• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Eco-Design 2.1.1.1. Pengertian

Pernahkah kita berpikir bahwa berapa banyak kemasan yang kita konsumsi setiap hari?Setidaknya dari semua sampah, terdapat 80% sampah yang berasal dari sampah kemasan yang berakhir di tempat pembuangan sampah dan kebanyakan kemasan tidak dapat di daur ulang. Akibatnya material yang digunakan untuk membuat kemasan menjadi terbuang sia-sia karena hanya dapat dipakai satu kali saja dan material yang dipakai terus menerus akan habis dan memberi dampak bagi kehidupan manusia. Dari masalah tersebut, para desainer mulai mencari cara bagaimana mengurangi pemakaian material dan mendaur ulang material tersebut sehingga dapat mengurangi dampak pemanasan global. Dari situlah muncul gerakan Eco-Design.Gerakan Eco-Design adalah sebuah gerakan yang muncul dari bidang desain akibat pemanasan global yang disebabkan oleh ketamakan dan ketidakpedulian manusia terhadap alam, contohnya adalah sampah kemasan yang hanya dibuang begitu saja dan tidak dapat difungsikan kembali.Eco-Design berasal dari kata “Ecologi” dan “Desain” dimana kata “Ecologi” adalah ilmu yang mempelajari tentang timbal balik manusia dengan alam.Sedangkan “Design” adalah suatu seni terapan dari berbagai pencapaian kreatif.

Jadi, Eco-Design adalah sebuah desain yang selalu mempertimbangkan dari sisi material atau bahan yang digunakan dan mempertimbangkan sisi ke-ekonomis-an suatu barang serta mempertimbangkan lingkungan.

Eco-Design berkonsentrasi pada material yang digunakan dalam membuat sebuah barang, misalnya pengurangan penggunaan kayu atau plastik.Menghemat material hanyalah sebagai salah satu dari sebagian kecil dari Eco-Design.Oleh karena itu, tindakan menekan, mengurangi, membatasi konsumsi material adalah tindakan yang harus diingat oleh seorang desainer ketika mengembangkan ide untuk sebuah barang baru.

(2)

Menurut Cara Brower,et, “Experimental Eco-Design considers economic, environmental, and social values in production, life cycle, and choice of materials. Experimental Eco-Design considers how design will impact on the world in which we live. We can create solutions that live with the world not just in it.” (07)

Menurut Silvia Barbera dan Brunella Cozzo dalam bukunya, Eco-Design

juga termasuk ke dalam prinsip “form follows function” karena barang dengan bentuk desain yang menggunakan prinsip ini mengikuti fungsi (lebih fleksibel, tahan lama, multifungsi dan beradaptasi atau dapat di daur ulang.) (12)

2.1.1.2.Konsep 3R

Gambar 2.1. Logo dari Konsep 3R

Sumber: http://alamendah.files.wordpress.com/2010/07/reduce-recycle-reuse.jpg

Konsep yang muncul dari Eco-Design adalah Konsep 3R. Konsep 3R, yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle yang akan nantinya menjadi konsep dasar dalam pembuatan kemasan yang ramah lingkungan.

Konsep Reduce adalah konsep di mana mengurangi pemakaian material yang diambil dari alam untuk dibuat sebagai produk. Sedangkan konsep Reuse

adalah konsep di mana menggunakan lagi produk atau material sisa untuk dijadikan produk yang sama atau produk yang lainnya. Lalu untuk konsep Recycle

(3)

produk untuk dijadikan produk yang lainnya. Ketiga konsep ini berguna untuk mengurangi sampah-sampah kemasan yang hanya sekali pakai buang.

Konsep 3R adalah sebuah ungkapan untuk mengkarakterisasikan keprihatinan masyarakat atas limbah manufaktur dan produksi serta dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan. Keprihatinan lingkungan dan usaha untuk mengikuti prinsip daur ulang limbah kembali menjadi bahan mentah dapat ditelusuri kembali setidaknya tiga abad yang lalu.

Konsep 3R sudah menjadi bagian dalam mengajak konsumen kita untuk menjaga lingkungan. Dari perspektif kemasan, penerapan 3R berarti bahwa proses produksi, dari pengembangan produk sampai desain kemasan, produksi, dan distribusi, harus di nilai.

Peningkatan keprihatinan sosial menyebabkan perusahaan produk konsumsi dan industri desain kemasan terus menilai apa saja pengaruh aktivitas mereka terhadap lingkungan. Sebagai jawabannya, mereka menyediakan produk “yang lebih hijau” dan kemasan yang lebih baik bagi lingkungan. Bagaimanapun, model desain produk dan desain kemasan harus diubah sehingga terdapat siklus tertutup 3R. (Klimchuk dan Krasovec 223)

2.1.1.3. Sejarah Konsep 3R

Konsep daur ulang pada tahun 1960-an berfokus pada reklamasi dan kata-kata ini menjadi kata-kata yang populer pada masa itu. Pada awal tahun1970-an sebuah pergerakan lingkungan mempromosikan pemisahan jenis-jenis sampah tertentu untuk mendorong proses pemakaian ulang dalam manufaktur. Industri kemasan menjadi sorotan sepanjang krisis minyak pada tahun 1970-an, di mana konservasi energi adalah diwajibkan dan akibatnya, pengurangan ukuran serta bobot kemasan. Kemasan ringan tidak hanya mengurangi jumlah sumber daya alam yang digunakan untuk transportasi, mengkapalkan lebih banyak produk yang lebih ringan.

Sepanjang tahun 1980-an dan 1990-an keprihatinan lingkungan difokuskan pada masalah peningkatan limbah yang diperkirakan terjadi pada masyarakat yang terbiasa menggunakan barang-barang sekali pakai. Sampah padat terkumpul dengan kesadaran yang rendah mengenai cara membuangnya.

(4)

Daur ulang dan pencegahan agar barang konsumen dan material kemasan tidak menjadi sampah padat menjadi isu dengan meningkatnya biaya pembuangan sampah dan meningkatnya aktivis peduli lingkungan. (Klimchuk dan Krasovec 222)

2.1.1.4. Material Ramah Lingkungan

Pemilihan struktur ditentukan oleh keputusan pengguna akhir, di mana struktur melakukan tugas ergonomisnya termasuk membuka dan menutup dengan baik, mengeluarkan dan dalam beberapa kasus menyimpan produk. Pertimbangan material dan keunggulan serta kelemahannya harus dipertimbangkan di awal setiap tugas desain kemasan.

Keputusan struktural dan material bisa menjadi isu yang paling penting karena keputusan ini mengarah pada perlindungan dan transportasi produk yang efektif, dan pada akhirnya kepuasan konsumen. Struktur dan material mungkin ditentukan oleh apa yang sudah tersedia di pasar atau oleh teknologi dan penemuan baru. Apapun itu, dasar desain kemasan ditentukan oleh faktor desain struktural.

Pengetahuan dasar mengenai berbagai tipe material dan struktur yang sesuai untuk desain kemasan adalah merupakan hal yang penting. Struktur dan material bisa dibagi ke dalam beberapa kategori umum. (Klimchuk dan Krasovec 137)

 Kardus

Kardus bisa menjadi kemasan yang fungsional, murah, dan dapat di daur ulang. Sifat fungsional kardus memungkinkan kreativitas struktural dan bahkan karton lipat sederhana bisa menjadi solusi yang baik karena permukaannya yang luas dan datar dapat berfungsi sebagai tempat untuk membangun billboard bagi identitas merek.

Kardus memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi sehingga memberikan kesempatan munculnya bentuk-bentuk baru yang menarik.Kertas kardus dapat dibentuk ke dalam bermacam-macam bentuk kemasan atau dikombinasikan dengan material lain sehingga menawarkan kemungkinan yang luas.

(5)

Kardus dibuat dengan melaminasi beberapa lapis keras menjadi satu dan memiliki dua tipe dasar, tergantung bagaimana cara memproduksinya. Kardus fourdrinier terbuat dari satu sampai empat lembar serat murni. Kardus silinder terbuat dari tujuh sampai sembilan lembar atau lapis dari hasil daur ulang serat kertas. Terdapat berbagai variasi berat dan hasil akhir kedua jenis kardus tersebut. Kardus yang paling umum adalah sebagai berikut.

1. SBS (solid bleached sulfate) dibuat dengan kandungan utama berupa serat murni yang diputihkan. Kardus ini adalah yang paling mahal, biasanya dilapisi dengan tanah liat agar permukaan etak premium putih solid dan terutama digunakan untuk mengemas makanan, produk susu, kosmetik, obat-obatan, dan produk farmasi.

2. SUS (solid unbleached sulfate) dibuat dengan kandungan utama berupa serat murni yang diputihkan. Kardus Kraft alami ini tersedia dalam bentuk permukaan yang dilapisi dan tanpa dilapisi. Kekuatan material ini membuat SUS menjadi pilihan umum bagi kemasan minuman, produk hardware, dan perlengkapan kantor.

3. Daur ulang (recycled) adalah material multilapis yang 100 persen terbuat dari kertas dan kardus daur ulang, dan tersedia dalam lembaran yang sudah dilapisi dan tanpa dilapisi. Kardus tanpa dilapisi digunakan untuk tabung komposit (silinder dengan gulungan spiral) dan drum serat. Kardus berlapis digunakan untuk kemasan makanan kering termasuk biskuit, dan kue serta barang peralatan rumah tangga lainnya, misalnya produk-produk kertas dan deterjen bubuk.

