PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah penelitian yang menjelaskan tentang
fenomena, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Kinerja pengelolaan keuangan daerah merupakan fokus penting dalam strategi
pemberdayaan pemerintah daerah terlebih dalam proses desentralisasi yang lebih
luas, nyata dan bertanggung jawab yang mana pemerintah juga dituntut untuk
transparan dan akuntabel dalam upaya mewujudkan tujuan pemerintah daerah yang
bersih, sehingga konsep tata kelola pemerintahan yang baik benar dapat terwujud.
Reformasi pengelolaan pemerintah daerah merupakan bagian rangkaian
reformasi birokrasi yang ditandai dengan lahirnya Manajemen Publik yang Baru
(New Public Management/NPM), dipandang sebagai sarana peningkatan kinerja
pemerintah menjadi lebih baik melalui pelaksanaan yang tepat, terukur dan
termonitor serta fokus utama pada pencapaian kinerja, efektivitas dan akuntabilitas
publik (Hood,1991).
Salah satu wujud pertanggungjawaban kinerja atas keberhasilan/kegagalan
menggunakan sebuah instrumen yaitu Sistem Akuntabilitas Kinerja (SAKIP)
guna memenuhi kewajiban pertanggungjawaban yang terdiri dari kesatuan berbagai
komponen dimulai dari proses perencanaan strategik, perencanaan kinerja,
pengukuran kinerja, implementasi kinerja, pelaporan kinerja, dan evaluasi kinerja.
DiMaggio dan Powell (1983) menyatakan birokrasi dan perubahan sebuah
organisasi terbentuk merupakan hasil dari suatu proses yang mana satu unit dalam
organisasi didorong menjadi lebih mirip satu dengan unit yang lain dalam
menghadapi kondisi lingkungan yang sama tanpa harus membuat mereka menjadi
lebih efisien, hal itulah yang dinamakan isomorfisma (isomorphism). Dalam
praktiknya yang sering terjadi dalam pemerintahan adalah kecenderungan pada
tekanan mimetik yaitu meniru orang/organisasi lain yang dirasa telah berhasil, seperti
PEMDA suatu daerah meniru daerah lain yang berhasil maju. BPKAD sebagai suatu
organisasi publik, dalam melakukan segala tugas dan kewajiban pengelolaan
keuangan dalam pencapaian kinerja, memperoleh tekanan institusional akibat tekanan
dari luar.
Papua sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang berhak memperoleh status
Otonomi Khusus selain Nanggro Aceh Darusalam dan Papua Barat. Undang-undang
No.21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi dasar
pemberian status otonomi khusus bagi Provinsi Papua. Tujuan dana otonomi khusus
tersebut adalah untuk mensejahterakan dan memajukan rakyat Papua.
Dalam tahun 2011, 2012, 2013 laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan
Serta berdasarkan hasil evaluasi terhadap kinerja oleh KEMENPAN-RB atas LAKIP
pada tahun 2012-2013 mendapatkan penilaian dengan kategori “C” yang mana perlu
banyak dilakukan perbaikan, termasuk perubahan yang sangat mendasar. Hasil
Keputusan Mentri Dalam Negeri–RI Nomor 120-2818 Tahun 2013 tentang Penentuan
Peringkat Dan Status Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Secara Nasional,
menyatakan pemerintah Papua mendapat peringkat ke–29 dengan status sedang.
Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Provinsi Papua (BPKAD)
sebagai instansi pemerintah daerah sesuai dengan perannya membantu Kepala Daerah
untuk penyelenggaraan pemerintah dalam pengelolaan keuangan dan aset daerah,
berkewajiban mempertanggungjawabkan dan melaporkan keseluruhan kinerja sesuai
dengan sistem pelaporan kinerja dan sistem pengukuran kinerja. Dengan sistem
pelaporan kinerja dan sistem pengukuran kinerja yang baik akan memotivasi instansi
untuk meningkatkan kinerjanya, dan membantu mengkomunikasikan kepada publik
tentang tingkat penyelesaian yang berhasil dicapai oleh unit kerja organisasi dan
perbandingan kinerja dengan unit kerja organisasi yang serupa lainnya.
(Bastian,2006:303)
BPKAD Papua dari hasil evaluasi LAKIP tahun 2012-2014 mendapatkan nilai C
dengan banyak kekurangan dan harus dilakukan perbaikan. BPKAD dalam
melakukan proses pengukuran kinerja, proses pengembangan terhadap indikator
kinerja hingga proses pelaporan kinerja lebih untuk memenuhi persyaratan peraturan
efisien, berdampak pada hasil yang sifatnya sebatas formalitas dan serimonial rutin
melakukan pelaporan kinerja tahunan.
Fenomena tersebut yang menjadikan peneliti melakukan penelitian penilaian
kinerja pada BPKAD Papua dengan mencoba melihat apakah sistem pengukuran dan
pelaporan kinerja sudah berbasis hasil dengan menggunakan pendekatan model
logika (logic model) melalui pengelolaan dan pengukuran kinerja yang berkelanjutan
(Ongoing Performance Management and Measurement/OPM&M). Pendekatan model
logika ini dipandang sebagai metode yang efektif dalam merencanakan dan
mengevaluasi suatu program sehingga diharapkan dapat memberikan rekomendasi
kepada BPKAD Papua untuk mengintegrasikan sistem pengukuran kinerja dan
dilakukannya pengembangan berkelanjutan. OPM&M merupakan pendekatan
evaluasi dan perencanaan komprehensif dengan menggunakan model logika yang
dikenal dengan rancangan/cetak biru dari kinerja (Performance Blueprint).
Penelitian pengukuran dan pelaporan kinerja dengan menggunakan pendekatan
model logika menarik untuk di kaji dan akan memberikan wawasan pribadi bagi para
pejabat pemerintah berwenang mengingat penelitian terkait belum dilakukan di
Provinsi Papua khususnya pada BPKAD dan diikuti dengan belum maksimalnya
proses pengukuran kinerja di BPKAD, serta model logika sendiri masih merupakan
suatu isu yang relevan saat ini karena pengukuran kinerja di organisasi pemerintahan
memerlukan perbaikan berkelanjutan dan masih terdapatnya masalah dalam
implementasi sistem pengukuran kinerja. BPKAD tidak hanya sebatas sebagai badan
profesional dan bertanggungjawab saja tetapi juga seberapa jauh program-program
yang dilaksanakannya bisa mencapai target yang diharapkan. Untuk mengetahui
kinerja layanan tersebut maka perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem pengukuran
kinerja dan sistem pelaporan kinerja yang ada. Evaluasi penerapan sistem
pengukuran dan pelaporan kinerja dalam penelitian ini dilihat dari teori institusional
yang mencoba melihat fenomena isomorfisma di BPKAD Provinsi Papua. Oleh
karena itu peneliti mengangkat topik penelitian yaitu “EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (Studi Pada BPKAD Provinsi Papua).”
1.2 Rumusan Masalah
Desain sistem pengukuran kinerja dan sistem pelaporan kinerja yang sesuai
dengan kebutuhan BPKAD Papua diperlukan untuk melakukan pengukuran kinerja
dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator
kinerja sasaran berdasarkan sumber dana, dan pemerintah melakukan pelaporan hasil
kinerjanya secara komprehensif, objektif, jujur, akurat, dan transparan sesuai dengan
lingkup tanggung jawab, prioritas dan manfaat melalui penyusunan LAKIP sesuai
dengan Inpres No.7/1999 untuk mewujudkan pencapaian kinerja dan akuntabilitas.
Hasil atas penilaian kinerja melalui evaluasi LAKIP Papua mendapat nilai C
diikuti juga oleh SKPD BPKAD Papua. Berpijak dari hal tersebut menunjukan
rendahnya kinerja dari BPKAD Papua dalam pengelolaan keuangan daerah Provinsi
informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang disajikan dalam
laporan pertanggungjawaban. BPKAD Papua melakukan tugasnya hanya untuk
memenuhi persyaratan peraturan pemerintah pusat sebagai bentuk legitimasi.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem
pengukuran dan pelaporan kinerja dengan pendekatan model logika yang dipandang
sebagai metode efektif dalam merencanakan dan mengevaluasi suatu program.
Evaluasi sistem pengukuran dan pelaporan kinerja dalam penelitian ini akan dilihat
dari teroi institusional dengan mencoba melihat fenomena isomorfisma di BPKAD
Provinsi Papua.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan
penelitian yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kesesuaian informasi yang terdapat dalam dokumen-dokumen
penerapan sistem pengukuran dan pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua?
