• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kondisi Desa Sekendal

1. Letak Geografis

Kondisi geografis Desa Sekendal adalah berbukit – bukit karena Desa Sekendal merupakan Desa yang terletak di sekitar Gunung Dait. Dari Gunung Dait tersebut mengalir dua sungai besar yaitu sungai Landak dan Sungai Dait. Dari kedua sungai tersebut yaitu sungai Landak bermuara langsung di sungai kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Kalimantan sedangkan sungai Dait bermuara langsung ke sungai landak.

Mereka yang hidup disepanjang aliran sungai Dait ini menggunakan bahasa Balangin hingga sampai di daerah Binua atau wilayah Behe yang sekarang di kenal dengan Kecamatan Kuala Behe. Jumlah penutur Bahasa Behe Balangint, yang terdapat di Binua Behe di Kecamatan Air Besar sebanyak 6.402 jiwa. Sedangkan jumlah penutur bahasa Balangint secara keseluruhan di Kecamatan Air Besar sebanyak 22.405 jiwa. Jumlah ini masih ditambah dengan kampung-kampung lain di Binua Behe yang terletak di Kecamatan Ngabang dan Kecamatan Banyuke.

Jarak yang ditempuh dengan menggunakan transportasi darat di Desa Sekendal dengan kecamatan Air Besar adalah ± 15 KM dan jarak Desa Sekendal dengan ibukota Kabupaten yaitu Ngabang adalah ± 41 KM. Sedangkan dengan menggunakan transportasi sungai jarak yang ditempuh 2 sampai 3 hari jalur Sungai Dait yang berliku-liku dan banyak riam. Alat

(2)

transportasinya berupa motor tempel yang kapasitasnya minimal 15 PK supaya dapat melawan arus riam dan gelombang yang tingginya terkadang mencapai lima meter.

2. Kependudukan

Data kependudukan Desa Sekendal diambil berdasarkan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir Tahun Anggaran (LPPD) pada tahun 2011. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah laporan pertanggungjawaban pemerintah Desa kepada Bupati melalui Camat. Laporan ini berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan yang ada di Desa Sekendal.

Uraian kependudukan berdasarkan sumber daya manusia berisi tentang : (a). Struktur jumlah penduduk, (b). Struktur penduduk berdasarkan agama, (c).Struktur penduduk berdasarkan pendidikan, (d). Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian.

a. Data Jumlah Penduduk Desa Sekendal pada tahun 2011 adalah 3. 837 jiwa yang terdiri dari 833 Kepala Keluarga.

Tabel 1

Jumlah Penduduk Desa Sekendal

Kelepuk Bareh Antajam Sekendal

Laki – laki = 479 Perempuan = 405 Jumlah Kepala Keluarga = 230 Laki – laki = 37 Perempuan = 225 Jumlah kepala keluarga =167 Laki – laki = 473 Perempuan = 378 Jumlah Kepala keluarga = 198 Laki – laki = 541 Perempuan = 482 Jumlah Kepala Keluarga = 222

(3)

b. Kependudukan berdasarkan agama tabel dibawah ini: Tabel 2

Kependudukan Bedasarkan Agama

NO Agama Jumlah penduduk

1 2 3 4 5 6 Islam Kristen Katolik Budha Hindu Animisme 16 1.020 2.801 - - -

(Sumber Arsip Desa Sekendal)

Dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk desa Sekendal mayoritas memeluk agama Katolik yaitu 2.801 sedangkan yang memeluk agama Kristen 1.020 dan yang memeluk agama Islam 16. Dari 16 pemeluk agama Islam ini merupakan orang pendatang yang kebanyakan mereka berasal dari pulau Jawa dan Sumatra. Sedangkan untuk pemeluk agama Katolik dan Kristen merupakan pendudukan asli desa Sekendal. Masuknya agama Katolik di desa Sekendal ini pada tahun 1958 pertama kali dibawa oleh misionaris yang berasal dari Swiss yang bernama Pastor Jacob Willy dan pastor Maturus. Pastor Jacob dan pastor Maturus sangatlah terkenal di Kabupaten Landak, banyak hal yang dilakukannya selain melakukan pelayanan misalnya dibidang pendidikan pastor Jacob dan Pastor Maturus mendirikan yayasan katolik dari SD, SMP hingga SMA dengan biaya yang murah dan fasilitas yang sangat mendukung adapun semua dana tersebut berasal dari sumbangan – sumbangan dari Swiss.

(4)

c. Pendidikan penduduk desa Sekendal. Tabel 3

Kependudukan Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat pendidikan Jumlah

1 2 3 4 5 SMA Lulusan S1 D3 SD SMP 420 8 17 711 506 (Sumber :Arsip desa Sekendal 2011)

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang ada di desa Sekendal masih kurang, kebanyakan dari mereka hanya tamat SD sedangkan untuk lulusan Sarjana masih sangat minim hal ini disebabkan karena kurangnya sarana transportasi serta jalan yang masih tanah kuning. Desa Sekendal bisa dikatakan desa yang masuk dalam kategori desa terpencil. Dengan adanya campur tangan Misionaris asing membawa pengaruh positif bagi dunia pendidikan di Desa Sekendal yang tiap tahun mengalami peningkatan. Hal ini diakibatkan oleh ada kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan walaupun hanya bisa baca dan menulis itu sudah sangat berarti bagi mereka.

b. Pendudukan berdasarkan mata pencaharian tabel dibawah ini. Tabel 4

Kependudukan Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata pencaharian Jumlah penduduk

1 2 3 4 5 6 Tani PNS TNI/Polri Pengusaha Swasta Pensiunan PNS 1.968 30 - - 308 - (Sumber Arsip desa Sekendal).