4. Plain chipboard (shirtboard) terbuat dari kertas limbah dan biasanya berwarna abu-abu atau sawo matang. Kertas ini digunakan untuk kotak jadi (biasanya struktur kaku yang ditutup kertas dekoratif atau material lain yang biasa digunakan untuk hadiah seperti parfum dan barang pecah belah). Material ini juga digunakan untuk karton lipat lainnya, karton latar pada kemasan blister, kemasan kelas bawah (murah), dan untuk struktur bagian dalam kemasan yang tidak terlihat di rak. Biasanya

(6)

 Kertas

Kertas merupakan bahan yang terbuat dari serat kayu.Dikarenakan terdapat penebangan pohon liar maka sekarang ini muncul kertas daur ulang.Kertas memiliki beberapa kategori seperti berikut ini.

1. Uncoated groundwood. Kertas yang tidak mempunyai lapisan “coating” pigmen dan diproduksi menggunakan pulp mekanis (mechanical pulps), bubur kertas yang diproduksi tanpa proses kimiawi. Kurang lebih 80% kertas jenis ini adalah kertas koran (newsprint). Gramatur: 24-75gsm, kertas koran dari 38-52gsm. Disamping itu, jenis kertas lainnya adalah kertas untuk direktori (seperti yellow page), computer paper, katalog, dan “advertising supplements” (brosur sisipan yang umumnya dicetak dengan sistim rotogravure).

2. Coated groundwood. Kertas jenis ini paling tidak mempunyai 10% pulp mekanis (umumnya 50-55% groundwood) dengan sisanya menggunakan pulp kimia. Kategori kertas ini di USA masuk dalan kertas No. 5 “enamel paper” (kertas coated dengan brightness – tingkat kecerahan paling rendah, sekitar 80%) dan kertas No. 4 (brightnes sekitar 85%), keduanya mempunyai lapisan “coating” pigmen dikedua sisi. Umumnya kertas ini berwarna kekuningan karena banyak pulp mekanis dan mempunyai gramatur dari 45-130gsm. Kertas ini umumnya ditemukan pada kegunaan kertas dengan mesin cetak letterpress dan offset, seperti LWC (light weight coated – kertas yang mempunyai lapisan coating rendah sekitar 7-10gsm) dan kertas coated untuk majalah.

3. Uncoated woodfree. Kertas jenis ini mempunyai kandungan pulp mekanis lebih rendah dari 10% umumnya bisa 0% dan tidak mempunyai lapisan coating pigmen sama sekali. Kegunaan kertas ini termasuk “office papers” (formulir, kertas fotokopi, kertas buku tulis, dan kertas amplop), kertas carbonless (NCR), dan kertas cetak atau anda biasa sebut HVS.

(7)

Bila anda sering bergelut dengan pasar ekspor, jenis kertas ini sering juga disebut “printing, writing, and book papers” (kertas cetak, tulis dan buku).

4. Coated woodfree. Jenis kertas ini juga mengandung kurang 10% pulp mekanis, tetapi mempunyai lapisan coating pigmen baik dua sisi atau satu sisi. Di USA kertas ini disebut No. 1-3 enamel (dimana kertas coated dengan brightness atau tingkat kecerahan berkisar dari 88% sampai dengan 96%). Di pasar lokal anda sering mendengar Art Paper dan Art Board yang mempunyai lapisan coating dua sisi yang bisa berkisar antara 20-35gsm. Kertas C1S Label masuk dalam kategori ini dimana hanya mempunyai lapisan coating disatu sisi. Gramatur kertas berkisar antara 300gsm. Art Paper umumnya mulai dari 70-150gsm, sementara Art Board mulai dari 170-300gsm. Kegunaan paling umum adalah untuk majalah, buku, cetak commercial dengan mutu yang tinggi dan mahal karena brightness yang relatif tinggi dibanding kertas uncoated groundwood.

5. Kraft paper. Kertas kraft, arti harfiahnya adalah kertas kuat, mempunyai 4 kegunaan utama:

 Kertas bungkus (wrapping) seperti untuk bungkus kertas plano, kertas bungkus nasi dll.

 Kantong (bag/sack) – seperti kantong belanja atau “shopping bag”,

 Karung (shipping sack) – seperti karung atau kantong semen, dan

 Berbagai fungsi “converting”.

Gramatur berkisar antara 50-134gsm. Pulp kertas yang dipakai bisa melalui proses pemutihan atau “bleaching” atau tidak. Bila tidak diputihkan maka berwarna coklat.

(8)

6. Bleached paperboard. Pulp kertas yang dipakai adalah “beached sulfate” dan kegunaan utama adalah “folding carton” – untuk membuat box, dan kertas karton susu atau juice. Karena “bleach” maka warna kertas karon ini putih dan sekitar setengah jumlah produksi adalah coated. Biasanya di pasar USA, kertas ini dipanggil dengan nama SBS atau “solid bleached board”. Gramatur bervariasi mulai dari 200-500gsm. Golongan jenis kertas ini termasuk untuk membuat gelas kertas, piring kertas, karton tebal cetak, “tag stock” (kertas karton untuk gantungan, kartu komputer, “file folders” (map folio), dan kartu index (kartu index nama). Dipasar lokal sering kita temukan sebagai C2S Board atau C1S Board tergantung jumlah sisi yang mempunyai lapisan coating pigmen. Dipasar lokal, sering anda temui Ivory Board yang bisa dikategorikan dalam jenis kertas ini. Namun sebetulnya sedikit berbeda karena dicampur dengan pulp mekanis, jadi warna agak sedikit kekuningan bila dibanding SBS. Ivory juga terdiri dari beberapa lapisan kertas yang digabung jadi satu, sementara SBS hanya satu lapisan yang tebal saja. Tidak jarang anda mungkin mendengar SBB atau “solid bleached board” yang bubur kertasnya adalah pulp kimia seperti SBS tetapi mempunyai sususunan lapisan yang berlapis layaknya Ivory. 7. Unbleached paperboard. Kertas karton ini tidak diputihkan

dengan bleaching dan diproduksi dari “virgin kraft” (pulp kimia dengan serat non-recycle) atau “neutral sulfitesemichemical pulp” (bubur kertas dengan proses semi-kimia sulfite yang netral). Produk utama adalah linerboard, jenis kertas yang digunakan untuk membuat “corrugated containers” (corrugated box yang biasanya berwarna coklat). Gramatur umumnya 130-450gsm. “Corrugating medium” atau kertas medium juga masuk dalam kaetgori ini yang dibuat dengan sebagian campuran kertas recycle.

(9)

8. Recycled paperboard. Pulp yang digunakan terdiri atas kertas recycle atau daur ulang. Jenis kertas ini meliputi rentang variasi kertas yang luas mulai dari kertas medium untuk “corrugated box”, folding boxboard atau clay coated news back – anda sering mendengar sebagai Duplex dan Triplex, setup boxboard – layaknya duplex tetapi uncoated, and berbagai jenis kertas dan kertas karton. Juga gypsum liner – kertas yang digunakan sebagai pelapis luar gypsum board, kertas untuk “core tube” dan lain sebagainya.

9. MG Kraft specialties. Kertas jenis ini mempunyai permukaan dengan penampakan yang licin dan seperti kaca (glaze) dimana kertas tersebut diproduksi diatas mesin yang mempunyai silinder pengering/ pemanas yang diametrnya sangat besar. Dipasar lokal anda sering mendengar kertas Litho, Doorslag. Jenis kertas lainnya seperti kertas dasar (base paper) untuk “wax paper”, kertas bungkus, “carbonizing”, dan kraft specialties.

10. Tissue. Bubur kertas yang dipakai untuk tisu adalah pulp kimia yang dibleach dengan tambahan bisa S0 atau lebih pulp mekanis. Mayoritas kertas tisu digunakan untuk produk sanitari seperti tisu gulung, “towel”, “bathroom”, “napkins” dll. Gramatur mempunyai rentang dari 13-75gsm. Jenis kertas ini diproduksi dengan sistim “through air dried” (TAD) or mesin kertas Yankee (silinder pemanas yang diameternya sangat besar) yang mempunyai “wet atau dry crepe operation”. 11. Market pulp. Pulp atau bubur kertas juga dikategorikan

sebagai kertas yang dibagi jenisnya berdasarkan jenis kayu, proses pembuatan pulp, dan proses pemutihan atau “bleaching”. Bubur kertas dijual dalam bentuk lembaran, bal, dan gulungan.

12. Others. Kategori lain-lain digunakan untuk jenis kertas yang tidak masuk dalam ke 11 golongan kertas diatas. Kurang dari

(10)

5% jumlah kertas dunia masuk dalam kategori ini, jadi sebetulnya relatif kecil. Contohnya seperti kertas “hardboard”, “asbestos board”, kertas cigarette, “condenser”, kertas bible), glassine, kertas tahan minyak, kertas release untuk sticker, dan kertas yang tersusun dari serat tetumbuhan bukan pohon (sperti kertas serat pisang abaca dll.).

 Plastik

Terdapat banyak variasi plastik yang menawarkan kualitas dan properti yang berbeda-beda yang melayani serangkaian penyimpanan. Variasi plastik tersebut bisa kaku atau fleksibel, bening, putih atau berwarna, transparan ataupun opaq dan dapat dicetak ke dalam berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Plastik termoform dilunakkan oleh panas dan dibentuk dengan dicetak, ekstrusi atau dipress.

