00  0,00; 1,54  0,52; 1,50  0,93; the rate of pregnancy in group A, B and C, respectively were 100,00 + 0,00%; 92,31  0,08%; 87,50  0,35%. Cow body weight at calving in group A, B and C were 297,00  23,40 kg, 338  8,18 kg, 349,63  12,70 kg, and birth weight of male calves in group A, B and C respectively were 26,00  4,00 kg; 27,50  0,97 kg; 29,80  0,25 kg Female calves in group A, B and C respectively were 24,00  0,00 kg; 28,60  0,90 kg; 27,70  1,56 kg showed no significant difference (P > 0.05). The feed on body condition score of A indicates deficiency of dry matter 1.4% and crude protein 0.1%, while in condition B and C score were more than minimal requirement. It was concluded that reproductive performance of anoestrous post partum in higher PO cow body condition score indicated better results while the other reproductive performance DO, S/C and pregnancy rate were the same or not different.

Key Words: Body Condition Score, Reproductive Performance, PO Cow

ABSTRAK

Pengamatan dilakukan pada peternakan rakyat di Desa Srigonco Kecamatan Bantur Kabupaten Malang mulai Januari – Desember 2010 pada 130 ekor sapi PO Induk. Jumlah sapi PO induk yang telah beranak adalah 61 ekor dan hanya 24 ekor yang dapat digunakan dalam tulisan ini. Penelitian ini merupakan kerjasama antara Loka Penelitian Sapi Potong dengan ACIAR dengan tujuan pengembangkan sistem pemberian pakan kualitas rendah (jerami padi) dan legume (gamal) untuk mencapai tingkat reproduksi yang optimal. Skor Kondisi Tubuh induk (kisaran 1 – 5) saat melahirkan yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok A dengan kisaran 1 – 2 ; kelompok B kisaran 2,5 – 3 dan kelompok C kisaran 3,5 – 5. Performans reproduksi yang diamati meliputi berat badan induk saat melahirkan, berat lahir anak dan jenis kelamin, APP, DO, S/C, angka kebuntingan dan pemberian pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan skor kondisi tubuh terhadap performans reproduksi sapi induk. Data yang diperoleh

(2)

dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan One Way ANOVA program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24 ekor sapi PO induk yang telah melahirkan mempunyai APP paling rendah adalah 106,63  17,51 hari pada skor kondisi tubuh C dibandingkan pada skor kondisi tubuh A adalah 200,33  35,07 hari dan B adalah 144,23  12,76 (P < 0,05); demikian pula DO-nya pada kelompok A, B dan C masing-masing adalah 200,33  35,07 hari; 191, 45  18,72 hari; dan 154,13  21,53 hari), S/C pada kelompok A, B dan C masing-masing adalah 1,00  0,00; 1,54  0,52; 1,50  0,93; angka kebuntingan pada kelompok A, B dan C masing-masing adalah 100,00  0,00%; 92,31  0,08%; 87,50  0,35%, berat badan induk saat melahirkan pada kelompok A, B dan C masing-masing adalah 297,00  23,40 kg; 338  8,18 kg; 349,63  12,70 kg dan berat lahir anak jantan pada kelompok A, B dan C masing-masing adalah 26,00  4,00 kg; 27,50  0,97 kg; 29,80  0,25 kg dan anak betina kelompok A, B dan C masing-masing adalah 24,00  0,00 kg; 28,60  0,90 kg; 27,70  1,56 kg tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P > 0,05). Pemberian pakan pada skor kondisi tubuh A menunjukkan kekurangan 1,4 % BK dan 0,1 % PK sedangkan pada skor kondisi B dan C sudah lebih dari kebutuhan minimal. Disimpulkan bahwa performans reproduksi APP (Anoestrous Post Partum) sapi PO induk pada Skor Kondisi Tubuh yang lebih tinggi menunjukkan hasil yang lebih baik sedangkan performans reproduksi DO (Days Open), S/C (Service per Conception) dan angka kebuntingan adalah sama atau tidak berbeda nyata.

