Journal Homepage : http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-syifaa
9
KARAKTERISASI DAN SKRINING FITOKIMIA SIMPLISIA BUAH SELUTUI PUKA (Tabernaemontana macracarpa Jack)
Fitri Handayani, Anita Apriliana, Ira Novianti
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda Email: sausanrukan@yahoo.co.id
ABSTRACT
Selutui puka (Tabernaemontana macrocarpa Jack) is a medicinal plant that grows in forests and river banks. This plant can be found in West Kutai, East Kalimantan. Empirically, the use of selutui puka fruit is used as a medicine for toothache and canker sores by boiling it, the cooking water is used by stew. The importance of simplicia characterization is to determine the quality of simplicia which will become the standard for traditional medicine. The purpose of this study was to determine the characteristics of simplicia powder from selutui puka fruit and to determine the class of chemical compounds contained in selutui puka fruit. This research is non experimental. The research starts from sampling, determination, making simplicia, characterization which includes macroscopic test, microscopic test, determination of moisture content, soluble ethanol extract content, water soluble extract content, moisture content, ash content, acid insoluble ash content and phytochemical screening. Data were analyzed using descriptive methods.Macroscopic and organoleptic characterization of simplicia powder has a distinctive aroma (aromatic), bitter fruit flavor, yellowish-brown simplicia powder, white meat, hard and runny meat. Microscopic results of simplicia powder are found in the endocarp, wooden vessels in the form of stairs, trachea, and cork tissue. The level of dissolved ethanol extract was 36%, water juice content was 47%, water content was 8%, ash content was 4.36%, acid insoluble ash content was 0.57%. The results of phytochemical screening contain alkaloids, saponins, and flavonoids.
Key words: Characterization, phytochemical screening, fruit, selutui puka, Tabernaemontana macrocarpa Jack.
PENDAHULUAN
Selutui puka (Tabernaemontana
macrocarpa Jack) adalah tumbuhan berkhasiat obat yang tumbuh di hutan dan pinggiran sungai. Tumbuhan ini dapat ditemui di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Secara empiris penggunaan buah selutui puka digunakan sebagai obat sakit gigi dan sariawan dengan cara direbus kemudian air rebusannya dikumurkan.
Pentingnya karakterisasi simplisia adalah untuk mengetahui kualitas atau mutu dari suatu simplisia. Simplisia sebagai bahan baku awal dan produk siap dikonsumsi langsung dapat dilihat dari mutu simplisia dengan memenuhi parameter mutu umum suatu bahan yaitu kebenaran jenis, bebas dari
kontaminasi kimia dan biologis, wadah, penyimpanan dan spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan.1 Penelitian sebelumnya telah
dilakukan karakterisasi dan skrining terhadap
daun selutui puka yang menghasilkan
karakteristik spesifik pada uji mikroskopik dan organoleptis, karakteristik non spesifik yang menunjukkan hasil kadar air sebesar 8%, kadar abu 6,51% dan kadar abu tidak larut asam 0,246% serta skrining fitokimia simplisia daun selutui puka yang menunjukkan hasil positif mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid.2
Berdasarkan uraian di atas maka
dilakukan penelitian lanjutan tentang
10
buah selutui puka (Tabernaemontana
macrocarpa Jack).
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, neraca analitik, mikroskop digital, ayakan mesh no. 60, kertas saring, penangas air, oven, desikator, tanur. Bahan yang digunakan adalah serbuk simplisia buah selutui puka, pereaksi besi (III) klorida, pereaksi
mayer, pereaksi bouchardat, pereaksi
dragendrof, serbuk magnesium, etanol 70%, asam klorida 2 N, asam asetat anhidrat, asam
sulfat pekat, N-heksan, amil alkohol,
kloralhidrat, kloroform, dan aquadest.
Prosedur Penelitian Pembuatan Simplisia
Buah selutui puka yang telah
dikumpulkan dilakukan sortasi basah kemudian dicuci di bawah air mengalir yang bersih, ditiriskan. Dilakukan proses pengupasan buah kemudian dirajang dan dikeringkan dengan cara dijemur pada sinar matahari langsung lalu dilakukan sortasi kering. Simplisia yang telah kering diserbukkan kemudian diayak dengan ayak mesh no. 60.
