• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Antara Jumlah Leukosit Darah Pada Pasien Apendisitis Akut Dengan Apendisitis Perforasi Di Rsup Dr. Kariadi Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Antara Jumlah Leukosit Darah Pada Pasien Apendisitis Akut Dengan Apendisitis Perforasi Di Rsup Dr. Kariadi Semarang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA

PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS

PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

SITI HARDIYANTI SIBUEA 22010110110069

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014

(2)
(3)

PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Siti Hardiyanti Sibuea1, Ani Margawati2, B. Parish Budiono3

ABSTRAK

Latar belakang: Apendisitis akut merupakan nyeri akut abdomen yang sering terjadi saat ini. Pemeriksaan dan diagnosis yang terlambat dapat mengakibatkan risiko terjadinya apendisitis perforasi. Pemeriksaan jumlah leukosit darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang cepat dan murah untuk mendiagnosis apendisitis akut dan apendisitis perforasi, akan tetapi belum diketahui batas yang pasti jumlah leukosit darah dalam membedakan antara apendisitis akut dengan apendisitis perforasi.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik retrospektif menggunakan metode cross sectional dengan 139 sampel untuk mencari cut off point jumlah leukosit darah. Data diambil dari catatan medis pasien apendisitis di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Data yang didapat dilakukan analisa deskriptif dan analitik menggunakan Independent T-test dengan batas kemaknaan adalah p<0,05. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan, batas angka leukosit darah berada pada cut off point13.900 sel/mm3dengan sensitifitas 83,75% dan spesifisitas 54,2%. Hasil

Independent T-test didapatkan nilai p<0,001.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah leukosit darah pada pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi. Jumlah leukosit darah dapat digunakan sebagai diagnosis penunjang dalam membedakan apendisitis akut dengan apendisitis perforasi.

Kata kunci: Apendisitis akut, apendisitis perforasi, jumlah leukosit darah.

1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

3

Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

(4)

THE DIFFERENCE BETWEEN THE LEUKOCYTES COUNT FROM PATIENT WITH ACUTE APPENDICITIS AND PERFORATED APPENDICITIS AT DR. KARIADI HOSPITAL SEMARANG

Siti Hardiyanti Sibuea1, Ani Margawati2, B. Parish Budiono3

ABSTRACT

Background : Acute appendicitis is one of the most common acute abdominal pain. A late check up and diagnosis could bring harms which is turning into perforated appendicitis.Leukocyte count is a laboratory collation that is generous and quick to diagnose the acute apendicitis and perforated appendicitis, however there’s no certain limit of the leukocytes count to recognize whether it is acute apendicitis or perforated appendicitis.

Aim : To know the difference between the leukocytes count from patient with acute appendicitis and perforated appendicitis at Dr. Kariadi Hospital Semarang.

Method : This research was an analytic observational retrospective using cross sectional method with 139 samples to find out the cut off point of leukocytes count. Data were taken from appendicitis patients’ medical records in Dr. Kariadi Hospital Semarang. Obtained data were calculated with descriptive and analytical analysis using independent t-test with significance limit is p<0,05.

Result : The result obtained the limit of leukocyte count is on the cut off point of 13.900 cell/mm3 with sensitivity of 83.75% and specificity of 45.8%. The result of Independent t-test is p<0,001.

Conclusion : There is a significant difference between the amount of leukocytes count from patients with acute appendicitis and perforated appendicitis. The leukocytes count can be used as secondary diagnosis in order to recognize the difference between acute appendicitis and perforated appendicitis.

Keywords : Acute appendicitis, perforated appendicitis, leukocytes count.

1

Undergraduate student of Faculty of Medicine Diponegoro University

2

Department of Public Health Faculty of Medicine Diponegoro University

3

(5)

PENDAHULUAN

Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah apendisitis.1 Apendisitis merupakan nyeri akut abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi pengaruh konstipasi dan kebiasaan makan makanan rendah serat dapat menimbulkan derajat peningkatan apendisitis.2 Kejadian apendisitis akut pada usia antara 10 dan 30 tahun adalah sekitar 7,0% dari populasi. Apendisitis pada anak kurang dari 1 tahun jarang di laporkan, umumnya insiden pada lelaki dan perempuan sebanding.3