(5)

Dari tabel diatas, masyarakat Desa Sekendal mayoritas bermata pencaharian dari hasil bertani, dan swasta sedangkan untuk PNS masihlah minim kebanyakan mereka berasal dari pendatang yang berdomisili di Desa Sekendal.

1. Pola Perkampungan

Pola perkampungan penduduk suku Dayak Balangin mempunyai ciri – ciri khusus, mereka mendirikan pemukiman atau tempat tinggal secara berderet – deret di kiri dan di kanan jalan. Namun ada pemukiman Dayak Balangin tepatnya di Desa Sekendal ini mendirikan pemukiman dipinggir – pinggir sungai. Mereka beranggapan bahwa setiap makhluk hidup sangat membutuhkan air, baik itu untuk keperluan sehari – hari maupun untuk kegiatan keagamaan atau upacara adat. Mereka percaya bahwa air dapat memberi kesucian serta dapat menyembuhkan dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan manusia dengan lingkungan alam sekitar yang masih mempercayai hal – hal yang bersifat gaib. Tetapi sesuai dengan kemajuan jaman sekarang sudah masuk air ledeng yang berasal dari pegunungan.

2. Sistem Mata Pencaharian

Mata Pencaharian orang Dayak selalu ada hubungan dengan hutan. Kalau mereka berburu, mereka pergi ke hutan, kalau mereka berladang mereka terlebih dahulu menebang pohon – pohon besar dan kecil di hutan, kalau mereka mengusahakan tanaman perkebunan, mereka cenderung memilih tanaman yang menyerupai tanaman hutan seperti karet, rotan, tengkawang, dan, sejenisnya. Kecenderungan seperti itu bukannya suatu kebetulan belaka, tetapi merupakan

(6)

refleksi dari hubungan akrab yang telah berlangsung selama berabad-abad dengan hutan dan segala isinya (Paulus Florus,1994;128).

Masyarakat Dayak pada umumnya dapat dikatakan sebagai masyarakat yang sungguh – sungguh bekerja keras pada saat mereka harus bekerja. Misalnya selama musim kerja di ladang, mereka membangun rumah, dan lain sebagainya. Dalam kesempatan seperti itu nampak jelas adanya kesadaran wajib kerja. Kerja sama atau gotong royong merupakan suatu kewajiban sosial. Etos kerja terikat pada tradisi kebudayaan dan unsur sosio-religius (Mikhail Coomans, 1987;174).

Suku Dayak Balangin mengenal suatu sistem pertanian yang masih bersifat tradisional, seperti di bawah ini:

a. Petani Gunung

Pertanian di Kalimantan Barat khusunya di desa Sekendal Kecamatan Air Besar kabupaten landak adalah pertanian ladang, atau bisa disebut ladang gunung. Disamping menanam padi ladang bisa ditanami tanaman lain seperti jagung, ketimun, kacang, terong, labu. Semuanya itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya pertanian gunung ini dilakukan di gunung – gunung dimana hutanya masih luas serta humus tanah masih tebal sehingga dengan sistem ini sangat subur bagi tanaman, maka sistem ini memungkinkan mereka sering berpindah – pindah tempat untuk mencari daerah yang baru apabila lahan yang lama humusnya telah habis.

(7)

b. Pertanian Sawah

Pertanian sawah biasanya di lahan-lahan yang basah dan gambut, cara penanaman padinya masih bersifat tradisional yaitu dengan cara menanam padi istilahnya Balale atau Pangari merupakan penanaman padi dilakukan secara bersama – sama seluruh kepala keluarga tanpa ada pemberian upah atau gaji yang dilakukan berminggu-minggu secara bergilir antar setiap kepala keluarga.

c. Petani Karet

Karet ditanam di wilayah dataran rendah dan ada juga sebagian dipegunungan. Untuk kebun karet memakan waktu yang sangat lama untuk bisa diambil getahnya kurang lebih empat sampai lima tahun. Perkerjaan ini dilakukan setiap hari dari pagi sampai siang hari. Pekerjaan ini sangat bergantung kepada cuaca. Getah hanya bisa diambil musim kemarau. Pada masyarakat desa Sekendal karet merupakan suatu tanaman yang dapat memberi keuntungan karena dengan karet mereka dapat membiayai kehidupan keluarga bahkan mereka dapat membayar segala keperluan pendidikan bagi anak – anak mereka.

3. Sistem Kepercayaan atau Religi

Orang dayak mempunyai pengertian tersendiri tentang ketuhanan yaitu Jubata, namun bukan dalam arti agama Yahudi, Kristen dan Islam. Orang dayak sungguh beragama, namun kepercayaannya terbatas pada lingkungan sukunya sendiri, berhubung dengan ikatan esensial terhadap nenek moyangnya. Menurut Koentjaraningrat agama adalah semua sistem religi yang secara resmi diakui oleh negara kita. Sedangkan religi merupakan bagian dari kebudayaan (Koentjaraningrat, 1974;144).

(8)

Bagi suku suku dayak, makna hidup tidak terletak dalam kesejahteraan, realistis, atau objektivitas seperti yang dipahami manusia modern, tetapi dalam keseimbangan kosmos. Keseimbangan dan keserasian. Setiap bagian dari kosmos itu, termasuk manusia dan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban memelihara keseimbangan semesta (Paulus Florus,1994;15).

