• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak. Keywords: teknik relaksasi nafas dalam; tekanan darah tinggi (hipertensi); nyeri kepala. Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstrak. Keywords: teknik relaksasi nafas dalam; tekanan darah tinggi (hipertensi); nyeri kepala. Abstract"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi Dengan Efektifitas

Tehnik Relaksasi Napas Dalam Untuk Mengatasi Nyeri Kepala: Studi Kasus Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta Barat

Dwi Kuniasih

Mahasiswa Akademi Keperawatan Sumber Waras Jakarta Barat Yuni Astuti

Keperawatan Medikal Bedah, Akademik Keperawatan Sumber Waras Jakarta Barat, y2astuti@akpersumberwaras.ac.id

Abstrak

Penelitian ini di latar belakangi oleh keinginan peneliti untuk membuktikan efektifitas tindakan mandiri keperawatan teknik relaksasi tarik napas dalam di tengah keragu-raguan banyak pihak akademisi terhadap tindakan tersebut. Metode penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus sebagai satu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada kasus secara intensif dan rinci sebagai suatu totalitas dengan maksud untuk memahami secara mendalam keterkaitan yang ada antara variabel-variabelnya. Variabel penelitiannnya terdiri atas variabel dependen (nyeri kepala) dan variabel independen (teknik relaksasi tarik napas dalam). Penelitian ini menyimpulkan bahwa tindakan teknik relaksasi tarik napas dalam mampu untuk membantu menurunkan skala nyeri kepala pada pasien dengan hypertensi. Dari tiga kali pengukuran didapati hasil rata penurunan skala nyeri pada pasien no. 1 adalah 1,67 poin. Sementara itu, rata-rata penurunan skala nyeri pada pasien no. 2 adalah 2 poin.

Keywords: teknik relaksasi nafas dalam; tekanan darah tinggi (hipertensi); nyeri kepala. Abstract

This his research is motivated by the desire of researchers to prove the effectiveness of the nursing independent action in deep breathing relaxation techniques in the midst of doubts by many academics about these actions. This research method uses the case study design as an approach by focusing attention on cases intensively and in detail as a totality with a view to understanding in depth the relationships that exist between the variables. The variables consist of the dependent variable (headache) and the independent variable (deep breathing relaxation technique). This study concludes that the action of deep breathing relaxation techniques is able to help reduce the headache scale in patients with hypertension. Of the three measurements found an average decrease in pain scale in patient no. 1 is 1.67 points. Meanwhile, the average decrease in pain scale in patient no. 2 is 2 points.

Keywords: deep breathing relaxation technique; high blood preasure (hypertension); headache.

(2)

2 PENDAHULUAN

Hipertensi dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, dengan tekanan sistolik yang menetap diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik yang menetap diatas 90 mmHg, gejala yang ditimbulkan biasanya tidak begitu bermakna, umumnya gejala dapat berupa sakit kepala, epistaksis, jantung berdebar, sulit bernafas setelah bekerja keras.(7)

Berdasarkan data WHO, di seluruh dunia 972 juta orang atau 29,2% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi. Dari 972 juta mengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisannya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia.(10) Menurut Riskesdas (2013) menemukan prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 25,8%. Daerah Bangka Belitung menjadi daerah dengan prevalensi hipertensi yang tertinggi yaitu sebesar 30,9%, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Sedangkan, prevalensi penyakit hipertensi di RS Sumber Waras sebanyak 20,4% dari total berbagai penyakit yang ada.

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi seperti kerusakan pada ginjal, jantung koroner dan otak. Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian diseluruh dunia setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknnya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, trauma penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.(2) Dari data di atas tergambar bahwa hipertensi penyakit yang banyak diderita pada masyarakat, yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan cukup komples dan salah satunya dimana keluhan yang umum terjadi pasien akan mengalami nyeri kepala. Nyeri kepala yang dialami pasien hipertensi seperti pusing dan daerah tengkuk terasa berat.

Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.(4) Tidak semua pasien yang mengalami nyeri kepala dapat mengatasi secara mandiri, sehingga memerlukan bantuan profesional dari tenaga keperawatan. Intervensi dan tindakan keperawatan mandiri dalam mengatasi nyeri kepala pasien dengan hipertensi salah satunya dengan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam.