Menurut data Global Burden Disease WHO 2004 terdapat 259 juta kasus apendisitis pada laki-laki di seluruh dunia yang tidak terdiagnosis, sedangkan pada perempuan terdapat 160 juta kasus apendisitis yang tidak terdiagnosis.4Pada pasien usia lanjut dengan apendisitis sering sulit untuk di diagnosis dibandingkan dengan pasien yang lebih muda, sebab banyak kemungkinan diagnosis diferensial yang di dapatkan pada pasien usia lanjut dengan apendisitis, serta sulitnya mendapatkan komunikasi yang efektif. Sehingga kejadian ini dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap laju perforasi yang sangat tinggi.5

Pemeriksaan jumlah leukosit darah merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang cepat dan murah untuk dapat menentukan diagnosa apendisitis akut dan apendisitis perforasi. Biasanya ditemukan leukositosis pada pemeriksaan laboratorium dan sering ditemukan pada kasus dengan komplikasi berupa perforasi. Dilaporkan bahwa insiden perforasi sekitar 60% terdapat pada penderita diatas usia 60 tahun.6-8

Nilai leukosit darah meningkat >10.000/mm3 dan hitung jenis leukosit darah terdapat pergeseran ke kiri pada pasien apendisitis akut. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh John H dkk, menyatakan bahwa leukositosis lebih dari 13.000 / mm3 adalah indikasi apendisitis akut.9,10

Pada pasien dengan jumlah leukosit darah yang meningkat >18.000 sel/mm3 menyebabkan kemungkinan terjadinya apendisitis perforasi.5 Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya perbedaan antara jumlah leukosit darah pada pasien apendisitis akut dengan kejadian apendisitis perforasi.

(6)

METODE

Penelitian ini merupakan dengan pendekatan cross

RSUP Dr Kariadi Semarang

consecutive sampling. Data dan apendisitis perforasi Kariadi Semarang. Kriteria

akut atau perforasi, mempunyai laboratorium leukosit darah

data yang lengkap mengena dan pada rekam medis terda Besar sampel yang pasien apendisitis akut dan penelitian ini adalah pasien dengan variabel terikatny dilakukan analisis univariat secara deskriptis. Data jumlah

t-test tidak berpasangan jika ditemukan data tidak normal. mendapatkan cut off point

HASIL

Analisis Deskriptif Didapatkan pasien pasien dan pasien yang pasien.

ini merupakan penelitian observasional analitik retrospektif

cross sectional, dan dilaksanakan di Instalasi Rekam Semarang pada bulan Juni 2014. Sampel dipilih dengan

Data diperoleh dari rekam medis pasien apendisitis perforasi selama Januari 2010 - Oktober 2013 di RSUP

Kriteria inklusi antara lain pasien dengan diagnosa apendisitis perforasi, mempunyai data rekam medis lengkap dengan

leukosit darah pre operasi. Kriteria eksklusinya adalah tidak te mengenai pemeriksaan laboratorium leukosit darah pre dan pada rekam medis terdapat penyakit penyerta lain.

sampel yang didapatkan sebesar 139 sampel yang terdiri akut dan 43 pasien apendisitis perforasi. Variabel bebas

pasien yang terdiagnosis apendisitis akut atau terikatnya adalah jumlah leukosit darah. Data yang

univariat dan disajikan dalam bentuk tabel maupun Data jumlah leukosit darah dilakukan analisa bivariat dengan uji berpasangan jika ditemukan data normal atau uji Mann-Whitney

tidak normal. Selanjutnya dilakukan analisis ROC

cut off pointjumlah leukosit darah.

pasien yang terdiagnosis apendisitis akut sebanyak 96 (69, yang terdiagnosis apendisitis perforasi sebanyak 43

69.06% 30.94%

Apendisitis

Akut Perforasi

retrospektif Instalasi Rekam Medis

dipilih dengan cara apendisitis akut 2013 di RSUP Dr. diagnosa apendisitis lengkap dengan hasil adalah tidak terdapat darah pre operasi

yang terdiri dari 96 Variabel bebas dalam atau perforasi, yang diperoleh maupun grafik bivariat dengan uji

Whitney jika ROC untuk

sebanyak 96 (69,1%) sebanyak 43 (30,9%)

(7)

Gambar 1.Distribusi pasien apendisitis akut dan apendisi Dr. Kariadi Semarang

Dari 139 pasien apendisitis laki laki dan 53 (38,1%)

kelamin laki – laki yang terdiagnosis dan yang terdiagnosis apendisitis pasien berjenis kelamin perempuan (36,5) pasien dan yang

pasien.