Pada jaman dahulu masyarakat Dayak percaya kepada mahluk halus, seperti orang gaib, orang limonan atau hantu-hantu penunggu kampung. Mereka tinggal di tempat yang dianggap keramat seperti, panyugu, lembah-lembah yang dalam batu besar serta pohon – pohon besar. Sistem kepercayaan atau agama bagi kelompok etnik dayak hampir tidak dapat dipisahkan dengan nilai – nilai budaya itu dengan etnisitas (ethnicity) dalam masyarakat Dayak (Paulus Florus,1994;22).

Manusia menjadi yakin bahwa ada kehidupan lain sesudah kematian dan juga merupakan alam gaib (supranatural). Karena manusia menginginkan kehidupan yang tenteram dan bahagia di dunia akhirat, maka manusia selalu berusaha dalam suatu keadaan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Didalam sistem religi juga termaksud berbagai aktivitas upacara religius serta sarana yang berfungsi melaksanakan komunikasi antara manusia dengan kekuatan dengan alam gaib yaitu dengan cara sesaji dengan menyediakan makanan seperti, telur ayam kampung, sekapur sirih, pinang dan rokok serta ayam yang disembelih diambil darahnya.

Namun sesuai dengan kemajuan jaman saat ini kepercayaan seperti itu mulai hilang dan digantikan oleh agama yang sekarang semakin berkembang dengan pesat sehingga orang-orang tua yang dahulunya beragama (animisme)

(9)

sekarang sudah beragama diantaranya katolik, dan protestan, walaupun pada prakteknya masih banyak yang menganut kepercayaan lama sesuai dengan tradisi. 4. Kesenian Masyarakat Dayak

a. Seni Pahat dan Ukir

Seni patung dalam masyarakat Dayak Balangin biasanya disebut

pantak, pantak merupakan simbol penting dalam pemujaan sebagai

pengambaran arwah nenek moyang yang telah meninggal, pantak berfungsi sebagai penolak bala. Pantak juga bisa digunakan sebagai pengobatan orang sakit dengan cara melakukan pemujaan minta cepat sembuh. Pantak biasanya dipasang di hutan dekat sungai yang tidak jauh dari perkampungan. Seni ukir merupakan salah satu bentuk simbolis yang paling menonjol dalam kebudayaan Dayak.Karakter kehidupan dan budaya masyarakatnya tergambar dalam kesenian tersebut, sehingga dengan melihat kesenian itu dapat diketahui kebudayaan suku yang bersangkutan. Hal ini karena kesenian tradisional tumbuh sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat di wilayahnya, dengan demikian ia mengandung sifat-sifat atau ciri-ciri yang khas dari masyarakat pula.

Sebelum melakukan upacara adat Baranyun suku Dayak Balangin melakukan pemujaan. Mereka menyiapkan sesaji dengan tujuan agar diberikannya kelancaran dalam prosesi upacara adat Baranyun serta selalu dilindungi dari segala malapetaka.

(10)

b. Seni Anyam

Seni anyam telah ada sebelum datangnya pengaruh Barat di Kalimantan terutama di daerah Kalimantan Barat khususnya suku dayak Balangin. Seni anyam ini telah diwariskan secara turun temurun. Bahan yang digunakan kebanyakan berasal dari rotan dan bambu. Rotan dan bambu tersebut diolah atau dianyam menjadi Engge, Tika (Tikar) dan sebagainya. Adapun fungsi dari anyaman tersebut terutama Engge dalam upacara adat Baranyun adalah untuk menyimpan serta untuk membawa sesaji, sedangkan Tika atau Tikar berfungsi sebagai alas untuk duduk. (wawancara dengan Bapak Dabet)

c. Seni Kerajinan Kulit

Masyarakat Dayak Balangin juga memiliki kerajinan yang khas yaitu kerajinan tangan dari kulit kayu. Biasanya kulit kayu terdapat di tengah hutan tarap merupakan nama pohon kayu yang biasa digunakan dan dianggap paling bagus dan tahan lama.

Cara pembuatannya ialah pertama-tama menebang pohonnya kemudian dipotong kira-kira panjang satu meter setelah itu batang yang dipotong kemudian dipukuli dengan mengunakan kayulain, agar mudah untuk memisahkan kulit dari batangnya. Setelah memisahkan isi kulit dari kulit luar dengan cara mengelupaskannya kemudian dilanjutkan merendam kulit di dalam air selama tiga hari setelah itu kulitnya dikeringkan dan kemudian di bentuk menjadi pakian berupa baju dan selendang. Untuk dijadikan pakaian adat.

(11)

d. Seni Tari

Seni tari yang terdapat di Kalimantan Barat ada dua yaitu : 1. Tarian upacara ritual

Tarian ritual dibawakan pada saat melakukan kegiatan ritual. Tarian tersebut bersifat sakral dan harus digunakan tepat pada waktu dan tempatnya.

2. Upacara kesenian

Tarian kesenian dilakukan pada saat upacara syukuran atau melakukan kegiatan sanggar untuk menyambut tamu yang menghadiri acara tersebut. Tarian ini diiringi ketukan gong dan pukulan alat-alat musik yang berbeda. sehingga menghasilkan irama yang diinginkan sesuai dengan lagu daerah.