2. Bagaimana pendekatan model logika melalui OPM&M dengan model cetak biru
kinerja dapat digunakan untuk mengevaluasi penerapan sistem pengukuran dan
pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua?
3. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam tahap penerapan
perencanaan strategis hingga tahap pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua?
4. Apakah terdapat teori isomorfisma di dalam pengimplementasian sistem
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menguji kesesuaian informasi yang terdapat pada dokumen penerapan sistem
pengukuran dan pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua.
2. Menguji pendekatan model logika melalui OPM&M dengan model cetak biru
kinerja dapat digunakan untuk mengevaluasi penerapan sistem pengukuran dan
pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua.
3. Mengevaluasi faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam tahap penerapan
perencanaan strategis hingga tahap pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua.
4. Menguji keberadaan teori isomorfisma di dalam pengimplementasian sistem
pengukuran dan pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan bahan pertimbangan atau alternatif lain bagi instansi BPKAD
Provinsi Papua dalam menyusun program dengan menggunakan model logika,
sehingga program dan kegiatan yang disusun sungguh-sunguh dapat terlaksana
serta dapat memenuhi tuntutan peningkatan pelayanan dan memberikan manfaat
publik.
2. Sumbangsih pemikiran bagi Pemerintah Papua mengenai pengukuran kinerja
3. Bagi akademisi, diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya dalam bidang kajian pengukuran kinerja di sektor publik dengan
pendekatan model logika.
1.6 Batasan Penelitian
Agar penelitian lebih fokus dan terarah, diperlukan batasan penelitian berikut:
1. Penelitian ini membahas sistem pengukuran dan pelaporan kinerja pada satu
instansi pemerintah di Provinsi Papua, yakni BPKAD Provinsi Papua.
2. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BPKAD Papua
yang digunakan adalah 2 tahun anggaran yakni: 2013, 2014
1.7 Sistematika Penulisan
Penelitian hendaknya disusun secara sistematis dan terstruktur. Adapun
sistematika penelitian disusun sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan
Bab ini menguraikan rencana penelitian yang dijabarkan dalam latar belakang,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan Literatur
Bab ini membahas mengenai teori-teori utama yang digunakan, serta yang
sesuai dengan pokok permasalahan sebagai dasar analisis data dan
BAB III: Latar Belakang Kontekstual Objek Penelitian
Bab ini menjelaskan secara deskriptif tentang objek penelitian dan aplikasi
teori atau konsep yang diterapakn di dalam objek penelitian, untuk
mendapatkan pemahaman spesifik mengenai karakteristik objek penelitian
terkait dari teori dan konsep yang digunakan di bab tinjauan pustaka.
BAB IV: Metodologi Penelitian
Bab ini berisi metode dan alasan menggunakan penelitian kualitatif, subjek
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik menganalisis
data.
BAB V: Pemaparan Temuan Penelitian Lapangan
Bagian ini berisi uraian temuai dalam penelitian di lapangan yang
menggambarkan fakta-fakta yang dapat menjawab tujuan penelitian.
BAB VI: Penutup
Bagian ini berisi simpulan dari analisis permasalahan yang ada. Bab ini juga
membahas keterbatasan penelitian. Serta, bab ini juga memberikan informasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori yang melandasi pembahasan terkait dengan pengukuran
kinerja sektor publik. Dalam pengukuran kinerja penelitian ini menggunakan
pendekatan model logika guna melihat kesesuaian sistem pengukuran dan pelaporan
kinerja pada setiap dokumen kinerja yang ada, pendekatan pengelolaan dan
pengukuran kinerja yang berkelanjutan (OPM&M) atau yang dikenal dengan
rancangan/cetak biru dari kinerja digunakan untuk melihat apakah indikator kinerja
BPKAD Provinsi Papua telah berorientasi pada hasil yang memberikan manfaat
layanan kepada publik, dan teori institusional-isomorfisma digunakan untuk
mengetahui pertimbangan SKPD BPKAD dalam menyusun indikator kinerja.
2.1 Tinjauan Literatur
2.1.1 Teori Institusional (Institutional Theory)
Teori Institusional atau teori kelembagaan memiliki ide dasar yaitu organisasi terbentuk oleh lingkungan institusional yang ada di sekitar mereka. Ide-ide yang
berpengaruh kemudian di institusionalkan dan dianggap sah dan diterima sebagai cara
berpikir ala organisasi tersebut (DiMaggio and Powell,1983). Kelembagaan adalah
mirip dengan organisasi lain dibidang yang sama sebagai hasil dari kekuatan
isomorfisma yang lebih kuat dari kekuatan pasar.
DiMaggio dan Powell (1983) melihat ada tiga isomorfisma yaitu, pertama;
isomorfisma koersif yang menunjukkan bahwa organisasi melakukan adopsi terhadap
organisasi lain karena tekanan negara atau masyarakat yang lebih luas, dengan kata
lain diartikan sebagai tekanan perubahan yang diharuskan oleh pemerintah. Proses
penyesuaian menuju kesamaan dengan cara “pemaksaan”. Tekanan dari pengaruh
politik dan masalah legitimasi. Misalnya, tekanan dari peraturan pemerintah agar bisa
diakui. Kedua; isomorfisma mimetik, yaitu imitasi sebuah organisasi oleh organisasi
yang lain sehingga organisasi menjadi mengikuti atau meniru organisasi lain yang
lebih sukses. Biasanya proses peniruan ini muncul di lingkungan yang tidak pasti.
Contohnya adalah LAKIP dari pemerintah daerah di Jawa yang banyak ditiru oleh
pemerintah daerah Papua karena dianggap berhasil. Ketiga, isomorfisma normatif,
adalah kesamaan dari tindakan yang mereka ambil terjadi dikarenakan adanya
tekanan yang diasosiasikan dengan keterkaitan organisasi dengan industri atau
lingkungan karena adanya tuntutan profesional. Norma atau sesuatu yang tepat bagi
organiasi berasal dari pendidikan formal dan sosialisasi pengetahuan formal itu di
bidang tertentu yang menyokong dan menyebarkan kepercayaan normatif itu. Ketika
Pada intinya, dalam pengambilan keputusan organisasi/instansi dipengaruhi oleh
adanya organisasi/instansi lain yang memiliki pengaruh terhadap organisasi, sehingga
membuat organisasi harus menyesuaikan dengan keadaan.
2.1.2 Kinerja Pemerintah Daerah
Kinerja pemerintah daerah didefinisikan sebagai gambaran mengenai tingkat
pencapaian hasil pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan Pemerintah Daerah
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi daerah yang tertuang dalam
dokumen Perencanaan Daerah. Sebagai pertanggungjawaban publik, kinerja
pemerintah daerah harus diinformasikan pada masyarakat dan para pemangku
kepentingan mengenai tingkatan pencapaian hasil (Chabib, 2011).
Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2008 (PP No.6/2008) tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa salah satu
evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah berupa Evaluasi Kinerja
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD). Untuk melengkapi PP No.6/2008,
diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.73 Tahun 2009 (Permendagri
No.73/2009). Permendagri No.73/2009 menyebutkan bahwa salah satu evaluasi
kinerja yang dilakukan Pemerintah terhadap Pemda berupa EKPPD yang
menggunakan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah (LPPD) sebagai sumber
sistematis terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan
menggunakan sistem pengukuran kinerja.
2.1.2.1 Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan sebuah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan
(BPKP, 2000). Indikator kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategis
yang telah ditetapkan.
Jenis-jenis indikator kinerja pemerintah meliputi (Mahsun, 2006:77):
a. Indikator masukan (input), segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini mengukur
jumlah sumber daya seperti anggaran/biaya, sumber daya manusia, material dan
masukan lain yang dipakai melaksanakan kegiatan.
b. Indikator proses (process). Dalam indikator proses, organisasai merumuskan
ukuran kegiatan, baik dari sisi kesepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi
pelaksanaan kegiatan tersebut. Hal yang paling dominan dalam proses adalah
tingkat efisiensi dan ekonomis pelaksanaan kegiatan organisasi. Efisiensi berarti
yang dimaksud dengan ekonomis adalah bahwa suatu kegiatan dilaksanakan
dengan standar biaya atau waktu yang telah ditentukan.
c. Indikator keluaran (output) merupakan sesuatu yang diharapkan langsung dapat
dicapai dari sebuah kegiatan baik berupa fisik maupun non fisik. Indikator
keluaran digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan dari sebuah
kegiatan. Dengan membadingkan keluaran, instansi dapat menganalisis apakah
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Indikator keluaran dijadikan
landasan untuk menilai kemajuan sebuah kegiatan apabila dikaitan dengan
sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur.
d. Indikator hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang menggambarkan tingkat
pencapaian atas hasil yang lebih tinggi yang mencakup kepentingan banyak
pihak.
e. Indikator manfaat (benefit) menggambarkan manfaat yang diperoleh dari
indikator hasil. Manfaat akan terlihat setelah beberapa waktu kemudian,
khususnya dalam jangka menengah dan panjang.
f. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik bersifat
positif, maupun negatif.