Gambar 2. Distribusi jenis kelami Semarang

Gambar 3. Sebaran RSUP Dr. Kariadi Semarang

0 20 40 60 80 F re k u e n si

Jenis Kelamin berdasarkan

Distribusi pasien apendisitis akut dan apendisitis perforasi di

pasien apendisitis sebanyak 86 (61,9%) pasien berjenis (38,1%) pasien berjenis kelamin perempuan. Pasien yang terdiagnosis apendisitis akut sebanyak 61 (63,5%) terdiagnosis apendisitis perforasi sebanyak 25 (58,1%) pasien.

kelamin perempuan yang terdiagnosis apendisitis akut adalah yang terdiagnosis apendisitis perforasi adalah 18

Distribusi jenis kelamin pasien apendisitis di RSUP Dr. Kariadi

Sebaran data jenis kelamin berdasarkan jenis apendisitis Kariadi Semarang

61.87% 38.13%

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

AP. Akut AP. Perforasi

61

25 35

18

Apendisitis

Jenis Kelamin berdasarkan Jenis Apendisitis

Laki-laki

ndisitis akut dan apendisitis perforasi di RSUP

berjenis kelamin Pasien berjenis 61 (63,5%) pasien (58,1%) pasien. Pada akut adalah 35 adalah 18 (41,9%)

pasien apendisitis di RSUP Dr. Kariadi

apendisitis di

Apendisitis

(8)

Berdasarkan usia kelompok usia yang paling (38,85%) pasien dimana

(30,2%) pasien terdiagnosis apendisit sedikit yaitu pada kelompok

dimana 1 (1,0%) pasien yan yang terdiagnosis apendisit banyak adalah apendisitis pada kelompok usia >

dibandingkan dengan apendisitis akut.

Gambar 4. Sebaran data Semarang

Rerata jumlah leukosit adalah 14.900 sel/mm3. darah pasien apendisitis sel/mm3.

Uji Normalitas Data

Dari uji kenormalan data pa

Kolmogrov-Smirnov (n= menggunakan uji Shapiro

bahwa data untuk apendisitis Sehingga dilakukan transforma

0 20 40 60 13 F re k u e n si

Usia berdasarkan J

0 – 10

n usia didapatkan kelompok usia 11-20 tahun merupaka yang paling banyak terdiagnosis apendisitis yaitu sebanyak

dimana 41 (42,7%) pasien terdiagnosis apendisitis akut terdiagnosis apendisitis perforasi. Pada kelompok usia yang

kelompok usia >50 tahun didapat 6 (4,3%) pasien apendisitis pasien yang terdiagnosis apendisitis akut dan 5 (11,6%)

apendisitis perforasi. Untuk jenis apendisitis yang

apendisitis akut pada hampir semua kelompok usia. Sedangkan usia > 50 tahun jenis apendisitis perforasi lebih

ngan apendisitis akut.

Sebaran data usia berdasarkan jenis apendisitis di RSUP Dr.

jumlah leukosit pasien apendisitis yang menjadi sampel penelitian . Untuk nilai minimum dan maksimum jumlah

apendisitis masing-masing adalah 5.300 sel/mm3 dan

normalan data pada kelompok apendisitis akut menggunakan uji (n=96) dan pada kelompok apendisitis

Shapiro-Wilk (n=43). Dari hasil uji kenormalan didapatkan apendisitis perforasi berdistribusi data tidak normal (

n transformasi data agar data berdistribusi normal yaitu p>0,05.

AP. Akut AP. Perforasi

9 41 13 22 10 11 8 5 1 1 Apendisitis

Usia berdasarkan Jenis Apendisitis

11 – 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 > 50

tahun merupakan yaitu sebanyak 54 isitis akut dan 13 usia yang paling pasien apendisitis (11,6%) pasien apendisitis yang paling usia. Sedangkan rforasi lebih banyak

RSUP Dr. Kariadi sampel penelitian jumlah leukosit dan 43.600 menggunakan uji apendisitis perforasi kenormalan didapatkan normal (p=0,003). yaitu p>0,05. 5

(9)

Berdasarkan hasil normalitas data dari transformasi data didapatkan data berdistribusi normal yaitu Uji Kolmogrov-Smirnov dengan p = 0,200 dan Uji

Shapiro-Wilk dengan p = 0,204. Analisis uji beda

Dari hasil Independent T-testdidapatkan nilai p = < 0,001, karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan leukosit darah yang bermakna pada diagnosis apendisitis akut dan apendisitis perforasi.

