• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB. Boo k Sale 7.1 SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB. Boo k Sale 7.1 SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021 VII - 1

BAB

Boo k Sale

agian ini menjabarkan kondisi infrastruktur bidang Cipta Karya di kabupaten Kupang yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi, sasaran program yang harus dicapai dan usulan kebutuhan program untuk pencapain sasara.

7.1 SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari Permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

7.1.1. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN A. Kondisi Eksisting Kawasan Kumuh

Kabupaten Kupang sampai tahun 2016 belum memiliki dokumen SPPIP dan RPKPP. Sedangkan untuk penetapan kawasan kumuh di Kabupaten Kupang belum ada Peraturan

(2)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 2 Bupati yang ditetapkan untuk melegalkan penetapan lokasi tersebut, sehingga untuk menjelaskan kondisi eksisting pengembangan permukiman di Kabupaten Kupang menggunakan data dari BPS.

Kondisi eksisting permukiman pada tingkat daerah Kabupaten Kupang sampai dengan tahun 2013 belum ada yang dapat dikategorikan sebagai permukiman kumuh (jikalau menggunakan persyaratan yang dikeluarkan oleh Ditjen CK sesuai UU No.1 tahun 2011 bahwa kawasan yang dikategorikan sebagai kawasan kumuh kota adalah kawasan dengan kondisi sarana dan prasara yang memprihatinkan, ketidakteraturan & kepadatan bangunan yang tinggi, penurunan kualitas rumah, pembangunan perumahan yang tidak sesuai RTRW) akan tetapi yang ada adalah rumah penduduk yang dikategorikan sebagai rumah yang tidak layak huni, yang sebarannya tidak pada satu kawasan tetapi tersebar diantara rumah-rumah penduduk yang layak huni.

B. KONDISI EKSISTING PERMUKIMAN PERDESAAN, NELAYAN, RAWAN BENCANA DAN PULAU KECIL

Karena tidak tersedianya data untuk menunjukan capaian kabupaten Kupang dalam menyediakan kawasan yang layak huni maka, digunakan data jumlah Kepala keluarga di tiap kecamatan, jumlah rumah tangga miskin, dan jumlah rumah tidak layak huni tahun 2015 berdasarkan Kabupaten Kupang dalam Angka Tahun 2016. Data yang ada ini diharapkan dapat menggambarkan kondisi perumahan di Kabupaten Kupang skala kecamatan sehingga walaupun belum ada penetapan Kawasan kumuh namun masih dapat menggambarkan kondisi perumahan di tiap kecamatan Kabupaten Kupang.

Terdata di tahun 2015, jumlah rumah yang ada di kabupaten Kupang sebanyak 77.484 rumah, jumlah rumah didapat dari jumlah KK dengan asumsi 1 KK menempati 1 rumah walaupun di lapangan terdapat 1 atau lebih KK yang menempati 1 rumah. Dan setiap rumah menampung rata-rata 4 anggota keluarga. Namun ada beberapa wilayah Kecamatan di Kabupaten Kupang yang rata-rata setiap rumah menampung 5 sampai dengan 8 orang anggota keluarga yaitu di Kecamatan Kupang Barat, Taebenu, Kupang Timur Amfoang Barat Daya dan Amfoang Timur. Dari 77.484 rumah, yang merupakan rumah tangga miskin hanya sebanyak 5.145 rumah atau 6,64%, dan perumahan yang tidak layak huni sebanyak 3.306 rumah. Artinya bahwa 6,64% dari jumlah rumah yang ada di Kabupaten Kupang dihuni oleh rumah tangga miskin rumah. 4,27 % yang menempati perumahan tidak layak huni.

(3)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 3

Tabel 7.1.

Data perumahan di Kabupaten Kupang Tahun 2015

No. Kecamatan Jlh Penduduk Jlh KK Rumah tangga Miskin Perumahan tidak layak huni

1 Semau 7.113 1.822 - 57 2 Semau Selatan 5.141 1.310 862 - 3 Kupang Barat 17.541 3.767 609 - 4 Nekemese 9.488 2.564 - 50 5 Kupang Tengah 44.526 8.894 - - 6 Taebenu 17.387 3.530 - - 7 Amarasi 16.275 3.923 - - 8 Amarasi Barat 15.004 4.217 924 621 9 Amarasi Selatan 10.875 2.872 - 320 10 Amarasi Timur 7.669 1.947 - 339 11 Kupang Timur 53.520 8.719 671 -

12 Amabi Oefeto Timur 13.677 3.545 - -

13 Amabi Oefeto 8.614 1.950 - - 14 Sulamu 15.422 4.026 1.175 511 15 Fatuleu 25.626 5.940 234 78 16 Fatuleu Barat 9.164 2.071 - - 17 Fatuleu Tengah 5.440 1.262 - - 18 Takari 21.435 5.553 - - 19 Amfoang Selatan 9.077 1.893 - 257

20 Amfoang Barat Daya 4.561 979 - -

21 Amfoang Utara 7.308 1.594 - 71

22 Amfoang Barat Laut 9.130 2.154 - -

23 Amfoang Timur 8.236 1.639 - 352

24 Amfoang Tengah 5.781 1.313 670 650

Kabupaten Kupang 348.010 77.484 5.145 3.306

Sumber : Kabupaten Kupang dalam Angka thn 2016

Berdasarkan data BPS tahun 2016, kondisi perumahan secara keseluruhan di Kabupaten Kupang tahun 2015 yang berdinding tembok sebanyak 42,60%, kayu 1,55% dan berdinding bambu sebanyak 4,74% serta berdinding lainnya 51,11%. Sedangkan persentase rumah yang berlantai tanah 35,81% dan berlantai bukan tanah 64,19%. Jika dilihat dari jenis atap terluas seng 77,50%, ijuk 18,68%, genteng/sirap 0,09%, dan beratap lainnya 3,34%.

Untuk RSH yang saat ini terbangun merupakan pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pihak swasta berjumlah 4 perumahan yaitu Perumahan Pondok Indah Matani di Kecamatan Kupang tengah yang dibangun tahun 2012 dan perumahan Taman Bougenvil Mandiri di Kecamatan Kupang Tengah, perumahan UMR Malinan di Kecamatan Kupang Tengah, Perumahan RSS Sumber Rejeki di Kecamatan Kupang Timur yang dibangun tahun 2013.

Tabel 7.2

Data kondisi RSH di Kabupaten Kupang

No Lokasi RSH Thn. Pembangunan Pengelola Jumlah Unit Kondisi Prasarana CK yang ada

1 Kec. Kupang Tengah (Perum. PI

Matani) 2012 Swasta 400 Tidak ada

2 Tonaku (MBR) 2012 Menpera

3 Sulamu 2012 Dinas

Nakertrans

4 Poto 2012 Dinas

(4)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021 VII - 4 No Lokasi RSH Thn. Pembangunan Pengelola Jumlah Unit Kondisi Prasarana CK yang ada 5 Fatuleu 2012 Dinas Nakertrans 6 Kec. Kupang Tengah (Perum. Taman

Bougenvil Mandiri) 2013

Swasta

60 Tidak ada

7 Kec. Kupang Tengah (Perum. UMR

Malinan) 2013 Swasta 200 Tidak ada

8 Kec. Kupang Timur (RSS Sumber

Rejeki) 2013 Swasta 60 Tidak ada

Sumber : survey sekunder

Kondisi eksisting permukiman rawan bencana kabupaten Kupang belum terdata, namun dari jenis bencana dan jumlah bencana yang terjadi sesuai data BPS tahun 2015 dapat diketahui wilayah-wilayah yang dikategorikan daerah rawan bencana. Jumlah KK yang terkena bencana angin puting beliung 153 KK, bencana banjir menimpa 1.568 KK dan Bencana kebakaran pada 70 KK. Daerah bencana hampir terdapat pada semua kecamatan yang ada di kabupaten Kupang kecualai Kecamatan Kupang barat, Amarasi Selatan dan Amarasi Timur. Jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7.3.