Pemeriksaan Karakteristik Spesifik Uji Makroskopik
Uji makroskopik dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung berdasarkan ciri-ciri organoleptik yang meliputi bau, rasa, warna dan bentuk dari serbuk simplisia buah selutui puka.
Uji Mikroskopik
Uji mikroskopik dilakukan dengan cara meletakkan serbuk simplisia buah selutui puka di atas objek glass, diteteskan aquadest dan kloralhidrat, ditutup menggunakan cover glass, difiksasi di atas lampu spritus, kemudian
diamati di bawah mikroskop untuk melihat fragmen pengenal.
Penetapan Kadar Sari Larut Etanol
Serbuk simplisia sebanyak 5 gram dimaserasi dengan 100 mL etanol 70% selama 24 jam menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama, diamkan selama 18 jam. Disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol, 20 mL filtrat diuapkan dalam cawan di atas penangas air hingga kering, dipanaskan sisa filtrat
menggunakan oven dengan suhu 105OC
hingga diperoleh bobot tetap. Kadar sari larut etanol dihitung dengan rumus :3
Berat sari (g) Berat simplisia (g) x
𝟏𝟎𝟎
𝟐𝟎 x 100% Penetapan Kadar Sari Larut Air
Serbuk simplisia sebanyak 5 gram dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL campuran air dan kloroform (0,25 mL kloroform dalam aquadest 97,5 mL) dalam wadah tertutup selama 6 jam pertama. Sambil dikocok sesekali, diamkan selama 18 jam kemudian disaring hingga didapatkan 20 mL filtrat, diuapkan di atas penangas air sampai kering, sisa filtrat dipanaskan dalam oven dengan suhu 105OC hingga diperoleh bobot tetap. Kadar sari
larut air dihitung dengan rumus :4
Berat sari (g) Berat simplisia (g) x
100
20 x 100% Skrining Fitokimia
Uji Senyawa Alkaloid
Serbuk sebanyak 0,5 g ditambahkan 1 mL asam klorida 2 N dan 9 mL aquadest, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh digunakan untuk uji alkoloid. Diambil 3 tabung reaksi, masing-masing tabung dimasukkan 0,5 mL filtrat. Masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer, bouchardat dan dragendorf. Hasil positif
11 mengandung senyawa alkoloid jika terjadi
endapan. Apabila 2 dari 3 pereaksi di atas positif mengandung senyawa alkoloid maka sampel dinyatakan mengandung alkaloid yaitu terbentuknya endapan putih atau kuning.5
Uji Senyawa Flavonoid
Serbuk simplisia sebanyak 1 gram ditambahkan 10 mL air panas lalu didihkan selama 5 menit, disaring dalam keadaan masih panas. Fitrat yang diperoleh diambil sebanyak 5 mL, ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium, 1 mL HCl dan 2 mL amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Hasil positif mengandung senyawa flavonoid jika terjadi perubahan warna merah kuning pada filtrat atau warna jingga merah pada lapisan amil alkoho.6
Uji Senyawa Saponin
Serbuk simplisia sebanyak 0,5 g
dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan 10 mL air panas, dinginkan sebentar, setelah dingin dikocok kuat selama 15 menit. Apabila terbentuk buih yang mantap selama 10 menit dan buih setinggi 1-10 cm serta saat ditetesi asam klorida 2 N buih masih
ada maka serbuk simplisia tersebut
mengandung senyawa saponin.7
Uji Senyawa Tanin
Serbuk simplisia sebanyak 1 gram dalam
10 mL aquadest dididihkan kemudian
didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh diencerkan dengan auquadest hingga bening atau tidak berwarna. Diambil 2 mL larutan, ditambahkan dengan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 5%. Diamati perubahan warna yang terjadi, apabila warna berubah menjadi biru atau hijau kehitaman maka serbuk simplisia mengandung tanin.6
Uji Senyawa Terpenoid/Steroid
Sebuk simplisia sebanyak 0,5 g
dimaserasi dengan 10 mL N-heksan selama 1
jam lalu disaring. Filtrat yang diperoleh diuapkan, sisa filtrat ditambahkan dengan 10 tetes pereaksi asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Diamati perubahan yang terjadi, apabila serbuk positif mengandung senyawa terpenoid/steroid maka akan ditandai dengan terbentuknya warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru kehijauan.6
Pemeriksaan Karakteristik Non Spesifik Penetapan Kadar Air
Serbuk simplisia sebanyak 2 g
dimasukkan ke dalam cawan lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 105OC selama 30 menit.