Analisis ROC

Gambar 5. Kurva ROC leukosit darah apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang

Tabel 2.Hasil Uji pada seluruh sampel

Cut off point Sensitifitias 1-Spesifisitas

13650 0,837 0,5 13720 0,837 0,521 13770 0,837 0,531 13900 0,837 0,542 1 - Specificity 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 S e n s it iv it y 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 ROC Curve

(10)

Berdasarkan tabel dan kurva ROC, hasil uji pada seluruh sampel diperoleh

cut off point leukosit 13900 sel/mm3 dengan sensitivitas 83,7% dan spesifisitas 54,2%. Hasil pengolahan data diperoleh Area Under Curve (AUC) pada sampel sebesar 74,4% berarti keakuratan penelitian pada sampel dalam kategori sedang.

PEMBAHASAN

Berdasarkan jenis apendisitis, didapatkan pasien yang terdiagnosis apendisitis akut (96 pasien / 69,1%) lebih banyak dibandingkan pasien yang terdiagnosis apendisitis perforasi (43 pasien / 30,9%) . Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggi Patranita, didapatkan bahwa diagnosis apendisitis paling banyak terdapat di RSU Dokter Soedarso Pontianak pada tahun 2011 adalah apendisitis akut sebanyak 60 (60%) pasien, dan diagnosis apendisitis perforasi sebanyak 40 (40%) pasien.11

Rasio kejadian apendisitis pada laki – laki dan perempuan yaitu 3 : 2. Berdasarkan studi di Swedia, dikatakan bahwa kejadian kasus apendisitis tahunan adalah 1,33 per seribu penduduk laki-laki dan 0,99 per seribu penduduk perempuan (dengan p = 0,002).12,13 Sesuai dengan pernyataan tersebut, pada penelitian ini pasien apendisitis yang berjenis kelamin laki-laki (86 pasien / 61,9%) lebih banyak dari pada pasien apendisitis yang berjenis kelamin perempuan (53 pasien / 38,1%). Terdapat 61 (63,5%) pasien berjenis kelamin laki – laki dan 35 (36,5%) pasien berjenis kelamin perempuan yang terdiagnosis apendisitis akut, sedangkan pasien berjenis kelamin laki – laki dan perempuan yang terdiagnosis apendisitis perforasi masing-masing sebanyak 25 (58,1%) pasien dan 18 (41,9%) pasien.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggi Patranita, didapatkan bahwa pasien apendisitis paling banyak ditemukan adalah pasien apendisitis berjenis kelamin perempuan sebanyak 54 (54%) pasien dan laki – laki sebanyak 46 (46%) pasien.11

Penelitian yang dilakukan oleh David G, menunjukkan bahwa insiden apendisitis akut paling banyak terjadi pada laki-laki. Kecenderungan lebih banyak

(11)

mengkonsumsi makanan cepat saji dan rendah serat pada laki-laki dianggap berkontribusi dalam tingginya insiden apendisitis.14,15

Apendisitis adalah penyakit yang sering terjadi pada dewasa muda. Penyakit ini jarang terjadi pada anak-anak dan orang tua. Insiden apendisitis semakin meningkat pada pasien di akhir usia belasan dan 20-an.16Pada penelitian ini, telah didapatkan data distribusi usia pasien apendisitis baik jenis apendisitis akut maupun apendisitis perforasi paling banyak pada kelompok usia 11 – 20 tahun. Sebanyak 54 (38,85%) pasien yang telah didapatkan pada kelompok usia tersebut, dimana 41 (42,7%) pasien terdiagnosis apendisitis akut dan 13 (30,2%) pasien terdiagnosis apendisitis perforasi. Kelompok usia > 50 tahun merupakan kelompok usia dengan insiden apendisitis paling sedikit yaitu 6 (4,3%) pasien, dimana 1( 1,0%) pasien yang terdiagnosis apendisitis akut dan 5 (11,6%) pasien yang terdiagnosis apendisitis perforasi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggi Patranita dimana pasien apendisitis paling banyak ditemukan pada kelompok usia 15 – 21 tahun yaitu sebanyak 32 (32%) pasien, dan yang paling sedikit ditemukan adalah kelompok usia 57 – 63 tahun sebanyak 2 (2%) pasien.11