Jenis dan Korban Bencana Alam per Kecamatan tahun 2015

NO KECAMATAN JENIS BENCANA & JUMLAH KK TERKENA BENCANA

PUTING BELING BANJIR KEBAKARAN

1 Semau - - 3 2 Semau Selatan - 130 - 3 Kupang Barat - - - 4 Nekemese 21 - 28 5 Kupang Tengah 54 447 2 6 Taebenu 2 - 1 7 Amarasi 2 - 1 8 Amarasi Barat 1 - - 9 Amarasi Selatan - - - 10 Amarasi Timur - - - 11 Kupang Timur 48 207 2

12 Amabi Oefeto Timur 2 2 6

13 Amabi Oefeto 2 1 - 14 Sulamu - 130 2 15 Fatuleu 4 - 5 16 Fatuleu Barat 1 310 - 17 Fatuleu Tengah 2 - 4 18 Takari 13 2 5 19 Amfoang Selatan - 12 3

20 Amfoang Barat Daya - 4 3

21 Amfoang Utara - 93 2

22 Amfoang Barat Laut - 230 1

23 Amfoang Timur - - 2

24 Amfoang Tengah 1 - -

Kabupaten Kupang 153 1.568 70

(5)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 5 Kabupaten Kupang memiliki 27 Pulau. Ada 3 pulau yang dihuni dan 24 pulau yang tidak dihuni Diantara 3 pulau yang dihuni hanya 2 pulau yang tergolong pulau kecil yakni pulau Kera dan pulau Semau. Dalam Pembagian wilayah Pulau Kera masuk dalam Kecamatan Sulamu, sedangkan Pulau Semau masuk dalam kecamatan Semau dan Semau Selatan.

Diantar 24 Pulau yang tak berpenghuni, ada 1 pulau yakni Pulau Batek yang masuk dalam PPKT sesuai Perpres 179 tahun 2014 tentang RTR Kawasan Perbatasan Negara di NTT.

C. POTENSI PERMASALAHAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN C.1 POTENSI

Kabupaten Kupang sesuai Perpres 179 Tahun 2014 masuk dalam KSN dari sudut pandang pertahanan dan keamanan. Merupakan bagian dari RTR Kawasan Perbatasan darat dan laut yang mencakup 8 Kecamatan yakni kecamatan Amfoang Timur, Semau, Semau Selatan, Kupang Barat, Nekamese, Amarasi barat, Amarasi Selatan dan Amarasi Timur.

Selain itu sesuai Renstra Kementrian PUPR Kabupaten Kupang masuk dalam WPS 19 jalur Kupang – Atambua.

C.2 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:

o Belum terpenuhinya kebutuhan pengembangan permukiman hampir di semua kecamatan di kabupaten Kupang (Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman)

o Kondisi Jalan rusak, pada musim hujan tranportasi terganggu di beberapa kecamatan potensial.

o Belum tersedianya permukiman yang layak huni, tersebar di semua desa yang ada di hampir semua kecamatan di kabupaten Kupang.

o Masih terdapat kampung pengungsian di Desa Tuapukan kecamatan Kupang Timur yang belum tertata.

o Pemrograman dan perencanaan permukiman belum terorganisir dengan baik

o Kekurangseimbangan pembangunan antara perdesaan dan perkotaan

o Kurangnya dukungan kegiatan ekonomi melalui pengembangan permukiman

o Belum berkembangnya kawasan perdesaan agropolitan dan minapolitan

Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:

Tantangan pengembangan permukiman di daerah sebagian besar sama dengan tantangan pengembangan permukiman secara nasional. Namun secara khusus di Kabupaten Kupang tantangannya adalah bagaimana memacu pemerintah Kabupaten Kupang untuk lebih memperhatikan pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman. Selain itu bagaimana memberikan pemahaman kepada Pemerintah Kabupaten Kupang tentang pentingnya penyusunana dokumen SPPIP/RPKPP dan perlunya membuat kebijakan untuk menunjang penataan dan pengembangan permukiman di Kabupaten Kupang sehingga tujuan-tujuan pembangunan Bidang Cipta Karya dalam sektor pengembangan permukiman dapat tercapai.

(6)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 6 C.2.1. Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan yang lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada.

Lahan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan permukiman adalah lahan yang memiliki kriteria sebagai berikut:

 Kelerengan < 40%

 Tidak terletak pada kawasan lindung  Terlayani oleh utilitas dan sarana penunjang

 Sudah terdapat jaringan jalan dan terlayani sistem transportasi

Keterbatasan lahan membuat masyarakat cenderung menempati lahan-lahan yang berada disekitar jaringan jalan utama yang mempunyai akses yang baik ke pusat kegiatan perdagangan dan kawasan aktivitas lainnya.

Pengaturan dan pengendalian kepadatan permukiman diterapkan dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi dan kondisi kawasan terbangun serta diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas lingkungan setempat.

Berdasarkan pada kriteria di atas maka rencana pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Kupang adalah :

 Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam.

 Sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha serta dapat memberikan manfaat bagi peningkatan ketersediaan permukiman, mendayagunakan fasilitas yang ada di sekitarnya dan meningkatkan perkembangan kegiatan sektor ekonomi yang ada.  Perlu adanya pengaturan terhadap luas lahan terbangun dengan tak terbangun pada

kawasan pengembangan permukiman.

 Perlu adanya penegasan batas kawasan terhadap kawasan non permukiman.

 Perlu adanya penetapan tinggi bangunan pada kawasan pengembangan permukiman. Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Kupang pada umumnya menyatu dengan kegiatan pertanian sawah, tegal, kebun campur, termasuk peternakan, perikanan darat dan di pesisir, sehingga rencana pengembangannya adalah :

a. Untuk pemukiman yang menyatu dengan pertanian/perkebunan.

Lahan kosong yang terletak ditengah permukiman dan sepanjang jalan merupakan kawasan yang rawan perubahan pengunaan lahan dari kawasan pertanian menjadi kawasan terbangun.

(7)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 7 Kawasan pemukiman yang menyatu dengan pertanian/perkebunan terdapat di Kecamatan Nekamese, Taebenu, Amarasi Barat, Amarasi Selatan, Amarasi, Amarasi Timur, Amabi Oefeto, Takari, Amfoang Selatan, Amfoang Tengah, Fatuleu Tengah, Fatuleu Barat. Amfoang Timur, Amfoang Utara, Amfoang Barat laut, dan Amfoang Barat Daya .

b. Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada kawasan pesisir berada di Kecamatan Amfoang Barat Daya, Sulamu, Kupang Barat, Nekamese dan Amarasi Barat. Permukiman ini didominasi oleh masyarakat nelayan yang berbasis perikanan tangkap dan disekelilingnya merupakan kawasan tegalan.

c. Kawasan pemukiman perdesaan yang terletak didalam kawasan hutan.

Kawasan pemukiman ini terjadi dikarenakan penduduk yang bekerja disektor kehutanan ataupun para perambah hutan. Keberadaan pemukiman tersebut pada umumnya dalam kondisi yang buruk dengan tanpa dilengkapi sarana prasana pemukiman dan terletak pada daerah yang rawan bencana.

Kawasan pemukiman perdesaan yang terletak didalam kawasan hutan terdapat di Kecamatan Nekamese, Taebenu, Sulamu, Fatuleu, Amarasi Barat, Amarasi, Amarasi Timur, Takari, Amfoang Selatan, Amfoang Tengah, Fatuleu Tengah, Amfoang Timur, Amfoang Barat laut, dan Amfoang Barat Daya.

C.2.2. Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang dominasi kegiatannya difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya.

Kawasan permukiman perkotaan meliputi Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Kupang Tengah, Kecamatan Kupang Timur, Kecamatan Sulamu, Kecamatan Fatuleu, Kecamatan Taebenu, dan Kecamatan Amabi Oefeto.

Untuk mendukung pertumbuhan kawasan permukiman perkotaan maka direncanakan Kota Terpadu Mandiri (KTM). Pengertian dari Kota Terpadu Mandiri (KTM) adalah kawasan transmigrasi/ perdesaan yang pembangunan dan pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan yang mempunyai fungsi perkotaan melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Kota Terpadu Mandiri (KTM) ini terjadi pada wilayah-wilayah yang jauh dari pusat kota, sehingga muncul kawasan yang merupakan pusat pertumbuhan dengan berbagai macam fasilitas. Dan KTM ini tidak dibatasi oleh batas administrasi.

Pengembangan KTM terdapat di Kecamatan Amfoang Timur, Kecamatan Amfoang Tengah, Kecamatan Amfoang Selatan dan Kecamatan Amfoang Barat Daya.