Dinginkan menggunakan deksikator selama 15, setelah dingin ditimbang bobot tetap dan dihitung kadar air menggunakan rumus :4
b-(c-a)
b x 100%
Keterangan :
a = berat cawan b = berat sampel awal c = berat cawan dan sampel Penetapan Kadar Abu
Serbuk simplisia sebanyak 2 g digerus sampai halus, lalu ditimbang, dimasukkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang sudah dipanaskan pada suhu 600OC selama 3 jam
dan ditara. Dipijar secara perlahan hingga arang habis, didinginkan sebentar lalu ditimbang. Jika arang tidak dapat hilang maka harus ditambahkan air panas, kemudian diaduk dan disaring menggunakan kertas saring bebas abu. Dipijarkan kertas saring dan sisa saringan dengan krus yang sama. Dimasukkan filtrat ke dalam krus, diuapkan dan dipijar hingga bobot tetap, ditimbang dan dihitung kadar abu total dengan rumus :8
Berat abu sisa pijar
Berat sampel x 100%
Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
Abu yang diperoleh dididihkan dengan 25 mL asam klorida encer selama 2 menit, dikumpulkan bagian-bagian yang tidak dapat
12
larut dalam asam, disaring menggunakan kaca masir atau kertas saring bebas abu kemudian dicuci dengan air panas, dipijarkan hingga diperoleh bobot tetap kemudian ditimbang dan dihitung kadar abu tidak larut asam dengan rumus :8
Berat abu sisa pijar
Berat simplisia x 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Karakterisasi Spesifik Simplisia Buah Selutui Puka
Hasil Uji Makroskopik
Hasil uji makroskopik menunjukkan bahwa daging buah selutui puka memiliki bau yang
khas (aromatik), rasa pahit, warna daging buah berwarna putih, warna serbuk simplisia buah adalah coklat kekuningan dan bentuk atau tekstur daging buah memiliki bentuk bulat, tekstur keras dan berair. Hasil uji makroskopik dapat dilihat pada tabel 1.
Hasil Uji Mikroskopik
Hasil uji mikroskopik menunjukkan bahwa simplisia buah selutui puka memiliki fragmen pengenal seperti jaringan gabus, trakea, endokarp dan pembuluh kayu bentuk tangga. Hasil uji mikroskopik dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 1. Hasil uji makroskopik
Uji Keterangan
Bau Bau khas (aromatik)
Rasa Pahit
Warna daging buah Putih
Warna serbuk simplisia buah Coklat kekuningan
Bentuk/tekstur Bulat, keras dan berair
Tabel 2. Hasil uji mikroskopik
Fragmen Pengenal Hasil Pengamatan Mikroskopik
Jaringan gabus
13 Endokarp
Berkas pembuluh bentuk tangga
Jaringan gabus adalah jaringan yang terdapat pada bagian tepi alat-alat pada tumbuhan dan tersusun oleh sel-sel parenkim gabus. Jaringan berfungsi menggantikan
epidermis sebagai pelindung, mencegah
penguapan dan melindungi dari kerusakan mekanis dan infeksi patogen. Trakea adalah fragmen yang berfungsi mengangkut air dan garam dari tanah, tersusun oleh sel-sel yang membentuk untaian atau deretan sel-sel longitudinal yang panjang. Endokarp adalah lapisan paling dalam berupa selaput, endokarp terdiri dari epidermis dalam dan beberapa lapis parenkim yang rapat selnya.9 Fungsi endokarp
adalah cadangan makan.10 Berkas pembuluh
disebut juga berkas pengangkut merupakan fragmen yang berfungsi untuk mengangkut air dan garam.9
Hasil Penetapan Kadar Sari Larut Etanol dan Air
Penetapan kadar sari larut etanol dan air bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa yang tersari dalam pelarut etanol dan air dari suatu simplisia.1 Hasil
penetapan menunjukkan bahwa kandungan sari larut air lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan sari larut etanol. Senyawa kimia simplisia buah selutui puka lebih banyak tersari pada pelarut air. Hasil penetapan kadar sari larut etanol dan air dapat dilhat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil penetapan kadar sari larut etanol dan air
Uji Kadar
Kadar sari larut etanol 36 %
Kadar sari larut air 47 %
Hasil Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia menunjukkan
gambaran golongan senyawa metabolit
sekunder suatu simplisia. Hasil skrining
fitokimia menunjukkan bahwa simplisia buah selutui puka mengandung senyawa alkaloid, flavonoid dan saponin. Dapat dilihat pada tabel 4.
