• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM DERIVASIONAL BAHASA MUNA DIALEK GU- MAWASANGKA KARMON ABSTRAK - SISTEM DERIVASIONAL BAHASA MUNA DIALEK GU- MAWASANGKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM DERIVASIONAL BAHASA MUNA DIALEK GU- MAWASANGKA KARMON ABSTRAK - SISTEM DERIVASIONAL BAHASA MUNA DIALEK GU- MAWASANGKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM DERIVASIONAL BAHASA MUNA DIALEK GU- MAWASANGKA

KARMON ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa proses pembentukan kata dalam suatu bahasa yang dilakukan dengan afiksasi dapat mengubah identitas leksikal kata sekaligus dapat mengubah kategori kata. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada peneliti yang khususnya membicarakan masalah afiks yang mengubah identitas sekaligus mengubah kategori kata. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengubah maslah” sistem derivasional bahasa Muna dialek Gu- Mawasangka”

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem derivasional bahasa Muna dialek Gu- Mawasangka; mendistribusikan afiks-afiks yang berperan sebagai pembentuk nomina dan verba; mendistribusikan kontruksi afiks derivatif dalam bahasa Muna dialek Gu-Mawasangka. Pendekatan dan teori yang digunakan teori struktural yang mendekatkan struktur bahasa. Data utama penelitian ini bersumber dari bahasa lisan sedangkan data tambahan bersumber dari tulis. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode cakap dan simak dengan teknik rekam dan catat. Selain kedua teknik ini dipergunakan juga dengan instrospeksi dan elisitasi. Afiks-afiks pembentuk verba dari nomina dalam bahasa Muna dialek Gu-Mawasangkaterdiri dari beberapa prefiksasiyang meliputi ne-, me-, po-, fe-, noci-, ; sufiksasi yang meliputi –i, -e ; konfiksasi meliputi fe-...-e, foko-...-e, afiks-afiks pembentuk verba dari dasar adjektiva terdiri atas prefiksasi yang meliputi pakha-, feka-, dan prefiksasi meliputi ka(N)-, manso-, kafo-, dan konfiksasi yang meliputi kao-...a.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa yang mempunyai latar belakang sosiokultural yang berbeda-beda. Salah satu keragaman budaya yang dimaksud adalah keragaman bahasa, yang kemudian kita kenal sebagai bahasa daerah. Bahasa daerah merupakan salah satu warisan nasional yang harus dipelihara, dibina dan dikembangkan agar nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya tetap hidup dan tumbuh ditengah-tengah masyarakat Indonesia.

Bahasa daerah menjadi identitas daerah atau alat komunikasi dalam masyarakat di daerah dan menjadi salah satu identitas nasional. Fungsi bahasa daerah sebagaimana yang dikemukakan dalam Politik Bahasa Nasional dan kebijakan bahasa nasional adalah sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah, alat komunikasi di lingkungan keluarga dan masyarakat daerah, sebagai sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia, dan sebagai pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia. Bahasa daerah dengan kekhasannyamasing-masing mengungkapkan alam pikiran dan kehidupan daerah yang bersangkutan. Eksistensi berbagai bentuk dan corak ragam yang terdapat pada bahasa daerah dari seluruh wilayah tanah air membuktikan kekayaan budaya nasional.

(2)

dalam penelitian ini adalah aspek kebahasaan yang mencangkup gejala morfologis, fonologis, sintaksis, semantik dan gejala tindak tutur (pragmatik).

Dari kelima gejala kebahasaan tersebut di atas, yang menarik bagi penelitian untuk dikaji adalah gejala morfologis yang berupa sistem derivasional bahasa Muna. Hal ini penulis lakukan karena masalah derivasional merupakan gejala-gejala kebahasaan yang umum dalam bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Sistem derivasional dalam bahasa Muna ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Menindak lanjut hasil penelitian yang ada, perlu adanya penelitian dalam aspek yang lain agar dapat memberi masukan yang cukup berharga bagi perkembangan bahasa daerah di Sulawesi Tenggara khususnya BMDM. Salah satu penelitian yang nampaknya belum diteliti sistem derivasional BMDM. Olehnya itu peneliti terdorong untuk mengangkat judul “Sistem Derivasional BMDM”.

Derivasional adalah perubahan dari kelas kata yang satu ke kelas kata yang lain. Kata kunci dari defenisi ini adalah perubahan kelas kata. Perubahan kelas kata tersebut karena adanya afiksasi, pemajemukan, dan reduplikasi. Sebagai contoh, verba makan berubah menjadi nomina makanan (afiksasi), verba tumbuh berubah menjadi nomina tumbuh-tumbuhan (reduplikasi), dan verba makan menjadi nomina meja makan (pemajemukan).

Sistem derivasional yang dimaksud adalah hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan kata BMDM. Hal itu dilakukan karena dengan pertimbangan bahwa data proses sistem derivasional BMDM dinilai sangat produktif, khususnya dalam pergaulan antar warga sehari-hari. Sistem derivasional dalam bahasa BMDM dapat berupa sistem derivasional.

1) Me- + helem ‘helem’ (N) mehelem ‘memekai helem’ (V) 2) Ka(N)- + cisa ‘tanam’ (V) kancisa ‘tanaman’ (V) 3) Ne- + tambu ‘timba’ (N) netambu ‘menimba’ (V)

Afiks yang melekat pada bentuk dasar seperti tampak pada contoh di atas merupakan afiks derivasional karena masing-masing afiks itu dapat mengubah kelas kata. Afiks /me-/ yang melekat pada bentuk dasar helem‘helem’ yang berkelas nomina berubah menjadi mehelem ‘memakai helem’ yang berkelas verba. Afiks /ka(N)-/ yang melekat pada bentuk dasar cisa ‘tanam’ yang berkelas verba berubaha menjadi kancisa ‘tanaman’ yang berkelas nomina. Demikian juga afiks /ne-/ yang melekat pada bentuk dasar tambu ‘timba’ yang berkelas nomina berubah menjadi netambu ‘menimba’ yang berkelas verba. Dengan demikian berarti afiks-afiks tersebut dikategorikan sebagai afiks derivatif karena dapat mengubah identitas leksikal kata sekaligus kategorinya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem derivasional Bahasa Muna Dialek Mawasangka.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sistem derivasional Bahasa Muna Dialek Mawasangka.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan dokumentasi data kebahasaan Bahasa Muna Dialek Mawasangka.

2. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan bagi penelitian yang relevan.

(3)

Kridalaksana (dalam Agusdarma, dkk. 2009: 3) memberikan definisi bahawa morfem adalah “satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermaknayang lebih.”O’Grady dan Dobrovlsky (dalam Ba’dulu,2005:6-7) mengemukakan bahwa morfem adalah satuan-satuan bahasa terkecil yang bermakna dan bersifat arbitrer,yang berarti hubungan bunyi dari suatu morfem dengan maknanya sama sekali bersifat konvensional,bukan berakar pada objek yang diwakilinya.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa semua definisi sebenarnya memiliki kesamaan. Morfem didefinisikan sebagai satuan atau unit bahasa terkecil yang memiliki makna yang tidak dapat dipilah lagi atau satuan terkecil dari bahasa yang memiliki makna tertentu.