Kata Kunci: Skor Kondisi Tubuh, Performans Reproduksi, Sapi PO Induk

PENDAHULUAN

Performans reproduksi merupakan komponen utama dalam peningkatan efisiensi reproduksi usaha pembibitan sapi potong. Propinsi Jawa Timur memiliki jumlah populasi ternak sapi potong terbanyak di Indonesia yang sebagian besar masih dipelihara pada kondisi peternakan rakyat. Performans reproduksi sapi potong di Indonesia sudah mulai ada perbaikan, hal ini dapat dilihat dari perkembangan populasi sapi potong mulai dari tahun 2006 – 2008 ada kenaikan 12,7% (DITJENNAK, 2008). Peningkatan populasi ini masih belum dapat mendukung swasembada daging, hal ini dapat diketahui dari tingginya impor sapi bakalan ke Indonesia untuk mendukung ketersediaan daging. Peningkatan produktivitas peternakan sapi potong rakyat akan membutuhkan suatu kombinasi peningkatan populasi induk-induk produktif, peningkatan performan reproduksi sapi-sapi induk dan peningkatan produktivitas dan profitabilitas usaha penggemukan sapi potong rakyat.

Peningkatan produksi sapi potong lokal dapat dilakukan dengan peningkatan performans reproduksi sapi melalui pemanfaatan pakan yang lebih efisien, diantaranya jerami padi dan legum. Sumber daya pakan yang ada seperti jerami padi dan legume serta hijauan pakan lainnya merupakan potensi yang masih perlu ditingkatkan. Penelitian ini program kerjasama penelitian antara Loka Penelitian Sapi Potong dan ACIAR selama 4 (empat) tahun melalui proyek

Sapi-Jerami yang bertujuan untuk membangun sebuah sistem pemeliharaan sapi didasarkan pada jerami padi, dengan suplemen strategis pada sapi selama periode permintaan energi yang tinggi. Penelitian di Florida yang dilakukan oleh KUNKLE et al. (1994) menunjukkan bahwa skor kondisi tubuh (SKT) mempunyai peranan yang penting untuk fertilitas sapi potong. SCHATZ et al. (2011) menyatakan bahwa dengan SKT induk saat sebelum melahirkan dapat dijadikan dasar untuk mengetahui perkiraan angka kebuntingan berikutnya. Performans reproduksi seperti APP (Anoestrous Post Partum), DO (Days Open), S/C (Service per Conception), angka kebuntingan merupakan parameter penting untuk diketahui guna perbaikan efisiensi reproduksi. Penilaian performans reproduksi pada SKT yang berbeda pada sapi potong induk saat melahirkan di peternakan rakyat perlu dilakukan guna perbaikan reproduksi selanjutnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendukung peningkatan efisiensi reproduksi melalui penggalian data dasar tentang performans reproduksi sapi potong induk dengan SKT yang berbeda pada kondisi peternakan rakyat dan makalah ini menyajikan hasil awal dari tahun pertama penelitian.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan di Desa Srigonco Kecamatan Bantur Kabupaten Malang mulai

(3)

Bulan Januari – Desember tahun 2010 dengan pengamatan secara langsung. Jumlah ternak yang diamati sebanyak 130 ekor sapi PO induk milik peternak yang didaftar dan diberikan nomor ID khusus. Semua sapi induk diberikan pakan jerami padi secara ad. libitum

(sebanyak-banyaknya sapi dapat

mengkonsumsinya) selama kegiatan penelitian berlangsung. Jika jerami padi tidak tersedia, jerami jagung dapat juga digunakan. Pemberian pakan legume ataupun hijauan segar lainnya (konsentrat) sebanyak 0,5% BK untuk induk yang kering dan 1% BK untuk induk bunting tua dan baru melahirkan.