Penelitian yang dilakukan oleh David G menunjukkan bahwa insiden apendisitis paling banyak terjadi pada kelompok usia 10-19 tahun. Insiden tertinggi pada laki-laki usia 10-14 tahun (27,6 per 10.000 penduduk per tahun) dan pada perempuan berusia 15-19 tahun (20,5 per 10.000 penduduk per tahun). Apendiks vermiformis memiliki jumlah limfoid yang lebih besar pada golongan usia muda. Hiperplasia limfoid dapat disebabkan oleh obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks vermiformis. Jika kondisi ini terus berlanjut dapat berkembang menjadi apendisitis, sehingga insiden apendisitis lebih sering terjadi pada usia muda. Lumen apendiks menjadi rudimenter setelah atrofi jaringan limfoid, sehingga kemungkinan obstruksi menurun pada usia tua, oleh sebab itu insiden apendisitis akut terjadi 5-10% pada usia tua. Terlambatnya diagnosis dan pengobatan berperan dalam kejadian perforasi apendiks pada usia tua.14,15,17

Berdasarkan penelitian ini, didapatkan bahwa rerata jumlah leukosit yang menjadi sampel penelitian adalah 14900 sel/mm3. Penelitian yang dilakukan oleh

(12)

Marisa menunjukkan bahwa rata – rata jumlah leukosit darah pada sampel sebesar 14332,39 sel/mm3. Penelitian ini sesuai dengan studi yang menyebutkan pada umumnya rata-rata jumlah leukosit untuk apendisitis adalah >10.000 sel/mm3.18

Diagnosis apendisitis dapat dibuat berdasarkan beberapa temuan, baik berupa temuan fisik, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan radiografi.14 Salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan adalah pemeriksaan jumlah leukosit darah. Pemeriksaan ini biasanya digunakan dalam membantu mendiagnosis apendisitis. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa 80% sampai 85% pasien dengan apendisitis akut akan memiliki jumlah leukosit darah lebih dari 11.000 sel/mm3.19 Keterlambatan dalam mendiagnosis apendisitis akut dapat meningkatkan terjadinya komplikasi berupa perforasi. Jumlah leukosit darah akan meningkat dan terjadi leukositosis ringan pada pasien dengan apendisitis akut dan bahkan leukositosis akan semakin berat pada pasien yang telah mengalami perforasi.20,21

Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan antara jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi di RSUP Dr.Kariadi Semarang. Hasil uji statistik normalitas data ( p >0,05) pada kelompok apendisitis akut ( Kolmogrov-Smirnov) dan kelompok apendisitis perforasi (Shapiro- Wilk )

masing – masing adalah 0,200 dan 0,204, sehingga sebagai uji bedanya menggunakan Independent T-test. Pada hasil statistik uji beda ( p <0,05 ) didapatkan nilai p<0,001, sehingga terdapat perbedaan jumlah leukosit darah yang bermakna pada diagnosis apendisitis akut dan apendisitis perforasi.

Untuk mengetahui cut off point jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi digunakan analisa ROC. Cut off point bertujuan untuk mengetahui prediksi kejadian apendisitis perforasi dari hasil laboratorium leukosit darah.18 Berdasarkan analisa yang dilakukan pada 139 sampel pasien apendisitis, telah didapatkan cut off pointjumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi adalah 13.900 sel/mm3. Sensitivitas dan spesifisitas masing – masing adalah 83,7% dan 54,2%. Berarti kemampuan leukosit darah pada cut off point 13.900 sel/mm3 untuk mendeteksi apendisitis adalah sebesar 83,7%, dan untuk menentukan subyek tidak menderita apendisitis

(13)

adalah sebesar 54,2%. Area under curve yang telah didapatkan adalah 74,4% yang berarti keakuratan penelitian pada seluruh sampel berada dalam kategori sedang.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Marissa diperoleh hasil uji pada cut off point leukosit 15050 sel/mm3dengan sensitivitas 90% dan spesifisitas 89,4%.