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu terapi relaksasi yang mampu membuat tubuh menjadi lebih tenang, sehingga nyeri kepala yang dialami pasien akan berkurang atau hilang. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar nyeri kepala yang dirasakan pasien yang sudah dilakukan intervensi relaksasi nafas dalam dapat mengurangi nyeri dari nyeri sedang sampai nyeri ringan dan memiliki perubahan yang segnifikan.(6)

Mengacu pada kompleksitas masalah yang ditimbulkan akibat nyeri kepala pada pasien hipertensi memerlukan penanganan yang serius dari perawat, dimana dalam mengatasi masalah tersebut upaya kesehatan yang dilakukan adalah program kuratif dengan tindakan tehnik relaksasi nafas dalam, namun efektifitas tindakan mandiri keperawatan teknik relaksasi tarik napas dalam ditengah keragu-raguan banyak pihak akademi terhadap tindakan tersebut.

(3)

3 METODE

Metode penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus, sebagai satu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada kasus secara intensif dan rinci sebagai suatu totalitas dengan maksud untuk memahami secara mendalam keterkaitan yang ada diantara variabel-variablnya. Penelitian dilakukan di RS Sumber Waras dengan sampel pasien hipertensi. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan pemeriksaan fisik.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien dewasa laki-kali dan perempuan, kesadaran compos mentis, pasien bersedia menjadi responden penelitian yang dibuktikan dengan pengisian informed consent, pasien dengan diagnosa hipertensi yang dibuktikan dari hasil pemeriksaan fisik mengukur tekanan darah, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg, pasien hipertensi yang mengalami nyeri kepala dari skala sedang 4 - 7. Sedangkan kriteria eksklusi adalah pasien yang tidak mau menjadi responden, dan pasien yang tidak memiliki persaratan/kriteria inklusi.

Adapun fokus penelitian ini adalah keefektifan tehnik relaksasi dalam mengatasi nyeri kepala pada pasien hipertensi. Variabel dependennya adalah teratasinya nyeri nyeri kepala yang dialami pasien hipertensi dengan respon simpatik & para simpatik. Sedangkan, yang merupakan variable independen adalah teknik relaksasi nafas dalam.

HASIL

Dalam melakukan pengamatan dengan memusatkan perhatian pada kasus secara intensif dan rinci pada pasien dilakukan yaitu mulai tanggal 25 April 2014 sampai dengan 29 April 2018.

Tabel 1. Rangkuman Implementasi Berdasarkan Variabel Penelitihan

No Variabel

Dependen

Variabel Independen

Pasien 1 Pasien 2

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1. Teknik relaksasi dengan cara tarik napas dalam Pusing kepala 1. Respon simpatik: nadi 60 – 80 x/mnt & diaphoresis 2. Respon Parasimpatik: skala nyeri, pucat, & ekspresi wajah

25/04/2018 80 x/mnt, Tidak ada diaphoresis Skala nyeri 6 Tidak ada perubahan warna kulit pada wajah & otot wajah tidak tegang 25/04/2018 78 x/mnt Tidak ada diaphoresis Skala nyeri 4 Tidak ada perubahan warna kulit pada wajah & otot wajah tidak tegang 27/04/2018 82 x/mnt Tidak ada diaphoresis Skala nyeri 7 Tidak ada perubahan warna kulit pada wajah & otot wajah tidak tegang 27/04/2018 80 x/mnt Tidak ada diaphoresis Skala nyeri 4 Tidak ada perubahan warna kulit pada wajah & otot wajah tidak tegang

(4)

4 No Variabel Dependen Variabel Independen Pasien 1 Pasien 2

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1. Teknik relaksasi dengan cara tarik napas dalam Pusing kepala 1. Respon simpatik: nadi 60 – 80 x/mnt & diaphoresis 2. Respon Parasimpatik: skala nyeri, pucat, & ekspresi wajah

26/04/2018 82 x/mnt, Tidak ada diaphoresis Skala nyeri 5 Tidak ada perubahan warna kulit pada wajah & otot wajah tidak tegang 26/04/2018 78 x/mnt Tidak ada diaphoresis Skala nyeri 3 Tidak ada perubahan warna kulit pada wajah & otot wajah tidak tegang 28/04/2018 84 x/mnt Tidak ada diaphoresis Skala nyeri 6 Tidak ada perubahan warna kulit pada wajah & otot wajah tidak tegang 28/04/2018 80 x/mnt Tidak ada diaphoresis Skala nyeri 5 Tidak ada perubahan warna kulit pada wajah & otot wajah tidak tegang Pusing kepala 1. Respon simpatik: nadi 60 – 80 x/mnt & diaphoresis 2. Respon Parasimpatik: skala nyeri, pucat, & ekspresi wajah