Pengumpulan data dilakukan tiap bulan dengan mencatat Skor Kondisi Tubuh (SKT) kisaran 1 – 5 dan mengelompokkan ternak berdasarkan SKT menjadi 3 kelompok yaitu kelompok A dengan SKT 1 – 2, kelompok B dengan SKT 2,5 – 3 dan kelompok C dengan SKT 3,5 – 5. Berdasarkan tiga kelompok SKT ini data berat badan induk saat melahirkan dan berat lahir anak, APP (Anoestrous Post

Partum), DO (Days Open), S/C (Service per

Conception), angka kebuntingan dan

pemberian pakan dikumpulkan dan dianalisis. Data yang diperoleh dinalisis menggunakan ANOVA program SPSS dengan parameter meliputi: APP (Anoestrous Post Partum), DO (Days Open), S/C (Service per Conception), angka kebuntingan, berat badan induk saat melahirkan dan berat lahir anak.

HASIL DAN PEMBAHASAN Performans reproduksi

Induk sapi PO yang telah beranak mulai Januari sampai dengan Desember 2010 sebanyak 61 ekor dari populasi total yang diamati 130 ekor induk, data yang dapat digunakan adalah 24 ekor kelahiran. Performans reproduksi seperti APP (Anoestrous Post Partum), DO (Days Open), S/C (Service per Conception) dan angka kebuntingan seperti tercantum pada Tabel 1.

Parameter performans reproduksi yang menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05) adalah APP (Anoestrous Post Partum) pada ketiga kelompok SKT induk saat melahirkan sedangkan parameter lainya tidak berbeda

nyata (P > 0,05). DIKMAN (2009) menyatakan APP induk yang paling baik adalah 109,00  16,9 hari di Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan sedang hasil penelitian di Kecamatan Bantur Kabupaten Malang dengan SKT (3,5 – 5) menunjukkan APP yang lebih pendek. Hasil pengamatan di lapang menunjukkan satu ekor induk yang dapat mempunyai APP 41 hari sehingga masih ada kemungkinan untuk perbaikan performans reproduksi yang dapat dilakukan dengan pengamatan birahi setelah beranak dengan cara lebih intensif. Hal ini dikarenakan peternak sebagian besar masih belum memahami tanda-tanda birahi ternak sapi. Selama ini peternak hanya mengetahui birahi bila ternak sapi berteriak. APP lebih pendek dapat juga dikarenakan konsumsi pakan (BK dan PK) di Kabupaten Malang memang kondisi SKT yang berbeda menunjukkan hasil yang sama, demikian juga dengan persentase angka kebuntingan tidak ada perbedaan (P > 0,05). DEROUEN et al. (1994) dan lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Probolinggo. DO dan S/C induk sapi PO pada MORRISON

et al. (1999) menyatakan bahwa SKT induk

saat sebelum melahirkan dan saat melahirkan tidak mempengaruhi angka kebuntingan.

Jumlah induk yang dapat melahirkan meningkat sebanding dengan pada peningkatan SKT, DEROUEN et al. (1994) menyatakan peningkatan SKT akan diikuti dengan kecukupan kebutuhan energi untuk mendukung reproduksi. Akan tetapi tidak ada perbedaan DO, S/C dan angka kebuntingan pada SKT yang berbeda.

Performans reproduksi induk berupa berat badan saat melahirkan dan berat lahir anak jantan atau betina tidak dipengaruhi oleh perbedaan skor kondisi tubuh (SKT) induk seperti tercantum pada Tabel 2 (P > 0,05). DEROUEN et al. (1994) menyatakan bahwa SKT induk saat sebelum melahirkan tidak mempengaruhi berat badan induk saat melahirkan, berat lahir anak dan kesulitan kelahiran. MORRISON et al. (1999) menyatakan bahwa perbedaan SKT sapi potong induk saat melahirkan tidak banyak berpengaruh pada performans reproduksi berat badan induk setelah melahirkan dengan syarat SKT dipertahankan minimal 5 (skor 1 – 9) atau 2,5 (skor 1 – 5).