Beberapa kriteria morfem yang dikemukakan oleh Stageberg (dalam Sukmawati, dkk., 1988: 52) sebagai berikut.

1. Morfem merupakan kata atau bagian kata yang memiliki makna.

2. Morfem tidak dapat dipilah atau diurai lagi menjadi bagian-bagian kecil yang bermakna

3. Morfem terjadi dalam lingkungan kata kerja yang berbeda dengan makna yang relatif stabil.

Morfem terdiri dari morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas merupakan bentuk yang independen atau tidak terikat dan umumnya adalah kata yang memiliki makna. Sedangkan morfem terikat adalah bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri dan hanya memiliki makna jika dilekatkan kepada morfem bebas, umumnya dikenal dengan nama afiks.

Afiksasi

Afiks adalah morfem terikat yang harus dilekatkan pada morfem yang lain untuk membentuk kata sehingga dapat difungsikan untuk berkomunikasi (Pateda, 2009: 42). Sedangkan menurut Chaer (2008: 23) afiks adalah morfem yang tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata, tetapi hanya menjadi unsur pembentuk dalam proses afiksasi.

Selanjutnya Badudu (1982: 66) membagi morfem menjadi dua macam yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem yang dapat berdiri sendiri disebut morfem bebas, sedangkan morfem seperti me- dan -kan disebut morfem terikat. Semua imbuhan dalam bahasa Indonesia (awalan, sisipan, akhiran) adalah morfem terikat. Dari definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa afiks merupakan morfem terikat yang tidak dapat berdiri sendiri. Imbuhan atau afiks tidak dapat berdiri sendiri, dan agar afiks tersebut dapat difungsikan maka harus dilekatkan pada kata dasar, karena afiks tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata. Yasin (dalam Sukmawati, dkk., 1988: 52) mengemukakan bahwa afiks adalah bentuk linguistik yang keberadaannya hanya untuk melekatkan diri pada bentuk-bentuk lain sehingga mampu menimbulkan makna (baru) terhadap bentuk-bentuk yang dilekatinya tadi. Bentuk-bentuk yang dilekatinya bisa terdiri atas pokok kata, kata dasar, atau bentuk kompleks, yang perlu dicatat dalam pembentukan kata kompleks dalam bahasa Indonesia adalah bahwa afiks-afiks itu membentuk satu sistem, sehingga kejadian kata dalam bahasa Indonesia merupakan rangkaian proses yang berkaitan (Kridalaksana, 2007: 28).

Derivasi

(4)

berubah kelas katanya dari kata dasarnya Suparman, Clark, (dalam putrayasa, 2010: 42) mengatakan derivasi mendaftarkan berbagai proses pembentukan kata-kata baru dari kata-kata yang sudah ada ( atau akar,asal ), adjektiva dari nomina, nomina dari verba, adjektiva dari verba, dan sebagainya. Afiks-afiks yang dapat membentuk derivasional antara lain: ke-an dalam kebaikan, per-an dalam pertunjukan, pe-an dalam penurunan. Kemudian Parera (2002: 15) mengatakan bahwa derivasi adalah konstruksi paradigmatis yang berbeda distribusinya dengan dasarnya atau adanya morfem terikat terhadap bentuk dasarnya yang menyebabkan perubahan kelas kata.

Verhar (1986: 100) menjelaskan bahwa tidak ada kata (sebagai unsur leksikal) yang termasuk lebih dari pada satu kategori, jadi jika dalam proses derivasi kita pindah kategori, pasti pindah identitas pula. Sebaliknya, tidak semua perpindahan identitas kata mengakibatkan perpindahan kategori.

Pikiran verhar mengenai derivasi di atas mempunyai orientasi yang sama dengan pikiran (Ba’dulu, dkk. 1985: 52).bahwa:

Derivasi adalah proses morfemis yang merubah identitas leksikal sebuah kata yang mengalami proses tersebut. Proses morfemis yang mengubah identitas leksikal sebuah kata ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) derivasi berupa proses morfemis yang mengubah identitas di sertai perubahan status kategorial, (2) derivasi berupa proses morfemis yang merubah identitas leksikal tanpa di sertai perubahan status kategorial.

Jenis-Jenis Afiks

Perubahan bentuk kata makan menjadi makanan, malas menjadi pemalas, sepeda menjad bersepeda merupakan proses perubahan identitas leksikal sekaligus kategorial. Perubahan bentuk seperti ini banyak dijumpai dalam bahasa Muna. Seperti cisa ’tanam’ menjadi kancisa ‘tanaman’, wamba ‘bicara’ menjadi kowamba ‘berbicara’, lanco ‘apung’ menjadi kofalanco ‘pengapung’. Sebaliknya perubahan bentuk tulis menjadi menulis, bawa menjadi membawa, lempar menjadi melempar yang berubah hanyalah identitas leksikalnya, sedangkan status kategorinya tidak berubah (tetap).

Berdasarkan proses morfemis yang pertama, dikenal jenis derivasi (1) denominal, (2) deverbal, (3) deajektiva, (4) deadverbial (Cook dalam Baharudin, Dkk. 2000: 99-101)

Denominal

Derivasi denominal merupakan perubahan identitas leksikal disertai perubahan kategori kata dari kata kelas nomina menjadi kelas kata lain yang menjadi dasar perubahan itu. Dalam bahasa Muna derivasi denominal dapat berubah menjadi kata kelas verba. Kata kelas verba tersebut adalah hasil proses derivasi yang berdasarkan pengujian kategori dan identitas kategori dan identitas leksikal berbeda dari kata kelas nomina yang menjadi dasar perubahan itu.

Deverbal

(5)

Deadjektival

Derivasi deadjektival merupakan perubahan identitas leksikal di sertai perubahan kategori kata dari kata kelas adjektival menjadi kelas kata lain yang merupakan perubahan kata itu. Dalam BMDM derivasi adjektival dapat berubah menjadi kelas kata nomina dan kelas kata verbal. Kata kelas nomina dan kata kelas kata verba tersebut adalah hasil proses derivasi yang berdasarkan pengujian kategori dan identitas leksikal berbeda dari kelas jkata adjektiva yang menjadi dasar perubahan itu.

Deadverbial

Derivasi deadverbial merupakan perubahan identitas leksikal disertai perubahan kategori kata dari kata kelas adverbial menjadi kelas kata lain yang menjadi dasar perubahan itu. Dalam BMDM derivasi deadverbial ini tidak ditemukan sehingga tidak ada pembahasan dalam penelitian ini.