(12)

B. Asal Usul Suku Dayak

Selama jutaan tahun yang lalu bumi kita ini mengalami empat kali jaman glasial (jaman es, ialah gunz, mindel, riss, wurm) dan tiga kali jaman interglasial. Di jaman es permukaan laut menurun menjadi 60 meter yang disebabkan uap airnya langsung membeku menjadi salju yang tertimbun disekitar kutub. Karena permukaan laut turun maka laut yang dangkal menjadi kering dan menjelma menjadi daratan. Pada jaman itu bangsa – bangsa kuno menyebar kemana – kemana tanpa menggunakan perahu. Ketika air laut naik di jaman interglasial yang mengisi dataran rendah menjadi laut antar pulau maka bangsa – bangsa ini terjebak dalam pulau – pulau hal ini menjadi tantangan bagi mereka untuk menciptakan transportasi laut.

Bangsa yang paling penting bagi pembentukan bangsa Indonesia adalah bangsa Yakun, bahkan merupakan unsur utama dalam pembentukan bangsa Indonesia. Bangsa Yakun berasal dari daerah Yunnan di Cina Selatan dan bermigrasi ke daerah lain. Apa sebab mereka meninggalkan daerah asal mereka kurang dapat diketahui dengan pasti. Ada yang beberapa pendapat bahwa bangsa Yakun meninggalkan tempat asalnya disebabkan karena mereka ingin mencari daerah baru yang lebih baik.

Bangsa Yakun bermigrasi melalui sungai – sungai yang hulunya berada di Yunnan, yaitu sungai Mekong, Song Bo, dan sungai Song koi. Sudah barang tentu migrasi ini berlangsung berpuluh – puluh tahun lamanya. Mereka bermigrasi dengan menggunakan rakit yang terbuat dari bambu. Inilah prototip perahu bercadik, suatu penemuan hasil kebudayaan kelautan bangsa Indonesia yang

(13)

harus kita junjung tinggi demi nama Indonesia ditengah – tengah kebudayaan maritim dunia.

Bangsa Yakun yang lebih dulu tiba sudah terbiasa menempuh kehidupan di atas air sebagai akibat menyusuri sungai Mekong. Di daerah ini untuk pertama kali mereka berkenalan dengan laut terbuka. Tantangan laut ini mereka jawab dengan mengubah badan rakit menjadi perahu untuk lebih kuat dan tahan terhadap gempuran gelombang laut dan lahirlah perahu bercadik Austronesia (Indonesia).

Mereka menyebar menyusuri pantai Asia Tenggara serta menyebar ke utara melalui pulau Taiwan, Filipina, menuju Indonesia. Yang menyebar ke Selatan menyusuri pantai Muang Thai, Semenanjung Malaya menuju Indonesia. Di Indonesia mereka telah memiliki jiwa kelautan yang mendalam. Mereka paham seluk – beluk laut, angin, binatang laut, dan sebagainya. Dalam perpindahan dan penyebaran dari benua Asia ke Indonesia tidak saja melalui Malaya ke Jawa, melalui jalan kedua, yaitu melewati Formosa, Filipina. Dari sini sebagian ke Kalimantan dan Jawa, sebagian lagi ke Sulawesi (Tri Widiarto, 2012:22).

Sisa – sisa mereka di jaman sekarang ialah orang laut di sekitar kepulauan Riau, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur serta orang Kubu. Dengan berimigrasinya suku bangsa Yakun ini banyak yang berpendapat bahwa Semua suku bangsa Dayak merupakan keturunan langsung dari imigran yang berasal dari wilayah yang kini disebut Yunnan di Cina Selatan. Bagaimanapun juga, semua pendapat tentang asal usul suku Dayak tidak dapat diketahui secara persis darimana datangnya. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa mereka berasal dari keturunan kelompok Proto Melayu (Stepanus Djuweng, 2010:5 ).

(14)

Kata Dayak berasal dari kata Daya” yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan umumnya dan Kalimantan Barat. Ada berbagai pendapat tentang asal-usul orang Dayak, tetapi saat ini belum ada yang betul-betul memuaskan. Namun, pendapat yang diterima umum menyatakan bahawa orang Dayak ialah salah satu kelompok asli terbesar dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan (Stepanus Djuweng,2010: 4).

Orang dayak atau suku Dayak adalah penduduk asli Kalimantan dan salah satu etnik dari tiga kelompok etnik utama, disamping etnik Melayu dan keturunan Cina (Paulus Florus,1994;234).

Orang Dayak berdasarkan tradisi lisan yang dituturkan secara turun-temurun mereka memiliki teori sendiri tentang asal-usulnya. Yang bervariasi dari sub suku satu dengan sub suku yang lain. Menurut sub suku Dayak simpang di kabupaten Ketapang, manusia pertama diciptakan oleh Nek Duwata (jubata dalam bahasa kanayatn) bersamaan terciptanya dunia dulu mereka sudah mendiami pulau borneo sejak dunia diciptakan. (Stepanus Djuweng,2010: 5)

Dibalik sejumlah perbedaan bahasa dan unsur – unsur kebudayaan lainnya, suku Dayak memiliki sejumlah persamaan – persamaan dari tiap – tiap subsuku yang satu dengan yang lainnya misalnya persamaan fisik, tempat tinggal berupa rumah panjang, senjata seperti sumpit dan Mandau, motif anyaman dan tenunan

Suku Dayak khususnya didaerah Landak terdiri dari beberapa subsuku yang memiliki banyak bahasa dan adat istiadat. Dari setiap subsuku tersebut memiliki adat istiadat berbeda yang masih dipegang teguh hingga masa sekarang ini untuk mengatur setiap tatanan kehidupan dan suku Dayak percaya bahwa mereka

(15)

diciptakan oleh Jubata yaitu nama lain dari Tuhan bagi suku Dayak. Suku Dayak beranggapan bahwa Jubata merupakan sumber kehidupan yang pantas untuk disembah serta diagungkan. Suku Dayak di Kabupaten Landak juga percaya akan dunia roh dan mereka percaya bahwa ada kekuatan lain di luar akal logis manusia yang memang sudah ada sejak dahulu kala serta menjadi ciri khas kebudayaan suku dayak.