27/04/2018 80 x/mnt, Tidak ada diaphoresis Skala nyeri 3 Tidak ada perubahan warna kulit pada wajah & otot wajah tidak tegang 27/04/2018 76 x/mnt Tidak ada diaphoresis Skala nyeri 0 Tidak ada perubahan warna kulit pada wajah & otot wajah tidak tegang 29/04/2018 82 x/mnt Tidak ada diaphoresis Skala nyeri 5 Tidak ada perubahan warna kulit pada wajah & otot wajah tidak tegang 29/04/2018 80 x/mnt Tidak ada diaphoresis Skala nyeri 3 Tidak ada perubahan warna kulit pada wajah & otot wajah tidak tegang

PEMBAHASAN 1. Pengkajian

Setelah dilakukan pengkajian kepada dua pasien, didapatkan beberapa perbedaan dan persamaan pada kasus tesebut adapun perbedaannya adalah dari riwayat penyakit pasien, pasien I menderita hipertensi selama 8 bulan, sedangkan pasien 2 menderita hipertensi selama 14 tahun dan pernah dirawat di Rumah Sakit Sumber Waras 1 tahun yang lalu. Perbedaan lainnya pada riwayat penyakit keluarga, pada pasien I tidak ada riwayat penyakit keluarga, sedangkan pasien II memiliki riwayat penyakit yaitu istrinya memiliki penyakit hipertensi, kedua pasien mematuhi saran kesehatan yaitu mengonsumsi makanan rendah garam. Persamaannnya adalah kedua pasien melakukan kontrol ke Puskesmas dan mendapatkan terapi

Ramipril 1 x 10 mg, namun pada pasien I sudah tidak melakukan kontrol kembali selama 2 bulan dan pasien II sudah tidak melakukan kontrol kembali kurang lebih 4 bulan. Persamaan

lainya pada kebiasaan hidup adalah kedua pasien memiliki riwayat merokok pada pasien I selama 18 tahun, sedangkan pasien II selama 15 tahun dan ditambah dengan pernah mengkonsumsi alkohol pada umur 20 tahun, kedua pasien mematuhi saran kesehatan yaitu mengkonsumsi makanan rendah garam. Selanjutnya keluhan yang dialami kedua pasien adalah sering mengalami nyeri atau pusing kepala dan berat ditengkuk, rasa nyerinya seperti diikat,

(5)

5 timbulnya nyeri waktunya tidak menentu, perbedaannya terletak pada skala nyeri yaitu pasien

1 skala nyerinya hanya 6 (nyeri sedang), sedangkan pada pasien II nyeri skalanya 7 (sedang-berat). Menurut Mulyadi (2015) nyeri kepala atau sakit kepala merupakan gejala

penting dari berbagai kelainan tubuh organik maupun fungsional. Nyeri kepala diartikan sebagai sensasi yang tidak menyenangkan, beberapa nyeri kepala disebabkan oleh sitimulus nyeri yang berasal dari dalam intrakranial yang terjadi pada penyakit hipertensi maka dapat dikatakan nyeri kepala merupakan gejala dari penyakit hipetensi.

Perbedaan juga ditemukan pada terapi yang didapatkan oleh kedua pasien, pada pasien I mendapat tiga jenis obat untuk hipertensinya yaitu Ramipril 1 x 10 mg, Bisoprolol 1,25 mg, dan Aspilet 1 x 80 mg. Pada pasien II menderita Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 lebih dulu dari pada hipertensinya maka terdapat perbedaan terapi yaitu Merformin 2 x 25 mg, dan Galquibone 1x ½ tablet. Menurut Silih, Y. (2015) menyatakan bahwa penderita DM memiliki resiko 2 sampai 4 kali lebih rentan mengalami hipertensi dikarenakan kadar gula darah tinggi dalam rentang waktu lama bisa mengganggu elastisitas pembuluh darah secara umum, baik perifer maupun di area jantung terus menurun, ditambah tingkat kekentalan darah semakin tinggi mengakibatkan aliran darah yang telah dipompa oleh jantung untuk menuju keseluruh tubuh menjadi kurang optimal mengakibatkan jantung mengompa darah dengan kekuatan lebih tinggi apabila terjadi dalam waktu lama maka terjadinya hipertensi. Untuk terapi hipertensi, baik pasien I dan II memiliki persamaan terapi yaitu Amlodipin 1 x 10 mg, dan HCT 1 x 25 mg. Sedangkan, perbedaan pada pasien II juga mendapat terapi Clonidine 1x ½ dengan kondisi yang mencapai 200/100 mmHg tidak akan tercapai penurunannya jika hanya mendapatkan terapi Amlodipin saja adapun indikasi terapi clonidine dapat mengatur otot jantung dan pembuluh darah, sehingga dapat melemaskan pembuluh darah dan mengurangi denyut jantung maka tekanan darah dapat menurun.