2.1.3 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
SAKIP berdasarkan PP No. 29 Tahun 2014 adalah rangkaian sistematik dari
pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan
kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan
kinerja instansi pemerintah.
SAKIP diintegrasikan dengan sistem perencanaan, sistem penganggaran, sistem
perbendaharaan dan sistem akuntansi pemerintahan. SAKIP kemudian dikelompokan
dalam delapan komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu Rencana
Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Strategis SKPD, Rencana Kinerja
Tahunan, Rencana Kerja SKPD, Rencana Kerja Anggaran, Dokumen Pelaksanaan
Anggaran, Penetapan Kinerja, dan LAKIP. Berikut ini adalah gambaran sistem
pengukuran kinerja komprehensif.
Gambar 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Komprehensif
Sumber : Mahsun 2013 Perencanaan Strategis Penyusunan Program Penyusunan Anggaran Implementasi Pengukuran Kinerja fedback
Sistem pengukuran kinerja komprehensif merupakan sistem penilaian
ketercapaian tujuan organisasi sehingga hendaknya pendesainannya telah dilakukan
sejak penentuan tujuan, antara kegiatan satu dan kegiatan lainnya dalam sistem
pengukuran kinerja komprehensif saling berkaitan. Keterkaitan antara TAPKIN dan
SAKIP digambarkan dalam gambar 2.2 berikut ini.
Gambar 2.2 Hubungan TAPKIN dan SAKIP
Sumber: Modul Pelatihan Penyusunan Penetapan Kinerja (Kemenpan, 2005)
Dalam tahapan proses penetapan kinerja haruslah melihat pada dokumen
perencanaan yang telah disusun sebelumnya, dan dalam proses pelaksanaannya
diharapkan dapat sesuai dengan perencanaan sehingga dalam tahap pelaporan kinerja
tidak terdapat perbedaan. Melihat hubungan gambar diatas, berdasarkan penilaian
terhadap LAKIP BPKAD Papua yang mana terdapat permasalahan adanya perbedaan
dalam dokumen pelaporan dengan dokumen pada proses perencanaan, menjadi sangat RPJM
RENSTRA
RKT
Rencana Kerja & Anggaran (RKA)
Kinerja Aktual
LAKIP Lap. Keuangan
dimungkinkan bahwa perencanaan, pengukuran dan pelaporan kinerja dilaksanakan
secara bersamaan sehingga prosesnya tidak melihat kepada dokumen penetapan
kinerja yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Pelaporan kinerja merupakan refleksi kewajiban untuk mempresentasikan dan
melaporkan kinerja semua aktivitas dan sumber daya yang perlu
dipertanggungjawabkan. Entitas yang berkewajiban membuat pelaporan kinerja
pemerintah sebagai berikut: pemerintah pusat, pemerintah daerah, unit kerja
pemerintahan, dan unit pelaksana teknis. Pelaporan kinerja tersebut selanjutnya
diserahkan ke masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga informasi yang
diterima lengkap dan tajam mengenai kinerja program pemerintah (Bastian,2006).
SAKIP sesuai dengan PP No.8/2006 dibentuk dan dikembangkan dalam rangka
perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta
pengeloaan sumber daya pelakasanaan kebijakan dan program yang dipercayakan
kepada setiap instansi pemerintah, berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang
memadai. Setiap instansi pemerintah secara periodik wajib mengkomunikasikan
pencapaian tujuan dan sasaran strategis dari organisasinya kepada para pemangku
kepentingan yang dituangkan dalam LAKIP. Penyusunan LAKIP BPKAD Papua
dilakukan melalui proses penyusunan rencana strategis, rencana kinerja tahunan,
penetapan kinerja, pengukuran dan evaluasi kinerja.
LAKIP berperan sebagai alat kendali, alat penilai kualitas kinerja, dan
pendorong terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik. LAKIP juga berfungsi
pemerintah mempertanggungjawabkan dan menjelaskan keberhasilan dan kegagalan
tingkat kinerja yang dicapainya. LAKIP dapat dikategorikan sebagai laporan rutin,
karena paling tidak disusun dan disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan setiap tahun sekali. Pada dasarnya, LAKIP memuat informasi kinerja
yakni hasil pengolahan data capaian kinerja yang membandingkan antara realisasi
capaian kinerja dengan rencana kinerja yang ada sehingga diperoleh pengetahuan
mengenai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi dan dapat digunakan untuk
memperbaiki kinerja berkesinambungan. Dalam penyusunan LAKIP harus mengikuti
prinsip-prinsip pelaporan demikian: harus disusun secara jujur, objektif, akurat dan
transparan. LAKIP tidak berdiri sendiri tetapi merupkan suatu kesatuan dalam sistem
manajemen strategis yaitu sistem perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
2.1.4 Model Logika (Logic Model/LM) 2.1.4.1 Pengertian Model Logika
Model logika (LM) adalah alat bantu berfikir yang disusun secara sederhana
guna membantu menerangkan sebuah gagasan dalam mencapai sebuah hasil yang
diharapkan berdasarkan rasionalisasi hubungan sebab-akibat yang digunakan untuk
menjalankan sebuah program agar dapat dideskripsikan dengan logis (Knowlton,
2013). LM adalah gambaran visual logis dari sebuah program yang menunjukkan
rangkaian/hubungan antara masukan, aktifitas, sampai dengan keluaran dan hasil
19 dapat menjadi alat evaluasi yang bermanfaat dalam memfasilitasi perancangan,
perencanaan dan pembelajaran program/kegiatan yang efektif dapat
mendokumentasikan hasildengan cara yang lebih baik (Akbar, 2013).
Dapat disimpulkan bahwa LM adalah sebuah metode sistematis dan visual
untuk menyajikan ide untuk digunakan menunjukkan berbagai pemahaman dari
hubungan antara sumber daya yang dimiliki dalam menyusun kebijakan,
mengoperasikan program/kegiatan yang ada dan yang direncanakan serta
perubahan/hasil yang akan dicapai. Berikut adalah gambaran komponen LM yang
dapat menunjukkan hubungan logis antara sumber daya atau investasi yang
digunakan untuk melaksanakan program, aktivitas yang dilaksanakan, keluaran yang
dihasilkan, dan kemudian hasil akhir yang memberikan dampak positif.
Gambar 2.3 Standar logic model
Sumber : Ohio University, 2002
Berikut gambar cetak biru kinerja yang dikembangkan oleh University of wiconsinu, memberikan penjelasanyang lebih terstruktur dan mudah dipahami:
MASUKAN AKTIVITAS KELUARAN HASIL
S I T U A P R I O R I Input • SDM • Keuangan • Waktu • Penelitian • Teknologi • Staff Ket: Sumberdaya apa saja yang
Aktivitas Kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh publik (aktivitas untuk menghasilkan Output Sesuatu yang dihasilkan langsung dari aktivitas suatu program yang telah ditentukan yang diharapkan akan berkontribusi. Outcome Jk Pendek Perubahan pengetahuan (1-3 tahun) Jk Menengah Perubahan tindakan (4-6 tahun) Jk Panjang Perubahan keadaan (7-10 thn)
Gambar 2.4 Cetak Biru Kinerja
Sumber: University of Wiconsin.2010.Developing a Logic Model
1. Situasi dan Prioritas
Situasi merupakan sebuah keadaan yang biasanya kompleks dari lingkungan,
sosiopolitik, dan ekonomi. Situasi dapat menjadi isu yang dijadikan sebagai dasar
dalam pengembangan program dimana model logikaberperan dalam memetakannya.
Setelah masalah dipetakan dan dianalisis, selanjutnya tentukan mana yang menjadi
faktor dalam menentukan prioritas. Singkatnya dalam mengembangan model logika
diperlukan prioritas dari sebuah kompleksitas. Adapun faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan prioritas adalah visi dan misi; nilai-nilai; sumber
daya; keahlian dan pengalaman; dan data historis. Penentuan prioritas mendorong
untuk identifikasi hasil yang diinginkan.
2. Masukan
Masukan merupakan semua sumber daya yang dikuasai organisasi dan masih
perlu diproses sehingga dapat bermanfaat. Masukan diklasifikasikan dalam kategori
dan infrastruktur. Sedangkan untuk masukan nonmaterial berupa kepemimpinan,
strategi dan metode, kompetensi, serta komitmen SDM.