Area Under Curve yang didapatkan sebesar 95,9%.18

Beberapa kelemahan dalam penelitian ini yaitu, pada beberapa pasien didapatkan jumlah leukosit darah yang normal. Jumlah sampel penelitian yang tidak tergolong banyak diakibatkan banyaknya penyakit penyerta dan kurang lengkapnya hasil pemeriksaan laboratorium leukosit darah pre operasi dalam rekam medis. Apabila jumlah sampel penelitian lebih banyak lagi, nilai cut off point, nilai sensitivitas dan nilai spesifisitas akan semakin baik.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,01) antara jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Cut off point jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi adalah 13.900 sel/mm3 dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas masing-masing adalah 83,7% dan 54,2%. Rerata jumlah leukosit darah yang didapatkan adalah 14.900 sel/mm3.

Saran

Perlu diperhatikan kelengkapan data rekam medis berupa hasil laboratorium darah. Selain itu, diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan antara jumlah leukosit darah pasien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi dengan menggunakan metode analisis diskriminan untuk dapat memprediksi sampel termasuk dalam kategori apendisitis akut atau apendisitis perforasi.

(14)

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr. B. Parish Budiono,Msi.Med, KBD dan Dra. Ani Margawati M.kes, Ph.D, dr. Abdul Mughni,Msi.Med, Sp.B-KBD dan Dr.dr. Selamat Budijitno,M.Si.Med,Sp.B(K)Onk, serta Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. Kariadi Semarang yang telah membantu terselenggaranya penelitian ini dan memberi masukan dalam penulisan artikel ini..

DAFTAR PUSTAKA

1. Price SA, Loraine MW. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6 vol.1. Jakarta : EGC ; 2006

2. Sjamsuhidayat R, W De Jong. Buku ajar ilmu bedah, edisi 3. Jakarta : EGC ; 2010

3. Agrawal CS, Adhikari S, & Kumar M. Role of serum C-reactive protein and leukocyte count in the diagnosis of acute appendicitis in Nepalese population. Nepal Med Coll J [internet]. 2008 [ cited 2013 November 17] ; 10(1): 11-15.

Available from :

http://www.nmcth.edu/images/gallery/Editorial/YKDc3csagrawal.pdf

4. WHO. Global burden disease. [Internet]. 2004. [cited 2013 November 17].

Available from :

http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/BD_report_2004updat e_ AnnexA.pdf

5. Brunicardi F , Dana Andersen , Timothy Billiar , David Dunn, John Hunter , Jeffrey Matthews, et al. Scwartz’s principles of surgery, 9th ed. USA : McGraw-Hill Professional ; 2009

6. Abbasi Shehzad A, and Ahmed Hussain Mishwani. "Diagnostic accuracy of total leucocyte count and ultrasound in the diagnosis of acute appendicitis." Journal of Rawalpindi Medical College (JRMC) [Internet].2012 [ cited 2013 November 18].16.2 : 147-149. Available from : http://journalrmc.com

7. H Kamran, Naveed D, Nazir A, Hameed M, Ahmed M, Khan U. Role of total leukocyte count in diagnosis of acute appendisitis. J Ayub Med Coll

(15)

Abbottabad [Internet]. 2008 [ cited 2013 November 17] ; 20(3);70-1. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19610521

8. Putrikasari LAP. Perbedaan jumlah leukosit pada pasien apendisitis akut dan apendisitis kronik di rumah sakit pusat angkatan darat gatot Soebroto jakarta periode 2010 [Skripsi]. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran ; 2011

9. H John, Neff U, Kelemen M. Appendicitis Today : Clinical and ultrasonic deductions. World J Surgery [Internet]. 1993 [ cited 2013 November 18] ; 17(2):243-9. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8511921 10. Muzamil S, Misbha Afsheen, and Farooq AR. Total leukocyte and neutrophil

count : diagnostic aid in acute appendicitis. Saudi J Gastroenterol [Internet]. 2009 [ cited 2013 November 18 ] ; 15(2): 117-120. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2702981/

11. Nasution AP. Hubungan antara jumlah leukosit dengan apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSU Dokter Soedarso Pontianak Tahun 2011 [Skripsi]. Pontianak : Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura ; 2013 12. Zinner MJ, Seymour I Scwhartz, Harold Ellis. Maingot’s abdominal

operations, 10th edition vol 2. Toronto : McGraw-Hill Professional ; 1997 13. Zuidema GD, Charles JY. Surgery of the alimentary tract 5th edition.