Konstruksi Derivasi

Derivasi sebagai suatu konstruksi secara potensial yang berisi dua atau lebih tagmen, yaitu dasar atau asal serta afiks derivasi. Pada proses derivasi yang pertama, kedua slot bersifat wajib dan derivasinya mencangkup denominal, deverbal, dan deadjektiva. Sebaliknya, pada proses derivasi yang kedua karena kategori leksikalnya tidak berubah maka alat yang tersisi afiks derivasi bersifat mana suka (Baharudin, Dkk. 2000: 35-38).

Uraian diatas jika diformulasikan pola konstruksinya adalah sebagai berikut ini. Bentuk = bentuk + afiks

Derivasi dasar derivasi

Matriks di atas menggambarkan bahwa kata-kata derivatif itu dapat dibentuk dari perpaduan bentuk dasar dalam kategori tertentu dengan afiks derivasi yang terdapat dalam BMDM.

Berdasarkan pola konstruksi tersebut di atas, pola-pola pembentukan derivasi dalam BMDM dapat dilihat pada contoh berikut ini:

beha (V) ‘potong’ kabeha (N) ‘memotong’ tobo (V) ‘tikam’ metobo (V) ‘menikam siramu (V) ‘siram’ fesiramu(V) ‘tempat tidur’ ghato (N) ‘atap’

fegghato (V) ‘memasang atap’ Temba (N) ‘senjata’

Potemba (V) ‘saling menembak’ Afiks Formator Derivasional

La Ino (2013: 48-49) Mengatakan afiks formator adalah afiks-afiks yang membentuk kata, yaitu afiks-afiks pembentuk kata yang sifatnya mengubah kelas kata. Afiks-afiks formator derivasional antara lain :

(6)

1) meN- digabungkan dengan kata benda Misalnya :

• me(N)- + gunting = menggunting (kata kerja) • me(N)- + sapu = menyapu (kata kerja)

• me(N)- + gambar = menggambar (kata kerja) • me(N)- + sampul = menyampul ( kata kerja ) • me(N)- + lem = mengelem (kata kerja) • me(N)- + bor = mengebor (kata kerja) 2. Ber- digabungkan dengan kata benda Misalnya: 3. Per-digabungkan dengan kata sifat Misalnya : 6. – i digabungkan dengan kata sifat Misalnya :

• sayang + -i = sayangi ( kata kerja ) • kasih + -i = kasihi ( kata kerja ) • sakit + -i = sakiti ( kata kerja ) 7. -Kan digabung dengan :

a. kata benda Misalnya :

(7)

• lem + -kan = lemkan ( kata kerja ) 8. -An digabungkan dengan kata kerja Misalnya :

La Ino (2013: 48-49) Mengatakan afiks majemuk derivasional adalah konfiks maupun imbuhan gabung yang membentuk kelas kata, yaitu konfiks maupun imbuhan gabungan pembentuk kelas kata yang sifatnya mengubah kelas kata. Berikut adalah beberapa contoh majemuk derivasional.

1. Ke-an digabungkan dengan kata sifat Misalnya: 2. Per-an digabungkan dengan

a. kata kerja • tembak + pen-an =penembakan ( kata benda ) • angkut + pen-an = pengangkutan ( kata benda ) b. kata sifat

(8)

• bulat + pen-an = bulat ( kata benda ) • meja hijau + men-kan =memejahijaukan ( kata benda ) • gambar + men-kan = menggambarkan ( kata kerja ) 5. Men-i digabungkan dengan

(9)

• memper - + mudah = mempermudah ( kata kerja ) • memper - + besar = memperbesar ( kata kerja ) • memper - + kecil = memperkecil (kata kerja ) 7. -Memper – kan digabungkan dengan kata sifat Misalnya :

• banyak - + memper – kan = memperbanyakan ( kata kerja ) 8. Memper – i digabungkan dengan kata sifat

Misalnya :

• baik + memper – i = memperbaiki ( kata kerja ) 9. ter – kan digabungkan dengan :

a. kata kerja 10. Ter-i digabungkan dengan : a. kata benda

(10)

Misalnya :

• hilang + di – kan = dihilangkan • roboh + di – kan = dirobohkan • lebar + di – kan = dilebarkan • rendah + di – kan = direndahkan • luas + di – kan = diluaskan 13. Di – i digabungkan dengan : a. kata benda

Misalnya :

• hadiah + di – i = dihadiahi • air + di – i = diairi

• gambar + di – i = digambari • ludah + di – i = diludahi • pagar + di – i = dipagari b. kata sifat

Misalnya :

• habis + di – i = dihabisi • dalam + di – i = didalami • jauh + di – i = dijauhi • dekat + di – i = didekati • senang + di – i = disenangi Reduplikasi

Muslich (2009: 48) mengatakan proses reduplikasi ialah pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, berkombinasi dengan pembubuhan afiks, dengan variasi fonem maupun tidak. Lebih lanjut,

bentuk reduplikasi menjadi empat, reduplikasi seluruh, sebagian, berkombinasi dengan afiks dan perubahan fonem. Berikut akan dipaparkan keempat bentuk tersebut.

1. Reduplikasi Seluruh, ialah pengulangan secara menyeluruh sesuai dengan bentuk dasar. Contoh: sepeda menjadi sepeda-sepeda, buku menjadi buku-buku, kebaikan menjadi kebaikan-kebaikan.

2. Reduplikasi Sebagian, ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Contoh bentuk tunggalnya, yaitu lelaki dan tetamu yang dibentuk dari bentuk dasar laki dan tamu. Contoh bentuk kompleksnya yaitu mengambil-ngambil dari bentuk dasar mengambil, ditarik-tarik dari bentuk dasar ditarik, berkata-kata dari bentuk dasar berkata, dan terbatuk-batuk dari bentuk dasar terbatuk.

3. Reduplikasi berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, ialah pengulangan bentuk dasar yang dilekatkan pada afiks. Misalnya reduplikasi yang dilekatkan pada afiks an, ke-an, dan se-nya. Contoh: kereta-keretaan, kekuning-kuningan, dan selincah-lincahnya.

4. Reduplikasi dengan perubahan fonem, ialah pengulangan yang diikuti dengan perubahan fonem atau bunyi. Reduplikasi perubahan fonem terbagi dua, yaitu perubahan fonem vokal dan konsonan. Reduplikasi dengan perubahan fonem vokal, yaitu bolak-balik dari bentuk dasar balik dan gerak-gerik dari bentuk dasar gerak. Sedangkan perubahan fonem konsonan, yaitu lauk-pauk dari bentuk dasar lauk dan sayur-mayur dari bentuk dasar sayur.

(11)

Menurut Kridalaksana (2007: 104-105) yang dimaksud dengan perpaduan atau pemajemukan atau komposisi adalah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Output proses itu disebut paduan leksem atau kompositum yang menjadi calon kata majemuk. Kemudian, Chaer (2007: 108) memperluas lagi konsep pengertian komposisi. Komposisi adalah hasil penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru. Misalnya lalulintas, dayajuang dan rumahsakit.

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Jenis dan Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) dalam hal ini peneliti langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data secara objektif sesuai dengan masalah yang diteliti.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.Metode ini merupakan penggambaran atau menyajikan data berdasarkan kenyataan-kenyataan secara objektif,sistematisdan akurat mengenai data,sifat-sifat serta hubungannya dengan masalah penelitian.