1. Aktivitas
Kegiatan adalah aktivitas yang dilakukan organisasi dalam pengimplementasian
program dan memproses masukan menjadi keluaran.
2. Keluaran
Keluaran merupakan produk langsung dari sebuah kegiatan dalam suatu program
yang diharapkan akan berkontribusi padahasil.
3. Hasil
Hasil merupakan perubahan atas suatu kondisi, perlilaku, sikap, pengetahuan,
dan keterampilan sasaran program yang mengindikasikan kemajuan atau justru
kemunduran terhadap misi dan tujuan dari program. Hasil diklasifikasikan kedalam
hasil jangka pendek menunjukkan hasil perubahan pembelajaran yang dicapai dalam
waktu 1 sampai dengan 3 tahun, hasil jangka menengah menunjukkan hasil
perubahan tindakan yang dicapai dalam waktu 4 sampai dengan 6 tahun, hasil jangka
panjang menunjukkan hasil perubahan kondis yang dicapai dalam waktu 7 sampai
dengan 10 tahun, dari suatu organisasi, partisipan, atau sistem secara lebih general.
4. Faktor Eksternal
Faktor eksternal meliputi lingkungan budaya, iklim, struktur ekonomi,
lingkungan politik, latar belakang dan pengalaman peserta program, pengaruh media,
perubahan kebijakan dan prioritas. Faktor eksternal tidak dapat diabaikan sebab
2.1.4.2 Pengelolaan Dan Pengukuran Kinerja Yang Berkelanjutan (Ongoing
Performance Management and Measurement/OPM&M)/Cetak Biru Kinerja
(Performance Blueprint)
Pendekatan dalam model pengukuran kinerja dalam penelitian ini meluas dalam
perencanaan dan evaluasi model yang komprehensif yang disebut dengan pendekatan
Pengelolaan dan Pengukuran Kinerja yang Berkelanjutan (OPM&M). OPM&M
menggunakan LM yang inovatif dan luas sebagai alat dalam melakukan evaluasi dan
perencanaan yang dikenal dengan rancangan/cetak biru dari kinerja, model ini dapat
digunakan sebagai alat untuk melakukan perencanaan dan evaluasi.
Model OPM&M dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membuat
prioritas guna melakukan pengukuran kinerja yang disesuaikan dengan misi
organisasi dan maksud dari sebuah program. OPM&M juga melakukan
penggabungan dengan menyarankan model yang dapat mengidentifikasi kualitas
indikator kinerja dengan membagi kualitas indikator kinerja ke dalam empat bagian
yakni upaya (effort) dan dampak (effect) serta terbagi atas kuantitas dan kualitas,
Gambar 2.4 Pendekatan Empat Kuadran
Sumber: Paul J. Longo (2011)
OUTPUTS EFORT EFECT Quantity Quality § % Quantity ₄ Quality ₂ EFORT EFECT Quantity ₃ Quality ₁
Berikut ini gambaran pengukuran kinerja hasil penggabungan antara
pendekatan OPM&M dan pendekatan empat kuadran yang dikenal dengan model
cetak biru kinerja.
Kuantitas Kualitas
4 Upaya 2 Kuantitas Kualitas
3 Dampak 1
Gambar 2.5 Model Cetak Biru Kinerja Sumber: OhioUniversity (2002)
Selanjutnya Friedman mengkombinasikan ukuran kinerja tersebut yang
kemudian dipetakan dalam kategori gambaran pengukuran kinerja berikut:
Gambar 2.6 Pendekatan Empat Kuadran
Sumber:Friedman (2005) INPUT & SUMBER DAYA Pihak penyedia dan pelaksana jasa AKTIVITAS, STRATEGI & PELAYANAN Klien & Pelanggan OUTPUT OUTCOME Hasil yang berorientasi pada penyedia layanan Hasil yang berorientasi pada manfaat yang diterima pengguna / konsumen “Seberapa banyak pelayanan yang dapat diberikan?” 4 Kuantitas Kualitas U p a y a D a m p a k “Seberapa baik pelayanan tersebut dilakukan?” 2
#
3%
1 “Apakah keadaan menjadi lebih baik?
Menurut Friedman (2005) bahwa semua sistem akuntabilitas kinerja ditetapkan
dengan cara ukuran/indikator kuantitas dan kualitas dari upaya dan dampak.
Friedman menggabungkan dua perspektif ukuran kinerja yang berbeda tersebut untuk
menghasilkan kategori antara lain sebagai berikut:
1. Kuantitas upaya (quantity) of effort): seberapa banyak pelayanan yang
diberikan?
2. Kualitas upaya (quality)of effort): seberapa baik pelayanan yang diberikan?
3. Kuantitas dampak (quantity)of effect): berapa banyak pelanggan menjadi lebih
baik?
4. Kualitas dampak (quality) of effect): berapa persen pelanggan menjadi lebih baik
atau bagaimana mereka menjadi lebih baik?
Enam tahap penggunaan model cetak biru kinerja sebagai sarana perencanaan
dan evaluasi kinerja:
1. Merumuskan dan memurnikan/memfokuskan/mempersempit hasil
• Meninjau hasil dari atas ke bawah (pemerintah pusat & bagian yang diharapkan, dibutuhkan, dan diamanatkan)
• Meninjau hasil dari bawah ke atas (komunitas yang diinginkan)
• Campuran hasil antara atas ke bawah dan bawah ke atas
• Merumuskan serangkaian hasil
• Menetapkan target pada waktu yang tepat
• Populasi yang dijadikan target meliputi tidak hanya penerima manfaat yang dituju dari strategi pelayanan tersebut, namun juga “para pengguna” informasi
pengkuran kinerja
3. Menetapkan ukuran efektivitas untuk komunitas dan kelompok yang ditargetkan
• Perubahan-perubahan yang diharapkan
• Mengidentifikasi pengukuran kinerja yang terkait dengan efek
• Menetapkan target pada waktu yang tepat
4. Tentukan strategi, pelayanan, dan kegiatan yang dibutuhkan
• Hasil yang dijelaskan dan "dampak yang diharapkan" ditetapkan dan diberikan, rumuskan strategi layanan pengiriman diperlukan untuk mencapai target
• Menetapkan pihak yang akan menyediakan/menawarkan pelayanan tersebut 5. Tetapkan pengukuran kinerja pemberian pelayanan
• Menentukan seberapa baik pelayanan tersebut harus dilakukan, seberapa baik strategi harus dilakukan, dan seberapa baik kegiatan yang harus dijalankan
• Identifikasi pengukuran kinerja yang terkait usaha
6. Gunakan sumber daya yang tersedia/temukan sumber daya tambahan yang
dibutuhkan
• Kenyataan yang sering terjadi dana yang tersedia datang dengan “syarat”, “syarat” ini biasanya terikat dengan tujuan dan standar kinerja yang memaksa
suatu organisasi untuk memulai kegiatan yang tidak terduga. Direkomendasikan
mengontrol dengan cara menentukan terlebih dahulu siapa yang perlu dilayani,
bagaimana mereka harus dilayani, dan menemukan sumber daya untuk
melakukan hal itu.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai pengukuran kinerja sektor publik pada
pemerintahan daerah diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Solikhin (2005) meneliti mengenai pelaporan akuntabilitas di Indonesia
dengan hasil bahwa laporan LAKIP masih bias. Bias tersebut muncul akibat
perlakuan pemerintah yang berlebihan dalam mengaitkan kinerja yang baik
dengan usaha sendiri dan kinerja yang tidak baik dikaitkan dengan faktor
eksternal.
2. Agus Taruno (2012) meneliti tentang pengukuran kinerja dinas pendidikan
kabupaten Bantul dengan metode balanced scorecard. Penelitian ini
memberikan hasil bahwa penerapan konsep BSC sebagai alternatif sistem
pengukuran kinerja pada Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul sangat
mungkin dilakukan karena melalui peta strategi tergambar dengan jelas alur
strategi organisasi dalam mencapai visi dan misi secara menyeluruh, baik dari
aspek keuangan maupun non-keuangan dan dapat berguna untuk
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan di masa yang akan datang.
3. Marvin (2012) meneliti mengenai evaluasi penyusunan indikator kinerja pada
indikator kinerja Pemerintah Kabupaten Bantul belum menunjukkan
kesesuaian informasi (hubungan yang logis) antara dokumen perencanaan
hingga dokumen pelaporan. Indikator Kinerja SKPD/unit kerja sebagian
besar belum menunjukkan indikator berbasis hasil (result-based performance
indicator) sehingga belum sepenuhnya mendukung kinerja Pemerintahan
BAB III
LATAR BELAKANG KONTEKSTUAL OBJEK PENELITIAN
Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti secara
deskriptif seperti gambaran umum, visi dan misi dari BPKAD Provinsi Papua untuk
mendapat pemahaman yang lebih spesifik tentang karakteristik dari objek penelitian.