Jenis plastik yang paling umum digunakan sebagai kemasan adalah sebagai berikut.

Poly etyleneterephtalate(PETE) adalah bening seperti kaca dan digunakan untuk produk air dan minuman berkarbonasi; makanan seperti mustard, selai kacang, minyak edible, dan sirup; kantung untuk makanan dan produk kesehatan.

Gambar 2.2. Contoh produk yang menggunakan plastik PETE sumber: http://dustbowl.files.wordpress.com/2008/06/plastic-1pet_main.jpg

HDPE(High-density polyethylene) adalah kaku dan opaq dan digunakan untuk susu, deterjen, cairan pembersih rumah tangga, produk perawatan pribadi, dan botol.

(11)

Gambar 2.3. Contoh produk yang menggunakan plastik HDPE Sumber:

http://dustbowl.files.wordpress.com/2008/06/plastic-2hdpe_main.jpg?w=450&h=260

Polyvinyl chloride (PVC) Plastik ini adalah yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini sangat tipis dan paling sering digunakan sebagai pembungkus makanan. Kandungan zat berbahaya dari PVC mudah lumer bila kena makanan panas dan berminyak.

Gambar 2.4. Contoh produk yang menggunakan plastik PVC Sumber:

http://dustbowl.files.wordpress.com/2008/06/plastic-3pvc_main.jpg?w=450&h=260

LDPE(Low-density polyethylene) digunakan untuk kontainer dan tas untuk pakaian dan makanan, dalam bentuk film pembungkus yang disusutkan maupun direnggangkan.

(12)

Gambar 2.5. Contoh produk yang menggunakan plastik LDPE sumber:

http://dustbowl.files.wordpress.com/2008/06/plastic-4ldpe_main.jpg?w=450&h=260

Polypropylene(PP) digunakan untuk botol, tutup botol, dan

pembungkus yang tahan kelembaban.

Gambar 2.6. Contoh produk yang menggunakan plastik PP sumber:

http://dustbowl.files.wordpress.com/2008/06/plastic-5pp_main.jpg?w=450&h=260

Polystyrene(PS) diproduksi dalam berbagai bentuk. Kristal

polystyrene digunakan untuk membuat kotak tempat CD dan botol-botol pil. Dengan pengaplikasian panas dan tekanan, Polystyrene tahan banting digunakan untuk membuat gelas, dan kontainer makanan buka-kait (hamburger), baki daging, dan karton pengemas telur.

(13)

Gambar 2.7. Contoh produk yang menggunakan plastik PS sumber:

http://dustbowl.files.wordpress.com/2008/06/plastic-6ps_main.jpg?w=450&h=260

Polycarbonateadalah jenis plastik ini bening, tahan panas dan bisa dipakai berulang kali. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minuman olahraga, suku cadang mobil, alat rumah tangga dan plastik kemasan.

Gambar 2.8. Contoh produk yang menggunakan plastik

Other/Polycarbonate

sumber: http://dustbowl.files.wordpress.com/2008/06/plastic-7other_main.jpg?w=450&h=260

 Kaca

Kontainer kaca dikenalkan dalam bentuk, ukuran dan warna sangat bervariasi dan merupakan struktur yang umum dan hampir semua kategori produk konsumsi.Kaca dapat dicetak menjadi bentuk yang beraneka

(14)

dengan bagian bukaan dan ornamen emboos yang bervariasi-variasi, dan pelengkap lainnya dapat meningkatkan desain kemasansecara keseluruhan.

Secara alamiah, sifat kaca yang inert (tidak bereaksi dengan isi yang dikandungnya) membuatnya lebih sesuai dibandingkan material lainnya yang cenderung untuk berinteraksi dan mempengaruhi makanan, obat-obatan, dan beberapa produk lain.

Kaca merupakan material kemasan yang diutamakan untuk produk parfum, kosmetika, obat-obatan, minuman, dan makanan gourmet serta produk mewah lainnya. Dengan kualitas visual dan permukaannya, kaca juga mengkomunikasikan material dengan kualitas yang dapat dipercaya dan berkarakter.

 Logam

Kemasan logam dibuat dari timah, baja, dan aluminium. Ketersediaan bahan baku produksi telah membuat material/bahan kemasan ini struktur berbiaya rendah untuk dapat diproduksi. Makanan hasil olahan, aerosol, cat, bahan kimia dan produk-produk otomotif adalah beberapa produk konsumsi umum yang menggunakan kaleng dan botol baja. Aluminium seringkali digunakan dalam kategori produk minuman berkarbonasi serta kategori kesehatan dan kecantikan; kontainer yang terbuat dari aluminium foil digunakan untuk produk bakery, produk daging dan makanan siap saji. Kemasan yang termasuk dalam material logam adalah kaleng dan tube (untuk pasta gigi, krim, gel, balsem, pelumas pribadi, dan lain-lain.)

(15)

Gambar 2.9. Contoh kemasan dari logam atau kemasan kaleng Sumber:

http://www.cometa.co.id/images/3/Body/img_body_products_dry_03.jpg

2.1.2. Kemasan 2.1.2.1. Pengertian

Kemasan adalah sebuah pembungkus suatu produk di mana selain menjadi pembungkus, kemasan dapat berfungsi sebagai pelindung dari berbagai macam faktor yang dapat merusak kualitas dari produk tersebut. Dan setelah produk dibeli biasanya kemasan langsung dibuang begitu saja karena orang merasa kemasan sudah tidak diperlukan dan bukan bagian dari produk.

Menurut Klimchuk dan Krasovec (33), desain kemasan haruslah berfungsi sebagai sarana estetika (sebagai keindahan atau seni yang dapat menarik perhatian konsumen) untuk berkomunikasi dengan semua orang dari berbagai latar belakang, minat, dan pekerjaan yang berbeda, oleh karena itu, pengetahuan antropologi, sosiologi, psikologi, etnografi, dapat memberi manfaat dalam proses desain dan pilihan desain yang tepat. Khususnya pengetahuan terhadap ke aneka ragaman sosial dan budaya, perilaku manusia secara nonbiologis, dan selera kebudayaan serta perbedaan budaya dapat membantu memahami bagaimana elemen visual dapat mengkomunikasikan dengan baik suatu produk.

Pemahaman kemasan sangatlah beragam. Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi dari kemasan, yaitu sebagai berikut.

1. Menurut Philip Kotler, kemasan adalah “The activities of designing and

prodution the container or wrapper for a product” (200) di mana berarti bahwa aktivitas atau kegiatan dalam merancang dan memproduksi wadah atau bungkus suatu produk.

(16)

2. Menurut Basu Swastha, mengemas adalah sebagai kegiatan umum dalam perencanan barang yang melibatkan penemuan desain dan pembuatan bungkus atau kemasan bagi suatu barang (Swastha 139).

Menurut Wendy Jedlicka, “Despite the fact that people encounter

packaging almost every time they make a consumer purchase, most people hardly notice packaging or give it much thought. This isn't because they don't perceive the package, it is because they are used to assuming that the packaging is just a throwaway rather than part of the product.” (45)

Sustainability Design atau desain yang berkelanjutan adalah desain yang memiliki filosofi merancang benda-benda fisik, lingkungan dibangun, dan layanan untuk mematuhi prinsip-prinsip keberlanjutan sosial, ekonomi dan ekologis. Tujuan utama dari desain ini adalah untuk mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh desain yang tidak ramah lingkungan. Desain yang berkelanjutan biasanya diterapkan pada arsitektur dan interior. Tetapi akhir-akhir ini, desain yang berkelanjutan juga diterapkan pada desain grafis.

Pada desain grafis, desain yang berkelanjutan mempertimbangkan dampak lingkungan dari produk desain grafi (seperti kemasan, materi cetak, publikasi, dan lain-lain) di seluruh siklus hidup yang meliputi: bahan baku, transformasi, manufaktur, transportasi, penggunaan, dan pembuangan. Cara yang digunakan desainer dalam membuat desain yang berkelanjutan adalah mengurangi jumlah bahan yang dibutuhkan untuk produksi, menggunakan kertas dan bahan yang dibuat dengan daur ulang limbah, pencetakan dengan rendah VOC tinta, dan menggunakan metode produksi dan distribusi yang memerlukan paling sedikit transportasi.

2.1.2.2. Sejarah Kemasan

Kemasan yang biasa kita lihat sehari-hari ini adalah kemasan yang modern yang diproses dengan teknologi tinggi atau menggunakan bahan-bahan yang terlebih dahulu melalui proses yang rumit seperti plastik dari biji plastik, kertas dari pohon dan masih banyak lagi. Tetapi sebelum ditemukan bahan-bahan

(17)

kemasan seperti sekarang, orang-orang yang hidup pada jaman dahulu sudah mengenal kemasan. Sekitar 8000 SM, material-material alami, seperti anyaman rumput dan kain, kulit pohon, daun, kerang, kerajinan tanah liat, dan peralatan kaca yang kasar digunakan sebagai peti kemas untuk menyimpan barang. Bangsa Cina menggunakan keramik sebagai wadah baik untuk benda padat maupun cair. Sedangkan bangsa Indonesia menggunakan wadah bambu untuk menyimpan benda cair. Bangsa Mesir telah membuat industri botol yang penting bagi kehidupan masyarakatnya sekitar 1550 SM.