Metode ini bertujuan membuat deskriptif sesuai dengan kenyataan atau keadaan data secara alamiah,sehingga data yang ada berdasarkan fenomena dan fakta yang memang sesuai dengan kenyataan pada penuturnya.

Data dan Sumber Data Data

Dalam penelitian ini adalah data lisan yang berupa tuturan-tuturan yang bersumber dari penutur asli BMDM.

Data yang digunakan adalah data yang sesuai dengan objek penelitian.Upaya penyedian data ini dilakukan semata-mata untuk penelitian analisis.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang merupakan penutur asli BMDM yang mendiami Kabupaten Buton Tengah, Kecamatan Mawasangka Desa Banga. Masyarakat yang dijadikan informan yang ditetapkan yaitu:

1. Informan penutup asli BMDM dan berdomisili di lokasi peneliti. 2. Informan sudah dewasa (18-60 tahun).

3. Informan tidak terlalu lama meninggalkan tempat asalnya.

4. Informan bersedia diwawancarai dan mempunyai waktu yang cukup.

5. Memiliki waktu yang cukup untuk memberikan data kebahasaan (Marafad,2008 : 18 ). Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data

(12)

peneliti untuk memperoleh data dengan cara menyimak setiap penutur sumber informasi dalam BMDM...

Teknik Analisis Data

Tahap menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik yang sesuai agar data yang dianalisis kebenarannya dapat teruji dan valid. Analisis data adalah kegiatan menguraikan, menjabarkan, menyelidiki, memecahkan atau menganalisis permasalahan dalam hal ini data penelitian yang telah dikumpulkan dengan menggunakan metode dan teknik tertentu serta berlandaskan pada teori yang sesuai.

Metode yang digunakan dalam penelitian untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai sistem derivasional dalam BMDM, maka data dianalisis dengan menggunakan metode simak, yaitu metode dengan menggunakan alat penentu unsur bahasa itu sendiri (Djajasudarma,2006:69). Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik kajian menurun (top down).

Bila teknik tersebut diterapkan dalam menganalisis sistem derivasional dalam BMDM akan tampak sebagai berikut.

Contoh nomina derivatif yang mengubah identitas leksikal (derivasi)

kabebe, pemukul

ka(N)- bebe ‘pukul’ (V) Berdasarkan contoh di atas, maka pola kontruksinya sebagai berikut. Nomina derivatif = prefikska(N)- + nomina

Dari kajian tersebut, dapat diklasifikasikan menurut kategorial atau kelas kata dan menurut derivasinya.Prefiks ka(N)- merupakan afiks pembentukan nomina dari dasar verba. Selain itu prefiksini adalah satu-satunya prefiksyang mengalami proses derivasional. Prefiks ka(N) akan mengalami proses morfofonemikapabila kata dasarnya diawali dengan fonem /c/ karena dimuka fonem /c/ muncul fonem /n/. Kata benda deverbal yang diturunkan dengan prefiks ka(N)-seperti tersebutdiatas dapat dilihat proses terbentuknya berikut ini.

1. Transkripsi data untuk menentukan indetifikasi data penelitian, Dalam penelitiankegiatan ini peneliti melakukan transkripsi data dengan cara mendeskripsikan data berdasarkan tuturan yang diperoleh melalui observasi tidak terstruktur atau melalui data wawancara

2. Klasifikasi data berdasarkan indentifikasi data penelitian. Dalam kegiatan inipeneliti mengadakan klasifikasi data berdasarkan klasifikasi data yang telah dilakukan sebelumnya.

3. Interpretasi data yaitu dengan jalan menafsirkan data dan klasifikasi secara rinci sesuai dengan ruang lingkup penelitian.

Pemeriksaan Keabsahan Data

(13)

memanfaatkan semua sesuatu di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Pengecekan keabsahan data dimaksudkan untuk mencari pertemuan pada satu titik tengah informasi dari data yang terkumpul guna pengecekan dan pembanding terhadap data yang telah ada. Sehingga langkah yang dilakukan adalah dengan triangulasi yaitu: 1. Triangulasi sumber, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan dan dikategorisasikan sesuai dengan apa yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut. Peneliti akan melakukan pemilihan data yang sama dan data yang berbeda untuk dianalisis lebih lanjut.

2. Triangulasi teknik, pengujian ini dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya dengan melakukan observasi, wawancara, atau dokumentasi. Apabila terdapat hasil yang berbeda maka peneliti melakukan konfirmasi kepada sumber data guna memperoleh data yang dianggap benar.

3. Triangulasi waktu, narasumber yang ditemui pada pertemuan awal dapat memberikan informasi yang berbeda pada pertemuan selanjutnya.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini pada hakikatnya merupakan temuan-temuan dalam penelitian.Temuan-temuan dalam penelitian ini pada prinsipnya merupakan gambaran yang menyeluruh tentang eksistensi derivasi bahasa Muna Dialek Mawasangka. Adapun wujud dari keberadaan derivasi bahasa Muna dapat diorganisasikan sebagai berikut;

1. Jenis-jenis derivasi BMDM. 2. Distribusi derivasi BMDM; dan 3. Konstruksi derivasi BMDM

Jenis-Jenis Derivasi BMDM

Derivasi dalam bahasa Muna dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu (1) derivasi dari sebuah kata benda atau derivasi denominal; (2) derivasi dari sebuah kata kerja atau derivasi deverbal; dan (3) derivasi dari sebuah kata sifat atau derivasi deadjektival. Pembahasan ketiga jenis derivasi dalam BMDM tersebut dapat dilakukan dengan cara pengujian kategorial dan identitas leksikal. Selanjutnya jika diperlukan digunakan susunan beruntun atau pengujian struktur sintaksis.

Derivasi Denominal

Derivasi denominal merupakan perubahan identitas leksikal disertai perubahan BMDM dapat dilakukan dengan proses morfologis, yaitu sebagai berikut ini.

1. Derivasi dengan prefiksasi: ne-, me-, po-, fe-, dan noci-. 2. Derivasi dengan sufiksasi:-i, dan -e

3. Derivasi dengan konfiksasi: fe-...-e, dan foko-...e

(14)

ini dikategorikan ke dalam dua kelas kata, yaitu verba denominal dan adjektiva denominal.

Verba Denominal

Verba denominal dalam BMDM adalah verba hasil proses derivasi yang berdasarkan pengujian kategori dan identitas leksikal berbeda dengan nomina yang menjadi dasar perubahan itu. Kata kerja denominal dalam BMDM dapat dibentuk melalui afiksasi, yaitu prefiks ne-,me-, po-, fe-, dan noci-, sufiks –i, dan -e; dan konfiks fe...-a dan foka ...-a untuk memperjelas persoalan di atas di bawah ini akan diuraikan satu demi satu.