3.1 Gambaran Umum Provinsi Papua
Pemerintah Papua dipimpin oleh seorang Gubernur dibantu perangkat daerah
yang terdapat di lingkungan Pemerintah Provinsi Papua. Provinsi Papua saat ini
membawahi 28 Kabupaten dan 1 Kota.
3.2 Visi dan Misi
Provinsi Papua memiliki Visi dan Misi yaitu membangun Papua Baru dengan
menata kembali Pemerintahan Daerah untuk dapat membangun pemerintahan yang
baik, bersih dan berwibawa guna menerapkan Tata Pemerintahan yang baik pada
semua jajaran dan tingkatan.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Papua No. 10 Tahun 2011 Tentang Uraian
Tugas dan Fungsi BPKAD dinyatakan bahwa BPKAD Provinsi Papua merupakan
unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang pengelolaan keuangan dan asset daerah
yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah. Visi dari BPKAD
Provinsi Papua yang Profesional dan Bertanggung jawab. Berdasarkan Visi BPKAD
tersebut maka Misi yang diterapkan adalah mewujudkan koordinasi internal ekternal,
perencanaan anggaran, pelaksanaan akuntansi dan pelaporan keuangan, serta
mewujudkan pelayanan keuangan secara tepat waktu dan prima yang berkualitas.
3.3 Tujuan
Tujuan yang adalah penjabaran atau implementasi dari visi dan misi BPKAD
mencakup pengupayaan peningkatan kualitas dari SDM aparatur BPKAD, kualitas
seluruh pelayanan di BPKAD, kualitas pengelolaan keuangan BPKAD, hingga
kualitas penyelenggaraan evaluasi laporan pertanggungjawaban kinerja BPKAD.
3.4 Sasaran
Sasaran adalah target spesifik dan terukur dari tiap tujuan perencanaan BPKAD
meliputi terselenggaranya penegakan disiplin dari SDM aparatur BPKAD,
terselenggaranya peningkatan kapasitas aparatur BPKAD melalui diklat dan
pelatihan, terselenggaranya efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan BPKAD
3.5 Struktur Organisasi BPKAD Provinsi Papua
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BPKAD Provinsi Papua
Sumber: Diolah dari RENSTRA BPKAD PAPUA KEPALA BADAN KEPALA BADAN KASUBAG KEUANGA KASUBAG UMUM KASUBAG PROGRAM KASUBAG KEPEGAWAIA KABID ANGGARAN KABID PEMBINAAN KEUANGAN DAERAH BAWAHAN KABID KAS DAERAH KABID AKUNTANSI KABID PERBENDAHAR AAN &KUASA BENDAHARA UMUM DAERAH KABID PENGELOLAA N ASSET DAERAH KASUBID PERENCANAA N ANGGARAN &TEKNOLOGI KASUBID ANGGARAN URUSAN PILIHAN KASUBID ANGGARAN URUSAN WAJIB KASUBID PENGESAHAN & PERHITUNGA N ANGGARAN KASUBID PENATAUSAHA AN KEUANGAN KASUBID PERTANGGUN GJAWABAN & PELAPORAN SUBBID PERBENDAHA RAAN URUSAN WAJIB SUBBID PERBENDAHA RAAN URUSAN PILIHAN SUBBID BELANJA PEGAWAI SUBBID ANALISIS KEBUTUHAN & PENGADAAN ASSET SUBBID INVENTARISAS I & SISTEM INFORMASI ASSET DAERAH SUBBID PEMELIHARAA N & PENGHAPUSA N ASSET DAERAH SUBBID PENGOLAHAN DATA & PERHITUNGA N ANGGARAN SUBBID EVALUASI & VERIFIKASI SUBBID PENGEMBAN GAN SISTEM AKINTANSI &SISTEM INFORMASI KEUANGAN SUBBID PELAPORAN KAS DAERAH SUBBID PENGELUARAN SUBBID PENERIMAAN
BAB IV
RANCANGAN PENELITIAN STUDI KASUS
Bab ini menguraikan mengenai metode pengambilan data dan analisis data
dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang meliputi rasionalitas
penelitian, pemilihan objek penelitian, jenis sumber dan teknik pengumpulan data
serta metode analisis data.
4.1 Rasionalitas Obyek Penelitian
BPKAD sebagai SKPD yang berhubungan langsung dengan pelayanan
keuangan daerah Papua. Dengan ditetapkannya UU No.32/2004 dan UU
No.33/2004 serta PP No.38/2007 telah diterapkan oleh BPKAD Papua dalam hal
pembuatan program/kegiatan yang berada dalam lingkungan dinas yang selanjutnya
diimplementasikan dalam bentuk LAKIP setiap tahunnya.
BPKAD Provinsi Papua dalam menjalankan fungsinya yaitu melakukan proses
pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja sampai saat ini sebatas untuk memenuhi
persyaratan peraturan pusat daripada untuk membuat organisasi mereka untuk
menjadi lebih efektif dan efisien, berdampak pada hasil yang sifatnya sebatas
formalitas dan serimonial rutin melakukan pelaporan kinerja tahunan. Selain itu
hingga saat ini belum pernah dilakukan evaluasi terkait bagaimana sistem
BPKAD dan apakah setiap program yang telah ditetapkan benar-benar telah sesuai
dengan indikator yang ditetapkan.
Keberhasilan kinerja organisasi pemerintah seharusnya tidak hanya ditunjukkan
sebatas dari keberhasilan mencapai tujuan pemerintah yang terangkum dalam visi,
misi, dan tujuan organisasi saja, dan tidak sekedar melihat dari keberhasilan
memperoleh predikat baik pada LAKIP, namun kinerja organisasi seharusnya dapat
diukur dengan melihat dari kesesusian informasi indikator kinerja yang tertuang
dalam dokumen perencanaan hingga dokumen pelaporan kinerja.
4.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi
kasus pada BPKAD Provinsi Papua. Moleong (2012) menyebutkan bahwa penelitian
kualitatif bermaksud memahami fenomena yang dialami subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan lainnya dan dengan cara deskriptif dalam
bentuk kata-kata dan bahasa pada sebuah konteks khusus yang ilmiah dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
4.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder,
yakni sebagai berikut :
1. Data primer adalah data yang secara langsung dikumpulkan dari obyek penelitian
yaitu BPKAD Provinsi Papua berdasarkan wawancara. Responden yang
pengambilan sampel dengan teknik ini terbatas pada jenis orang tertentu yang
dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh peneliti seperti orang tersebut
dianggap seseorang yang paling memahami mengenai apa yang akan peneliti teliti
sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti
(Sugiyo,2013). Untuk itu dalam penelitian ini peneliti memilih responden yang
merupakan pejabat atau orang-orang yang terlibat langsung dalam proses
penyusunan SAKIP pada BPKAD Provinsi Papua.
2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah diolah, dapat
berupa data publikasi. Pegumpulan data sekunder dilakukan melalui arsip dan
dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik trianggulasi yaitu
pengumpulan data yang menggunakan berbagai sumber dan teknik pengumpulan
data secara simultan. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara dalam
objek penelitian (Moleong, 2007). Denzin (dalam Moleong, 2007) membedakan
empat macam trianggulasi yaitu dengan memanfaatkan penggunaan sumber data
yang banyak seperti dokumen, arsip, dan hasil wawancara; penggunaan beberapa peneliti yang melakukan penelitan dengan menggunakan pendekatan yang sama,
akan mendapatkan hasil yang sama; penggunaan berbagai teori yang berlaianan
untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat;
dan metode observasi. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan teknik riset lapangan dan riset kepustakaan, sebagai berikut :
4.4.1 Riset Lapangan (Field Research)
Riset lapangan adalah riset yang dilakukan dengan mendatangi langsung ke
instansi yang menjadi objek penelitian yakni BPKAD Provinsi Papua. Metode riset
lapangan dilakukan dengan metode dokumentasi dan wawancara semi terstruktur
berikut:
1. Dokumentasi
Dokumentasi data dilakukan dengan cara mempelajari data dan informasi yang
relevan terhadap penelitian, sumber dari obyek penelitian. Beberapa dokumen
tersebut meliputi RENSTRA, RKT, TAPKIN, dan LAKIP BPKAD Papua.
2. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
melakukan sesi tanya jawab langsung terhadap pihak-pihak yang memiliki hubungan
dengan penelitian setelah dilakukan analisis dokumen perencanaan dan pelaporan
kinerja terhadap perbedaan penyusunan indikator kinerja ataupun terhadap hasil
evaluasi indikator kinerja. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara
semi terstruktur (semistructured interview) dilakukan secara lebih bebas
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Adapun pejabat yang direncanakan
akan diwawancarai yaitu kepala BPKAD, kepala bagian bina program, kepala bagian
4.4.2 Riset Kepustakaan
Riset kepustakaan adalah riset pengumpulan data dengan membaca segala hal
yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dalam mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan. Riset ini dilakukan untuk menunjang penelitian mengenai sistem
pengukuran kinerja.
4.5 Validitas Data
Dalam penelitian kualitatif, dikatakan valid suatu temuan atau data apabila tidak
ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi
pada objek yang diteliti. Aspek kesahihan (validitas) pada penelitian ini ditentukan
melalui triangulasi.
Agar pendekatan penelitian menjadi konsisten dan reliable, (Yin, 2003)
menegaskan bahwa para peneliti kualitatif harus mendokumentasikan sebanyak
mungkin langkah-langka dalam prosedur tersebut. Yin juga merekomendasikan agar
para peneliti kualitatif merancang secara cermat studi kasusnya.
4.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi model penelitian, alat analisis
dan metode analisis data sebagai berikut:
4.6.1 Model Penelitian
Model penelitian ini diawali dengan pengukuran kinerja yang dilakukan oleh
Akuntabilitas Kinerja BPKAD Provinsi Papua tertuang dalam LAKIP. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model logika untuk mengevaluasi hasil kinerja
BPKAD Papua sehingga dapat memberikan kesimpulan apakah kinerja BPKAD
Provinsi Papua telah sesuai dengan perencanaan strategis yang dibuat dengan
berbasis pada hasil. Skema model penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 6.1 Rancangan Model Penelitian
4.6.1 Alat Analisis
Tematik analisis digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini.
Merupakan sebuah metode kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi,
menganalisis dan menyajikan pola/tema berdasarkan data-data yang diperoleh
(Braun and Clarke, 2006). Diharapkan melalui analisis tematik akan diperoleh
pemahaman yang mendalam tentang fenomena untuk selanjutnya dihasilkan sebuah
teori melalui tema yang telah mendeskripsikan dan menyempurnakan data secara RENSTRA BPKAD
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS ORGANISASI
PROGRAM DAN KEGIATAN PENDUKUNG SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA MASING-MASING PROGRAM & KEGIATAN
Cetak Biru Kinerja (Performance Blueprint)
detail. Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan pola/tema
yang muncul secara acak dalam kumpulan informasi yang ada/tersedia.
Langkah-langkah dalam melakukan analisis data tematik menurut Braun and
Clarke (2006) adalah sebagai berikut:
1. Mentranskripkan Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara yang dikumpulkan terlebih, diubah
bentuknya dari yang semula bentuk lisan menjadi bentuk tulisan/tranksrip data.
2. Membuat Kode Data Awal
Selanjutnya adalah membuat kode data awal yang mana dibuat dengan terlebih
dahulu membaca data transkrip untuk menemukan data-data yang sering muncul
di dalam transkrip data awal yang relevan dengan topik penelitian. Selanjutnya
data-data tersebut dikelompokan dan disusun sesuai kodenya masing-masing.
3. Mencari Tema
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap kode-kode data awal tersebut untuk
pencarian tema yang selanjutnya digabungkan menjadi tema.
4. Melakukan Evaluasi Tema
Tema yang ditemukan harus dilakukan evaluasi dengan meninjau kembali dan
disempurnakan, sehingga tema yang dihasilkan menjadi relevan dengan topik.
5. Menamakan dan Mendefinisikan Tema
Setelah tema relevan dengan topik penelitian terbentuk, tahap akhir yang
dilakukan yaitu menamakan dan mendefinisikan tema. Mendefinisikan berarti
aspek data pada tiap tema. Masing-masing tema yang ada terdiri dari data yang
beragam dan kompleks untuk itu perlu dilakukan penamaan dan pendefinisian
tema sehingga data-data yang terdapat di dalam tema menjadi tidak terlalu
banyak/beragam/kompleks.
6. Menghasilkan laporan
Laporan analisis disajikan ringkas, koheren, logis, tidak berulang dan menarik,
menjelaskan tentang data peneliti dan membuat sebuah argumen dalam kaitannya
dengan pertanyaan penelitian.
4.6.2 Metode Analisis
Diperlukan beberapa langkah analisis penelitian kualitatif dalam penelitian ini,
yakni menganalisis data penelitian untuk memecahkan masalah yang ada, dengan
melakukan beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Analisis alur logika perencanaan strategis
Dalam tahap ini dilakukan pemetaan terhadap dokumen perencanaan strategis,
rencana kerja tahunan dan penetapan kinerja BPKAD Provinsi Papua. Analisis
dilakukan dengan melihat aspek-aspek yang terdapat dalam alur model logika.
b. Analisis deskripstif atas proses sebelumnya
Tahap ini menganalisis tahapan proses yang dilakukan sebelumnya dengan data
dan informasi yang mendukung dalam pengukuran kinerja dengan alat analisis
dilakukan wawancara kepada pihak yang berkompeten akan informasi yang
diperlukan.
c. Analisis hasil wawancara dengan tematik analisis
Hasil wawancara dianalisis dengan menggunakan tematik analisis. Tujuan
menganalisis wawancara dengan tematik analisis agar dapat memilah-milah hasil
jawaban wawancara yang sesuai dengan pertanyaan penelitian.
d. Pengambilan Keputusan
Dalam tahap ini akan ditarik sebuah kesimpulan atas proses yang telah dilakukan
dari mulai perencanaan strategis, penetapan indikator kinerja, hasil kinerja yang
diharapkan dan proses evaluasi pada BPKAD Provinsi Papua. Kemudian akan
BAB V
PEMAPARAN TEMUAN DAN ANALISIS HASIL
Pembahasan tentang hasil penelitian yang dilakukan pada BPKAD Papua beserta
analisisnya untuk menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini terdiri dari kesesuaian
antar dokumen terkait kinerja, dan kendala-kendala penerapan sistem pengukuran
dan pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua, serta analisis hasil penelitian.
5.1 Kesesuaian Sasaran Kinerja BPKAD Provinsi Papua
BPKAD Papua dalam mengimplementasikan sasaran kinerja berdasarkan pada
Peraturan Gubernur No. 10 Tahun 2011 dengan tetap mengacu kepada Permendagri
54 tahun 2010 menjelaskan bahwa Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah adalah
dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
Dalam Renja-SKPD diterangkan mengenai visi, misi, strategi, kebijakan, dan
program. Tahun 2013 hingga 2018 BPKAD Provinsi Papua telah merencanakan
pencapaian visi dan misi melalui tujuan dan sasaran yang tertuang dalam dokumen
Renstra-BPKAD. Tahun 2013 dalam pencapaian visi dirumuskan 5 (lima) misi
dengan tujuan dan sasaran kinerja yang ditetapkan adalah:
Tabel 5.1 Struktur Sasaran Kinerja BPKAD Provinsi Papua Selama 5 Tahun
No MISI Tujuan Jumlah Sasaran 1 Misi Pertama Tujuan 1 4 Sasaran
Tujuan 2 1 Sasaran Tujuan 3 1 Sasaran
Tujuan 4 2 Sasaran 2 Misi Kedua Tujuan 1 4 Sasaran 3 Misi Ketiga Tujuan 1 4 Sasaran Tujuan 2 2 Sasaran 4 Misi Keempat Tujuan 1 5 Sasaran 5 Misi Kelima Tujuan 1 2 Sasaran Jumlah Sasaran Strategis 24 Sasaran
Sumber: data diolah dari RENSTRA BPKAD Prov.Papua 2013-2018
Dari penjabaran tabel RENSTRA diatas misi, tujuan, dan sasaran kinerja yang
dituangankan dalam berbagai kebijakan tersebut yang selanjutnya lebih teknis
digunakan dalam penyusunan dan pelaksanaan program dan kegiatan yang disertai
dengan indikator kinerja melalui tindakan operasional dalam kurun waktu lima
tahun. Sasaran kinerja diatas merupakan sasaran yang akan dicapai oleh BPKAD
Papua yang dijabarkan dan dilaporkan dalam TAPKIN dan LAKIP setiap tahunnya.