14
Tabel 4. Hasil skrining fitokimia
Uji Senyawa Hasil
Alkaloid + Flavonoid + Tanin - Saponin + Terpenoid/Steroid - Keterangan :
+ : Mengandung senyawa kimia - : Tidak mengandung senyawa kimia
Hasil Karakterisasi Non Spesifik Simplisia Buah Selutui Puka
Hasil Penetapan Kadar Air, Kadar Abu dan Kadar Abu Tidak Larut Asam Tabel 5. Hasil penetapan kadar air, kadar abu dan kadar abu tidak larut asam
Uji Kadar
Kadar air 8 %
Kadar abu 4,36 %
Kadar abu tidak larut asam 0,57 %
Hasil penetapan kadar air sebesar 8 %, hal ini menunjukkan bahwa simplisia buah selutui puka memenuhi syarat standar kadar air yaitu sebesar kurang dari 10 %.7 Hasil
penetapan kadar abu sebesar 4,36 %. Kadar abu menunjukkan kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai akhir terbentuknya simplisia. Kadar abu berkaitan dengan mineral baik senyawa organik maupun anorganik yang diperoleh secara internal dan eksternal. Hasil kadar abu tidak larut asam sebesar 0,57 %. Kadar abu tidak larut asam menunjukkan jumlah abu yang diperoleh dari faktor eksternal, bersumber dari pasir atau tanah silikat.1
KESIMPULAN
Karakteritik spesifik menunjukkan daging buah selutui puka memiliki bau yang khas (aromatik), rasa pahit, warna daging buah berwarna putih, warna serbuk simplisia buah adalah coklat kekuningan dan bentuk atau tekstur daging buah memiliki bentuk bulat, tekstur keras dan berair. Simplisia buah selutui puka memiliki fragmen pengenal seperti
jaringan gabus, trakea, endokarp dan
pembuluh kayu bentuk tangga. Kadar sari larut etanol sebesar 36 % dan kadar sari larut air sebesar 47 %. Simplisia buah selutui puka mengandung senyawa alkaloid, flavonoid dan
saponin. Karakteristik non spesifik
menunjukkan kadar air 8 %, kadar abu 4,36 % dan kadar abu tidak larut asam 0,57 %.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan RI. 2000.
2. Handayani F, Apriliana A, Natalia H. Karakterisasi dan Skrining Fitokimia
Simplisia Daun Selutui Puka
(Tabernaemontana macrocarpa Jack). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina 2019; 4(1):49-58.
3. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Materia Medika Indonesia Jilid III. Departemen Kesehatan RI. 1979.
4. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Materia Medika Indonesia Jilid V. Departemen Kesehatan RI.1989.
5. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. 1995.
15 6. Harbone JB. Metode Fitokimia Penuntun
Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung. 1987.
7. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Departemen Kesehatan RI. 1980.
8. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Departemen Kesehatan RI. 2008. 9. Sutrian Y. Pengantar Anatomi
Tumbuh-Tumbuhan : Tentang Sel Dan Jaringan. Rineka Cipta. 2011.
10. Hidayat EB. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Institut Teknologi Bandung. 1995.