C. Tradisi Baranyun

1. Pengertian Tradisi Adat Baranyun

Tradisi adat Baranyun adalah tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun. Tradisi adat Baranyun telah ada sebelum masuknya pengaruh asing yang datang di daerah Kalimantan Barat khususnya kecamatan Air Besar Kabupaten Landak. Adat Baranyun memiliki makna sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang diperoleh dan mereka berharap selalu diberikan keselamatan serta kelimpahan rejeki.

Adat Baranyun atau disebut juga dengan nga’nyun atau membuang merupakan suatu istilah pengusiran penyakit (Ba’puar) yang mengganggu baik itu tanaman padi, manusia, serta ternak. Sehingga masyarakat melakukan ritual pengusiran penyakit dengan cara dihanyutkan ke sungai.(wawancara dengan Bapak Katul)

Tradisi adat Baranyun memiliki makna yang sama dengan upacara naik Dango hanya berbeda dari segi penyebutan dan pelaksanaannya. Upacara Naik dango merupakan ritual seputar kegiatan panenan yang diselenggarakan setahun sekali oleh masyarakat dayak kanayatn. Upacara naik dango tidak ada

(16)

istilah menghanyutkan perahu disungai, sedangkan tradisi adat Baranyun menggunakan istilah dengan menghanyut perahu di sungai yang merupakan simbol menghanyutkan penyakit yang dapat membawa malapetaka bagi masyarakat. Jadi tradisi adat Baranyun dan Naik Dango memiliki suatu kesamaan yaitu ungkapan syukur atas hasil panen yang telah diberikan oleh

Nek Jubata atau Jubata (sang Pencipta). (wawancara dengan Bapak

Maniamas Midden)

Nilai yang terkandung dalam tradisi adat Baranyun tersebut menggambarkan bagaimana masyarakat dayak Balangin menempatkan Jubata sebagai pusat dalam kehidupan. Jadi apa saja yang diperoleh atas karunia Jubata diserahkan kembali kepada-Nya untuk disimpan. Demikian pula untuk mengambilnya wajib pula untuk mentaati tatanan adat yang sudah dilakukan. (Nico Andasputra, 2010;110)

2. Pelaku Tradisi Baranyun

Yang terlibat dalam tradisi adat Baranyun diantaranya ialah : a. Satu orang sebagai pembaca mantra atau doa

Pembaca mantra atau doa biasanya dilakukan oleh orang yang dianggap lebih tua dan lebih disegani dalam lingkungan masyarakat Balangin. Isi mantra atau doa tergantung pada ujudnya, doa yang diucapkan dalam bentuk mantra – mantra itu berisi pemanggilan pulang

sumangat padi yang masih berlayar (di perjalanan) agar berkumpul di

(17)

diberikan dan memohon berkat untuk menggunakan padi yang sudah disimpan dalam lumbung keperluan pangan. (Niko Andasputra, 2010;111) Menurut masyarakat dayak padi memiliki sumangat yang hidup atau roh (the living spirit), dan mereka tinggal di dango (pondok kecil) seperti halnya manusia. (Niko Andasputra, 2010;109)

b. Empat orang sebagai pemikul perahu dan dua orang sebagai pembawa gong atau tukang nagkon parau dan dawu’r

c. Sebelum melaksanakan prosesi adat Baranyun, tumanggung mencari sukarelawan yang bersedia untuk memikul perahu buatan yang telah disiapkan. Untuk memikul perahu buatan dan gong tersebut siapa saja boleh terlibat dan ambil bagian tanpa ada batasan usia. Mereka yang bertugas membawa perahu dan gong harus keliling kampung sebanyak tiga kali putaran sambil membunyikan gong. ( wawancara dengan Bapak Amat)

d. Kepala Desa

Peran kepala desa dalam tradisi adat baranyun adalah memberi sambutan serta menyampaikan sejarah dari adanya tradisi adat baranyun dan tujuan diadakannya tradisi adat baranyun di desa Sekendal kecamatan Air Besar Kabupaten Landak

(18)

D. Peralatan dan perlengkapan tradisi adat Baranyun a. Gong atau Dawu’r

Gong merupakan alat musik tradisional yang biasa digunakan dalam acara Adat tertentu dalam suku Dayak. Gong bagi masyarakat dayak memiliki unsur magis dan dapat memanggil roh orang telah mati. Untuk membunyikan suara gong tidak sembarangan harus bedasarkan tatanan adat yang sudah ada, bagi yang melanggar akan dikenakan hukum adat yang didasarkan ketentuan yang telah ditetap oleh ketua adat. Dalam upacara adat Baranyun gong atau dawu’r sangat penting digunakan karena dipercayai gong atau dawu’r dapat memanggil roh padi bahkan semua roh untuk berkumpul menghadiri tradisi adat baranyun dan gong atau dawu’r juga dipercayai dapat mengantar sumber penyakit yang mengganggu ke tempat asalnya. Selain itu gong juga diartikan sebagai sarana untuk memeriahkan acara adat Baranyun. (wawancara dengan Bapak Janis)

(19)

b. Perahu atau Para’u

Perahu merupakan sesuatu yang harus digunakan dalam pelaksanaan upacara adat Baranyun. Bagi suku dayak balangin perahu dipercayai dapat menghantarkan semua malapetaka, kesialan dan sakit penyakit kedunia asal dimana semuanya itu berasal. Perahu bagi suku dayak balangin merupakan suatu media penghubung antara dunia manusia dengan dunia roh. (wawancara dengan Bapak Gindut)