Pada tahun 750 sesudah masehi, terjadi penyebarluasan pemakaian botol, toples, dan tempayan yang terbuat dari tanah. Pengrajin yang terampil membuat kontainer keramik dan kontainer dekoratif lainnya untuk penyimpanan kemeyan, wewangian, dan salep. Kemudian pada saat perang salib (1096-1291) orang-orang yang berperang membawa kembali wewangian, rempah-rempah, dan barang-barang eksotik lainnya. Hal tersebut menyuburkan pertumbuhan perdagangan dan kebutuhan akan ragam kemasan yang lebih luas untuk mengemas dan melindungi kemasan alami (Klimchuk & Krasovec 1-2).

Pada zaman batu, kemasan juga telah dikenal. Saat itu, kemasan hanya digunakan untuk melindungi barang terhadap cuaca atau proses alam lainnya yang dianggap dapat merusak kualitas barang. Selain itu, kemasan juga digunakan sebagai wadah agar dapat mudah dibawa ke mana saja dalam perjalanan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan kompleks, barulah terjadi penambahan nilai-nilai fungsional, terutama pada abad sekarang di mana persaingan dunia usaha semakin tajam dan kalangan produsen saling berlomba merebut perhatian calon konsumen. Maka, konsep fungsional kemasan telah menjadi bagian penting yang harus mencakup seluruh proses pemasaran. Kini fungsi kemasan dan penggunaan kemasan sudah berkembang. Kemasan bukan lagi hanya sebagai pembungkus barang atau produk melainkan sebagai fungsi pemasaran untuk memperoleh perhatian target market. Dan daya tarik sebuah produk ditentukan dari kemasannya(Iwan Wirya 1).

(18)

2.1.2.3. Perkembangan Kemasan

Di Indonesia, perkembangan industri kemasan berjalan seiring dengan perkembangan produk. Sekalipun dunia periklanan berkembang pesat di Indonesia dewasa ini, perkembangannya masih belum diikuti dengan perkembangan desain kemasan.

Tak satupun kemasan dapat bertahan selamanya, karena suatu saat kemasan harus diperbarui seiring dengan perkembangan zaman. Sebuah kemasan yang terlihat menarik dan segar, lambat laun akan menjadi tidak menarik lagi. Gejala tersebut disebabkan karena perubahan kondisi sosial dan gaya hidup konsumen, perkembangan teknologi pengemasan, ataupun munculnya pesaing dengan kemasan yang lebih baik dan berbagai kemungkinan sesuai dengan kondisi pada masa yang sedang berjalan.

Inovasi kemasan memang perlu dilakukan tetapi inovasi tersebut tidak meninggalkan ciri khas dari produk itu sendiri. Jika terjadi perubahan yang drastis, maka konsumen akan merasa produk tersebut bukan produk yang sama lagi dan dapat merusak citra.

2.1.2.4. Fungsi dan Peranan Kemasan

Menurut Totok Amrin, Fungsi dan peranan dari kemasan secara umum adalah sebagai berikut.

1. Sebagai wadah bagi produk yang bersangkutan.

2. Melindungi produk (menjaga keutuhan bentuk fisik, aroma,maupun tekstur produk dari awal pemasaran sampai ke tangan konsumen).

3. Mengamankan produk (produk yang dikemas dengan sempurna biasanya akan terhindar dari kebocoran dan tumbuhnya jamur sehingga kebersihan dan kesehatan produk tetap terjaga).

4. Menjaga keawetan produk (menekan faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan produk, baik faktor alam, bakteri yang merusak, maupun keteledoran manusia sendiri. Misalnya saat penyimpanan produk di tempat yang kurang baik).

5. Memuat informasi mengenai produk yang bersangkutan, meliputi komposisi bahan, kandungan gizi, cara penyajian, dan sebagainya.

(19)

6. Mencegah penggantian isi dengan produk-produk saingan di pasaran. 7. Memudahkan distribusi ( dapat menjangkau pasar yang lebih luas karena

para pedagang besar dan pengecer biasanya juga akan lebih senang memasarkan produk yang telah dikemas dengan baik).

8. Memudahkan konsumen dalam membeli, membawa, dan menikmati produk (memudahkan konsumen untuk memilih ukuran/volume sesuai dengan keinginan dan kekuatan daya beli konsumen).

9. Merupakan alat penjualan/promosi bagi produk di dalamnya (produk yang dikemas dengan baik biasanya akan menarik perhatian konsumen untuk segera mengamati dan apabila cocok akan terjadi transaksi).

10. Meningkatkan laba perusahaan (pengemasan produk yang menarik dapat menarik banyak konsumen untuk memakai produk tersebut). (Totok Amrin, 1999).

Dalam buku Experimental Packaging, disebutkan bahwa sebuah kemasan juga harus memiliki kemampuan sebagai berikut.

Protect (melindungi produk yang dikemas)

Tempt (menarik dan memancing rasa keingintahuan konsumen)

Decorate (mendekorasi sehingga produk memiliki tampilan yang menarik)  Add Value(memberikan nilai tambah bagi produk, bahkan sebuah kemasan

dapat lebih berharga daripada produk itu sendiri)

Sedangkan Hermawan Kertajaya mengatakan bahwa teknologi membuat kemasan berubah fungsi. Dahulu orang mengatakan bahwa “Packaging sells what it protects (Kemasan melindungi apa yang dijual).” Namun sekarang “Packaging sells what it protects (Kemasan menjual apa yang dilindungi).” Dengan kata lain, kemasan bukan lagi berperan sebagai pelindung atau wadah saja tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya.

Menurut Iwan Wirya dalam bukunya yang berjudul “Kemasan Yang Menjual”, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi fungsi dari kemasan, yaitu sebagai berikut. (6-7)

(20)

 Faktor Pengamanan

Kemasan melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi kualitas dari produk tersebut, seperti faktor cuaca, sinar, jatuh, dan lain sebagainya.

 Faktor Ekonomi

Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya.

 Faktor Pendistribusian

Mudah didistribusikan ke mana saja, misalnya dari pabrik ke distributor atau ke pengecer hingga ke tangan konsumen.Perlu dipertimbangkan juga kemudahan penyimpanan dan pemajangan saat berada di tangan pengecer atau distributor.

 Faktor Komunikasi

Sebagai media komunikasi yang mencerminkan produk, citra merek, dan juga sebagai bagian dari promosi dengan mempertimbangkan faktor mudah dilihat, diingat, dan dipahami.

 Faktor Ergonomi

Perlu mempertimbangkan kemudahan saat dibawa, dibuka, dan diambil isinya.

 Faktor Estetika

Keindahan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek/logo, ilustrasi, huruf, dan tata letak untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.

 Faktor Identitas

Secara keseluruhan, kemasan haruslah memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dapat dibedakan dari produk lainnya.

Kemasan yang kurang baik akan memberikan citra yang kurang baik pula terhadap produk yang dikemasnya. Sebaliknya, jika kemasan berpenampilan baik akan memberi nilai tambah dan dapat menarik konsumen untuk membeli produk tersebut.

(21)

2.1.2.5. Jenis Kemasan

Menurut Kotler (119), kemasan dapat dibagi menjadi tiga jenis bahan sesuai dengan kebutuhan pengemasan produk, yaitu sebagai berikut.

1. Kemasan dasar (primary package), yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan produk.

2. Kemasan tambahan (secondary package), yaitu kemasan yang melindungi kemasan dasar dan dibuang bila produk tersebut digunakan.

3. Kemasan pengiriman (shipping package), yaitu kemasan yang diperlukan pada saat produk di simpan, di angkut. Selain itu juga untuk identifikasi. Sedangkan menurut Kenneth. R. Berger, kemasan dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.

Flexible Packaging

Kemasan ini bersifat tidak keras dan tidak kaku, melainkan mudah dilipat atau dibentuk sesaui keinginan. Bahan yang digunakan untuk kemasan jenis ini antara lain kertas, kertas timah (foil), dan plastik.

Rigid Packaging

Kemasan ini bersidat kokoh dan kuat. Biasanya kemasan yang termasuk dalam jenis ini adalah botol kaca, peti kayu, kaleng, dan bahan sejenis lainnya.

Semi-Flexible Packaging

Kemasan ini memiliki karakteristik antara flexible packaging dan rigid packaging, contohnya kertas karton atau kardus.

2.1.2.6. Daya Tarik Sebuah Kemasan

Daya tarik sebuah kemasan tidak dapat lepas dari pengertian persepsi. Menurut Iwan Wirya (10-15), daya tarik sebuah kemasan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu sebagai berikut.

 Daya Tarik Visual

Daya tarik visual lebih mengacu kepada penampilan sebuah kemasan atau label suatu produk, yang mencakup warna ,bentuk, merek, ilustrasi, huruf, dan tata letak. Seluruhnya dikombinasikan untuk menciptakan sebuah

(22)

kesan menyeluruh untuk memberikan mutu daya tarik visual secara optimal.

 Daya Tarik Praktis

Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi yang terdapat pada suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor. Misalnya berbagai kemudahan yang membuat produk dapat dengan mudah dipajang, dibawa, dibuka, dan lain sebagainya. Beberapa daya tarik praktis lain, misalnya:

1. Kemasan yang menjamin dan melindungi produk.

2. Kemasan yang mudah dibuka dan ditutup kembali untuk disimpan. 3. Kemasan dengan porsi yang sesuai dengan produk

makanan/minuman atau dengan alternatif volume untuk pembelian eceran atau grosir.