(4)

Tabel 1. APP, SC dan CR sapi PO induk dengan SKT berbeda

Skor kondisi tubuh Parameter A (1 – 2) B (2,5 – 3) C (3,5 – 5) Nilai P n (ekor) 3 13 8 APP (hari) 200,33  35,07 144,23  12,76 106,63  17,51 P < 0,05 DO (hari) 200,33  35,07 191, 45  18,72 154,13  21,53 P > 0,05 S/C 1,00  0,00 1,54  0,52 1,50  0,93 P > 0,05 Angka kebuntingan (CR, %) 100,00  0,00 92,31  0,08 87,50  0,35 P > 0,05

Tabel 2. Berat badan induk saat beranak dan anak dengan SKT berbeda

Skor kondisi tubuh Parameter

A (1 – 2) B (2,5 – 3) C (3,5 – 5)

Nilai P BB induk saat beranak (kg)

n = 24 297,00  23,40 338  8,18 349,63  12,70 P > 0,05 BL anak (kg) : ♂; n = 9 ♀; n = 15 26,00  4,00 24,00  0,00 27,50  0,97 28,60  0,90 29,80  0,25 27,70  1,56 P > 0,05 P > 0,05 Pemberian pakan

Bahan pakan yang digunakan pada ternak di Desa Srigonco Kecamatan Bantur Kabupaten Malang mempunyai kandungan bahan kering (BK) dan Protein Kasar (PK) seperti tertera dalam Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan zat nutrisi bahan pakan (% BK

dan PK) Bahan pakan BK PK Gamal 25 23 Jerami padi 80 4 Rumput Gajah 18 11 Rumput Lapang 16 12 Pucuk tebu 23 10

Hasil analisa laboratorium pakan Lolit Sapi Potong

Pakan yang diberikan oleh peternak di Desa Srigonco Kecamatan Bantur Kabupaten Malang seperti tercantum pada Tabel 4. terdiri atas jerami padi, legum (gamal) dan hijauan (rumput Gajah, rumput lapang dan pucuk tebu). Pemberian legum dan hijauan lainnya disesuaikan dengan status reproduksi induk.

Induk yang kering pakan legum dan hijauan yang diberikan 0,5% BK dan induk yang bunting tua atau laktasi awal 1% BK.

Tabel 4. Pemberian pakan pada sapi induk dengan

SKT berbeda

Skor kondisi tubuh Uraian A B C BK (kg DM/kg BB/hari) Konsumsi 5,9 9,9 11,9 Kebutuhan 7,3 8,3 8,6 Selisih -1,4 1,6 3,3 PK (kg DM/kg BB/hari) Konsumsi 0,6 1,1 1,8 Kebutuhan 0,7 0,8 0,8 Selisih -0,1 0,3 1,0 Kisaran SKT (A= 1 – 2; B= 2,5 – 3; C= 3,5 – 5)

Pemanfaatan pakan asal hasil samping pertanian berupa jerami padi masih prospektif dalam mendukung usaha pembibitan sehingga sapi PO induk yang dipelihara di peternakan rakyat lebih efisien (HARTATI et al., 2006). Gangguan reproduksi pada ternak sangat

(5)

dipengaruhi oleh pakan yang diberikan, HAFEZ (1993) menyatakan pakan merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian embrio dini.

KESIMPULAN

Induk sapi potong PO saat beranak dengan Skor kondisi tubuh yang semakin baik akan mempengaruhi kondisi birahi setelah beranak menjadi lebih cepat sedangkan performans reproduksi lainnya seperti days open, service

per conception, angka kebuntingan, berat

badan induk saat beranak dan berat lahir anak tidak dipengaruhi. Pemberian pakan di wilayah Desa Srigonco Kecamatan Bantur Kabupaten Malang pada ternak dengan skor kondisi tubuh yang rendah perlu dilakukan perbaikan dikarenakan kebutuhan pakan lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi. Sedangkan ternak dengan skor kondisi tubuh yang sedang sampai yang paling bagus pemberian pakan sudah melebihi dari kebutuhan.