Arahan pembangunan KTM meliputi :

 peningkatan investasi; budidaya dan industri pertanian, jasa dan perdagangan.  peningkatan produktivitas transmigran dan penduduk sekitar.

(8)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 8

 peningkatan pendapatan asli daerah.

 peningkatan efektivitas pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan.  perluasan kesempatan kerja.

 peningkatan jaringan infrastuktur.

C.2.3. Kawasan Permukiman Khusus

Kawasan pemukiman Perbatasan

Kawasan tPerbatasan menjadi kawasan terbelakang dalam suatu wilayah yang disebabkan karena kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar pemukiman.

 Peningkatan sumber daya manusia lebih menekankan pada peningkatan kualitas pribadi manusia atau masyarakat dalam hal pendidikan dan kesehatan sehingga kualitas hidupnya dapat meningkat secara bersamaan.

 Pelestarian lingkungan hidup.

Sorotan dalam orientasi ini adalah masalah lahan yang berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem. Dua hal penting yang harus dilakukan adalah mengambil tindakan atas kerusakan yang telah terjadi dan mengambil tindakan atas kerusakan yang diperkirakan dapat terjadi sebagai tindakan preventif.

 Peningkatan daya tarik kawasan dengan cara menyediakan prasarana dan sarana penunjang.

7.1.2 Sasaran Program

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari kegiatan Non Fisik berupa pengaturan, pembinaan, pengawasan dan kegiatan fisik berupa pembangunan dan pengembangan di kawasan perkotaan; perdesaan dan kawasan khusus.

Pengembangan permukiman Non fisik terdiri dari : 1. Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman

- Peratutran Pengembangan Kawasan Permukiman

2. Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman

- Pendampingan Penyusunan NPSK

- Penyusunan Kebijakan, Strategi dan rencana Pengembangan Kawasan

Permukiman

- Pembinaan, Pengawasan dan Kemitraan Penyelengaraan Pengembangan

Kawasan Permukiman

3. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan meliputi : - peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh

- peningkatan lingkungan permukiman perkotaan

- pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman nelayan

4. Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman perdesaan meliputi : - pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesan potensial

(9)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 9 - pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan tetinggal,

terpencil dan pulau-pulau kecil terluar

- Pembangunan Infrastruktur Sosial ekonomi Wilayah

5. Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman khusus meliputi : - pembangunan dan pengembangan kawasan perbatasan

- Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Pulau-pulau Kecil terluar

- pembangunan dan pengembangan kawasan rawan bencana, paska bencana, dan kawasan tertentu

6. Infrastruktur Berbasis Masyarakat

- Program Peningkatan Kualitas Permukiman 7. Pembangunan Percontohan Kota Baru

- Perintisan Inkubasi Kota Baru

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

• Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

• Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra. • Kesiapan lahan (sudah tersedia).

• Sudah tersedia DED.

• Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP/RP2KP/RKP RPKPP, Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

• Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

• Ada unit pelaksana kegiatan.

• Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri :

(1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum

(3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum

(4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencanatata ruang wilayah.

Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

(10)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 10 a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

3. Status Kepemilikan Tanah

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b. Status sertifikat tanah yang ada.

4. Keadaan Prasarana dan Sarana : a. Kondisi Jalan, b.Drainase, c. Air bersih, d. Air limbah

5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya. b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana

penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.

7.1.3. Usulan Kebutuhan Program

Berdasarkan kebutuhan dan usulan program pengembangan infrastruktur permukiman yang relevan dengan kondisi eksisiting dan permasalahan permukiman di kabupaten Kupang maka diusulkan beberapa kegiatan/proyek prioritas bangunan Infrastruktur permukiman di kabupaten Kupang yang disajikan dalam matriks RPI2JM.

(11)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 11 7.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1. Kondisi Eksisting

Program Sektor Penataan Bangunan dan lingkungan difokuskan pada penataan bangunan melalui fasilitasi pembentukan dan implementasi Perda Bangunan Gedung, dan penataan lingkungan melalui penataan kawasan strategis baik itu kawasan bersejarah, tradisional, penyediaan Ruang Terbuka Hijau maupun kawasan yang mempunyai nilai ekonomi. Fungsi dari penataan atau revitalisasi kawasan tersebut yaitu untuk meningkatkan kualitas kawasan. Sampai dengan tahun 2015 persentasi bangunan gedung yang sudah mempunyai IMB dan Persentasi Ruang Terbuka Hijau belum terdata. Dan sampai tahun 2016, kabupaten Kupang sementara memproses legalisasi perda bangunan Gedung.

Adapun Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7.4. Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2015

NO URAIAN SATUAN BESARAN KETERANGAN

1 Status Perda BG Ada/tidak Ada

2 Prosentasi Bangunan Ber-IMB % Belum terdata

3 Prosentasi Bangunan Bersertifikat SLF % Belum Terdata

4 Pendataan Bangunan Gedung unit Belum terdata

5 Prosentasi RTH % 4,38 Data RTRW

6 Status Bangunan Pusaka (Nasional) Ada/tidak Tidak ada

7 Status Bangunan Pusaka (Dunia) Ada/Tidak Tidak ada

Sampai dengan tahun 2015 belum ada penanganan infrastruktur sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan yang dibiayai melalui APBN di Kabupaten Kupang

Potensi dan Tantangan

Sesuai Perpres 179 Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Perbatasan Negara Provinsi NTT, Kabupaten Kupang masuk dalam KSN Perbatasan, karena ada 8 Kecamtan yang masuk dalam kawasan Perbatasan darat dan Laut dengan Negara Timor Leste dan Negara Australia

Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara lain :

a. Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.

b. Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.

(12)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 12 d. Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

bangunan gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.

e. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayan publik .

f. Sampai saat ini Pemberian perijinan dan pembangunan gedung belum didasarkan pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

g. Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan, dan kenyaman

h. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang cacat;

i. Penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara kurang tertib dan efisien j. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik. k. Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat l. Belum melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan

prioritas pembangunan. 7.2.2. Sasaran program

Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan di wilayah Kabupaten Kupang, diperlukan tidak hanya untuk mengendalikan pertumbuhan fisik suatu kawasan kota sejak dini dalam rangka memandu pertumbuhan kota, tetapi juga memelihara, melindungi dan mencegah dari segala ancaman yang akan merusak eksistensi kota. Untuk dapat menciptakan tahap pembangunan dan pengembangan wilayah dan kota, maka sangat diperlukan pemanfaatan ruang yang optimal. Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan sebagai alat pengendali pemanfaatan ruang kota juga diharapkan dapat berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang dapat dipedomani berbagai pihak dalam pembangunan fisik kota serta mereduksi berbagai konflik kegiatan masyarakat dalam pemanfaatan ruang kota.

Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:

1. Peraturan Penataan Bangunan :

 Penyusunan Rancangan UU dan RPP Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;  Penyusunan Standar /Pedoman/Kriteria (SPK)

2. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung

 Pembinaan pengelolaan bangunan gedung

 Standarisasi dan Kelembagaan Bidang Pebataan Bangunan  Fasilitasi Kemitraan Bidang Penataan Bangunan

 Fasilitasi Penguatan Pemda

 Pengawasan dan Evaliasu Kenerja Bidang Penataan Bangunan  Pembinaan Pnengelolaan rumah Negara

(13)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 13

 Perencanaan dan Analisa Teknis

 Administrasi dan Penatausahaan Penataan Bangunan

3. Penyelenggaraan Bangunan Gedung

 Bangunan Gedung Pusaka/Tradisional  Bangunan Gedung Hijau

 Bangunan Gedung Mitigasi Bencana  Bangunan Gedung Perbatasan

 Pembangunan Bangunan Gedung Pendukung Kebun Raya

4. Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

 Penataan Bangunan Kawasan Strategis  Penataan Bangunan Kawasan Rawan Bencana  Penataan Bangunan Kawasan Perbatasan  Penataan Bangunan Kawasan Hijau

 Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata

5. Revitalisasi dan Pengembangan Kawasan Tematik Perkotaan

 Penataan Kawasan Pengembangan Kota HIjau  Penataan Kawasan Revitalisasi Kota Pusaka

 Penataan Kawasan Revitalisasi Tradisional Bersejarah  Penataan Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata

6. Fasilitasi Edukasi dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat Bidang Penataan Bangunan

 Kegiatan Penyebarluasan Informasi PIP2B  Fasilitasi Pemanfaatan Ruang terbuka Publik

Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.