Perahu yang digunakan dalam tradisi adat Baranyun terbuat dari dahan sagu dan bambu yang lebih menyerupai pondok kecil yang disebut juga dengan dango. Sedangkan daun sagu digunakan sebagai atap, yang didalamnya diisi dengan daun ilalang, daun bamboo dan panyuak. Daun – daun tersebut menggambarkan suatu penyakit dan malapetaka yang mengganggu maka harus dibuang dengan cara dihanyutkan kesungai. E. Persyaratan dan Makna tradisi adat Baranyun

Sebelum melaksanakan tradisi adat baranyun ketua adat perlu mempersiapkan persyaratan yang harus dilengkapi dalam prosesi acara adat Baranyun, yang menurut hasil wawancara dengan Bapak Janis seperti berikut ini : Nyiru, Baras, Bontok, Pigo, Tumpi, Tolo, Duit, Babi, Daun Penyuak, Kepala Tengkorak, Mando’k, Tumpang, Tuak, Baras Kuning,

Daun Sembalit, Daun Peringan, Daun Kenyake. Dari semua persyaratan

tersebut merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi dalam upacara adat Baranyun.

(20)

Tradisi adat Baranyun memiliki makna sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang diperoleh dan mereka berharap selalu diberikan keselamatan serta kelimpahan rejeki. Adat Baranyun disebut juga dengan

nga’nyun atau membuang yang merupakan suatu istilah pengusiran

penyakit (Ba’puar) yang mengganggu baik itu tanaman padi, manusia, serta ternak. Oleh karena itu mereka melakukan upacara adat pengusiran penyakit yang dianggap dapat membawa malapetaka bagi diri mereka. Adapun makna dari semua persyaratan yang telah dilengkapi tersebut seperti yang telah dijelaskan diatas dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Persyaratan Makna

Nyiru Merupakan suatu wadah atau tempat

yang berfungsi untuk menyimpan semua sesaji yang telah dilengkapi yang biasanya terbuat dari rotan atau bambu. Nyiru melambangkan suatu kesepakatan dan persatuan tanpa ada pembedaan satu sama lain Baras atau Beras Melambangkan suatu hubungan

yang terikat antara masyarakat dengan pemerintah

Bontok Merupakan makan tradisional yang

dibungkus dari daun yang telah dimasak. Bontok melambangkan

(21)

perdamaian antar suku bangsa

Pigo Merupakan perhiasan yang biasa

digunakan dalam upacara adat. Pigo memiliki makna sebagai suatu pengayoman antar sesama serta saling menghargai satu sama lain.

Tumpi Merupakan makanan tradisional

suku dayak yang biasa disebut cucur. Tumpi yang berbentuk bundar melambangkan suatu kesepakatan bersama.

Telur Telur yang berbentuk bulat

melambangkan suatu kebulatan tekat yang telah disepakati.

Uang Uang melambangkan suatu

penghormatan dan penghargaan terhadap sesorang karena uang merupakan suatu ungkapan pembayaran adat yang berarti bahwa semuanya telah terbayar Daun Penyuak, Daun Sembalit,

Daun Peringan, Daun Kenyake

Memiliki makna sebagai pembersihan diri terhadap segala macam kesialan,sakit penyakit dan

(22)

malapetaka.

Kepala Tengkorak Melambangkan suatu keseragaman dalam adat istiadat

Ayam Lambang kehidupan

Babi Melambangkan pesta adat yang

besar

Tumpang Melambangkan suatu permohonan

ijin akan diadakannya pesta adat yang besar. Permohonan tersebut ditujukan kepada para penguasa dunia roh yang berdiam di air, tanah, bukit, kayu yang besar, batu dan api.

Tuak Merupakan minuman tradisional

suku Dayak. Air tuak melambangkan air susu Ibu

Beras Kuning Merupakan lambang untuk meminta

ijin kepada penguasa tertinggi yaitu Jubata yang merupakan sumber kehidupan.

(23)

F. Prosesi Tradisi adat Baranyun 1. Baremah Ka’Panyugu

Baremah ka’panyugu merupakan awal dari pelaksanaan tradisi adat Baranyun dimana ketua adat,tumanggung , pasirah serta masyarakat melakukan ritual atau doa kepada Jubata agar diberikan restu dalam pelaksanaan tradisi adat baranyun sehingga tidak ada halangan dan gangguan dari roh jahat. Sebelum melakukan ritual tradisi adat Baranyun mereka menyiapkan sesaji untuk dipersembahkan kepada Jubata yang berupa makanan, seperti Poe (Pulut), Timbakau, rokok daun, Tumpi (Jenang), Tolo (Telur), Sekapur Sirih, Asu (Anjing), Mando’k Merah (Ayam Merah), Baras Poe (Beras Ketan), Baras Dana (Beras Biasa), Baras Kuning (Beras Kuning), Bontok (nasi yang dibungkus pakai daun), pinang, Rokok, Pigo(Accessories Dayak), Paku atau pisau kecil dan

Tumpang . Semua sesaji tersebut diletakan diatas meja batu. (wawancara

dengan Bapak Ma’en)

Baremah merupakan penyebutan untuk prosesi pembacaan doa yang ditujukan kepada Jubata. Sedangkan Panyugu adalah tempat yang dianggap keramat oleh suku dayak, khususnya suku dayak Balangin. Panyugu digunakan sebagai tempat untuk melakukan persembahan kepada

Jubata, karena suku dayak Balangin beranggapan bahwa Jubatalah

sumber pencipta segalanya yang ada di bumi dan suku dayak menganggap bahwa tiada kekuatan yang lebih besar dari pada Jubata. (wawancara dengan Bapak Dabet)

(24)

Suku dayak Balangin melakukan ritual Baremah Ka’Panyugu biasanya dilakukan pada pagi hari. Setelah melakukan Ritual di Panyugu atau Baremah di Panyugu suku dayak Balangin pulang kerumah untuk mempersiapkan makanan yang akan dihidangkan bagi para tamu yang datang dari kampung sebelah.