2. Diagnosa Keperawatan

Dari beberapa diagnosa keperawatan yang ada pada penyakit hipertensi, peneliti hanya berfokus pada satu diagnosa keperawatan yang sama terhadap kedua pasien yang menjadi prioritas masalah dan sesuai dengan fokus penelitian dalam hal implementasinnya. Adapun diagnosa prioritas pada penelitian ini adalah gangguan rasa nyaman nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.

3. Implementasi Keperawatan

Implimentasi yang peneliti bahas terkait dengan tindakan tehnik relaksasi dalam mengatasi nyeri atau sakit kepala, baik pasien I dan II. Setelah dilakukan tindakan tehnik relaksasi tarik napas dalam untuk mengatasi nyeri selama 15 sampai 20 menit, maka untuk mengetahui keberhasilan tenik tersebut dilakukan observasi selama 3 hari pada kedua pasien. Ditemukan perbedaan pada saat sebelum dan sesudah diberikan tindakan, didapatkan hasil sebagai berikut. untuk pasien I tindakan dan evaluasi keberhasilan pada tanggal 25 - 27 April 2018, dimana saat sebelum diberikan tehnik relaksasi tarik napas dalam sekala nyeri pasien 1 mencapai 6, sesudah diberikan tehnik relaksasi tarik napas dalam dari hari pertama sampai hari ketiga terjadi penurunan skala nyeri secara bertahap rata-rata penurunan setiap harinya sebesar 1 poin pada hari ketiga 3 sampai 0 (nyeri hilang).Begitu pula, tekanan darah pada pasien nilai sistolik terjadi penurunan dari 190 mmHg pada hari ketiga 140 mmHg. Begitu pula pada pasien II pada tanggal 27 - 29 April 2018, juga mengalami penurunan skala nyeri dari 7 sesudah diberikan tehnik relaksasi napas dalam dari hari pertama sampai hari ketiga terjadi penurunan skala nyeri secara bertahap rata-rata penurunan setiap harinya sebesar 1 poin pada hari ketiga 3 sampai 0

(6)

6 (nyeri hilang). Selain itu, setelah diberikan tehnik relaksasi tarik napas dalam pada kedua pasien tidak terdapat pengeluaran keringat yang berlebihan (diaphoresis), tidak pucat dan tidak ada ketegangan otot wajah akibat nyeri tersebut. begitu pula tekanan darah pada pasien nilai sistolik terjadi penurunan dari 200 mmHg pada hari ketiga menjadi 140 mmHg. Pasien II memiliki pengurangan skala nyeri lebih besar dibanding pasien 1 dikarenakan pasien II koperatif dalam melakukan tindakan teknik relaksasi napas dalam, dan tidak ada penyakit penyerta.

Berdasarkan penelitian Hartanti, R. D., Wardana, D. P., & Fajar, R. A. (2016) mengatakan bahwa terapi relaksasi tarik napas dalam terhadap penurunan tekanan darah dan rasa pusing pada kepala berkurang hal ini dibuktikan dengan rata-rata sekala nyeri 7 sebelum diberikan tehnik relaksasi tarik napas dalam, setelah dilakukan tehnik relaksasi tarik napas dalam mengalami penurunan sekala nyeri 5 - 4. Begitu juga, dengan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan terapi relaksasi tarik napas dalam yaitu 15,46 mmHg dan rata-rata tekanan darah sistolik setelah dilakukan terapi relaksasi tarik napas dalam yaitu 138 mmHg.

4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan pada pasien I dan II dilakukan pada hari ketiga penerapan asuhan keperawatan dengan mengacu pada kriteria hasil dari diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kedua pasien. setelah dilakukan implementasi selama 3 hari dan didapatkan hasil masalah gangguan rasa nyaman nyeri atau sakit kepala teratasi. Adapun hasil evaluasi dari kriteria hasil pada pasien 1 skala nyeri dari 6 sampai 0, tekanan darah sitolik dari 190 - 140 mmHg, keluhan nyeri tidak ada lagi. untuk pasien 2 skala nyeri turun dari 7 sampai 0, tekanan darah sitolik dari 200 - 140 mmHg, keluhan nyeri tidak ada.