7.2.3.. Usulan Program dan Kegiatan

Usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Kupang di sajikan pada matriks Program Invetasi RPI2JM .

(14)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 14 7.3. RENCANA PENGEMBANGAN AIR MINUM

7.3.1 Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM 1. Aspek teknis

Berdasarkan data capaian untuk akses rumah tangga terhadap air minum layak di Kabupaten Kupang sampai dengan tahun 2015 sebesar 56,01 atau 43,99% rumah tangga di Kabupaten Kupang belum mendapatkan/belum mengakses air minum layak. Dari data BPS tahun 2016 jumlah Rumah Tangga yang mengakses air minum menggunakan leding 4,57%, yang menggunakan pompa sebesar 12,98% sedangkan sumur dan mata air sebanyak 47,45%. Penyediaan air minum dengan sistem perpipaan di Kabupaten Kupang untuk kawasan perkotaan dikelola oleh PDAM Kabupaten Kupang dan sampai dengan akhir tahun 2015 cakupan layanan penduduk baru mencapai 80,77%. Untuk membantu meningkatkan pelayanan air minum di Kabupaten Kupang pemerintah Pusat melalui Satuan Kerja PSPAM Provinsi NTT Direktorat Air Minum telah membangun pipa sepanjang 163.971 meter dengan pagu mencapai Rp 3.229.076.465.000 dan Provinsi NTT Direktorat Air Minum telah membangun pipa sepanjang 100.917 meter dengan pagu mencapai Rp 25.291.302.000,- dan dilaksanakan pada tahun 2012, 2013 dan tahun 2015.

Sedangkan potensi mata air yang ada di kabupaten Kupang tersebar dalam 6 kecamatan dan 41 desa/kelurahan dengan 73 mata air yang sudah terdata debitnya dan 3 mata air belum tercatat debitnya. Terdapat juga Jaringan air baku untuk kebutuhan air minum di kabupaten Kupang, meliputi :

 Bendungan/ dam Tilong,

 Sumber mata air Oenaek Camplong di Kecamatan Fatuleu;  Sumber mata air Baumata di Kecamatan Taebenu;  Sumber mata air Tarus di Kecamatan Kupang Tengah;  Sumber mata air Benu di Kecamatan Takari;

 Sumber mata air Oenesu di Kecamatan Kupang Barat;  Sumber mata air Uiasa di Kecamatan Semau;  Sumber mata air Amarasi di Kecamatan Amarasi;  Sumber mata air di Kecamatan Amfoang Tengah;  Sumber mata air di Kecamatan Fatuleu Barat;  Sumber mata air di Kecamatan Amfoang Timur.

Selengkapnya tentang data tentang penanganan air minum di kabupaten Kupang tersaji pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.5

Data Pengolahan Air Minum oleh PDAM Kabupaten Kupang tahun 2013-2015

NO URAIAN SATUAN BESARAN

2013 2014 2015

PELAYANAN PENDUDUK

1 Jumlah Penduduk Jiwa 705.987 709.038 709.676

2 Jumlah Pelanggan Jiwa 26.075 26.077 25.577

3 Penduduk Terlayani % 28,31 27,95 35,73

DATA PRODUKSI

1 Kapasitas Produksi Lt/detik 277.664 239.501 237.347

2 Kondisi PDAM Sehat/Sakit Sehat Sehat Sehat

3 Biaya Produksi di PDAM Rp 26.924.416.727 32.706.727.353 38.980.200.654

DATA DISTRIBUSI

(15)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 15

2 Asumsi Kebutuhan Air Lt/Org/hr 100-150 100-150 100-150

3 Air Terjual M3/th 6.655.154 6.468.955 6.059.769

4 Air Terdistribusi M3/th 8.551.731,60 8.292.702,40 7.657.970,76

5 Total Penjualan Air Rp 27.444.276.559 34.791.626.300 39.745.495.407

6 Cakupan Pelayanan Air % 63,28 64,40 80,77

7 Cakupan Penduduk Jiwa 301.729 307.764 313.919

DATA TARIF 1 Rumah Tangga Rp 2.700 3.400 3.700 2 Niaga Rp 3.200 8.000 8.800 3 Industri Rp 3.300 9.500 10.500 4 Instansi Rp 2.700 6.000 6.600 5 Sosial Rp 2.300 2.700 3.000 6 Tarif rata-rata Rp 4.123,76 5.378,25 6.558,91 DATA KONSUMEN

1 Jumlah Sambungan Rumah (SR) Unit 26.075 26.077 25.577

2 Komsumsi Rumah Tangga Unit 24.122 24.174 23.734

3 Komsumsi Non Rumah Tangga Unit 1.953 1.903 1.843

4 Jumlah Jiwa/Sambungan Tumah Tangga

Unit 6 6 6

Sumber : PDAM Kabupaten Hasil Audit

Tabel 7.6.

Presentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Kupang Tahun 2015

No Sumbeer Air Minum Presentasi (%)

Rumah Tangga

1 Leding 4,57

2 Pompa 12,98

3 Sumur terlindung/tidak terlindung 47,45

4 Mata Air terlindung/ tidak terlindung 0

5 Air sungai 0

6 Lainnya 1,30

Total 66,30

Sumber : PDAM Kabupaten Hasil Audit

Tabel 7.7.

Akses Air Minum Layak Desa & Kota Kabupaten Kupang Tahun 2013-2015

No Uraian Capaian

2013 (%) 2014 (%) 2015 (%)

1 Total Akses AM Layak 49,56 49,93 56,01

2 Total Akses Perkotaan 62,00 66,81 99,44

3 Total Akses Pedesaan 49,02 49,25 53,41

Sumber : BPS Provinsi NTT 2016

Tabel 7.8.

Potensi Mata Air di Kabupaten Kupang

No. Kecamatan Desa Nama Mata Air Debit Mata Air

(ltr/dtk) 1 Amarasi Oenoni Binoni 0,36 Oebesak 1,27 Oeronik 3,50 Apren Oebonak 0,70 Raknamo 0,30 Tesbatan Beskase -

(16)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 16

No. Kecamatan Desa Nama Mata Air Debit Mata Air (ltr/dtk)

Oekoou -

Oesaa 34,00

Oti 2,99

Oebay 0,25

Nonbes Oematan Oenisa 25,00 -

Oekabiti 0,29

2 Kupang Timur Fatuk Nutu Oefafi 59,25

Suffa 3,10

3

Fatuleu

Camplong

Uma Banu Besar 4,00

Uma Banu Kecil 1,00

Nisum 1,00 Batu Plat 2,00 Soko 2,00 Camplong I 1,00 Camplong II 21,00 Camplong IV 7,00 Oebola Oebelo 1,00 Oelpetu 3,00 Puam Nasi 1,00 Oelpuah 2,00 Camplong II Oenaek 58,00

Camplong I Oelmoe Pisa 2,00

4 Kupang Barat Oenesu Oenesu 7,00 Sumlili Oeseni 1,00 Oematnunu Oematnunu 0,76 Oelpuah 7,68 Sumlili Oebatu 0,60 Manulai Oesola 0,55 Lifuleo Taklubi 0,40 Manulai I Manulai 0,53 5 Amarasi

Niuk Baun Marena 0,08

Tun Baun Uekeu Ruanrete 0,04 Oehana 0,05 Oefankoen 0,09 Oeneken 3,00 Oebetmanu 0,03 Kotabes Oebaki 7,00 Buraen Bibobo 8,00 Retraen Retraen 0,10 Sonraem Oemanua 0,26 Kotabes Hinat 0,52 Oenis 2 0,08 Oekaen 0,40 Bionis 20,00 Oefafi 0,70 Oenup 1,30 Oenunu 0,10 Oenis I 2,00 Oetobe 0,03 Nonbes Oepaha 0,04 Sunraen Oetepas 0,25 Oekaem 0,43 Retraen Kofi 2,30 Kretan 3,17 Kotabes Oenefo 1,55 Nonbes Oekou 3,68 Ponain Oebaun 2,82 Apren Nunba 0,01 Nonbes Uki 0,17 Binoni Oeheum 0,33 Tesbatan Oesusu 4,63

Niuk Baun Oematan 5,80

6 Kupang Tengah Baumata Bilamaun 0,30 Tarus Tarus 98,00 Oelbubuk Oelbubuk 8,90 Oelnasi Teunbonat 0,80

Oben Koe Meu 0,05

Oeltua Oeltua 36,00

Baumata Baumata 83,62

Sumber: Hasil Survey Sekunder

Kebutuhan air untuk perkotaan adalah 80-100 liter/org/hari dan untuk pedesaan 40-60 liter/org/hari.

(17)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 17 Tabel 7.9 : Pembangunan Sektor Air Minum di Kabupaten Kupang Tahun 2011 – 2015

N O NAMA IKK Ta hu n Pe mb an g-un an Sum ber Dana PAGU DANA (Rp)x 1000 Wilaya h Pelaya-nan Sisti m Prod uk-si Sisti m Distri busi Kapasit as Terpas ang Kapasit as Produk si Infrastruktur Terbangun Peng e-lola Panjan g Pipa (Meter) Infrstruktur lainnya SR/H U 1 Pembangunan SPAM kawasan Khusus IKK Amfong Timur 201 1 APB N 3.209.077. 000 Amfoan g Timur Mata Air Gravit asi 6 l/dt 6 l/dt 23.044 Bronkaptering : 2 Unit Reservoir kap 50 m3: 1 Unit HU : 2m3 2 Unit PDA M 2 Pengembagan SPAM di Kws MBR 201 1 APB N 198.200 Ds. Tarus IPA Pomp a 10 L/dt 10 L/dt Rehab Bangunan Pelengkap dan kanopi IPA ; 1 Unit PDA M 3 Pengembanga n SPAM Di kawasan Regional 201 2 APB N 4.460.054. Kab. Kupang 4800 Pembangunan jemoatan pipa 20 M : 2 Unit 4 Pengembanga n SPAM Di kawasan Amfoang Utara dan sulamu 201 2 APB N 1.310.821. Desa Netemn a-nu Mata Air Gravit asi 10 L/dt 10 L/dt 7.000 PDA M Desa Sulamu Mata Air Gravit asi 10 L/dt 10 L/dt 10.237 SR :280 PDA M 5 'PEMBANGUN AN SPAM Perdesaan Mendukung KPDT 201 3 APB N 1.764.547 Ds. Pantai Beringin Mata Air Gravit asi 2,5 L/dt 2,5 L/dt 3.747 HU : 3 Unit PDA M Ds. Pariti 9.435 HU : kap2 m3 3 Unit PDA M 6 Pembangunan SPAM IKK di IKK Amfoang Utara 201 3 APB N Ds. Naikliu Mata Air Gravit asi 10 L/dt 10 L/dt 16.820 SR : 100 PDA M 7 Pembangunan SPAM IKK di Kupang Timur 201 3 APB N 6.234.330 Ds. Oesao Mata Air Gravit asi 15 L/dt 17.000 SR : 100 PDA M 8 Pembangunan SPAM IKK di Kupang Timur 201 3 APB N Ds. Naibona t dan Ds. oesao Mata Air Gravit asi 10 L/dt 10 L/dt 15.260 SR : 500 PDA M 9 Pembangunan SPAM Perdesaan (Paket APBN-26); di Desa Baun Kabupaten Kupang 201 4 APB N 3.109.100 Ds. Baun Mata Air Pomp a Centri fugal 7,5 L/dt 7,5 L/dt 5.235 Pembangunan Reservoir Kap. 150 M³ - 1 Unit SR; 120 PDA M 1 0 Pembangunan SPAM Pelabuhan Perikanan Mendukung KKP (Paket APBN-23); di PPI Desa Sulamu Kabupaten Kupang 201 4 APB N 1.917.000 Sulamu 9.500 Pembangunan Solar Water Pumps- 1 Unit Pembangunan Rumah Panel- 1 Unit Pembangunan Reservoir Kap. 50 M³ - 1 Unit HU Kap. 2 M³ - 10 Unit 1 1 Pembangunan SPAM Ibu Kota Kecamatan (IKK) (Paket P.17) Lokasi : IKK Takari, 201 4 APB N 6.776.288 Takari Mata Air Gravit asi 15 L/dt 15 L/dt 19.913 SR : 300 PDA M

(18)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021 VII - 18 Kabupaten Kupang 1 2 Pembangunan SPAM MBR IKK Oesao, IKK Amfoang Utara dan Desa Baun Kabupaten (Paket APBN - 21) 201 5 APB N 7.145.026 Amfoan g Utara 3.600 Optimalisasi Bak Pengumpul 12 M3 Ø 150 mm – 1 Unit Pembangunan Bak Pengumpul 12 M3 Ø 65 mm – 2 Unit Broncaptering kap. 7 lt/det – 1 Unit Siphon Pipa GIP Ø 150 mm Bentang 10 M' – 1 Unit HU : 3 Unit SR: 10 Unit Baun 18.380 Pembangunan jembatan pipa dari baja WF bentang 24 meter – 1 unit Pembangunan siphon pipa GIP Ø 150 mm, bentang 30 meter – 1 unit SR: 200 Unit Oesao 6.600 SR: 200 Unit 1 3 Pembangunan SPAM MBR IKK Takari Kabupaten Kupang (Paket APBN-25) 201 5 APB N 1.302.349 Takari 6.400 Pembangunan bak penampung kap 12 m3 – 1 unit SR: 100 Unit

Sumber : Satker PSPAM dan Hasil Survey

2. Aspek Pendanaan

Semua rencana sistem sarana dan prasarana air minum perpipaan yang di bangun oleh pemerintah di kabupaten Kupang umumnya disesuaikan dengan rencana perluasan kota dengan menggunakan dana APBD. Peningkatan/penyempurnaan dan pemeliharaan umumnya diserahkan kepada pemerintah daerah dan swadaya masyarakat. Namum keterbatasan keuangan daerah mengakibatkan upaya penyempurnaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana dasar tersebut sepertinya belum mendapat perhatian yang lebih mendetail.

3. Aspek Kelembagaan dan Peraturan

Dari segi aspek kelembagaan, yang menangani jaringan air bersih adalah Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) kabupaten Kupang. Kinerja dari PDAM sebagai lembaga yang menangani dan mengatur masalah jaringan air bersih belum dapat bekerja secara maksimal. Hal ini disebabkan karena kurangnya koordinasi dalam melakukan pengelolaan air bersih ditambah lagi dengan kurangnya sarana dan prasarana serta tenaga ahli yang mendukung kinerja dari PDAM dalam penyediaan air minum yang baik.

Sampai saat ini PDAM kabupaten Kupang masih beroperasi dalam pelayanan air minum untuk warga Kota Kupang. Belum ada penyerahan aset PDAM kabupaten Kupang ke Kota Kupang sejak

(19)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 19 terjadi pemisahan wilayah administratif antara kabupaten dan kota. Dengan demikian, sampai saat ini juga banyak pelanggan PDAM kabupaten Kupang adalah warga Kota Kupang.

Perusahaan Daerah Air Minum kabupaten Kupang sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah Daerah dalam melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Daerah dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dan sebagai operator pelayanan air minum, maka ada tiga persyaratan standar yang menjadi kewajiban PDAM dalam mencapai tujuan objektif dimaksud, yaitu :

Pertama : Terpenuhinya syarat-syarat kualitas agar dapat dipergunakan secara aman, tanpa khawatir terinfeksi sesuatu penyakit terutama penyakit yang dapat menular dan berkembang melalui air seperti diare, thypus, colera dan lain sebagainya.

Kedua : Harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan tersedia setiap waktu atau pengaliran berlangsung selama 24 jam/hari. Kedua syarat yang telah disebutkan ini adalah tentang apa yang disebut K3. Yaitu : Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas.

Ketiga : System dan manajemennya harus profesional dan efisien, sehingga air menjadi murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat (affordable).

4. Peran Serta Masyarakat

Bagi penduduk kabupaten Kupang yang belum terlayani oleh jaringan pipa distribusi PDAM mengusahakan pemenuhan kebutuhan air bersih melalui upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai berikut :

 Beberapa permukiman teratur umumnya memenuhi kebutuhan air bersih untuk mandi, cuci, dan kakus melalui sumur gali dan sumur pompa

 Lingkungan yang tidak teratur dengan tingkat ekonomi rendah, mencukupi kebutuhan air dengan memanfaatkan air sungai, membuat sumur gali/pompa sendiri atau menerima bantuan dari Departemen Kesehatan dengan program penyediaan sarana air bersih.