Prefiks ne-

Salah satu cara yang dilakukan untuk mengubah identitas leksikal yang disertai dengan perubahan kategorial dalam BMDM adalah prefiksne-. Prefiks ne- dalam BMDM dapat mengubah status kategorial dari kelaskata nomina menjadi kelaskata verba. Perubahan kelas kata dengan prefiks ne- tersebut dalam BMDM sangat produktif. Perhatikan data berikut ini.

nebeha, memotong

ne- beha ‘potong;(N)

nehela, menarik

ne- hela ‘tarik’ (N)

netofa, mencuci

ne- tofa ‘cuci’(N)

Data di atas menunjukan bahwa prefiks ne- dalam BMDM merupakan morfem pembentuk kelaskata verba dari dasar nomina. Atau dengan perkataan lain, prefiks ne- dalam BMDM berfungsi membentuk kelaskata verba secara derivatif. Previks ne- biasa digunakan dalam kalimat berita berikut proses terbentuknya kata derivatif

anai amaicu ne’beha sau.(KD1)

“anak itu memomotong kayu”

kamokula amaicu ne’helahabuta.(KD2)

“orang tua itu sedang menarik tali”

kalambe amaicu ne’tofa pakeano amano.(KD3)

“gadis itu mencuci pakaian bapaknya” 4.1.4 prefik me-

(15)

Perhatikan data berikut ini.

mehelem, memakai helem

me- helem ‘helem (N) mebeca, memakai beca

me- beca‘becak’ (N)

metembo, memakai tembok

me- tembo ‘tembok’ (N)

Berdasarkan data di atas maka prefiks me- dalam BMDM berfungsi membentuk kelaskata verba secara derivatif karena kata dasarnya dari kelaskata nomina. Prefiks me- untuk menyatakan kalimat pertanyaan berikut ini proses terbentuknya afiks derivatif me-

Ane akumaa wekotamehelemhampaano nobahi polisiKD4)

“kalau kamu pergi dikota memakai helemmasalahnya banyak polisi” anahi amaicu me’beca kala wedaoa .(KD5)

“anak itu mamakai becak pergi kepasar” kamokula amaicu lambuno me’tembo.(KD6)

“orang tua itu rumahnya memakai tembok” Prefiks po-

Prefiks lain dalam BMDM yang dapat mengubah identitas leksikal disertai perubahan kategori kelas kata adalah prefiks po-. Perhatikan data berikut ini.

poamba, mengejar po-

amba ‘kejar’ (N) popohai, pacaran

po- pohai ‘pacaran’ (N)

Berdasarkanilustrasi diatas maka prefiks po- dalam BMDM berfungsi membentuk kelaskatanomina secara derivatif karena kata dasarnya berasal dari kelaskataverba. Selain itu, prefiks po- dapat mengubah identitas leksikal disertai dengan perubahan kategorial. Berikut ini proses terbentuknya afiks derivatif po-.

anai amaicu po,amba bhesabangkano.(KD7)

“anak itu saling mengejar dengan temannya” Amirpo,pohaibhasitieno.(KD8)

(16)

Prefiks fe-

Prefiks fe- dalam BMDM dapat mengubah identitas leksikal kata disertai perubahan kategorial dari kelas kata nomina menjadi kelas kata verba. Perhatikan data berikut ini.

feghato, teratap

fe- ghato ‘atap’ (N)

fepana, terpana

fe- pana ‘panah’ (N)

Ilustrasi diatas menunjukan bahwa prefiks fe- dalam BMDM berfungsi membentuk kelaskata verba karena kata dasarnya berasal dari kelas kata nomina. Akan tetapi prefiks ini tidak produktif dalam membentuk kelas kata verba dari dasar nomina. Berikut proses terbentuknyaafiks derivatif fe-.

lambu amaicu nandofe,ghato aniniKD9)

“rumah itu ssementara teratap tadi” kalambe awacu kancibae fe,pana.(KD10) “gadis itu sedang terkena panah”

Prefiks

noci-Prefiks dalam BMDM yang dapat mengubah identitas leksikal kata disertai dengan perubahan kategorial adalah prefiks noci-. Perhatikan data berikut ini.

nocibangku, sedang tertumbu

noci- bangku ‘tertumbu’ (N) nocicunu, sedang terkait

noci- cunu ‘ terkait’ (N)

Data di atas menunjukkan bahwa prefis noci- dalam BMDM berfungsi membentuk kelas kata verba secara derivatif karena kata dasarnya berasal dari kelas kata nomina. Berikut proses terbentuknya afiks derivatif noci-.

anai amaicu noci,bangku fotuno nekahondomi.(KD11)

“anak itu tertumbu kepalanya didinding” wa Ila noci,cunu aeono nekoncu.(KD12)

(17)

Sufiks-i

Selain sufiks-i, pembentukan verba dari dasar nomina dapat dilakukan dengan menempatkan sufiks pada akhir kata yang berkelas kata nomina. Salah satu sufiks dalam BMDM yang membentuk kelas kata verba dari dasar nomina adalah sufiks i. Perhatikan data berikut ini.

tofai,tamparin

tofa ‘tampar’ (N) -i cumbui,pukuli

cumbu‘pukul’ (N) -i

Data diatas menunjukan bahwa sufiks -i dapat mengubah kelaskata nominamenjadi kelaskata verba. Hal ini terjadi karena sufiks-i merupakan afiks derivasional yang dapat mengubah identitas leksikal disertai dengan perubahan kategori kata. Selain itu, penulis berasumsi bahwa sufiks -i merupakan alomorf dari sufiks -i karena mempunyai makna yang sama, yaitu memberi sesuatu seperti tersebut pada kata dasarnya. Berikut ini proses terbentukya afiks derivatif –i

anai amaicu tofa,i sabangkano.(KD13)

“anak itu dia tamparin temannya”

Sabangka cumbu,i kaeta mie awacu hampaano nokapaculi.(KD14)

“teman pergi pukuli kita orang sana, karena dia nakal” Sufiks-e

Selain sufiks-e, kata kerja denominal dapat juga dibentuk dengan menggunakan sufiks -e dapat membentuk kelaskatanomina verba dari dasar verba.Hal ini tampak pada data berikut ini.

cambue, timbalah cambu ‘timba’(N) -e dosue, masukan dalam dos dosu ‘dos’ (N) -e

Data di atas menunjukkan bahwa sufiks -e berfungsi membetuk kelas kata nomina secara derivasi karena kata dasarnya berasal dari kelas kataverba. Afiks ini cukup produktif dalam proses pembentukan kelas kata dan selalu melekat pada kata yang menyatakan alat seperti tampak pada contoh di atas.Berikut ini proses terbentuknya afiks derifatif –e

(18)

“Pergi timbalah air dibak sana soalnya kotor sekali” Udin kala dosu,e kaeta kausu amaicu.(KD16)

“Udin pergi masukan dalam dossepatu yang disana”

Konfiks fe...-e

Morfem yang membentuk kelaskata verba dengan dasar nomina adalah konfiks fe- -e dapat mengubah kelaskata nomina menjadi kelaskata verba, seperti tampak pada data berikut ini.