Gambar 5.1 Model Logika Pengujian Indikator Kinerja Strategis
Sumber: Inpres 7/1999 dan sumber lainnya (diolah)
Bagan tersebut menggambarkan proses pengujian indikator kinerja BPKAD
Papua selama dua tahun anggaran dengan menggunakan model logika. Pengujian RENSTRA BPKAD PROVINSI PAPUA
Indikator Kinerja Sasaran RKT TAPKIN LAKIP RKT TAPKIN LAKIP RKT TAPKIN LAKIP RKT TAPKIN LAKIP RKT TAPKIN LAKIP
dengan menggunakan model logika memungkinkan untuk dilakukannya
pembandingan atas indikator kinerja yang terdapat pada dokumen perencanaan
hingga dokumen pelaporan kinerja yang disajikan dalam LAKIP BPKAD Papua.
Berdasarkan hasil analisis model logika, ditemukan ketidakselarasan misi, tujuan,
dan sasaran kinerja pada dokumen perencanaan terhadap dokumen pelaporan kinerja
sebagaimana yang ditampilkan pada tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Struktur Sasaran Kinerja BPKAD Provinsi Papua Tahun 2013& 2014
No MISI Tujuan Jumlah Sasaran
1 Misi Pertama Tujuan 1 4 Sasaran
Tujuan 2 1 Sasaran Tujuan 3 1 Sasaran Tujuan 4 2 Sasaran
2 Misi Kedua Tujuan 1 6 Sasaran (+)
3 Misi Ketiga Tujuan 1 5 Sasaran (+) (-) Tujuan 2 Dihapus Tujuan 2
4 Misi Keempat Tujuan1 6 Sasaran
5 Misi Kelima Tujuan 1 7 Sasaran
6 Misi Keenam Tujuan 1 4 Sasaran (-)
Jumlah Sasaran Strategis 36 Sasaran Sumber: data diolah dari LAKIP BPKAD Prov.Papua 2013 & 2014
Untuk setiap sasaran kinerja yang telah ditetapkan mulai dari dokumen
perencanaan hingga dokumen pelaporan kinerja memiliki indikator kinerja yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana sasaran kinerja telah dicapai. Adanya
perubahan pada misi keempat, kelima, dan keenam. Tujuan dua pada misi ketiga
dihapus, dan tujuan satu pada misi keempat hingga keenam diubah sesuai perubahan
juga ditambahkan. Sehingga total sasaran berubah menjadi 36 sasaran dari yang
semula adalah 24 sasaran.
5.1.1 Ketidaksamaan Misi, Tujuan, dan Sasaran Kinerja pada Renstra dengan LAKIP BPKAD PAPUA
Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukan bahwa terdapat ketidaksamaan
sasaran kinerja disebabkan adanya perubahan misi dan tujuan dari BPKAD Papua
pada dokumen RENSTRA dengan dokumen LAKIP dalam bentuk adanya
perubahan, pengurangan, dan penambahan pada dokumen TAPKIN dan LAKIP.
Ketidaksamaan jumlah misi tersebut dikarenakan terdapat penambahan beberapa
misi dalam RENSTRA menjadi 1 (satu) misi dengan menjadikan Perda Papua
No.11/2008 dan Pergub Papua No.10/2011 sebagai pedoman dengan tetap mengacu
pada Permendagri No.54 Tahun 2010. Penambahan berkaitan misi tersebut dianggap
dapat memantapkan sistem perbendaharaan dan kas daerah dalam SIMDA sehingga
dapat memperlancar pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah. Berikut adalah
uraian temuan ketidaksamaan dengan kategori:
1) Misi 1 (Mewujudkan koordinasi internal dan eksternal serta pelayanan administrasi yang prima dan responsif)
2) Misi 2 (Mewujudkan perencanaan APBD secara tepat waktu dan berkualitas)
Keterangan:
- Adanya penambahan 2 sasaran kinerja, yaitu:
1. Otomatisasi sistem informasi dalam penyusunan APBD dan perubahan APBD
(point b)
2. Tersusunnya DPA SKPD dam SPPA SKPD (point f)
3) Misi 3 (Mewujudkan pelaksanaan akuntansi dan pelaporan keuangan daerah secara tepat waktu dan berkualitas)
Keterangan:
- Adanya penambahan 3 sasaran kinerja, yaitu:
1. Tersusunnya Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD
(point b)
2. Tersusunnya laporan keuangan semester (point c)
3. Tersusunnya Prognosis Realisasi Anggaran (point d)
-Adanya pengurangan 2 sasaran kinerja, yaitu:
1. Terlaksananya sistem penggajian secara tertib dan akurat (point 3.1.1)
2. Terlaksananya sistem penatausahaan keuangan daerah (point 3.1.2)
4) Misi 4 (Mewujudkan pelayanan perbendaharaan dan kas daerah secara cepat dan prima)
Keterangan:
Sebelum perubahan: Mewujudkan fasilitas keuangan daerah kabupaten/kota
yang sehat dan akuntabel.
Sesudah perubahan: Mewujudkan pelayanan perbendaharaan dan kas daerah
secara cepat dan prima.
-Adanya perubahan tujuan, yaitu:
Sebelum perubahan: Mewujudkan fasilitas keuangan daerah kabupaten/kota
yang sehat dan akuntabel.
Sesudah perubahan: Mewujudkan pelayanan perbendaharaan dan kas daerah
secara cepat dan prima.
-Adanya perubahan sasaran kinerja, yaitu:
Sebelum perubahan:
1. Terselenggaranya monitoring, evaluasi, dan pelaporan APBD kabupaten/kota
seprovinsi Papua
2. Terselenggaranya rapat koordinasi teknis keuangan daerah seprovinsi Papua
3. Terselenggaranya evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD dan
perubahan APBD kabupaten/kota
4. Terselenggaranya evaluasi rancangan peraturan daerah tentang laporan
pertanggungjawaban keuangan APBD kabupaten/kota
5. Terbangunnya pusat data dan informasi pengelolaan keuangan daerah
kabupaten/kota seprovinsi Papua
Sesudah perubahan:
2. Terselenggaranya pelayanan gaji pegawai secara online
3. Terselenggaranya pelayanan satu atap perbendaharaan dan kas daerah
4. Terlaksananya upaya peningkatan kapasitas aparatur di bidang
perbendaharaan dan kas daerah
5. Terselenggaranya laporan monitoring pelaksanaan APBD di seluruh SKPD
6. Tersusunnya laporan konsolidasi perbendaharaan dan posisi kas daerah
5) Misi 5 (Mewujudkan manajemen aset daerah yang efisien dan efektif serta bertanggungjawab)
Keterangan:
-Adanya perubahan sasaran kinerja, yaitu:
Sebelum perubahan:
1. Terlaksananya pemeliharaan dan operasional sistem informasi pengelolaan
aset daerah
2. Tersedianya data sensus aset daerah
Sesudah perubahan:
1. Tersusunnya laporan RKBMD, RKPBMD, RTBMD, RTPMB
2. Tersusunnya laporan realisasi pengadaan barang dan jasa
3. Tersusunnya laporan mutasi barang
4. Tersusunnya laporan pemeliharaan barang
5. Tersusunnya laporan penghapusan barang
7. Terlaksananya Bimbingan Teknis Manajemen Aset dan Inventarisasi Aset
Pengurus Barang dilingkungan Pemerintahh Provinsi Papua
6) Misi 6 (Mewujudkan fasilitas keuangan daerah kabupaten/kota yang sehat dan akuntabel)
Keterangan:
-Misi 6 (enam) adalah misi 4 (empat) yang direvisi dengan adanya penghapusan
satu sasaran kinerja, yaitu:
1. Terbangunnya pusat data dan informasi pengelolaan keuangan daerah
kabupaten/kota seprovinsi Papua (point 4.1.5)
5.1.2 Ketidaksamaan Indikator Kinerja Pada Dokumen Perencanaan Dan Dokumen Pelaporan
Dalam menguji lebih jauh mengenai keselarasan indikator kinerja yang telah
ditetapkan BPKAD Papua didokumen TAPKIN dan juga evaluasi yang ada dalam
LAKIP dilakukan dengan menggunakan analisis model logika. Dari hasil analisis
yang dilakukan ditemukan adanya ketidaksamaan indikator kinerja yang terdapat
dalam dokumen TAPKIN dan LAKIP, antara lain:
1. Indikator Kinerja Perencanaan (TAPKIN) Tidak Dievaluasi Pada LAKIP
Dari beberapa indikator kinerja yang tidak dicantumkan pada LAKIP, telah
dapat diukur dan dievaluasi suatu hasil capaiannya, sebagaimana dicantumkan pada
tabel 5.3.