2. Basanggar Ka’Kampokng

Basanggar adalah pembacaan doa yang dilakukan oleh iman adat. Dalam upacara basanggar ini dilakukan ditengah pemukiman warga yang dilakukan pada pagi hari. Upacara adat basanggar ini dilakukan untuk memohon kepada jubata agar selalu dilindungi dan dijauhkan dari segala malapetaka yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat setempat. (hasil wawancara dengan Bapak A’uel)

Dalam hal ini suku Dayak Balangin selalu memberi terlebih dahulu sesajian sebagai berikut :

Ayam 1 ekor sebagai pokok dari adat Kepala anjing

Poe Tumpi

Bontok (nasi yang dibungkus pakai daun) Pigo

Daun panyuak

Telur 1 butir yang sudah direbus Didoakan oleh ketua adat

(25)

3. Baremah di rumah kepala adat

Setelah melakukan basanggar dikampung maka akan dilakukan lagi upacara baremah di rumah kepala adat yang disebut juga dengan tumanggong. Dalam upacara baremah ini yang harus dilengkapi adalah:

a. Poe 5 b. Tumpi 5 c. Daun nyuak 5 d. Sekapur sirih e. Ayam f. Babi

g. Darah ayam dan babi h. Dodol 5

i. Telur yang sudah direbus 1 butir j. Baras poe 1 pinggat (piring) k. Baras dana 1 pinggat (piring)

l. Setiap satu kepala keluarga membawa satu tandan padi m. Didoakan oleh kepala adat

(26)

4. Upacara keliling kampong

Apabila sudah melakukan baremah maka akan dilakukan upacara keliling kampung dengan membawa perahu yang terbuat dari dahan sagu dan batang bambu. Orang yang dipilih atau berhak dalam membawa perahu untuk keliling kampung tidak terbatas usia atau jenis kelamin, semua orang bisa ambil bagian membawa perahu asalkan orang tersebut mampu dan sanggup membawa keliling perahu buatan tersebut. Dalam keliling kampung diiringi oleh suara gong. Keliling kampung harus 5 atau tujuh putaran tergantung dari sesaji yang telah dilengkapi. Didalam perahu di isi daun nyuak,anak ayam yang masih hidup, dan beberapa tandan padi. 5. Makan bersama

Makan bersama biasanya dilakukan pada saat menjelang siang. Makanan yang dihidangkan ini berupa daging hewan seperti babi, ayam, ikan serta minuman seperti Tuak dan Arak. Hal itu juga merupakan ucapan terima kasih dari pihak keluarga yang merayakan pesta adat Baranyun kepada tamu – tamu dari desa tetangga yang datang. Bagi mereka yang beragama non Kristen maka hidangan akan dimasak khusus secara terpisah. Walaupun hanya sekedar makan bersama tetapi semua warga masyarakat berantusias untuk saling berkunjung dari rumah yang satu kerumah yang lain. Bahkan ada dari antara mereka yang mabuk serta kekenyangan hal ini sudah menjadi hal yang biasa dijumpai dikalangan masyarakat Dayak khususnya suku Dayak Balangin.

(27)

6. Upacara menghanyutkan perahu

Setelah melakukan keliling kampung maka akan diadakan upacara nganyun para’u (menghanyutkan perahu) di sungai yang dilakukan pada saat sore hari. Dalam hal ini semua masyarakat diharapkan dapat berpatisipasi dalam ikut serta menonton. Semua masyarakat berkumpul di pinggir sungai, bagi kaum laki – laki ada sebagian yang membawa senapan lantak (senapan rakitan yang dibuat sendiri yang digunakan untuk berburu dan isi peluru timah). Senapan tersebut tidak di isi peluru dan meriam dari bambu atau batang kelapa yang di tembak mengarah ke langit. Maksud dari masyarakat dayak menggunakan senapan lantak dalam upacara penghanyutan perahu adalah sebagai ungkapan sukacita mereka dan ikut ambil bagian dalam memeriah upacara penghanyutan perahu. G. Peranan Masyarakat

Penduduk desa Sekendal yang mayoritas beragama Katolik sangat memegang teguh toleransi dalam beragama tidak membeda – bedakan satu dan lainnya. Penduduk desa Sekendal dapat hidup rukun dan berdampingan saling tolong menolong, saling menghargai perbedaan, saling menghormati, dan menjaga tali silahturahmi. Penyelenggaraan tradisi adat Baranyun dapat mendidik masyarakat ternasuk para pelajar untuk memahami nilai – nilai kerukunan yang dapat memupuk persatuan dan kesatuan.

