• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Accurate Learning Pada Learning Vector Quantization (LVQ) Menggunakan Algoritma Genetika Dalam Pengenalan Pola Alfanumerik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Accurate Learning Pada Learning Vector Quantization (LVQ) Menggunakan Algoritma Genetika Dalam Pengenalan Pola Alfanumerik"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Accurate Learning

Training sample diasumsikan sebagai distribusi dari testing sampel termasuk distribusi dari data baru (unclassifies sample) yang ingin diduga kelas labelnya. Untuk mendapat akurasi yang baik saat mengklasifikasi testing data, training set harus merepresentasikan keadaan data tes . Jika tidak, maka akurasi biasanya rendah. (Figliola, 2011).

Dari proses pengenalan pola jaringan syaraf tiruan Learning Vector Quantization (LVQ) menggunakan algoritma genetika, dapat dianalisa dengan persamaan berikut :

% �������= ��ℎ������ℎ�������� ���������������������� × 100% ………..(2.1)

2.2. Learning Vector Quantization (LVQ)

Salah satu metode dari jaringan syaraf tiruan adalah Learning vector quantization

(LVQ) yang mana digunakan untuk klasifikasi pengenalan pola. Masing-masing output mewakili kelas tertentu atau kategori. Beberapa unit output harus digunakan untuk masing-masing kelas. Bobot vektor untuk unit output sering disebut sebagai

vektor referensi (codebook) yang mana untuk mewakili unit kelas kategori. Selama

pelatihan, unit ouput diposisikan dengan mngatur bobot mereka melalui spelatihan

diawasi (supervised training). Setelah pelatihan, jaringan LVQ mengklasifikasikan

vektor masukan dengan menetapkan ke kelas yang sama sebagai unit output yang

memiliki vektor bobot (vektor referensi) terdekatnya untuk vektor input. (Fausett,

(2)

2.2.1. Arsitektur Jaringan

Pada dasarnya, arsitektur jaringan syaraf tiruan LVQ sama seperti arsitektur jaringan Kohenen – Self Organizing Map (SOM), tanpa struktur topologi yang diasumsikan untuk unit output). Selain itu, setiap unit output mewakili kelas yang diwakilinya.

Yl Yj Ym

X1 Xi Xn

w1l

wil

wnl

w1j

wil

w1m

wnj

wim

wnm

...

...

...

...

Gambar 2.1. Arsitektur Jaringan Learning Vector Quantization (LVQ) (Fausett, 1993)

2.2.2. Algoritma Learning Vector Quantization (LVQ)

Algoritma jaringan LVQ adalah untuk menentukan unit output yang paling dekat dengan vektor input. Sehingga, jika vektor input dan vektor bobot memiliki kelas yang sama, maka bobot baru akan menjadi vektor input yang selanjutnya. Tetapi jika vektor input dan vektor bobot memiliki kelas yang berbeda, maka perubahan bobot baru dikurang dengan bobot yang lama. Adapun tahap-tahap algoritma adalah sebagai berikut :

1. Tetapkan vektor bobot (w), iterasi maksimum (epoch maksimum), error

minimum (eps) dan learning rate (α).

2. Jika kondisi berhenti False, lakukan tahap 3 – 7.

3. Untuk masing-masing vektor input x, lakukan tahap 4 – 6.

4. Hitung nilai J, yang mana �� − �� = minimum (terkecil). (2.2) 5. Hitung perubahan � sebagai berikut

(3)

Jika T ≠ J, maka �(���) =��(���)− ��� − ��(���)�. (2.4)

6. Kurangi nilai learning rate (α).

7. Pengujian berhenti, kondisi ini dapat menentukan jumlah tetap iterasi, yaitu eksekusi tahap – 1 atau learning rate (α) mencapai nilai yang cukup kecil.

Keterangan :

x = vektor training (�1, … ,�, … ,�) T = target atau kelas target

= vektor bobot untuk unit ouput ke – j ��1, … ,���, … ,���� J = kategori atau kelas yang diperoleh dari unit output ke – j �� − ��� = jarak Euclidean antara vektor input dan vektor bobot untuk unit output ke – j.