fetoboe, menikamkan

fe- tobo ‘tikam’ (N) -e

febhandue, melemparkan

fe- bhandu ‘lempar’ (N) -e

fesiramue, menyiramkan

fe-siramu ‘siram’ (N) -e

Data diatas menunjukan bahwa konfiks fe...-e merupakan morfem yang dapat mengubah identitas leksikal kata diserta perubahan kategori. Konfiks ini dapat membentuk kata kelas verba secara derivasi karena kata dasarnya berasal dari kelaskata nomina. Selain itu, konfiks fe...-e memiliki alomorf, yaitu fo...-e karena memiliki makna yang sama, yaitu menyatakan perintah, perhatikan proses terbentuknya afiks derivatif fe...-e berikut ini.

kamokula awacufe,tobo-emie.(KD17)

“orang tua itu sedang menikam orang”

anai moane awacu fe,bhandu-ejhambu.(KD18)

“anak laki-laki itu sedang melempar jambu”

kalambe awacufe,siramu-ebunga tewise lambu.(KD19)

“cewe itu menyiram bunga didepan rumah” Konfiks foko-...-e

Selain konfiks fe-....-e, konfiks yang lain yang dapat mengubah identitas leksikal disertai perubahan kategori dalam konfiksfoko-...-e. Kata kerja denominal yang di bentuk dengan konfiks foko-...-e ini tampak pada data berikut ini.

(19)

foko- sia’nyala’(N) -e fokoheae, jadikan darah

foko - hea’darah(N) -e

Ilustrasi di atas tampak bahwa konfiks foko-...-e berfungsi membentuk kata kelas verba secara derivasi karena kata dasarnya berasal dari kelaskata nomina. Perhatikan proses terbentuknya afiks derivatif foko-...-e berikut ini

anai amicu foko,sia-e oifi.(KD20)

“anak itu sedang menyalakanapisoba oe awacu foko hea-e.(KD21)

“coba air itu rubah menjadi darah

soba fokokalae oto tewiseno lambu.(KD22)

“coba jalankan mobil yang ada di depan rumah” Derivasi Deverbal

Derivasi deverbal dalam BMDM dapat menurunkan dua jenis kategori, yaitu(1) nomina deverbal dan (2) numerralia deverbal. Derivasi deverbal ini dapat dilakukan melalui proses morfologis yaitu sebagai berikut ini.

1) Derivasi dengan prefiksasi : ka(N)-, manso-, kafo-, pakha-, dan fo. 2) Derifasi dengan konfiksasi : kao-...-a.

Untuk memperjelas kedua jenis kategori ini di bawah ini akan diuraikan satu demi satu.

Nomina Deverbal

Nomina deverbal dalam BMDM adalah nomina hasil proses derivasi yang berdasarkan pengujian kategori dan identitas leksikal berbeda dari kelaskata verba yang dasar dari perubahan itu. Nomina deverbal dapat di bentuk dengan menggunakan prefiks ka(N)-, manso-, kafo-; konfiks kao-...-a

Prefiks ka(N)-

Perubahan kategori dari dasar verba menjadi kelaskata verba dalam BMDM adalah prefiks ka(N)-. Prefiks ka(N)- dalam BMDM berfungsi membentuk kelas kata verba secara derivatif karena kata dasarnya berasal dari kelaskata noomina.

Perhatikan data berikut ini.

kasibu, pencuri

(20)

kabahi,terlalu banyak

ka(N)- bahi ‘banyak’ (V)

kahimba, terlalu cepat

ka(N)- himba ‘cepat’(V)

Data diatas menunjukan bahwa prefiks ka(N)- merupakan afiks pembentukan nomina dari dasar verba. Selain itu prefiksini adalah satu-satunya prefiksyang mengalami proses morfofonemik. Prefiks ka(N) akan mengalami proses morfofonemikapabila kata dasarnya diawali dengan fonem /c/ karena dimuka fonem /c/ muncul fonem /n/. Kata benda deverbal yang diturunkan dengan prefiks ka(N)-seperti tersebutdiatas dapat dilihat proses terbentuknya berikut ini.

anai awacu ka,sibu jhambu wekoomeno.(KD23)

“anak itu sedangmencuri jambu dikebunnya orang” wedaoa awacu ka,bahi mie..(KD24)

“dipasar itu terlalu banyak orang”

anai awacu ka,himba sipalia neowa motoro.(KD25)

“anak itu terlalu cepat bawa motor”

Prefiks

manso-Prefiks lain yang mengubah identitas leksikal yang disertai dengan perubahan kategori dari dasar verba menjadi nomina secara derivatif karena kata dasarnya berasal dari verba. Perhatikan data berikut ini.

mansounda, selalu mau

manso(N)- unda ‘mau’ (v)

mansoamaha, pemarah

manso(N)- amaha ‘marah’ (v) mansobohai, selalu teriak

manso(N) - bohai ‘teriak’(v)

Untukmemperjelas kedudukan nomina deverbal ini, berikut ini dikemukakan proses terbentuknya afiks derivatif manso-

mahingga nocudue kamokulano manso,unda kansuhu.(KD26)

“apapun dia surukan orang tuanya selalu mau

(21)

“bapaknya diman jadi pemarah terus”

guhu awacu manso,bohai muriino hampaano nohia.(KD28)

“guru itu selalu teriak kalau siswanya ribut”

Perfiks

kafo-Selain perfiks ka(N) dan prefiks manso-perfiks yang mengubah identitas leksikal disertai dengan perubahan kategori dari verba menjadi nomina dalam BMDM adalah perfiks kafo-. Hal ini tampak pada data berikut ini.

kafokala, menjalankan

kafo- kala ‘jalan’ (v) kafofuma, memberikan makanan

kafo- fuma ‘ makan’ (V

Kata kala ‘jalan’ (V) apabila dirangkaikan dengan afiks kafo- menjadi kafokala ‘menjalankan, dalam BMDM berbeda dengan makna dasarnya.Maknakata kafokala adalah orang yang menjalankan. Kata kafofumakasih makan, mengandung pengertian bahwa ada sesuatu alat /faktor sehingga seseorang duduk jika makna kata kafokala dan kafofuma itu diganti dengan yang lain,kata tersebut justru tidak. Hal ini kemungkinannya merupakan segi keunikan BMDM.