Selain itu masyarakat juga mendapat program layanan air bersih dari pemerintah yang dikelola oleh masyarakat (berbasis masyarakat) yakni ProAir, P2AT serta P2DTK.

Apabila ditelaah lebih lanjut, system pelayanan air bersih non-perpipaan di kabupaten Kupang kurang memenuhi syarat secara bakteriologis, sebab air tersebut digunakan langsung tanpa melalui proses desinfeksi, padahal kualitas air yang digunakan erat kaitannya dengan kesehatan. Untuk mengantisipasi hal ini perlu dilakukan kaporisasi secara rutin pada sistim penyediaan air non perpipaan.

Selain itu dalam hal pemeliharaan sebagian besar masyarakat belum sadar betul tentang pentingnya air bagi kehidupan, hal ini nampak pada fasilitas sarana dan sarana yang sudah ada tidak dijaga malah di rusakkan.

(20)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 20 5. Permasalahan Pengambangan SPAM

Berdasarkan kondisi dan sasaran penyediaan dan pengelolaan air minum, maka dapat digambarkan masalah yang dihadapi dalam penyediaan Air Minum di kabupaten Kupang antara lain :

1. Tingkat Pelayanan Air Minum dengan Sistim perpipaan masih sangat rendah

2. Sumber Air Baku mencukupi tetapi belum dibangun dan dikelola sepenuhnya oleh PDAM kabupaten Kupang.

3. Pola Permukiman yang terpencar mengakibatkan investasi penyediaan Air Minum sangat tinggi

4. Sistim Distribusi belum baik

5. Tingkat Kebocoran masih tinggi sehingga menimbulkan pencurian air tanpa meter 6. Kualitas air khususnya penyediaan air minum dengan Sistim Non Perpipaan rendah 7. Pembebasan lahan untuk pembangunan sumber baru menjadi kendala.

8. Kesadaran masyarakat dalam menjaga fasilitas yang sudah tebangun masih sangat rendah. 9. Kurangnya koordinasi lintas sektor dalam pengelolaan air minum.

Kemampuan pelayanan air bersih untuk kabupaten Kupang dapat dikatakan sangat lemah, terbukti dengan banyaknya sambungan yang bocor sehingga banyak dikomplain oleh masyarakat sebagai akibat dari usia perpipaan yang sudah kadaluwarsa.

Permasalahan utama sebenarnya bukan dikarenakan kinerja dan kemampuan dari pengelola PDAM, tetapi disebabkan oleh permasalahan teknis antara lain:

Permasalahan Sistem Perpipaan (PDAM)

Saat ini, PDAM Kabupaten Kupang mengalami berbagai permasalahan baik dalam hal teknis maupun operasional. Di antara permasalahan tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat pelayanan untuk kawasan kabupaten Kupang masih rendah yaitu sekitar 1,33% dari total jumlah penduduk. Daerah pelayanan PDAM saat ini telah mendapat pelayanan yaitu Camplong dan Takari. Sedangkan untuk Sulamu yang telah mempunyai sistem pelayanan air minum, kini tidak beroperasi lagi karena permasalahan air baku, biaya operasional dan pemeliharaan yang tinggi

2. Banyak terdapat kawasan yang tekanan air sangat rendah dan malahan pelayanan kurang dari 24 jam sehari.

3. Tidak dioperasikan sarana yang telah dibangun seperti sumber Bau Bau den gan kapasitas rencan a 20 liter/detik, yang dibangun dengan dana APBN.

4. Kondisi sistem pelayanan air minum non perpipaan yang mengunakan sumur gali yang secara kualitas dan kuantitas tidak memenuhi syarat den gan kedal aman su mu r rat a-rat a 1 5 meter sehing ga s aat musi m k e m a r a u p a d a u m u m n y a m a s y a r a k a t K a b u p a t e n K u p an g s u l i t mendapatkan air bersih.

5. Diperlukan penyehatan dan bantuan teknis untuk pengelolaan air minum di Kabupaten Kupang.

(21)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 21 6. Keterampilan karyawan baik secara teknis maupun administrasi keuangan yang masih

memerlukan peningkatan yang intensif.

7. Pelayanan saat ini sangat kecil dan jumlah sambungan yang dilayani pun sangat kecil.

Permasalahan Pengelolaan Air Minum Non Perpipaan

Saat ini, pelayanan air bersih dilayani oleh PDAM Kabupaten Kupang belum melayani seluruh kelurahan di masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Kupang. Sehingga untuk daerah-daerah yang tidak dilayani dengan perpipaan dari PDAM , maka dilayani dengan sistem non perpipaan yang umumnya dikelola sendiri oleh masyarakat. Adapun permasalahan yang ada pada sistem non perpipaan ini adalah :

1. Kualitas air tanah yang kurang bagus;

2. Banyak masyarakat yang belum melindungi sumur-sumur dengan baik;

3. Belum ada pengolahan tersendiri untuk kualitas air tanah dangkal yang kualitas kurang bagus;

4. Kedalaman sumur umumnya dangkal (12 – 16 meter), dan pada musim kemarau air sumur tersebut cenderung kering;

5. Bantuan yang diberikan secara bergulir untuk pembangunan sumur-sumur gali maupun sumur bor sering macet dan tidak berjalan dengan baik.

7.3.2. Sasaran Program Sistem Penyediaan Air Minum

Pengembangan jaringan air minum untuk masyarakat di perkotaan diarahkan untuk menggunakan sumber air yang bersumber dari PDAM.

Pengembangan jaringan air minum untuk masyarakat di daerah pedesaan, pelayanan air minum dilakukan melalui proyek air minum pedesaan, dengan memanfaatkan mata air yang ada kemudian menyalurkannya ke bak penampungan air yang dibangun di dalam lingkungan permukiman penduduk.

Pelayanan air bersih di Kabupaten Kupang direncanakan lokasi dan besaran potensi sumber terbagi atas; Semau, Amarasi, Taebenu, Fatuleu, Takari, Amfoang Tengah, Fatuleu Barat, Amfoang Timur dan sumur bor.

Sebagian sarana/infrastuktur air minum yang sudah ada hampir merata di semua desa, namun belum memenuhi secara keseluruhan, karena beberapa wilayahnya sulit dijangkau.

Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 melalui Gerakan Rencana Aksi Daerah (RAD) 100-0-100 terkait air minum, maka dilakukan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum. Adapun indikator kinerja programnya adalah meningkatnya kontribusi pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat yang terdiri dari peningkatan sambungan rumah SPAM jaringan perpipaan dan peningkatan cakupan SPAM bukan jaringan perpipaan. Rincian di sajikan dalam tabel berikut :