2.3. Algoritma Genetika

Salah satu algoritma pencarian (searching algorithm) adalah algoritma genetika yang

mana berdasarkan pada mekanisme seleksi alam dan genetika (Goldberg, 1989).

Algoritma genetika merupakan adalah algoritma perncarian (search algorithm)

stokastik yang berdasarkan pada evolusi biologi. Secara umum, algoritma genetika mengelola suatu populasi yang dibangkitkan secara random dan solusi dibangkitkan sesudah tahapan konsekutif dari proses, selection, crossover dan mutasi. Untuk menyelesaikan suatu permasalahan, setiap individu dari populasi memiliki nilai yang dibentuk ke dalam suatu nilai fitness. (Cagnoni et al, 2007).

Urutan langkah-langkah algoritma genetika direpresentasikan berdasarkan prosedur kromosom buatan, seleksi alami, dan teknik ini dikenal sebagai crossover

dan mutasi. Satu individu terdiri dari beberapa kromosom, dan kromosom terdiri dari sejumlah ‘gen’, dan setiap gen nilainya dapat berupa bilangan numeric, biner, symbol ataupun tergantung dari permasalahan yang ingin diselesaikan. (Negnevitsky, 2005).

Tahapan proses dari algoritma genetika secara umum diperlihatkan pada Gambar 2.2. Kromosom direpresentasi dari solusi, yang mana operator genetika terdiri dari crossover dan mutasi, dilakukan bersamaan atau hanya salah satu saja. Evolusi yaitu proses seleksi kromosom dari parent (generasi induk) dan offspring

(4)

Diharapkan akan lebih baik dalam memperkirakan solusi yang optimum, selanjutnya proses iterasi dilakukan yang mana disesuaikan dengan jumlah generasi yang ditetapkan.

Input

1100101010

1011101110

1100110001 0011011001

1. Dilakukan secara acak pada semua kromosom

2. Dihitung nilai fitness, sehingga finess diperoleh fitness yang lebih baik dari sebelumnya

1100101010

1011101110

1011101010

1100101110

0011001001

0011011001

1100110001 0011001001

1011101010

1100101110

Solusi Evaluasi

Decoding

Hitung Fitness Mutasi

Crossover

Seleksi Kromosom (Parent)

Populasi Baru

Gambar 2.2. Proses Algoritma Genetika

(5)

2.3.1. Struktur Algoritma Genetika

Nilai parameter algoritma genetika menduplikasi cara reproduksi genetika, pembentukan kromosom baru, proses migrasi gen, serta seleksi, sehingga terbentuk generasi baru yang diharapkan.

Start

Inisialisasi populasi awal

Hitung fitness

Seleksi

Crossover

Mutasi

Populasi baru

Fitness optimal ?

End Yes

No

Gambar 2.3. Struktur Umum Algoritma Genetika (Goldberg, 1989)

(6)

membedakan prosedur pencarian atau optimasi yang lain, maka perlu diketahui karakterstik berikut (Goldberg, 1989) :

1. Bekerja dengan pengkodean dari himpunan solusi permasalahan.

2. Pencarian populasi merupakan solusi permasalahan bukan hanya dari satu individu.

3. Informasi dari fungsi objektif untuk mengevaluasi individu yang mempunyai solusi terbaik, tetapi bukan turunan dari satu fungsi saja.

Aturan-aturan yang digunakan yaitu transisi peluang.

2.3.2. Operator Algoritma Genetika

Untuk menghindari konvergensi prematur yang mana solusi optimum belum waktunya, solusi yang diperoleh adalah hasil local optima. Sehingga ada operator algoritma genetika yang perlu diperhatikan, yaitu: (Goldberg, 1989).

1. Populasi, ukuran tergantung masalah yang akan diselesaikan. Jika masalah lebih kompleks, diperlukan ukuran populasi yang lebih besar, untuk menghasilkan lokal optima dan mencegah.