4. Kemasan yang dapat digunakan kembali.

5. Kemasan yang mudah dibawa, dijinjing atau di pegang.

6. Kemasan haruslah memudahkan pemakai untuk menghabiskan atau mengambil isinya dan mengisi kembali untuk jenis produk yang dapat diisi ulang.

7. Dan lain sebagainya sesuai dengan pertimbangan kebutuhan dan sifat dari produk itu sendiri.

2.1.3. Aspek Visual dalam Desain Kemasan

Menurut Iwan Wirya (25), untuk mendapatkan daya tarik visual yang optimal dibutuhkan beberapa elemen atau aspek visual dalam kemasan, yaitu adalah sebagai berikut.

2.1.3.1.Warna

Pada dasarnya warna adalah suatu mutu cahaya yang dipantulkan dari suatu objek ke mata manusia. Hal ini menyebabkan kerucut-kerucut warna pada retin bereaksi, yang memungkinkan timbulnya gejala warna pada objek-objek yang dilihat, sehingga dapat mengubah persepsi manusia.

(23)

Konsumen melihat warna jauh lebih cepat daripada bentuk atau rupa.Dan warnalah yang pertama kali terlihat bila produk berada di tempat penjualan.

Warna dibagi menjadi kategori terang (muda), sedang, dan gelap (tua). Selain 3 kategori tersebut, juga terdapat warna keras (hangat), lembut (dingin), dan muda (pucat). Uraiannya adalah sebagai berikut.

1. Warna Terang

Warna yang disukai oleh muda-mudi, membuat kemasan kelihatan lebih besar dan lebih dekat ke mata, banyak disukai pada aplikasi pengemasan karena memiliki dampak yang lebih besar pada retina mata.Sangat cocok dan kontras dengan warna gelap.

2. Warna Keras (hangat)

Warna yang termasuk adalah merah, oranye, kuning di mana warna tersebut memiliki daya tarik dan dampak yang sangat besar terutama merah dan oranye.Sangat tepat untuk aplikasi yang menuntut perhatian lebih.

3. Warna Lembut (dingin)

Warna yang termasuk adalah hijau, biru di mana warna tersebut kelihatan kurang dinamis jika dibandingkan dengan warna keras, tetapi cocok untuk produk-produk tertentu.Jangan menggunakan warna lembut di atas latar belakang warna keras.

4. Warna Muda (pucat)

Warna ini tampak ringan dan kurang berdaya tarik bagi muda-mudi. Jarang direkomendasikan untuk kemasan, kecuali untuk kondisi tertentu. 5. Warna Medium

Warna ini bersifat umum dan sangat serasi bila dikomposisikan dengan warna yang memiliki nilai pantul lebih tinggi.

6. Warna Tua

Warna ini memiliki nilai pantul yang paling rendah untuk produk-produk tertentu memang cocok, tetapi harus dikomposisikan dengan warna yang nilai pantulnya tinggi dan kondisi pemajangan pada rak penjualan harus dengan latar belakang yang kontras dan penerangan yang cukup agar mudah terlihat.Warna tua membuat produk keliahatan lebih berat.

(24)

Warna pada kemasan sangatlah penting artinya karena sebagai patokan penggunaan warna pada aplikasi pengemasan.Berikut ini adalah fungsi dari warna pada kemasan.

1. Untuk identifikasi, komposisi warna haruslah berbeda dengan produk-produk pesaing agar konsumen dapat dengan mudah mengenali atau mencari produk yang kita tawarkan.

2. Untuk menarik perhatian, warna terang/cerah akan memantulkan cahaya lebih jauh dibandingkan dengan warna gelap, sehingga warna terang lebih cepat menarik perhatian walaupun pada jarak pengelihatan yang jauh. Tetapi juga harus berhati-hati dalam menerapkan warna cerah sebagai daya tarik dan harus dipertimbangkan juga dengan aspek-aspek lainnya karena daya tarik yang salah dapat merusak citra produk.

3. Untuk menimbulkan pengaruh Psikografi, misalnya untuk membangkitkan selesar konsumen terhadap produk makanan, gunakan warna merah, oranye, atau kuning. Ini disebabkan karena warna hangat dan warna terang lebih condong merangsang sistem saraf otonomi, termasuk pencernaan. 4. Untuk mengembangkan asosiasi, memberikan asosiasi tertentu terhadap

produknya. Jangan menggunakan warna ungu atau hinjau untuk produk makanan, khususnya yang mengandung daging karena mempunyai asosiasi daging busuk. Warna hijau pada roti memberikan asosiasi berjamur.

5. Untuk menciptakan suatu citra, warna disesuaikan untuk mencerminkan atau menggambarkan keadaaan produknya. Misalnya warna hijau yang mencerminkan kesegaran untuk produk sayuran.

6. Untuk menghiasi produk, suatu produk tidak dapat ditampilkan secara akurat hanya dengan warna hitam-putih.

7. Untuk memastikan keterbacaan yang maksimun, gunakan warna-warna kontras untuk sesuatu yang ingin ditonjolkan.

8. Untuk mendorong tindakan, dibandingkan dengan kemasan polos, pemberian warna dapat memberi dampak lebih. Di sini peranan warna adalah untuk menjual.

(25)

9. Untuk proteksi dari cahaya, warna dapat digunakan untuk melindungi isi dari efek cahaya yang merusak.

10. Untuk mengendalikan temperatur, warna terang cenderung memantulkan panas dari sebuah benda dan menjaga bagian dalam kemasan tetap sejuk, ini diperlukan bagi produk yang sensitif terhadap perubahan temperatur. 11. Untuk membangkitkan minat dalam mode, warna dapat mencerminkan

trend yang sedang berlangsung.

Dalam Buku “Pengantar Desain Komunikasi Visual”(47), secara visual, warna memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi citra orang yang melihatnya. Masing-masing warna mampu memberikan respons secara Psikografi.Menurut Molly E. Holzschlag yang seorang pakar tentang warna, dalam tulisannya “Creating Color Scheme” membuat daftar mengenai kemampuan masing-masing warna ketika memberikan respons secara Psikografi kepada pemirsanya sebagai berikut.

 Merah

Respon yang dapat ditimbulkan adalah kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas, bahaya.

Gambar 2.10. Contoh warna merah pada logo “KFC” sumber:

http://www.hmclarnonandson.co.uk/wp-content/files_mf/cache/th_0d0c91ff58b16fc327dccbab3888fd6b_1287604925719pxKFC _svg.png

(26)

 Biru

Respon yang dapat ditimbulkan adalah kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, perintah.

Gambar 2.11. Contoh pengunaan warna biru pada logo “BCA” sumber:

http://remunerasipns.com/2012/01/atm-bca-dan-atm-mandiri-sudah-terhubung.html/logo-bca-2

 Hijau

Respon yang dapat ditimbulkan adalah alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan, pembaruan.

Gambar 2.12. Contoh produk dengan warna hijau sumber :

http://www.beritateknologi.com/wp-content/uploads/2010/10/wd-CaviarGreen_SATA64_3TB.jpg

 Kuning

Respon yang dapat ditimbulkan adalah optimis, harapan, filosofi,ketidak-jujuran/kecurangan, pengecut, pengkhianatan.

(27)

Gambar 2.13. Contoh produk dengan warna kuning sumber :

http://www.siapalagi.com/uploads/images/mcd_logo.jpg

 Ungu

Respon yang dapat ditimbulkan adalah spiritual, misteri, keagungan, perubahan bentuk, galak, arogan.

Gambar2.14. Contoh produk dengan warna ungu sumber:

http://www.dibelisaja.com/image/cache/data/gelang%20new/Swarovski%20purpl e%20crystal%20drop%20bracelet%2030-600x600.jpg

(28)

 Oranye

Respon yang dapat ditimbulkan adalah energi, keseimbangan, kehangatan.

Gambar2.15. Contoh produk dengan warna oranye

sumber: http://media.vivanews.com/images/2011/12/09/135460_sepatu-oranye.jpg

 Coklat

Respon yang dapat ditimbulkan adalah bumi, dapat dipercaya, nyaman, bertahan.

Gambar 2.16. Contoh produk dengan warna coklat

sumber: http://www.mikalu.com/wp-content/uploads/2011/12/P080-sprei-katun-teratai-coklat.jpg

(29)

 Abu-Abu

Respon yang dapat ditimbulkan adalah intelek, futuristik, modis, kesenduan, merusak.

Gambar 2.17. Contoh produk dengan warna abu-abu

sumber: http://images.detik.com/content/2012/03/05/233/150617_dior4.jpg

 Putih

Respon yang dapat ditimbulkan adalah kemurnian/suci, bersih, kecermatan, innocent (tanpa dosa), steril, kematian.

Gambar 2.18. Contoh produk dengan warna putih

(30)

 Hitam

Respon yang dapat ditimbulkan adalah kekuatan, seksualitas, kemewahan, kematian, misteri, ketakutan, ketidakbahagiaan, keanggunan.