Proses terbentuknya afiks derivatif kafo-tampak pada uraian berikut ini. anai amaicu kafo,kala oto.(KD29)

“anak itu sedeang menjalankan mobil” sobakafofuma anai moahono awacu.(KD30)

“coba kasih makan anak yang sudah lapar itu” Konfiks kao-...-a

Satu-satunya konfiks BMDM yang membentuk verba dari dasar nomina adalah konfiks kao-...-a. Konfiks kao-...-a ini kadang-kadang bervariasi dengan konfiks kae-...-a sehingga penulisan berasumsi bahwa konfikskae-...-a merupakan alomorf konfiks kao-...-a. Konfiks kae-...-a dalam BMDM selalu muncul apabila kata dasarnya diawali dengan fonem /b/w/ dan /t/. Perhatikan data berikut ini.

kaosakia, tempat sakit

kao- saki ‘ sakit’ (V) –a kaoobaa, tempat pembuangan

(22)

kao-sangke ‘angkat’ (V) -a

Data diatas menunjukan bahwa konfiks kao-...-a dengan alomorfnya kae-...-a berfungsi membentuk kelaskata nomina secara derivatif karena kata dasarnyaberasal dari kelaskata verba. Dengan demikian berarti konfiks kao-...-amengubah kategori kata dari kelaskata verba menjadi kelaskata nomina. Proses terbentuknya konfiks kao-...-a dapat dilihat dalam uraian berikut.

anai amaicu kancuhu kao,saki-a focuno.(KD31)

“Anak itu sering sakit kepala”

wekahumbu nembali kao,oba-a hewu.(KD32)

“dihutan tempatpembuangan sampah”

lapu aini nembali kae,sangke-a noua.(KD33)

“lap ini dijadikan untuk tempat mengangkat panci”

Derivasi Deadjektival

Derivasi deadjektival merupakan perubahan kelas kata disertai dengan perubahan identitasleksikal dari kata deadjektival menjadi kelas kata lain. Derivasi deadjektival tersebut dalam BMDM dapat dilakukan melalui proses morfologis, yaitu sebagai berikut.

1. Derivasi dengan prefiksasi: manso-, kafo-, pakha-, dan feka-. 2. Derivasi dengan konfiksasi: feka-...e dan kao-...a

Dari proses tersebut diatas terbentuklah kelas nomina dan kelas verba dari kelas adjektiva yang menjadi dasar perubahan identitas leksikal yang disertai perubahan kategori.

Nomina Deadjektival

Nomina deadjektival dalam BMDM adalah kata kelas nomina hasil proses derivasi yang berdasarkan pengujian kategorial dan identitas leksikal, berbeda dari kata sifat menjadi perubahan itu.Nomina deadjektival tersebut dapat melalui afiksasi, yaitu prefiks manso-, kafo-, dan konfiks kao-,...-a penjelasan kedua afiks tersebut tampak pada uraian berikut.

Prefiks

Nominadeadjektiva dalam BMDM dapat diturunkan dengan menambahkan prefiks manso- pada kelas kata adjektivayang merupakan bentuk dasarnya, seperti tampak pada data berikut ini.

mansompali, keseringan pergi

manso-mpali ‘pergi’ (Adj)

(23)

manso-wuha ‘lihat’ (Adj)

Ilustrasi di atas menunjukan bahwa prefiks manso- dalam BMDM berfungsi sebagai pembentuk kelas kata verba secara derivatif karena kata dasarnyaberasal dari kelas kata adjektiva. Selain itu, prefiks manso- tersebut kurang produktif dalam menurunkan kelas kataverba dari kelaskata adjektiva. Proses terbentuknya afiks derivatif manso- tampak pada uraian berikut ini.

kalambe awacu manso,mpali weacara.(KD34)

“gadis itu terlalu keseringan pergi diacara”

anai amaicu manso,wuha mie kasibu jhambu weome.(KD35)

“anak itu sering melihat orang mencuri jambu dikebun”

Prefiks kafo-

Disamping prefiks manso-perfiks lain yang dapat mengubah identitas sekaligus mengubah kategori dalam BMDM adalah prefiks kafo-kurang produktif dalam membentuk kelaskata verba dari dasar adjektiva. Hal ini tampak pada data berikut ini.

kafongkoha, kasih duduk

kofo- ngkoha ‘ duduk’(Adj)

kafosampu, kasih turun

kafo- sampu ‘ turun’ (Adj)

“coba kasih berdiri kita jagung yang terbaring ditanah” Prefiks kafo-sebagaimana tampak pada contoh di atas berfungsi sebagai pembentukkelas kata verba secara derivatif karena kata dasarnya berasal dari kelaskata adjektiva.Proses terbentuknyaafiks derivatif kafo- tampak pada uraian berikut ini.

encoba kafo,ngkoha nuua awacu kompoho.(KD36)

“coba kasih duduk belanga dikompor” kala kafo,sampu kaeta oai weome(KD37)

“pergi kasih turun kita kelapa dikebun”

encoba kala kafo,wanu kahitela ndumoleno newite.(KD38)

“coba kasih berdiri jagung yang terbaring ditanah” Konfiks kao-...-a

Satu-satunya konfiks dalam BMDM yang membentuk kelaskata verba dari dasar kelas adjektiva adalah konfiks kao-...-a. perhatikan data berikut ini.

kaopanaa, sakit panas

(24)

kaofofonia, tempat naik

kao- foni ‘naik’ (Adj) -a

Ilustrasi diatas menunjukan bahwa konfiks kao-...-a merupakan afiks pembentuk kelaskata nomina secara derivatif karena kata dasarnya berasal dari kelas kata adjektiva. Prefiks ini lebih cukup produktif dalam membentuk kelaskata nomina dari dasar adjektiva. Berikut ini terbentuknya afiks derivatif kao-...-a

kamokula amaicu nofohou kago kao,panaa.(KD39) “orang tua itu minum obat sakit panas”

anai amaicu nehabu pulangku nembali kao,fofonia telolambu.(KD40)

“anak itu membuat tangga untuk tempat naik diatas rumah” kamokula amaicu nofohou kago kao,bea.(KD41)

“orang tua itu sedang minum obat gila” Verba Deadjektival

Verba deadjektival dalam BMDM merupakan kelaskata verba hasil proses derivasi yang berdasarkan pengujian kategorian dan identitas leksikal berbeda dari kelas kata adjektiva yang menjadi dasar perubahan itu. Verba deadjektival dapat dibentuk melalui melalui prefiks pakha-, feka-, dan konfiks feka-,...-e.

Prefiks pakha-

Verba deadjektival dapat diturunkan dengan menambahkan prefiks pakha-pada kelaskata adjektival yang merupakan bentuk dasarnya. Verba deadjektival tersebut dapat dilihat pada data berikut ini.

pakhalente-lente, pura-pura melahirkan

pakha- lente ‘lahir’ (Adj)

pakhaondo-ondo, pura-pura melihat

pakha- ondo ‘lihat’ (Adj)

Berdasarkan data di atas, tampak prefiks pakha- dalam BMDM berfungsi sebagai pembentuk kelaskata verba secara derivatif karena kata dasarnya berasal dari kelaskata adjektiva. Prefiks ini cukup produktif dalam membentuk kelaskata verba dari dasar adjektiva. Proses ini terbentuknya afiks derivatif pakha-.

kalambe amaicu nobe hampaano pakha,lente-lente anai.(KD42)

“gadis itu gila karena pura-pura melahirkan anak” kamokula mohane pakha, ondo-ondo kartu.(KD43)

(25)