Philadelphia : W.B Saunders ; 2002

14. Addis, David G., Nathan Shaffeer, Barbara S. Fowler, and Robert V. Tauxe. "The epidemiology of appendicitis and appendectomy in the United States."American journal of epidemiology132, no. 5 (1990): 910-925.Available from http://aje.oxfordjournals.org/content/132/5/910.short 15. Barlas Sulu (2012). Demographic and Epidemiologic Features of Acute

Appendicitis, Appendicitis - A Collection of Essays from Around the World, Dr. Anthony Lander (Ed.), ISBN: 978-953-307-814-4, InTech, DOI:

10.5772/26184. Available from:

http://www.intechopen.com/books/appendicitis-a-collection-of-essays-from- around-the-world/demographic-and-epidemiologic-features-of-acute-appendicitis

(16)

16. Townsend CM. Sabiston textbook of surgery 16th edition. Philadelphia : W.B Saunders ; 2001

17. Stephen Garba and Adamu Ahmed (2012). Appendicitis in the Elderly, Appendicitis - A Collection of Essays from Around the World, Dr. Anthony Lander (Ed.), ISBN: 978-953-307-814-4, InTech, DOI: 10.5772/25945. Available from: http://www.intechopen.com/books/appendicitis-a-collection-of-essays-from-around-the-world/appendicitis-in-the-elderly

18. Marisa, Haryadi IJ, Muhammad RS. Batas angka leukosit antara appendisitis akut dan appendisitis perforasi di rumah sakit umum daerah tugurejo semarang selama Januari 2009 – Juli 2011. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah 1, no. 1 [Internet]. 2012 [ cited 2013 November 7].

Available from :

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/739

19. Anwar MW, Abid, I. " Validity of total leucocytes count and neutrophil count (differential leucocytes) in diagnosing suspected acute appendicitis." Journal of Pakistan Armed Forces Medical Journal [Internet].2012 [ cited 2014 June 25]. 62(3), 344-348. Available from : http:// Pakistan Armed Forces Medical Journal.htm

20. Sack Ulrich, Birgit B, Tino Elouahidi , Katrin Bauer, Ralf-Bodo T. “Diagnostic value of blood inflamatory markers for detection of acute appendicitis in children.” Journal of bmc surgery [Internet]. 2006 [cited 2014 June 25]. 6:15, 10.1186/1471-2482-6-15. Available from : http://www.biomedcentral.com/1471-2482/6/15

21. W Farooqui, Pommergaard HC, Burcharth J, Eriksen JR. “ The diagnostic value of a panel of serological markers in acute appendicitis.” Journal of Scandinavian J Surgery [Internet]. 2014 Apr 15 [cited 2014 June 25]. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24737847

Gambar

Gambar 1. Distribusi pasien apendisitis akut dan apendisi Dr. Kariadi Semarang
Gambar 4.  Sebaran data  Semarang
Gambar 5. Kurva  ROC  leukosit  darah  apendisitis  akut  dan apendisitis  perforasi  di RSUP Dr

Referensi

Dokumen terkait

As a result, many countries around the world is modernizing the cadastral database from legacy cadastre or relative cadastre to accurate coordinate based cadastre known

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formasi model hujan debit yang sesuai dengan kondisi Daerah Aliran Sungai Gajah Wong dengan menggunakan beberapa parameter yang

Kompetensi Keahlian : Pemeliharaan dan Perbaikan Instrumen Elektronika Pesawat

Sehingga nilai takik yang dihasil pada pengelasan FCAW lebih baik dibandingkan pengelasan SAW karena pengelasan FCAW memiliki masukan panas yang relatif konstan yang

Maka dari itu, dengan adanya arahan yang jelas mengenai keharusan untuk cerdas dan berprestasi, maka mahasiswa etnis Cina yang masih mengikuti budayanya lebih dapat mengatur

Alat-alat berat (yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil) merupakan alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan

Pada uji statistik terhadap variabel Risiko Kredit yang diwakili oleh NPL memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan laba dan NPL berpengaruh terhadap

[r]