Gambar 2.19. Contoh produk dengan warna hitam

sumber: http://www.peanutsite.com/wp-content/uploads/2010/07/wallpaper1.jpg

Sedangkan menurut Eric P. Danger, seorang konsultan riset warna dalam bukunya yang berjudul Selection Colour for Packaging, merekomendasikan penggunaan warna kemasan sebagai berikut. (Wirya 43)

 Violet

Pada umumnya tidak direkomendasikan untuk kemasan, karena dianggap lemah dalam motivasi dan tidak membangkitkan impuls yang menguntungkan.Biasanya digunakan untuk warna latar belakang pada produk yang memiliki konotasi mode dalam suatu trend yang singkat.  Biru

Merupakan latar belakang yang istimewa untuk kemasan, serasi dengan violet dan hijau, tidak sesuai dengan merah kebiruan.Digemari, anggun, tapi sulit bagi mata untuk fokus.Untuk kemasan makanan, warna biru paling baik sebagai latar belakang atau warna kontras, tapi menyampaikan kesejukan atau kebersihan. Biru pucat berarti bahwa produknya cair, cocok untuk makanan bayi, sayuran putih, makanan laut, ayam beku, produk dari susu.

(31)

 Biru hijau

Memiliki citra mode yang tinggi dan menarik pada tingkat pasar yang lebih tinggi.Menarik bagi muda-mudi dan wanita, dampaknya melebihi biru dan direkomendasikan untuk kemasan, terutama makanan.

 Hijau

Hijau merupakan latar belakang yang kalem, sejuk, segar, danlembut. Hijau sangat serasi dikombinasikan dengan kuning, biru, coklat.Warna hijau cocok untuk sayuran, produk hutan, makananbayi,kacang-kacangan.Namun, juga harus memilih corak yang menyampaikan

asosiasiyang tepat dengan

produknya.Tidakdiperkenankanmengasosiasikanwarna hijau dengan roti, daging, es atau kue, karena bisa dianggap basiatau busuk.

 Kuning

Direkomendasikan sebagai salah satu warna istimewa untuk pengemasan, kuning tampak terang dan memiliki keterlihatan yang tinggi, serasi dengan oranye dan coklat, dan juga hijau untuk menciptakan suatu efek pedesaan. Kuning tampak tajam, gunakan kuning secara cermat untuk mencetak tulisan dengan baris pendek. Mata akan terfokus pada kuning secara jelas tanpa menyimpang dan tampak jelas ditempat gelap. Kuning membuat objek kelihatan lebih besar dancondong bergerak maju.

 Oranye

Oranye merah merupakan warna terbaik untuk pengemasan.Sangat dinamis, menyenangkan dan memiliki daya tarik impuls yang tinggi.Tapi jangan digunakan terlalu banyak karena membuat kemasan kelihatan terlalu berat.Oranye asli memiliki dampak sedikit kurang dibanding oranye merah, tapi baik untuk pengemasan makanan. Oranye baik untuk hampir setiap aplikasi penjualan, karena ia memiliki penekanan dramatis, tetapi gunakan secara cermat. Oranye serasi dengan kuning coklat.Oranye merupakan warna terbaik ditinjau dari segi keterlihatan dan perhatian.  Coklat

Warna coklat muda memiliki banyak aplikasi pengemasan dan memiliki corak yang cukup baik, demikian juga warna medium seperti coklat

(32)

kekuning-kuningan.Warna coklat merupakan warna alamiah bahan makanan, seperti coklat, kopi, kacang.Ini penting untuk aplikasi mode. Coklat suatu warna yang menenangkan, menenteramkan, dan sangat serasi dengan oranye dan kuning ataupun hijau.

 Merah

Merah hangat pada umumnya lebih disukai karena memiliki keterlihatan yang baik.Merah merupakan warna istimewa untuk pengemasan, dan memiliki daya tarik impuls yang tinggi, sangat menarik bagi muda-mudi. Merah tua menarik bagi pria dan wanita di seluruh dunia.Merah condong menghilang di tempat yang gelap.Serasi dengan warna biru, tetapi merah kebiru-biruan jangan dikomposisikan dengan biru. Merah sangat fokus pada mata dan sesuai untuk sudut tajam, merah membuat visual tampak dekat dan menonjol ke depan. Ia meningkatkan respon autonomik, paling mudah dikenal dan mudah dilihat pada siang hari.

 Merah muda

Serupa dengan merah, walaupun dampaknya tidak sekuat merah asli. Direkomendasikan untuk kosmetik dan promosi mode.Merah muda pada hakikatnya merupakan warna feminin, warna ini serasi dengan merah asli.  Putih

Putih adalah warna kontras yang istimewa, terutama untuk latar belakang. Dapat digunakan untuk corak apa saja. Putih memiliki sedikit daya tarik visual dan sulit diingat dan ditemukan.Walaupun dapat dilihat dari jarak jauh, tetapi mata mengalami kesulitan untuk melihatnya dengan jelas.

 Putih redup

Umumnya tidak direkomendasikan untuk pengemasan, kecuali pada kondisi tertentu/khusus.Putih redup misalnya putih bulu domba, putih gading, putih kerang, dan krem.

 Abu-abu

Tidak direkomendasikan untuk pengemasan, tetapi dapat dipadukan untuk semua warna.Abu-abu kadang digunakan untuk menciptakan efek sejarah.

(33)

 Hitam

Kadang digunakan pada aplikasi pengemasan untuk menyajikan kecanggihan.Hitam juga menunjukkan mode kelas atas.Hitam merupakan warna kontras yang baik, tetapi kurang kelihatan dan membuat objek tampak kecil.Hitam sebaiknya dicampur sedikit biru agar betul-betul hitam (pekat).Hitam bisa digunakan untuk produk farmasi, sesuai untuk pakaian dalam wanita karena pria menyukainya.

2.1.3.2. Bentuk

Bentuk kemasan merupakan pendukung utama yang membantu terciptanya seluruh daya tarik visual. Namun, tidak ada prinsip baku yang menentukan bentuk fisik dari sebuah kemasan karena ini biasanya ditentukan oleh sifat produknya, pertimbangan mekanis, kondisi penjualan, pertimbangan pemajangan, dan oleh cara penggunaan kemasan tersebut.

2.1.3.3. Merek dan Logo

Desain kemasan melibatkan pula keputusan yang berkenaan dengan tanda-tanda identifikasi, terutama merek dagang dan logo perusahaan.Sering seseorang membeli produk dengan merek yang terkenal, terutama barang-barang yang dipandang dapat menaikkan gengsi atau statusnya di lingkungan sekitar.Dengan demikian, merek dagang dan logo perusahaan dapat meningkatkan daya tarik kemasan.

Menurut David E Carter, pakar corporate identity dan penulis buku The Big Book of Logodari Amerika, pertimbangan-pertimbangan tentang logo yang baik itu haruslah mencakup beberapa hal, yaitu sebagai berikut. “Pengantar Desain Komunikasi Visual”(234)

1. Original dan Destinctive, atau memiliki nilai kekhasan, keunikan, dan daya pembeda yang jelas.

2. Legible, atau memiliki tingkat keterbacaan yang cukup tinggi meskipun diaplikasikan dalam berbagai ukuran dan media yang berbeda-beda.

3. Simple atau sederhana, dengan pengertian mudah ditangkap dan dimengerti dalam kurun waktu yang relatif singkat.

(34)

4. Memorable, atau cukup mudah diingat, karena keunikan atau bahkan dalam kurun waktu yang relatif lama.

5. Easily assosiated with the company, di mana logo yang baik akan mudah dihubungkan atau diasosiasikan dengan jenis usaha dan citra suatu perusahaan atau organisasi.

6. Easily adabtablefor all graphic media. Di sini, faktor kemudahan mengaplikasi (memasang) logo baik yang menyangkut bentuk fisik, warna maupun konfigurasi logo pada berbagai media grafis perlu diperhitungkan pada saat proses pencanangan. Hal itu untuk menghindari kesulitan-kesulitan dalam penerapannya.

2.1.3.4. Ilustrasi

Ilustrasi merupakan salah satu elemen yang penting dan sering digunakan untuk berkomunikasi dengan konsumen.Pemberian ilustrasi pada kemasan harus didasarkan pada fungsinya yang khas.Suatu kemasan dipandang lebih berdaya tarik bila diberi ilustrasi, kecuali untuk kondisi tertentu mungkin tidak memerlukan ilustrasi.Adapun fungsi dari ilustrasi dalam pengaplikasiannya pada sebuah kemasan adalah sebagai berikut. (Wirya 32)

1. Menarik perhatian

2. Menonjolkan salah satu keistimewaan produk

3. Memenangkan persaingan dalam menarik perhatian konsumen 4. Mendramatisasi pesan

5. Merangsang minat membaca keseluruhan pesan 6. Menjelaskan suatu pertanyaan

7. Menciptakan suatu suasana khas

8. Menonjolkan suatu merek atau menunjang slogan yang ditampilkan.

2.1.3.5. Tipografi

Tipografi berasal dari kata Yunani typos (impresi) dan graphein

(menulis).Tipografi adalah penggunaan bentuk huruf untuk mengkomunikasikan secara visual suatu bahasa lisan.Oleh karena huruf dibentukoleh budaya asalhuruf, penggunaan huruf sebagai sarana tipografi adalah bagian dari bahasa

(35)

visual suatu budaya. Seperti yang dikatakan desainer huruf Eric Gill, dalam bukunya An Essay on Typography, ia menyatakan, “Huruf adalah benda, bukan

penggambaran benda-benda”.

Bentuk tipografi bisa berupa huruf atau karakter individual, kata-kata, bentuk-bentuk, atau simbol-simbol.Beberapa tipe huruf mengesankan suasana tertentu, seperti kesan berat, ringan, kuat, lembut, jelita, dan sebagainya.Teks pada kemasan sebaiknya menggunakan tipografi konvensional agar tidak cepat pudar oleh mode.

Teknologi telah membentuk ulang semua aspek desain kemasan termasuk penggunaan tipografi. Tipografi untuk desain kemasan haruslah: (Klimchuk dan Krasovec 92)

1. Dapat dibaca dan mudah dibaca dari jarak beberapa kaki jauhnya 2. Didesain pada skala dan bentuk struktur tiga dimensi

3. Dapat dimengerti oleh sejumlah pengamat yang berbeda-beda latar belakangnya

4. Dapat dipercaya dan informatif dalam mengkomunikasikan informasi produk.

2.1.3.6. Tata Letak/Komposisi

Tata letak adalah meramu semua unsur grafis, meliputi warna, bentuk, merek, ilustrasi, tipografi, menjadi satu kesatuan baru yang disusun dan ditempatkan pada halaman kemasan secara utuh dan terpadu.

Terdapat 6 pertimbangan dalam pengembangan tata letak, yaitu sebagai berikut.

 Keseimbangan (balance)

Penataan unsur-unsur untuk mencapai suatu kesan visual dengan penyebaran yang menyenangkan.

(36)

 Titik Pandang (fokus)

Menonjolkan salah satu unsur untuk menarik perhatian. Misalnya antara merek atau ilustrasi, dua unsur yang saling berebut perhatian akan membingungkan konsumen.

 Lawanan (contrast)

Penggunaan warna yang sangat berbeda untuk menarik perhatian dan keterbacaan

 Perbandingan (proportion)

Penggunaan ukuran yang serasi antara panjang-lebar, besar-kecil, tebal-tipis, untuk mencapai keterpaduan yang enak dilihat.

 Alunan pirza (gaze-motion)

Penataan yang sedemikian rupa antara merek/logo, ilustrasi, teks, dan tanda-tanda lainnya, dalam pengurutan yang paling logis untuk memberikan alur keterbacaan sesuai dengan kebiasaan orang membaca.  Kesatuan (unity)

Mutu keseimbangan, titik pandang, lawanan, perbandingan, dan alunan pirza, digabungkan untuk pengembangan kesatuan pikir, penampilan, dan tata letak.

2.2. KRITERIA PENILAIAN KEMASAN

Dalam kehidupan sehari-hari, kemasan memiliki peranan yang sangat penting. Selain sebagai pembungkus dan pelindung suatu produk, kemasan harus mampu menarik perhatian konsumen untuk membeli produk tersebut.

Industri desain kemasan harus memimpin tugas tanggung jawab lingkungan, termasuk mendorong produsen dan pemasar untuk melakukan hal sebagai berikut. (Klimchuk dan Krasovec 228)

1. Menggunakan kertas dan cetakan berbahan dasar alami seperti kertas daur ulang, kertas bebas kayu, kertas bebas klorin, kertas yang dicetak dengan tinta kedelai, dan toner tak beracun.

2. Menggunakan pencetakan digital, yang menghindari pemakaian film dan zat kimia dalam proses pencetakan biasa.

(37)

3. Menggunakan produk yang bukan kayu, seperti serat (hemp), denim, old money, dan bahan yang dapat diurai kembali ke alam.

4. Mengurangi dan menghapus pemakaian zat kimia beracun seperti dioksin yang menyebabkan kanker, membahayakan dan mematikan satwa liar, dan mencemari air.

5. Mempertimbangkan pengurangan limbah dalam daur hidup produk, dari akuisisi bahan mentah (material bisa dipanen berkelanjutan, petroleum-free, dan berbasis tanaman), pemrosesan material (material bisa berupa material yang bebas dari zat kimia dan tidak diputihkan), produk manufaktur (proses manufaktur yang menghindari dan mengurangi polusi lingkungan dengan mengurangi produksi produk aerosol), konsumsi dan penggunaan produk (pengurangan pemakaian produk yang tidak ramah lingkungan termasuk aerosol dan membeli produk dengan kemasan yang diperkecil), dan pembuangan (daur ulang, pemakaian ulang, dan pengisian ulang).

Menurut Dr. Neni Rostini, Ir. MS. Kemasan yang baik juga harus memiliki daya lindung yang tinggi terhadap kerusakan, mudah di dapat, ekonomis, dan aman untuk produk. (156)

2.3. DATA PRODUK 2.3.1. Jenis Produk

Jenis produk yang digunakan untuk perancangan ini adalah produk sehari-hari, yaitu tissue. Tissue merupakan tipe produk sehari-hari yang habis pakai dalam jangka waktu tertentu yang banyak dan sering digunakan. Tissue juga merupakan tipe produk yang kurang ramah lingkungan karena berasal dari pulp kayu, di mana kebanyakan bahan pembuatan tissue di Indonesia masih belum dapat hancur dengan sendirinya saat tissue tersebut dimasukkan ke dalam toilet.

Selain produk yang kurang ramah lingkungan, kemasan yang digunakan untuk mengemas produk juga tidak menggunakan bahan yang ramah lingkungan, yaitu dengan menggunakan bahan plastik. Karena jika sampah plastik dibakar

(38)

dapat merusak atmosfer bumi dan jika dikubur dalam tanah tidak dapat hancur dengan sendirinya.

2.3.2. Spesifikasi Produk :

Produk tissue yang akan di re-design adalah berbagai ukuran dari produk tissue, seperti roll, pack kecil, pack besar, travel pack, dan lain sebagainya.

2.3.3. Konsumen 2.3.3.1. Segi Demografis

Tissue merupakan produk atau barang keperluan sehari-hari. Konsumen utama produk ini adalah wanita karena wanita setiap saat selalu membawa dan memakai tissue kapanpun dan di manapun. Tetapi tidak menutup kemungkinan konsumen yang memakai produk ini adalah dari kalangan pria. Segmentasi kelas yang diambil adalah dari kalangan menengah ke atas.

2.3.3.2. Segi Geografis

Tissue sudah terdapat di berbagai tempat di seluruh Indonesia apalagi di daerah perkotaan. Tidak menutup kemungkinan di daerah pedesaan terdapat tissue tetapi tidak terlalu banyak karena biasanya orang pedesaan jarang menggunakan tissue di mana barang tersebut dianggap barang yang mahal.

2.3.3.3. Segi Psikografis

Konsumen yang dituju adalah mereka-mereka yang peduli dengan kebersihan dan kesehatan. Selain itu, mereka juga memiliki aktivitas di luar rumah, seperti ke kampus, ke mall, ke restoran, dan lain sebagainya. Lalu mereka juga memiliki pengeluaran sekitar Rp 1.000.000,00 dalam sebulan, entah digunakan untuk belanja, jalan-jalan, ataupun makan.

2.3.3.4. Segi Behavioristik

Konsumen yang dituju adalah mereka-mereka yang biasanya terkadang menggunakan tissue dalam jumlah banyak dalam sekali pemakaian, misal untuk membersihkan wajah menggunakan 2-3 lembar tissue, sedangkan untuk tangan

(39)

menggunakan 1 lembar tissue. Selain itu, kebiasaan mereka saat memilih produk tissue di toko atau supermarket adalah sebagai berikut. Untuk wanita biasanya melihat kemasan dan kualitas terlebih dahulu daripada harga. Sedangkan untuk pria biasanya melihat kualitas dan harga terlebih dahulu daripada kemasan.

2.3.4. Sistem Pemasaran/Distribusi

Sistem pemasaran/distribusi yang digunakan adalah sebagai berikut. Produk dibuat di pabrik. Setelah produk selesai dibuat dan dikemas per satuan di pabrik, produk lalu dikirimkan ke distributor dengan cara dikemas dalam kardus besar dengan isi yang sesuai dengan ketentuan pabrik. Setelah dikemas di dalam kardus, mulailah produk dikirimkan ke distributor. Dari situ mulailah dijual ke penjual entah penjual partai besar atau grosir maupun penjual partai kecil atau eceran. Saat di tangan penjual, barang atau produk tersebut di display atau di pajang di toko mereka. Dari penjual-penjual tersebut barulah dijual dan sampailah ke tangan konsumen.

Tempat-tempat yang biasanya dipakai untuk penjualan produk tersebut adalah supermarket, mini market, toko kelontong, dan warung.

2.3.5. Data Visual Produk/Kemasan:

Gambar 2.20. Jenis-jenis Tissue yang ada di pasaran sumber : koleksi pribadi

(40)

2.4. DATA PRODUK KOMPETITOR 2.4.1. Jenis Produk

Jenis produk yang akan dijadikan kompetitor adalah tissue basah. Tissue basah mandi merupakan barang atau produk sehari-hari yang habis pakai dalam jangka waktu tertentu di mana produk tersebut digunakan setiap orang.

2.4.2. Spesifikasi Produk

Produk tissue basah yang dijadikan kompetitor adalah jenis tissue basah jenis sachet dan kemasan berbahan plastik.

2.4.3. Konsumen 2.4.3.1. Segi Demografis

Tissue basah merupakan produk atau barang keperluan sehari-hari. Konsumen utama produk ini adalah wanita khususnya ibu-ibu yang sedang memiliki bayi karena bayi membutuhkan tissue tersebut untuk membersihkan badan mereka dengan bantuan ibu mereka. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa pengguna atau konsumen juga datang dari wanita muda, pria dan remaja. Segmentasi kelas yang diambil adalah kalangan menengah dan kalangan atas.