Tabel 5.3Ditetapkan pada TAPKIN yang tidak dilaporkan pada LAKIP
TA SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
TAPKIN
1 2 3
2013
Meningkatkan kapasitas SDM aparatur dalam menjalankan tugas dan fungsi pengelolaan keuangan dan aset daerah
- Terselenggaranya peningkatan kapasitas aparatur pengelolaan keuangan dan aset daerah, melalui diklat, pelatihan, dan sertifikasi. - Jumlah program peningkatan
pengembangan sistem pelaporan pencapaian kinerja dan keuangan 2013
2014
Tersusunnya laporan pemeliharaan barang
Tersusunnya laporan pemeliharaan dan penghapusan aset daerah 2013
2014
Tersusunnya laporan penghapusan barang
Tersusunnya laporan pemeliharaan dan penghapusan aset daerah 2013
2014
Terlaksananya bimbingan teknis manajemen aset dan inventarisasi aset pengurus barang dilingkungan pemerintah provinsi Papua
Meningkatnya kompetensi dan kemampuan pegawai dibidang perencanaan anggaran
2014 Meningkatkan kapasitas SDM aparatur dalam menjalankan tugas dan fungsi pengelolaan keuangan dan aset daerah
Meningkatnya kemampuan dan kompetensi pegawai BPKAD dalam melaksanakan tugas dan fungsi BPKAD
Sumber: diolah dari hasil analisis model logika
2. Indikator Kinerja dilaporkan di LAKIP yang Tidak Direncanakan dalam TAPKIN
Selanjutnya persoalan lainnya yang ditemukan dalam analisis logic model yaitu
dilaporkan tetapi pada dokumen perencanaan TAPKIN indikator kinerja tersebut
tidak direncanakan, sehingga terlihat seolah SKPD BPKAD Provinsi Papua
melakukan kegiatan/program yang tidak sesuai dengan perencanaan, sebagaimana
seperti yang dicantumkan pada tabel 5.4.
Tabel 5.4 Dilaporkan di LAKIP namun tidak direncanakan di TAPKIN
TA SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
LAKIP
1 2 3
2013 Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana prasarana perkantoran
Terlaksananya pengadaan kendaraan dinas operasional BPKAD
Terlaksananya pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor
2013 Meningkatkan kapasitas SDM aparatur dalam menjalankan tugas dan fungsi pengelolaan keuangan dan aset daerah
-Jumlah program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur
-Pelatihan akuntansi keuangan daerah
2013 Tersusun serta di
implementasikannya dokumen perencanaan BPKAD
Tersusunnya perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan keuangan daerah
2013 Tersusunnya prognosir realisasi anggaran
-Tersusunnya rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD (2014)
-Prosentase penggunaan dana anggaran pada kabupaten/kota
2013 2014
Tersusunnya laporan keuangan semesteran
Tersusunnya perhitungan persediaan akhir tahun
2013 2014
Tersusunnya laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD
Terlaksananya berbagai upaya dalam peningkatan kinerja pengelolaan keuangan dan aset daerah
2013 2014
Tersusunnya sistem dan
prosedur pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah
Terlaksananya rapat kerja teknis untuk mencari pemahaman dan kesepakatan bagi peningkatan kinerja pengelolaan keuangan dan aset daerah
2013 2014
Terselenggaranya pelayanan gaji pegawai secara online
Meningkatnyaa kemampuan dan kompetensi pengelolaan administrasi penggajian PNS
2013 2014
Terselenggaranya pelayanan satu atap perbendaharaan dan kas daerah
Pelayanan satu atap bidang perbendaharaan dan kas daerah
2013 2014 Tersusunnya laporan RKBMD, RKBMD, RTBMD, RTPMD Tersusunnya RKBMD, RKPBMD 2013 2014
Tersusunnya laporan mutasi barang
Tersusunnya laporan mutasi barang
2013 2014
Tersusunnya laporan pemeliharaan barang
Tersusunnya laporan pemeliharaan barang
2013 2014
Tersusunnya laporan penghapusan barang
Tersusunnya laporan penghapusan barang
2013 2014
Tersusunnya laporan perhitungan sisa barang akhir
tahun
Terwujudnya laporan perhitungan sisa barang akhir tahun
2013 2014
Terlaksanannya bimbingan teknis manajemen aset dan inventarisasi aset pengurus barang dilingkungan pemerintah provinsi Papua
Pelatihan dan bimbingan teknis pengembangan instrumen penganggaran daerah, manajemen aset dan inventarisasi pengurus barang pada lingkungan PEMDA Papua
2013 2014
Terselenggaranya evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD dan perubahan APBD kab/kota
Terselenggaranya evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD dan perubahan APBD kab/kota
2013 2014
Terselenggaranya evaluasi rancangan peraturan daerah
tentang laporan pertanggungjawaban keuangan
APBD kab/kota
Terselenggaranya evaluasi rancangan peraturan daerah tentang laporan pertanggungjawaban keuangan APBD kab/kota
2014 Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana prasarana perkantoran
Terlaksananya peningkatan fisik kantor BPKAD Papua
2014 Meningkatkan kapasitas SDM aparatur dalam menjalankan tugas dan fungsi pengelolaan keuangan dan aset daerah
- Jumlah program pendidikan dan pelatihan formal
- Pelatihan pengembangan instrumen penganggaran daerah
2014 Tersusunnya laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD
Meningkatnya kemampuan dan kompetensi pejabat penatausahaan keuangan dan bendahara pengeluaran
dilingkungan pemerintah provinsi Papua
Sumber: diolah dari hasil analisis model logika
5.2 Analisis Empat Kuadran (Four Quadrant Analysis)
Analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi indikator kinerja dalam
penelitian ini menggunakan model cetak biru kinerja dengan kolaborasi analisis
empat kuadran akan melihat kondisi indikator kinerja BPKAD Provinsi Papua dalam
suatu peta indikator sehingga akan menunjukkan priotitas dari indikator kinerja yang
telah ditetapkan pada tiap program/kegiatan yang dibuat berorientasi pada
penyediaan layanan (service delivery outcomes) atau telah sampai berorientasi
kepada manfaat pelayanan yang diberikan kepada masyarakat (community
outcomes).
Indikator kinerja keluaran dalam analisis ini diambil dari data LAKIP tahun
2013-2014, kemudian dengan pendekatan empat kuadran seperti yang dikembangkan
oleh Friedman akan diidentifikasi dalam salah satu dari empat kolom yang
mencerminkan kinerja. Pendekatan empat kuadran pengukuran kinerja tersebut yaitu
kuantitas dari upaya, kualitas dari upaya, kuantitas dari dampak dan kualitas dari
dampak.
Pada tahun 2013, secara keseluruhan terdapat 75 indikator kinerja kegiatan yang
dibagi di setiap pencapaian program/kegiatan. Sementara pada tahun 2014 terdapat
73 indikator kinerja. Hasil identifikasi indikator kinerja dalam empat kolom disajikan
secara ringkas berdasarkan jumlah program untuk masing-masing tahun anggaran.
Berikut adalah tabel identifikasi indikator kinerja output menurut aspek upaya dan
aspek dampak untuk tahun 2013 dan 2014:
Tabel 5.2.1 Rekap Kategori Indikator Kinerja Aspek Upaya & Dampak Tahun 2013
NO Sasaran Kinerja Setiap Misi
OUTPUT
EFFORT EFFECT QTY QLTY QTY QLTY
1 2 7 8 9 10
1 1.1.1 Meningkatnya kualitas pelayanan
administrasi perkantoran 4 6 1 0
2 1.1.2. Meningkatnya kedisiplinan pegawai
BPKAD Papua 0 2 1 0
3 1.1.3 Meningkatnya kualitas penataan arsip
BPKAD 0 1 1 0
4 1.2.1 Meningkatnya ketersediaan dan kualitas
sarana prasarana perkantoran 0 8 0 1
5 1.3.1 Meningkatkan kapasitas SDM aparatur
dalam menjalankan tugas dan fungsi pengelolaan keuangan dan aset daerah
1 0 2 1
6 1.4.1 Tersusun serta di Implementasikannya
dokumen perencanaan BPKAD 0 5 0 0
7 2.1.1 Tersusunnya instrumen perencanaan APBD
secara tepat guna 0 1 0 0
8 2.1.2 Tersusunnya Perda APBD dan perubahan
APBD secara tepat waktu 1 2 0 1
9 2.1.3 Terselengaranya fasilitas penyusunan RKA
SKPD bagi seluruh SKPD 0 0 0 1
10 2.1.4 Tersusunnya peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD dan Perubahan APBD 1 0 0 0
11 3.1.1 Terselengaranya sistem akuntansi keuangan
daerah 0 4 0 1
12 3.1.2 Tersusunnya laporan pertanggungjawaban