2. Probabilitas crossover (�), Setiap generasi, sebanyak � �, individu dalam populasi mengalami pindah silang. Makin besar nilai �, maka makin cepat struktur individu baru diperkenalkan ke dalam populasi. Jika nilai � diberikan terlalu besar, individu merupakan solusi terbaik yang dapat hilang lebih cepat dibanding seleksi untuk peningkatan kerja. Sebaliknya nilai �yang rendah dapat mengakibatkan stagnasi karena rendahnya angka eksplorasi.

3. Probabilitas mutasi (� ), setiap posisi bit string dalam populasi baru mengalami perubahan secara acak setelah proses seleksi. Dalam satu generasi panjang struktur (L), kemungkinan terjadi mutasi sebanyak � ��.

(7)

2.3.3. Pengenalan Pola (Pattern Recognition)

Pengenalan pola (pattern recognition) adalah proses klasifikasi dari suatu objek atau pola menjadi beberapa kategori atau kelas, yang mana bertujuan untuk memberikan informasi. Pola merupakan bentuk atau model yang dapat dipakai untuk membuat atau menghasilkan suatu bagian dari sesuatu yang ingin dikenal.

Pengenalan pola dapat dilakukan secara sintkas, statistik, dan jaringan syaraf tiruan. Pengenalan pola yang dilakukan secara sintaks dengan menggunakan aturan-aturan tertentu. Pengenalan pola yang dilakukan secara statistik yaitu menggunakan data-data dari statistik, seperti pasar saham, curah hujan, dan lain-lain. Sedangkan pengenalan pola dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan, yangitu dengan menggabungkan pengenalan pola statistic dan sintaks, dimana cara kerja jaringan syaraf tiruan meniru cara kerja otak manusia. Pada pola ini, dasar untuk pengambilan keputusan digunakan data statistik yang mana membuat rule-rule tertentu. Media pengenalan pola bias berupa citra digital, audio, video, pola matriks biner, dan lain-lain.

2.4. Penelitian-pelenelitian Terkait 2.4.1. Penelitian Terdahulu

Emnida (2014), dengan mengkombinasikan LVQ dan self organizing Kohonen terdapat peningkatan kecepatan komputasi pelatihan dalam pengenelan pola tanda tangan. Kombinasi LVQ dan self organizing Kohonen, yaitu membentuk bobot vektor yang nantinya dimasukkan kembali ke dalam vektor bobot pada LVQ.

Blachnik dan Duch (2011), pada LVQ algorithm with instance weighting for generation of prototype-based rules, dengan memanfaatkan parameter fungsi pelatihan pada metode LVQ dapat membentukan prototipe berdasarkan modifikasi aturan pada logika fuzzy.

Munjal (2011), pada ANN paradigms for Audio Recognition, dengan membandingkan tiga metode jaringan syaraf tiruan Learning Vector Quantization

(8)

Basu et al (2010), pada Use of Artificial Neural Network in Pattern Network, meskipun ada beberapa kelebihan dan kekurangan pada penerapan kecerdasan buatan dalam pengenalan pola, selalu diperoleh hasil yang lebih baik dari pada tanpa menggunakan jaringan syaraf tiruan.

Chen et al (2006), pada An Approach to Seafloor Classification with GA-Based Neural Network. Dengan mengklasifikasikan komponen-komponen dasar laut sebagai objek penelitian dengan menggunakan pendekatan algoritma genetika berdasarkan jaringan syaraf tiruan Learning Vector Quantization (LVQ), dengan memasukkan parameter-parameter algoritma genetika yaitu selection, crossover dan mutasi ke dalam pelatihan jaringan LVQ, diperoleh hasil yang cepat dan akurat dalam mengklasifikasi komponen-komponen dasar laut. Salah satu titik kelemahan LVQ adalah sensitifitas inisialisasi, yang berpengaruh terhadap akurasi klasifikasi dasar laut, sehingga algoritma genetika digunakan untuk mengoptimasi nilai inisialisasi LVQ. Pendeketan algoritma genetika ini diterapkan ke dalam pengklasifikasian komponen-komponen dasar laut dengan menggunakan Multibeam Echo Sounder

(MBES) .

Adapun beberapa penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang lain dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang lain No Nama Peneliti Metode yang Digunakan Hasil Penelitian

1 Md. Mijanur Rahman, Tania Akter Setu (2015)

Algoritma genetika, jaringan syaraf tiruan

backpropagation

Meningkatkan akurasi pada perhitungan bobot jaringan syaraf tiruan

backpropagation

2 Aijia Ouyang, Kenli Li, Xu Zhou, Yuming Xu1, Guangxue Yue and Lizhi Tan

(2014)

Learning Vector Quantization (LVQ),

Linear Discriminant Analysis (LDA)

(9)

Tabel 2.1. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang lain (Lanjutan)

No Nama Peneliti Metode yang Digunakan Hasil Penelitian 3 Eminta Br Ginting,

(SOM), Learning Vector Quantization (LVQ)

Mengkombinasikan jaringan syaraf tiruan LVQ dengan SOM untuk meningkatkan akurasi pengenalan pola tanda tangan menggunakan citra digital

4 Gilang Ananggadip, Achmad Hidayatno, dan Ajub Ajulian Zahra

(2014)

Learning Vector Quantization (LVQ), tujuh moment invariant Hu

Membandingkan LVQ dan tujuh moment invariant

5 Saeed Balochian, Emad Abbasi

Seidabad and Saman Zahiri Rad

(2013)

Algoritama genetika,

Multilayer Perceptron

(MLP)

Optimasi perhitungan bobot pada jaringan syaraf tiruan

Multi Layer Perceptron

(MLP) 6 Geetika Munjal

(2011)

Learning Vector

Quantization (LVQ), Self Organizing Map (SOM), dan Multi Layer

Perceptron (MLP)

Membandingkan metode LVQ, SOM, dan MLP pada pengenalan pola audio

7 Marcin Blachnik,

Włodzisław Duch

(2011)

Learning Vector Quantization (LVQ),

Fuzzy Logic

Menganalisa akurasi pembelajaran jaringan syaraf tiruan LVQ dengan mengkombinasikan fuzzy logic

Analisa pengenalan pola dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan Multi Layer Perceptron (MLP) 9 Okko Johannes

Räsänen, Unto Kalervo Laine, and Toomas Altosaar (2009)

Learning Vector

Quantization (LVQ), Self Organizing Map (SOM)

Mengkombinasikan LVQ dengan SOM untuk meningkatkan akurasi pembelajaran pada pengenalan pola suara 10 Yongqi CHEN,

Xinghua ZHOU, Yongting WU, and Qinhua TANG (2006)

Algoritma genetika,

Learning Vector Quantization (LVQ)

(10)

2.4.2. Perbedaan Penelitian

Gambar

Gambar 2.1. Arsitektur Jaringan Learning Vector Quantization (LVQ)
Gambar 2.2. Proses Algoritma Genetika
Gambar 2.3. Struktur Umum Algoritma Genetika
Tabel 2.1.  Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang lain

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap aroma bakso 327 sama dengan bakso 558 kurang disukai karena komposisi jamur nya sedikit dan

Secara umum start menengah sama dengan start pendek. Perbedaan keduanya terletak pada penempatan posisi kaki depan dengan kaki belakang sebagai berikut : 1) Saat badan diturunkan

Krajan Desa Plalangan TK PGRI 2 SUMBERMALANG; Jl.Pakisan No.07 Rt.02 Rw 01 Dusun Krajan Desa Taman TK PGRI 3 SUMBERMALANG; Jl.. Jambaran

Jika NEW adalah suatu variabel pointer, maka GETNODE(NEW) akan menyebabkan node yang ditunjuk oleh variabel pointer NEW disisipkan ke dalam linked list..

Salah satu produk penyaluran dana yang ada pada Baitul Qiradh Baiturrahman Cabang Ulee Kareng adalah pembiayaan murābahah, suatu pembiayaan untuk penambahan pembelian barang

Memproklamasikan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia sebagai suatu standar umum untuk keberhasilan bagi semua bangsa dan semua negara, dengan tujuan agar setiap orang

Karya kerajinan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sehari-hari, baik untuk kebutuhan jasmani, maupun rohani. Sejak manusia membutuhkan

Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,