Tradisi adat Baranyun yang dilihat dari persiapan sampai pelaksanaan mempunyai arti penting dan makna yang mendalam yang

(28)

dapat dirasakan masyarakat pendukungnya. Dalam tradisi ini dapat dirasakan betapa pentingnya suatu nilai kebersamaan dan persatuan antar warga masyarakat Dayak Balangin yang ditonjolkan pada solidaritas sosial atau kekeluargaan yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kebersamaan yang kuat. Hal ini dapat dilihat berbagai bentuk aktivitas yang melibatkan masyarakat. Dengan adanya tradisi adat Baranyun ini masyarakat memiliki peranan yang penting serta masyarakat dilibatkan untuk dapat ikut ambil bagian demi kelancaran dalam tradisi adat Baranyun.

Disini jelas bahwa adanya hubungan harmonis yang menjadi pedoman hidup antar masyarakat Sekendal dalam tradisi adat Baranyun dimana masyarakat saling membantu, baik dari segi uang, alat pelengkapan serta hal – hal yang berkaitan dengan prosesi tradisi adat Baranyun. Demi kelancaran tradisi adat ini maka masyarakat Desa Sekendal dengan sukarela dan ikhlas memberikan sumbangan berbagai macam yang berwujud hasil panen, tapi bagi mereka yang tidak mmpunyai hasil panen maka tidak menutup kemungkinan mereka memberi partisipasinya berupa uang, barang – barang untuk keperluan upacara adat serta tenaga. Dengan adanya arus modernisasi kebudayaan Dayak terutama suku Dayak Balangin tetap terjaga dan tidak terpengaruh oleh budaya asing hal ini disebakan adanya kesadaran suku Dayak Balangin dalam memegang teguh kepercayaan mereka saling berkomitmen untuk menjaga solidaritas bersama hingga terjalinnya

(29)

hubungan kekeluargaan antar masyarakat. (wawancara dengan Bapak Barto)

H. Kepanitiaan

Prosesi tradisi adat Baranyun diadakan pada setiap setahun sekali ini memiliki susunan kepanitiaan yang berfungsi untuk mengatur jalannya tradisi adat Baranyun. Kepanitiaan tradisi adat Baranyun ini dipegang oleh seorang tumanggong adat, pasirah adat serta dewan adat kampung yang bertugas melaksanakan tradisi adat Baranyun. Kelebihan dari para panitia tradisi adat Baranyun ini yaitu sama – sama memiliki pengaruh yang besar di dalam lingkungan masyarakat desa. Sedangkan kekurangan dari para panitia ini yaitu kurangnya kerja sama antar para panitia serta mereka selalu memiliki pendapat yang berbeda sehingga mereka terlalu menuntut agar pendapat mereka yang terbaik tentang susunan acara adat Baranyun. Terkadang pula mereka saling menjelekkan satu sama lain. Sehingga hal ini terkadang dapat menjadi pengaruh negatif bagi pelaksanaan upacara adat Baranyun.

Kerjasama yang baik sangat diperlukan dalam pelaksanaan tradisi adat Baranyun sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Bagi segenap pemerintah Tradisi adat Baranyun yang belum terlalu dikenal orang sangat perlu mendapat perhatian khusus sehingga dapat dipromosikan sebagai suatu objek wisata yang menjadi salah satu kebanggaan kita sebagai orang Indonesia yang memiliki beraneka macam budaya daerah yang patut dipertahankan.

(30)

I. Upacara Penutup

Setelah melaksanakan semua prosesi tradisi adat baranyun maka akan dilakukan adat Basanggar lagi dengan pelengkapan yang sama dengan basanggar kampung. Tujuannya adalah berupa ucapan terima kasih

ke Jubata atas diberikan kesempatan untuk menyelesaikan semua

rangkaian acara adat baranyun serta mohon perlindungan kepada Jubata pada setiap aktivitas manusia.

Basangar memiliki tiga makna, pertama, pertobatan, pengampunan dan pengakuan. Kedua, melakukan komunikasi langsung maupun tidak langsung dengan Jubata dan secara khusus kepada padi yang menurut dongeng, padi itu sebagai adik bungsu manusia yang perlu dikasihani dan dipelihara. Ketiga, penutupan doa, diisi dengan permohonan untuk kesejahteraan pada tahun mendatang.(wawancara dengan Bapak Barto)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum diadakannya penulisan ini adalah untuk melakukan pendalaman, peninjauan dan penganalisisan secara holistik dan komprehensif dalam memahami pengaturan, ketentuan

Dari tabel 7 di atas dengan hasil perhitungan dari 2 metode diatas didapat bahwa perhitungan produktivitas dengan menggunakan metode Daily Record Sheet lebih

Dalam bab ini berisi latar belakang penulisan yang menjadi alasan penulis dalam melakukan penelitian mengenai Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing Dalam

Pada tahun 2014, Puslitbang Tanaman Pangan melalui BB Padi, Balitkabi, Balitsereal, dan Lolit Tungro telah menghasilkan berbagai output hasil utama penelitian berupa plasma

Diperoleh hasil penelitian bahwa Ada pengaruh yang signifikan dari variabel Lingkungan kerja, disiplin kerja, dan motivasi kerja. secara simultan berpengaruh terhadap

INDEKS KREDIBILITAS MEDIA ONLINE: STUDI DESKRIPTIF KREDIBILITAS MEDIA ONLINE DI JAKARTA DI MATA GENERASI MILLENNIAL ABSTRAK Oleh: Yessica Catherine Media online menjadi salah satu

Hasil analisis statistik menggunakan tabel kon- tigensi ( likelihood ) terhadap (1) Pengaruh sistem kultur (subpasase dan starvasi serum) sel donor dengan ketiga karakter sel donor

Sistem pakar ini dapat digunakan oleh para calon pemegang polis sebagai alternatif dan referensi untuk mengetahui produk asuransi apa yang sesuai dengan keinginan