2.4.3.2. Segi Geografis

Produk tissue basah ini sudah dipasarkan di seluruh Indonesia tetapi untuk daerah pedesaan jarang ditemukan tissue basah karena termasuk barang yang mahal.

2.4.3.3. Segi Psikografis

Konsumen yang dituju adalah mereka-mereka yang menyukai kebersihan dan kerapian penampilan saat bertemu dengan orang lain. Memiliki kecenderungan perfeksionis dan kebersihan dalam segala hal.

2.4.3.4. Segi Behavioristik

Konsumen yang dituju adalah mereka-mereka yang biasanya banyak melakukan aktivitas yang melelahkan dan banyak mengeluarkan keringat, seperti

(41)

fitness, berolahraga, berkebun, atau segala hal yang berhubungan dengan kebersihan bayi.

2.4.4. Sistem Pemasaran/Distribusi

Sistem pemasaran/distribusi yang digunakan adalah sebagai berikut. Produk dibuat di pabrik. Setelah produk selesai dibuat dan dikemas per satuan di pabrik, produk lalu dikirimkan ke distributor dengan cara dikemas dalam kardus besar dengan isi yang sesuai dengan ketentuan pabrik. Setelah dikemas di dalam kardus, mulailah produk dikirimkan ke distributor. Dari situ mulailah dijual ke penjual entah penjual partai besar atau grosir maupun penjual partai kecil atau eceran. Saat di tangan penjual, barang atau produk tersebut di display atau di pajang di toko mereka. Dari penjual-penjual tersebut barulah dijual dan sampailah ke tangan konsumen.

Tempat-tempat yang biasanya dipakai untuk penjualan produk tersebut adalah supermarket, mini market, toko kelontong, dan warung.

2.4.5. Data Visual Produk/Kemasan

Gambar 2.21. Contoh tissue basah sachet yang ada dipasaran sumber:

(42)

2.5. ANALISA DATA

2.5.1. Analisa Tujuan Produk Positioning

Produk tissue diposisikan sebagai produk alternatif yang dapat membersihkan segala macam kotoran tanpa menggunakan air, seperti tangan, meja, jendela, lantai, dan lain sebagainya.

2.5.2. Analisa Kategori Produk

Menurut bahan dan bentuknya, tissue memiliki beberapa kategori, yaitu sebagai berikut.

1. Bathroom Tissue

Jenis tissue ini digunakan untuk kegiatan di kamar mandi dan biasanya bentuknya berupa roll. Jenis dari tissue ini ada 2, yaitu tissue roll dengan permukaan tissue yang halus dan tissue roll dengan permukaan yang kasar.

2. Facial Tissue

Jenis tissue ini cocok digunakan untuk wajah karena termasuk salah satu alternatif pengganti sapu tangan dan biasanya permukaannya halus.Ada berbagai macam bentuk facial tissue.Ada yang persegi panjang dan ada yang kotak.

3. Napkin Tissue

Jenis tissue ini biasanya digunakan untuk keperluan saat makan. Permukaan tissue ini biasanya halus dengan lapisan yang tebal untuk menyerap air.Selain itu terdapat motif kasar di pinggir tissue yang mengelilingi bentuk tissue tersebut.Tetapi terkadang ada juga yang memiliki permukaan dan tekstur yang kasar dan berbintik-bintik. Biasanya berbentuk kotak.

(43)

Gambar 2.22. Contoh Napkin Tissue yang ada dipasaran sumber:

http://image.made-in-china.com/2f0j00HBatIPSdZMoc/Paper-Tissue-Napkin.jpg

Gambar 2.23. Contoh Napkin Tissue yang ada dipasaran sumber:

(44)

Gambar 2.24. Contoh Napkin Tissue yang ada dipasaran sumber: http://www.hotelbathamenities.com/photo/pl188935-odm_oem_welcome_tissue_paper_napkins_cocktail_facial_napkin_for_hotel_rest aurant.jpg 2.5.3. Analisa Kompetitor

Tissue basah menjadi alternatif pengganti air untuk membersihkan tangan atau anggota badan dari kuman atau kotoran. Selain untuk anggota tubuh, tissue basah dapat digunakan untuk membersihkan peralatan, seperti peralatan dapur, perkakas, dan lain sebagainya. Tissue basah merupakan produk kompetitor dari tissue karena produk tersebut juga untuk membersihkan kotoran dan lebih bersih ketimbang tissue biasa tetapi produk tissue basah memiliki kekurangan, yaitu jika kemasan tidak ditutup maka produk di dalamnya akan rusak (air yang terkandung di dalam tissue basah dapat menguap dan menjadikan tissue tersebut kering dan tidak dapat digunakan lagi).

2.5.4. Analisa Fitur Kemasan

Kategori produk tissue sangatlah banyak.Terdapat beberapa jenis tissue di pasaran, seperti bathroom tissue, napkin tissue, facial tissue, dan handtowel tissue.Untuk membedakan jenis tersebut satu sama lain, dibutuhkan fitur kemasan, seperti komposisi, spesifikasi, berat isi produk, dan lain sebagainya. Fitur tersebut harus ada dimaksudkan untuk identifikasi suatu produk agar tidak tertukar dengan

(45)

produk pesaing lainnya.Oleh karena itu, kemasan haruslah memiliki konsep VIEW (Visibility, Information, Emotional Appeal, dan Workability).

2.5.4.1. Visibility

Kebanyakan fitur-fitur kemasan tissue yang tercantum masih dapat terlihat dalam jarak yang jauh, seperti merk, jumlah isi, keterangan tentang produk dan lain sebagainya.Selain itu, kemasan yang digunakan mempermudah konsumen untuk membedakan produk tissue dengan produk lainnya saat di toko atau swalayan.

2.5.4.2. Information

Informasi yang tercantum di kemasan tissue sangat sedikit.Hanya tercantum merek, jumlah isi, penjelasan tentang produk tissue, dan alamat perusahaan. Memang produk tissue tidak memerlukan informasi seperti komposisi, tanggal kadaluarsa, dan cara penggunaannya karena produk tersebut tidak memerlukan fitur tersebut dan konsumen sudah mengerti.

2.5.4.3. Emotional Appeal

Konsumen tidak terlalu merasakan “Emotional Appeal” saat memilih

produk tissue dengan melihat fitur. Biasanya konsumen lebih merasa bahwa produk tersebut aman dan terlihat bersih (bersih identik dengan warna putih). Konsumen lebih mementingkan kualitas dan belum merasakan “Emotional Appeal” bahwa produk tersebut ramah lingkungan walaupun produk tersebut

sudah ramah lingkungan karena masyarakat masih kurang peduli dengan lingkungan.

Emotional Appeal” yang justru muncul saat membeli produk tersebut

adalah jika terdapat fitur bonus/gratisan 1 buah lagi atau “Get 1 Buy 2

(berhubungan dengan harga). Masyarakat akan merasakan bahwa produk tersebut murah walaupun barang tersebut sudah naik tanpa sepengetahuan konsumen.

(46)

2.5.4.4. Workability

Fitur-fitur yang terdapat pada kemasan tissue sekarang ini mempermudah konsumen untuk menggunakan produk.Dapat dilihat pada saat konsumen membuka kemasan, memakaian produk, dan lain sebagainya.Selain itu kemasan tersebut tidak membuat konsumen jengkel saat ingin menggunakan produk.

Fitur kemasan dibuat sangat sederhana, yaitu petunjuk cara membuka dan menutup kembali kemasan sehingga tidak membuat kemasan luar tidak rusak dan isi tetap terjaga kualitasnya dan kuantitasnya.

(47)

Gambar

Gambar 2.1. Logo dari Konsep 3R
Gambar 2.2. Contoh produk yang menggunakan plastik PETE  sumber:  http://dustbowl.files.wordpress.com/2008/06/plastic-1pet_main.jpg
Gambar 2.4. Contoh produk yang menggunakan plastik PVC  Sumber:
Gambar 2.5. Contoh produk yang menggunakan plastik LDPE  sumber:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ada sebuah efek unik yang terjadi pada seseorang yang berkaitan dengan religiusitas dan laporan diri responden mengenai perilaku

Melakukan verfikasi Laporan Form 1 data penyetoran pajak kepada Negara dari UPT dan Kantor Divre V , dengan lampirannya (SSP).. Membuat rekapitulasi Form 2 untuk

Sebagai sumber informasi mutakhir maka jurnal dalam media cetak dan media elektronik merupakan salah satu unsur terpenting dalam upaya menyebarkan ilmu pengetahuan terkini

Selanjutnya mahasiswa harus mampu mengkomunikasikan ide mereka, baik secara lisan maupun tertulis, dalam rangka memecahkan masalah yang diberikan Agar tujuan

Karena ukurannya yang kecil (panjang rata-rata sekitar 1 mm) dan transparan tubuh nematoda tidak dapat dilihat dalam tanah atau jaringan tanaman dengan mata telanjang

Sebagai akhir atau penutup dari penelitian ini penulis mencoba untuk memberikan saran-saran sebagai berikut yaitu: 1) Hendaknya PG. Gondang Baru PTPN IX dalam membuat

Mikels dan Klaer (1956) dalam Walton (1970), serta McWhorter dan Sunada (1977), juga mengembangkan sumur kolektor sejenis yang juga dikenal dengan nama ” collector well ”,