Perlu dilakukan perbaikan skor kondisi tubuh ternak pada saat kebuntingan tua menjadi skor kondisi tubuh sedang (2,5 – 3) atau bagus (3,5 – 5) untuk memperbaiki kondisi birahi setelah beranak dengan cara memberikan tambahan pakan berupa legum, pakan hijauan ataupun konsentrat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) yang telah membiayai penelitian ini dan Ir. Mariyono, MSi. selaku Kepala Loka Penelitian Sapi Potong yang telah memberikan dukungan selama penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

DITJENNAK. 2008. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta. hlm. 76.

DE ROUEN, S.M., D.E. FRANGKE, D.G. MORRISON, W.E. WYATT, D.F. COOMBS, T.W. WHITE, P.E. HUMES and B.B. GREENE. 1994. Prepartum body condition and weight influences on reproductive performance of first-calf beef cows. J. Anim. Sci. 72(5): 1119 – 1125.

DIKMAN, D.M. dan LUKMAN AFFANDHY. 2009. Reproduktivitas induk sapi PO berdasarkan kelahiran anak jantan dan betina: Studi kasus di kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Semarang, 20 Mei 2009. Universitas Diponegoro, Semarang. hlm. 104 – 109. HARTATI, MARIYONO dan D.B. WIJONO. 2006. Nilai

ekonomis pembibitan sapi pada kondisi pakan low external input. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5 – 6 September 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 292 – 298.

HAFEZ, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animal 6th Edition. Lea and Febiger, Philadelphia. pp. 102 – 104.

KUNKLE, W.E., R.S. SAND and D.O. RAE. 1994.

Effect of body condition on productivity in beef cattle. In: Factors Affecting Calf Crop. FIELDS,M.J. and R. SAND (Eds.) CRC Press, Boca Raton, FL. pp. 167 – 178.

MORRISON, D.G., J.C. SPITZER and J.L. PERKINS. 1999. Influence of prepartum body condition score change on reproduction in multiparous beef cows calving in moderate body condition. J. Anim.Sci. 77(5): 1048 – 1054.

SCHATZ, T., K. MCCOSKER, G. FORDYCE and M.

MCGOWAN. 2003. Predicting pregnancy rates from pre-calving body condition score of first-lactation Brahmans. NABRUC.

Referensi

Dokumen terkait

Hari ini, seramai 300 Person Under Surveillance (PUS) telah mendaftar masuk di hotel untuk menjalani kuarantin, menjadikan jumlah keseluruhan PUS di 38 buah hotel dan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa disekitar perkebunan teh PTP Nusantara VI Danau Kembar dan disekitar perkampungan Jorong Kayu

Klik tombol “View Proforma” untuk melihat perhitungan estimasi biaya dari daftar container yang telah dibuat.. Klik tombol “Create Job Order” untuk membuat

Sderenbang Polri Baintelkam Polri PT Pos Indonesia (Persero) Sekmil Presiden Drs. Contoh Buku Catatan Jumlah Penerimaan Surat.. Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas,

Di awali dari visi Indonesia Sehat oleh Departemen Kesehatan yang salah satu intinya yaitu pemerataan pelayanan kesehatan hingga seluruh wilayah NKRI, maka sarana kesehatan

Persepsi wisatawan berdasarkan kualitas pelayanan yang diberikan pramuwisata di daya tarik wisata Sangeh adalah sangat baik, karna semua hasil dari data yang di dapatkan

Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mempelajari dan mencari data informasi mengenai dasar-dasar dalam merencanakan sebuah Gedung Pamer dan Peraga Iptek Kelautan di

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) Menemukan pedoman keterampilan dasar komunikasi konseling untuk meningkatkan efektivitas konseling individual (2)