Prefiks

Prefiks lain yang membentuk verba deadjektival dalam BMDM adalah prefiks feka-. Prefiks feka- dalam BMDM berfungsi sebagai pembentuk kelaskata verba secara derivatif karena kata dasarnya berasal dari kelas kata adjektiva. Perhatikan data berikut ini.

fekahubu, perkecilkan

feka-hubu ‘kecil’ (Adj)

fekabahi, perbanyaqk

feka-bahi ‘banyak’ (Adj)

fekaluncu, sangat lambat

feka-luncu‘lambat’ (Adj)

Adapun proses terbentuknya afiks derivatif feka- dapat dilihat pada uraian berikut ini. kala feka,hubu kaeta sala awacu.(KD44)

“pergi perkecilkan celana itu”

kala feka, bahi mehole kaeta dhambu.(KD45)

“pergi perbanyak menggoreng jambu” anai amaicu feka,luncu neowa oto sepalia.(KD46)

“anak itu sangat lambat membawa mobil

Konfiks feka-...-e

Satu-satunya konfiks dalam BMDM yang membentuk verba dari dasar adjektiva adalah konfiks feka-...-e. Perhatikan contoh berikut ini.

fekaosae, sangat kuat

feka-osa ‘kuat’(Adj) -e

fekahalusue, menghaluskan

feka- halusu ‘halus’(Adj)-e

Data di atas tampak bahwa konfiks feka-.-e berfungsi sebagai pembentuk kelas kata verba karena kata dasarnya berasal dari kelas kata adjektiva.Selain itu ,konfiks feka-..-e cukup produkif dalam membentuk kelaskata verba dengan dasar adjektiva. Perhatikan proses terbentuknya afiks derivatif feka-...-e berikut ini.

(26)

“anak itu menarik kayu sangat kuatkala feka- halusu-e kaeta gola.(KD48)

“pergi menghaluskan kita gula” PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa sistem derivasi dalam BMDM merupakan tipe derivasi yang mengubah identitas leksikal disertai perubahan status kategorial. Tipe derivasi ini, berdasarkan kategori bentuk dasar maka derivasi yang di hasilkan ada tiga jenis, yaitu (1) derivasi denominal, (2) derivasi deverbal, dan (3) derivasi deadjektival.

Derivasi denominal dapat merupakan verba denominal. Derivasi ini dibentuk melalui penambahan afiks ne-, me-, po-, noci-, -I, -e, fe...-e, foko-...- pada bentuk dasar nomina.

Derivasi deverbal merupakan nomina deverbal. Nomina deverbal tersebut di turunkan dari bentuk dasar verba dengan menggabungkan afiks ka(N)-, manso-, kafo-, dan kao-...-a.

Derivasi deadjektival dapat menurunkan deadjektival dan verba deadjektival. Nomina deadjektival diturunkan dari bentuk dasar adjektiva dengan melekatkan afiks manso-, kafo- dan kao-....-a. Verba deadjektival diturunkan dari bentuk dasar adjektiva dengan melakatkan afiks pakha-,feka-,dan feka-...-ie. Afiks pembentuk nomina derivatif dalam BMDM terdiri atas empat macam, yaitu afiks ka(N)-, manso-, kafo-...-a. Afiks kao-...-a dengan alomornya kae-...-a memiliki tingkat produktivitas yang sangat tinggi. Kemudian diikuti oleh afiks ka(N)- dan terakhir afiks manso- dan kafo-. Afiks kao-...-a dan ka(N) dalam BMDM hanya dapat dirangkaikan dengan bentuk dasar verba, sedangkan afiks manso- dan kafo- selain dapat melekat pada bentuk dasar adjektiva. Afiks ka(N)- juga dapat berdistribusi paralel dengan afiks kao-...-a dan sebagian kecil berdistribusi paralel dengan afiks manso-. Afiks kafo- hampir tidak dapat berdistribusi paralel dengan afiks kao-...-a. Afiks pembentuk verba derivatif dalam BM terdiri atas 12 afiks,yaitu ne-, me-, po-, fe-,noci-, pakha-, -I, -e, fe-ka , fe-e foko-e, feka-ie.

(27)

Saran

Penelitian yang membicarakan secara khusus tentang sistem derivasi dalam BMDM selama ini pernah dilakukan.Oleh karena penelitian ini merupakan penelitian awal maka perlu diadakan penelitian lanjutan agar BMDM dapat terinventarisasi dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar para generasi muda khususnya yang berbahasa ibu BMDM dapat mengetahui eksistensi BMDM dengan baik yang pada akhirnya dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi para guru bahasa daerah BMDM dalam menjelaskan materi tentang BMDM.

DAFTAR PUSTAKA

Agusdarma.2009. Kandai. Kendari: Kantor Bahasa

Badudu. 1982. Morfologi Bahasa Gorontalo. Jakarta: Pustaka Prima

Badulu. 2005. Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta

Badulu dkk. 1985. Sistem Morfologi Kata Kerja Bahasa Bandar. Jakarta: Rineka Cipta

Baharudin dkk.2000. Morfologi Nomina dan Adjektiva Bahasa Mori. Kendari: Kantor Bahasa

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta

(Djajasudarma,2006:69).Penelitian bahasa. Jakarta: Rineka Cipta

Kridalaksana.2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pusat Utama

La Ino. 2013. Bahan Ajar Morfologi. Kendari: Universitas Halu Oleo

Marafad Dkk. 2008. Bahasa Indonesia dan Karya Tulis Ilmiah. Kendari: Universitas Halu Oleo

Parera. 2007.Bahasa Morfologi. Jakarta: PT Gramedia Pusat Utama .

Pateda,Mansoer. 2009. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa

Putrayasa. 2010. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmawati Dkk. 2008.Bunga Rampai. Kendari: Kantor Bahasa

Referensi

Dokumen terkait

Anak 11 tahun dibawa gurunya dengan keluhan gatal pada kulit kepala dan kulit belakang telinga sejak 3 bulan yang lalub. PF: putih-putih menempel di

Pedagang telah mampu memilih bahan makanan pokok seperti mie, daging ayam dengan kualitas yang baik, sayuran yang utuh dan segar. Pedagang menyimpan

yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Permisif Dan Kontrol Diri Dengan

Hampir semua konsultan pajak yang diwawancarai menyatakan hal yang serupa apabila menyinggung prospek tax amnesty ke depannya, yaitu di samping dalam jangka pendek dapat

Sebuah fenomena sosial terkait dengan dampak globalisasi dan pandangan masyarakat saat ini dalam menentukan arah kemajuan menjadi hal yang menarik untuk diangkat sebagai

RSUD Palembang BARI dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya ditunjang dengan SDM yang tenaga baik PNS maupun honor dengan kontrak kerja. Asuhan bayi baru lahir adalah

Berdasarkan penelitian sebelumnya, Capryol 90 memiliki kemampuan yang baik dalam melarutkan berbagai zat aktif obat yang akan dibuat dalam sediaan SNEDDS, salah

Diduga inflasi relatif, suku bunga relatif, pendapatan nasional relatif, dan relative money supply berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar aktual dari tiga mata