(22)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 22

Tabel 7.10

Proyeksi Kebutuhan Air Perkotaan Tahun 2015- 2019 di Provinsi NTT

Sumber : RAD 100-0-100 Prov.NTT 2016

Tabel 7.11

Proyeksi Kebutuhan Air Perdesaan Tahun 2015- 2019 di Provinsi NTT

Sumber : RAD 100-0-100 Prov.NTT 2016

perpipaan non perpipan Total 2015 2016 2017 2018 2019 Rerata

01.   Sumba Barat 0 39,42 39,42 50,28 51,11 51,87 52,74 53,50 51,90 02.   Sumba Timur 89,6 13,1 102,71 116,27 117,84 119,30 120,67 122,03 119,22 03.   Kupang 11,8 20,4 32,19 58,34 60,39 62,50 64,95 67,66 62,77 04.   Timor Tengah Selatan 81,3 5,1 86,49 97,43 97,93 98,42 98,85 99,27 98,38 05.   Timor Tengah Utara 13,0 45,9 58,83 67,77 68,46 69,16 69,79 70,39 69,11 06.   Belu 27,3 45,9 73,25 95,20 96,83 98,34 99,82 101,34 98,31 07.   Alor 53,3 37,3 90,56 94,44 95,20 95,84 96,56 97,13 95,83 08.   Lembata 35,4 10,7 46,08 55,39 56,40 57,71 58,83 59,96 57,66 09.   Flores Timur  98,6 2,1 100,66 109,72 110,55 111,78 112,75 113,69 111,70 10.   Sikka 33,2 13,6 46,87 134,68 135,53 136,31 137,00 137,64 136,23 11.   Ende 112,2 42,5 154,67 192,64 193,47 194,33 194,97 195,64 194,21 12.   Ngada 40,6 1,0 41,52 44,09 44,48 45,34 45,93 46,52 45,27 13.   Manggarai 125,2 21,2 146,45 169,63 171,97 174,72 177,23 179,63 174,64 14.   Rote Ndao 22,4 1,0 23,41 26,55 27,63 28,67 29,79 30,91 28,71 15.   Manggarai Barat 31,6 1,9 33,51 54,23 55,50 56,72 57,96 59,18 56,72 16.   Sumba Tengah 0,0 0,0 0,00 - - - -17.   Sumba Barat Daya 0,0 38,1 38,09 47,09 48,06 48,97 49,94 50,87 48,99 18.   Nagekeo 4,7 3,2 7,91 9,32 9,44 9,54 9,65 9,74 9,54 19.   Manggarai Timur 0,0 0,0 0,00 - - - -20.   Sabu Raijua 0,0 7,0 6,97 10,87 11,24 11,58 11,94 12,32 11,59 21.   Malaka *) 0,0 78,6 78,55 82,98 84,36 85,71 87,05 88,28 85,68 22.  Kota Kupang 336,4 231,1 567,50 892,46 918,51 942,31 967,64 993,14 942,81 1.117 659 1.776 2.409 2.455 2.499 2.544 2.589 2.499

Kebutuhan Volume air (ltr/detik) Kota Kabupaten

Propinsi

Asumsi Debit air tersedia 2015 (liter/det)

perpipaan non perpipan Total 2015 2016 2017 2018 2019 Rerata

01.   Sumba Barat 0 19 19,10 55,94 56,85 57,71 58,67 59,51 57,74 02.   Sumba Timur 7 48 54,49 120,48 122,09 123,61 125,03 126,44 123,53 03.   Kupang 8 118 126,56 229,46 237,52 245,79 255,49 266,10 246,87 04.   Timor Tengah Selatan 13 120 132,34 325,11 326,79 328,41 329,82 331,25 328,28 05.   Timor Tengah Utara 4 97 101,58 155,13 156,72 158,30 159,75 161,13 158,21 06.   Belu 6 73 78,71 113,54 115,48 117,28 119,03 120,86 117,24 07.   Alor 1 43 43,56 105,69 106,53 107,26 108,04 108,69 107,24 08.   Lembata 6 62 67,96 79,32 80,76 82,65 84,25 85,86 82,57 09.   Flores Timur  7 111 117,72 135,10 136,14 137,63 138,83 139,98 137,54 10.   Sikka 26 96 122,09 166,26 167,30 168,26 169,13 169,91 168,17 11.   Ende 3 102 104,89 116,65 117,16 117,67 118,07 118,47 117,60 12.   Ngada 11 59 69,15 81,58 82,32 83,89 85,01 86,07 83,77 13.   Manggarai 12 72 83,60 151,40 153,48 155,94 158,17 160,31 155,86 14.   Rote Ndao 5 74 79,51 102,18 106,34 110,37 114,64 119,00 110,51 15.   Manggarai Barat 13 68 81,38 151,65 155,21 158,59 162,10 165,52 158,61 16.   Sumba Tengah 0 13 13,38 41,42 42,08 42,75 43,40 44,01 42,73 17.   Sumba Barat Daya 2 57 59,22 157,17 160,41 163,46 166,68 169,78 163,50 18.   Nagekeo 10 52 62,80 78,37 79,34 80,18 81,08 81,88 80,17 19.   Manggarai Timur 7 65 71,83 173,04 175,64 177,87 179,89 182,37 177,76 20.   Sabu Raijua 1 28 28,96 61,84 63,89 65,82 67,91 70,05 65,90 21.   Malaka *) 0 41 41,55 99,07 100,72 102,33 103,92 105,39 102,29 22.  Kota Kupang 5 5 10,14 10,35 10,65 10,92 11,21 11,51 10,93 147 1.424 1.571 2.711 2.753 2.797 2.840 2.884 2.797

Kebutuhan Volume air (ltr/detik) Asumsi Debit air tersedia 2015

(liter/det)

Propinsi

(23)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 23

Tabel .7.12

Sasaran Program Penanganan Air Minum di Provinsi NTT tahun 2015-2019

Sumber : RAD 100-0-100 Prov.NTT 2016

7.3.3. Usulan Kebutuhan Program

Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat sebagai berikut:

1 Peraturan Pengembangan SPAM

- Penyusunanan Rancangan Undang-undang 2. Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM

- Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemda

- Rekomendasi Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi Bidang Air Minum

- Laporan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM Bidang Air Minum - Rencana Induk Bidang Air Minum

3. Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan Terfasilitasi - Bantuan Program 2016 2017 2018 2019 Liter/det 10 15 15 15 55,00 SR 1.000 1.500 1.500 1500 5500,00 Pembangunan Infrastruktur SPAM Perkotaan

a. SPAM IKK Liter/det 40 80 80 80 280 SR 4.000 8.000 8.000 8.000 28.000

b. SPAM Ibu Kota Pemekaran/Perluasan Perkotaan Liter/det 54 54 54 54 214 SR 5.350 5.350 5.350 5.350 21.400

b.2.1 Pemanfaatan Idle Liter/det 278 278 278 835 SR 27.833 27.833 27.833 83.500

b.2.2. Penuranan N.R.W Liter/det 93 93 93 280 SR 9.333 9.333 9.333 28.000

Pembangunan Infrastruktur SPAM Berbasis Masyarakat

PAMSIMAS Liter/det 164 164 164 491

SR 52.415 52.415 52.415 157.245

Pembangungan Infrastruktur SPAM di Kawasan Khusus

Liter/det 35 35 192 192 454 SR 11.200 11.200 61.376 61.376 133.952 Spam perbatasan Liter/det 10 10 55 55 130 SR 3.200 3.200 17.536 17.536 41.472 Spam pulau terluar Liter/det 5 5 27 27 65 SR 1.600 1.600 8.768 8.768 20.736

SPAM PDAM Terfasilitasi

a. Bantuan Program PDAM Liter/det 70 70 70 210

SR 7.000 7.000 7.000 21.000

b. Pengembangan Jaringan SPAM MBR Liter/det 13 13 13 40 SR 1.333 1.333 1.333 4.000

SPAM Non-PDAM Terfasilitasi

Pengem bangan Sumur bor pem anfaatan pengembangan Non PDAM Terfasilitas i Pengem bangan Sum ur gali pem anfaatan pengembangan Non PDAM Terfasilitas i Debit dan jumlah sambungan Rum ah Pengem bangan SPAM MBR Pemanfaatan SPAM PDAM Terfasilitasi

339.375 7.822 7.822 7.822 23.466 Sumur/ 10 kk Sumur/ 2kk 113.125 113.125 113.125 Debit dan jumlah sambungan Rum ah

Pemanfaatan SPAM ibukota kecamatan

Target

Sasaran Kinerja satuan

Debit dan jumlah sambungan Rumah SPAM Regional

Debit dan jumlah sambungan Rum ah Pemanfaatan Idle SPAM Perkotaan

Debit dan jumlah sambungan Rum ah Pemanfaatan Penurunan Kebocoran SPAM Perkotaan

Total

Pengem bangan jaringan perpipaan dikawasan Rawan Air

Debit dan jumlah sambungan Rum ah Pemanfaatan SPAM ibukota pem ekaran

Debit dan jumlah sambungan Rum ah Pemanfaatan SPAM PDAM Terfasilitasi Debit dan jumlah sambungan Rum ah Pemanfaatan SPAM Berbas is Masyarakat

Pengem bangan jaringan perpipaan dikawasan Perbatasan

Pengem bangan jaringan perpipaan dipulau Terluar

Target

Pembangunan Infrastruktur SPAM Regional

Spam Rawan Air

a. Bantuan Program Non-PDAM (sumur pompa) b. Bantuan Program

(24)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 24 - Pengembangan Jaringan Perpipaan

4. Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air Terfasilitasi - Bantuan Program

- Pengembangan Jaringan Perpipaan 5. Pegembangan SPAM Perkotaan

- Pembangunan SPAM IKK

- Pembangunan SPAM Ibu Kota Pemekaran - Pembangunan SPAM Perluasan Perkotaan - Penurunan Kebocoran SPAM Perkotaan - Pemanfaatan Idle SPAM Perkotaan 6. Pembangunan SPAM Berbasis Masyarakat - Pamsimas

7. Pembangunan SPAM Kawasan Khusus - Pembangunan SPAM di Kawasan kumuh - Pembangunan SPAM di Kawasan nelayan - Pembangunan SPAM di Kawasan perbatasan - Pembangunan SPAM di Kawasan Pulau Terluar - Pembangunan SPAM Strategis

8. Pembangunan SPAM Regional - Pembangunan SPAM Regional

9. Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air - Pembangunan SPAM di Kawasan Rawan Air - Pemanfaatan Iddle SPAM di Kawasan Rawan Air 10. Pembangunan Jaringan Perpipaan di Kawasan Khusus

- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan kumuh - Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan nelayan - Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan perbatasan - Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan Pulau Terluar - Pengembangan Jaringan Perpipaan Strategis

Selanjutnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) mengacu pada Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) yang disusun berdasarkan:

1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; 2. Rencana pengelolaan Sumber Daya Air; 3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM;

4. Kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, dan Budaya Mas yarakat; 5. Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM.

Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria)

(25)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 25 kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16 /2005 Pasal 26 ayat 1 s.d 8 dan Pasal 27 tentang Rencana Induk Pengembangan SPAM.

2. Tersedia dokumen RPIJM

3. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya

o Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik atau diameter pipa JDU terbesar ≥ 250 mm

o Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20 l/detik atau diameter pipa JDU terbesar 200 mm;

o Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/detik atau diameter pipa JDU terbesar ≤ 150 mm;

4. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007 pasal 21) 5. Ada indikator kinerja untuk monitoring

o Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik

o Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun yang sama

6. Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan

7. Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai kebutuhan fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan dibangun

8. Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas (PDAM/PDAB, UPTD atau BLUD)

9. Dinyatakan dalam surat pernyataan Kepala Daerah tentang kesanggupan menyediakan syarat-syarat di atas.

Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPI2JM. Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi.

Secara rinci, usulan dan prioritas pengembangan air minum di kabupaten Kupang disajikan pada tabel Matriks Program Investasi RPI2JM .

7.4. PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis dibidang air limbah, drainase dan persampahan permukiman.

(26)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 26 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dalam RPI2JM lebih mengarahkan pada perencaanaan program dan pembiayaan dalam pengemabgan PLP khusnya dalam rangka pencapaian Gerakan Nasional 100-0-100.

7.4.1. Kondisi Eksisting Air Limbah, Sampah dan Drainase

7.4.1.1. AIR LIMBAH

Lingkup Pengelolaan Air Limbah

Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan.

Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem setempat (onsite) ataupun melalui sistem terpusat (offsite). Sanitasi sistem setempat (onsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual sedangkan sanitasi sistem terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumah-rumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman

Kondisi eksisting pengembangan air limbah yang telah dilakukan pemerintah kabupaten Kupang diuraikan sebagai berikut :

Jenis air limbah yang terdapat di kabupaten Kupang umumnya adalah air limbah lokal atau air limbah produksi rumah tangga, yaitu air bekas buangan dari kamar mandi/wc atau cucian dapur.

Banyaknya rumah tangga yang sebagian besar membuang limbah dari kamar mandi/wc pada Tangki/SPA atau Lobang Tanah, sedangkan jika dilihat dari fasilitas Tempat Buang Air besar, masyarakat saat ini banyak yang sudah mempunyai fasilitas sendiri walaupun masih ada yang menggunakan tempat bersama atau pun ditempat umum. Terdata jumlah rumah tangga yang sudah mempunyai tempat buang air besar sendiri sebanyak 80,97%, yang menggunakan bersama 12,57% dan umum sebanyak 0,25% sedangkan sisanya yaitu 6,21% belum mempunyai fasilitas buang air besar. Walaupun persentasi rumah tangga yang memiliki fasilitas buang air besar di Kabupaten Kupang mencapai 80,97% tetapi hanya 7,02% yang dikategorikan layak, kondisi ini terjadi karena lubang penampungan tinja langsung diresapkan ke dalam tanah.

Dari data akses sanitasi dasar layak di Kabupaten Kupang sampai dengan tahun 2015 baru mencapai 7,02% yang terdiri dari Kota 44% dan desa 4,80%. Berarti 92,98% rumah tangga di

(27)

REVIEW RPI2-JM KABUPATEN KUPANG 2017 - 2021

VII - 27 Kabupaten Kupang belum mendapatkan akses sanitasi dasar yang layak. Walaupun demikian dari data BPS hanya 6,21% rumah tangga di Kabupaten Kupang yang belum memiliki fasilitas buang air besar. Berdasarkan data yang ada untuk penanganan sanitasi dan air limbah di kawasan permukiman baik itu di perkotaan maupun perdesaan masih dilakukan dengan sistem setempat (on-site), yakni dengan meresapkan langsung ke dalam tanah, dengan atau tanpa sumur resapan sedangkan penanganan dengan sistim off site belum ada.

Tabel 7.13 : Data Capaian Akses Sanitasi Dasar

NO URAIAN CAPAIAN

2013 2014 2015

1 Total Akses Sanitasi layak 8.31% 7.51% 7.02%

2 Total Akses Perkotaan 42.66% 29.32% 44.00%

3 Total Akses Pedesaan 6.83% 6.63% 4.80%

Penanganan limbah cair pada permukiman perdesaan umumnya dilakukan secara individual dengan cara diresapkan langsung ke tanah atau tanpa sumur resapan. Tidak tersedia data yang akurat mengenai kepemilikan kakus bagi masyarakat perdesaan di kabupaten Kupang. Namun dapat diperkirakan bahwa sejumlah besar penduduk perdesaan sudah memiliki kakus sendiri, namun mengingat keterbatasan pelayanan air bersih sehingga mengakibatkan sebagian besar kakus di bangun dengan sistem cubluk, sebagian lainnya bahkan tidak memiliki kakus dan melakukan buang air besar di pantai atau di hutan.

Kondisi eksisting pengembangan air limbah secara teknis disajikan pada tabel-tabel dibawah ini :

Tabel 7.14

Persentase RT Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun 2015 Fasilitas Tempat Buang Air Besar 2012 (%)

Sendiri/privat 80,97

Bersama/share 12,57

Umum/public 0,25

Tidak ada 6,21

Jumlah 100,00

Sumber : Kab.Kupang dalam Angka 2016

Pengelolaan Air limbah di kabupaten Kupang umunya masih ditangani secara swadaya individual. Peraturan perundangan terkait pengelolaan air limbah permukiman menyangkut struktur organisasi dan pengelola air limbah belum terdata.

7.4.1.2. Kondisi Eksisting Pengembanagn Persampahan

Defenisi pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian timbulan sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor lingkungan lainnya.

Gambar

Tabel 7.4. Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2015
Tabel 7.13 : Data Capaian Akses Sanitasi Dasar
Tabel 7.15. Data Pengolahan Persampahan

Referensi

Dokumen terkait

Gaya kognitif di indikasikan mempengaruhi mindset financial, gaya kognitif (cognitive style) merupakan gaya seseorang dalam berfikir yang melibatkan kemampuan

Pada masa pembelahan, sentromer merupakan struktur yang sangat penting, di bagian inilah lengan kromosom (kromatid) saling melekat satu sama lain pada

Mengkaji pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani terhadap tingkat penerapan petani dalam sistem pertanian berkelanjutan pada budidaya padi sawah di Kecamatan

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa total skor tertinggi dalam uji organoleptik berdasarkan tekstur pada jus tempe dan modifikasinya terdapat pada jus tempe

Dalam kerja sama tersebut, Balai Bahasa Sulawesi Selatan berperan sebagai Perpanjangan tangan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan

Untuk menanggulangi permasalahan yang masih dialami oleh perusahaan tersebut, maka penulis memberikan beberapa saran, yaitu mengkomunikasikan kepada agen maupun leader dampak

TPAK tertinggi di Kalimantan Barat pada tahun 2013 dijumpai di Kabupaten Sintang (77,58 %) disusul kemudian Kabupaten Sekadau dan Melawi masing-masing 76,92 persen

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa Program Autotuning Kendali PD menggunakan Logika Fuzzy metode Tsukamoto telah berhasil dibuat dalam