KESIMPULAN

Setelah peneliti melakukan studi kasus pada pasien hypertensi yang mengalami nyeri kepala dengan tindakan fokus pada masalah efektifitas tehnik relaksasi tarik napas di ruang rawat inap RS Sumber Waras Jakarta Barat. Dapat disimpulkan bahwa baik pasien 1 maupun pasien II , tehnik relaksasi yang dilaksanakan perawat selama 3 hari, mengacu kepada data pada respon simpatik ( nadi dan diaphoresis ) dan respon parasimpatik ( skala nyeri, pucat, & ekspresi wajah ) terjadi perubahan kearah standar normal. Khususnya pada penurunan skala nyeri masing-masing pasien mengalami penurunan sebesar 1 point setiap harinya. Hal ini menunjukkan bahwa tehnik relaksasi dapat mengatasi nyeri kepala dengan skala nyeri ringan sampai sedang seperti yang dialami kedua pasien yang menjadi responden penelitian.

(7)

7 DAFTAR PUSTAKA

1. Aspiani, R. Y. (2014). Asuhan keperawatan klien gangguan kardiovaskular. Jakarta: EGC.

2. Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik penduduk lanjut usia. Katalog BPS: 4104001. 3. Hartanti, R. D., Wardana, D. P., & Fajar, R. A. (2016). Teknik relaksasi napas dalam

menurunkan tekanan darah pasien hipertensi. 9 (1). Jurnal Ilmiah Kesehatan.

4. Hidayat, A. A., Musrifatul, U. (2014). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta Selatan: Salemba Medika.

5. Kemenkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar. Jakarta: Kemenkes RI.

6. Mulyadi, Supratman, & Yulian, V. (2015). Efektifitas relaksasi napas dalam pada pasien hipertensi dengan gejala nyeri kepala di puskesmas baki sukoharjo. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

7. Safitri, N. (2016). Analisis faktor risiko kejadian hipertensi pada masyarakat di pesisir sungai siak kecamatan rumbai kota pekanbaru. 3 (1). Jurnal Kesehatan Masyarakat. 8. Sianipar, S. E. (2015). Pengaruh terapi relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri

pada pasien dengan vulnus laceratum grade I post kecelakaan lalu lintas di rumah sakit royal trauma. Jakarta Barat: Jurnal Universitas Esa Unggul.

9. Silih, Y. (2015). Hubungan antara diabetes mellitus dengan kejadian hipertensi di kecamatan pontianak selatan. 3 (1). Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura.

10. Yonata, A. & Pratama, A. S. P. (2016). Hipertensi sebagai faktor pencetus terjadinya stroke. 5 (3). Medical Journal of Lampung University.

Gambar

Tabel 1.  Rangkuman Implementasi Berdasarkan Variabel Penelitihan

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, sistem dibangun dengan konsep Aplikasi Tanya Jawab Question Answering System dengan menggunakan teknologi semantic web sebagai metode penggalian jawaban

Laadullinen tutkimukseni tarkastelee viimesijaisen toimeentulotuen hakemisen saamia merkityksiä toimeentu- lotukea hakeneiden aikuissosiaalityön asiakkaiden kertomana.

Yang dimaksud dengan sistem saraf pusat (central nervoussystem) adalah bagian yang mengatur keIja saraf tepi yang terdapat di otak (brain), batang otak (brain stem), dan sumsum

Anggaran Dasar ini merupakan ketentuan dasar bagi forum warga, Badan Pertimbangan dan Ketua Pengurus dalam rangka melakukan pengelolaan terhadap air bersih dan sarananya

Oleh karenanya Arsitektur Moderen dan seluruh rancangannya harus dilihat dalam konteks dan didefinisikan oleh sistem ekonomi moderen, yaitu sebuah sistem yang

Fasilitas yang dapat diperoleh dari sistem ini antara lain pendaftaran penduduk, pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) baru bagi masyarakat yang belum memiliki KTP, perpanjangan

Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian pada tahap penyimpanan terhadap karakteristik dendeng batokok dengan menggunakan beberapa bahan pengasap maka diperoleh

Kualitas Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi suatu entitas pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja