• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Mangrove

Mangrove didefinisikansebagai tipe vegetasi yang terdapat di perairan laut

dan payau.Secara umum dibatasi zona pasang-surut, mulai dari batas air surut

terendah hingga pasang tertinggi. Secara harfiah, mangrove mempunyai dua arti

yaitu sebagai komunitas tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam

atau salinitas dan sebagai individu. Mangrove disebut juga sebagai hutan pantai,

hutan payau atau hutan bakau.Pengertian mangrove sebagai hutan pantai adalah

deretan pohon yang tumbuh di daerah pantai (pesisir), baik pada daerah yang

dipengaruhi pasang surut air laut maupun wilayah daratan pantai yang

dipengaruhi oleh ekosistem pesisir.Sementara pengertian mangrove sebagai hutan

payau atau hutan bakau adalah pohon yang tumbuh di daerah payau pada tanah

alluvial di daerah pertemuan air laut dan air tawar yang terdapat di sekitar muara

sungai (Sari dkk, 2014).

Ekosistem hutan mangrove dapat menyediakan habitat yang baik bagi

kolonisasi berbagai fauna yaitu dengan adanya naungan, substrat dasar yang

lembab, pohon sebagai tempat menempel dan yang terpenting yaitu kelimpahan

detritus organik sebagai makanan. Selanjutnya mereka membagi fauna hutan

mangrove berdasarkan habitatnya yaitu: (1) Fauna yang hidup di atas permukaan

tanah (surface fauna/epifauna), (2) Fauna yang hidup meliang di dalam tanah

(infauna) dan (3) Fauna yang hidup menempel di pohon mangrove

(2)

Peran dan Fungsi Mangrove

Hutan mangrove merupakan sumber daya alam pesisir yang mempunyai

peranan penting bagi kelangsungan hidup ekosistem lainnya.Hal ini karena hutan

mangrove mempunyai lokasi yang strategis, dan dengan potensi yang terkandung

didalamnya, serta fungsi perlindungannya secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi keberadaan dan berfungsinya sumber daya alam lainnya. Hutan

mangrove memiliki bermacam-macam fungsi, antara lain fungsi fisik, biologis

dan sosial ekonomis(Fitriah dkk, 2013).

Mangrove sebagai habitat tempat hidup, berlindung, memijah dan

penyuplaimakanan dapat menunjang kehidupan moluska. Rantai makanan yang

berperan didaerah ekosistem mangrove adalah rantai makanan detritus dimana

sumber utama detritus berasal dari daun-daunan dan ranting-ranting mangrove

yang gugur dan membusuk. Oleh karena itu organisme bentik terutama

gastropoda dan bivalvia dapat dijadikan sebagai indikator ekologi untuk

mengetahui kondisi ekosistem (Hartoni dan Agussalim, 2013).

Zonasi Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove dibagi menjadi zonasi-zonasi berdasarkan jenis vegetasi

yang dominan, mulai dari arah laut ke darat yaitu: Zona Avicennia sp.; terletak

paling luar dan berhadapan langsung dengan laut. Zona ini umumnya memiliki

substrat lumpur dan kadar salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona pionir karena

jenis tumbuhan ini memiliki perakaran yang kuat untuk menahan gelombang dan

(3)

namun kadar salinitasnya lebih rendah. Mangrove pada zona ini masih tergenang

pada saat air pasang.Zona Bruguiera sp.; terletak di belakang zona Rhizophora sp.

dan memiliki substrat tanah berlumpur keras.Zona ini hanya terendam pada saat

air pasang tertinggi atau 2 kali dalam sebulan.Zona Nypa fruticans; terletak paling

belakang dan berbatasan dengan daratan (Sari dkk, 2014).Pola zonasi mangrove

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pola Zonasi Mangrove (Bengen, 2004)

Zonasi hutan mangrove yang selalu tergenang air (Rhizophora styllosa,

Rhizopora mucronata) tergenang pada saat pasang sedang (Rhizophora

apiculata), tergenang pada saat pasang tinggi (Rhizophora apiculata, Bruguiera

gymnorhiza) serta daerah perbatasan atau transisi dimana hanya tergenang pada

saat pasang purnama (Rhizophora apiculata, Bruguiera, Ceriops dan Xylocarpus)

(4)

Morfologi Gastropoda

Kelas Gastropoda merupakan kelas terbesar dari Mollusca lebih dari

75.000 spesies yang telah teridentifikasi dan 15.000 diantaranya dapat dilihat

bentuk fosilnya.Fosil dari kelas tersebut secara terus-menerus tercatat mulai awal

zaman Cambrian.Ditemukannya Gastropoda di berbagai macam habitat, seperti

didarat dan di laut. Maka dapat disimpulkan bahwa Gastropoda merupakan kelas

yang paling sukses di antara kelas yang lain (Kamalia, dkk., 2014).

Gastropoda adalah salah satu biota laut yang jenisnya melimpah dan

memiliki karakter yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Habitat

gastropoda ada di laut, darat, air tawar, bahkan air payau. Pada umumnya,

gastropoda bercangkang dan bertubuh lunak dengan bentuk cangkang setiap jenis

berbeda sesuai dengan pola habitatnya yang beranekaragam bentuk, pola, dan

struktur cangkang (Putri dkk, 2012).

Struktur umum morfologi gastropoda terdiri atas kepala, kaki, badan, dan

mantel.Kepala hewan Gastropoda berkembang dengan baik dan pada umumnya

dilengkapi dengan tentakel dan mata. Gastropoda mempunyai badan yang simetri

dengan mantelnya terletak di bagian depan, dan memiliki cangkang tunggal yang

berputar ke arah belakang searah dengan jarum terpilin membentuk spiral, dengan

massa viseral dilindungi cangkang dan mengalami perputaran 180o berlawanan

arah dengan jarum jam terhadap sumbu anterior-posterior. Ciri khas gastropoda

(5)

Gambar 3. Penampang Cangkang Gastropoda (Tuheteru dkk, 2014).

Sistem Reproduksi Gastropoda

Gastropoda mempunyai alat reproduksi jantan dan betina yang bergabung

atau disebut juga ovotestes. Pembuahan sel telur diperlukan individu

pasangannya, karena spermatozoa dari suatu individu tidak bisa bergabung

dengan telur dari individu yang sama. Spermatozoa dihasilkan oleh ovotestis,

kemudian menuju ke saluran sperma, dan selanjutnya menuju vas diveren. Telur

juga berasal dari ovotestis, keluar menuju ke saluran hermafroditikus, selanjutnya

akan dibungkus oleh albumi. Dalam oviduk, telur akan dibungkus oleh cangkang

yang dihasilkan oleh epitel saluran tersebut. Vagina bermuara ke kelenjar lendir,

kantung duri dan doktus spermateka.Vagina dan venis bermuara ke atrium

genital.Gastropoda yang hidup di laut mengamankan telur-telurnya dengan

meletakkan di dalam selaput agar-agar.Bentuk selaput pelindung tersebut

bermacam-macam banyak diantaranyaberbentuk kapsul dan setiap kapsul dapat

berisi satu sampai ratusan telur didalamnya.Ada induk yang menjaga telurnya

(6)

Habitat Gastropoda

Gastropoda di ekosistem mangrove merupakan salah satu jenis gastropoda

yang banyak hidup di air payau atau hutan mangrove yang didominasi oleh pohon

mangrove (Rhizopora sp) sehingga orang menyebutnya sebagai keong bakau.

Gastropoda biasanya hidup menempel pada akar, batang mangrove dan pada

permukaan tanah.Hewan yang hidup di ekosistem mangrove, dapat ditemukan di

lumpur atau tanah yang tergenang air dan juga dapat menempel pada akar, batang

dan daun mangrove.Pada umumnya pergerakan Gastropoda sangat lambat dan

bukan merupakan hewan yang berpindah-pindah.Kondisi lingkungan di ekosistem

tersebut seperti tipe substrat, salinitas, dan suhu perairan dapat memberikan

variasi yang besar pada kehidupan Gastropoda (Shanmugam dan Vairamani,

2008).

Distribusi gastropoda di hutan mangrove mempunyai penyebaran yang

sempit. Gastropoda banyak ditemukan sangat dekat dengan genangan air dan

mampu bertahan pada rentang kadar garam air yang tinggi. Gastropoda yang

berada di atas permukaan tanah contohnya Cerithidea cigulata, L. skabra, C.

quardata, N. planospira, Telescopium telescopiumyang menyukai permukaan

lumpur atau daerah dengan genangan air yang cukup luas. Jenis C. cigulata

banyak ditemukan di ekosistem mangrove Rhizophora spp, karena dapat

menyediakan substrat lumpur yang merupakan habitat dari jenis

tersebut.Jenis-jenis gastropoda tersebut merupakan tersebut.Jenis-jenis gastropoda dari famili Potamididae

yang hidup pada substrat yang mengandung lumpur.Sebagian gastropoda tersebut

(7)

Cara Makan Gastropoda

Gastropoda pada hutan mangrove berperan penting dalam proses

dekomposisi serasah dan mineralisasi materi organik terutama yang bersifat

herbivor dan detrivor. Dengan kata lain Gastropoda berkedudukan sebagai

dekomposer awal yang bekerja dengan cara mencacah-cacah daun-daun menjadi

bagian-bagian kecil kemudian akan dilanjutkan oleh organisme yang lebih kecil

yaitu mikroorganisme (Kamalia dkk, 2014).

Pada umumnya gastropoda tersebut pada saat air pasang akan melakukan

aktivitas yaitu dengan mengambil makanan yang melayang di air, sedangkan pada

saat air surut gastropoda tersebut akan membenamkan diri di bawa pohon

mangrove Rhizophora spp, sekitar 10−15 cm dari akar mangrove, di bawah

mangrove juga tergenagi air sehingga gastropoda bisa mengambil

makanan(Tuheteru dkk, 2014).

Sebagian besar gastropoda bersifat herbivora yang memakan benthik

plankton dasar perairan atau memakan daun secara langsung namun ada juga yang

sebagai predator. Namun beberapa gastropoda yang ditemukan didaerah

berlumpur sebagai deposit feeder. Demikian pula dengan jumlahfitoplankton

dasar yang ada di daerah tersebut juga memiliki jumlah yang relatif sama sebagai

salah satu sumber makan gastropoda (Pratikto dan Rochaddi, 2006).

Jenis – Jenis Gastropda di Ekosistem Mangrove

Umumnya Gastropoda yang hidup di perairan kawasan hutan mangrove

yaitu Telescopium telescopium, Cassidula aurisfelis, Cerithidea cingulata,

(8)

Littoraria scabra, Littoraria melanostoma, dan Sphaerassiminea

miniata(Tuheteru dkk, 2014).

Jenis-jenis Gastropoda lebih banyak ditemukan di ekosistem mangrove

dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

Rhizphora stylosa. Misalnya Gastropoda jenis Terebralia sulcata, Terebralia

palustris, Cerithidea cingulata yang merupakan Gastropoda asli pada ekosistem

mangrove, jenis-jenis tersebut lebih banyak menyukai permukaan yang berlumpur

atau daerah dengan genangan air yang cukup luas pada daerah ekosistem

mangrove, jenis Terebralia palustris yang memiliki kesamaan dengan Terebralia

sulcata yang lebih banyak menyukai permukaan berlumpur dan lebih banyak

sering dijumpai di mangrove jenis Avicennia marina, Rhizophora mucronata dan

Rhizophora stylosa (Budiman dan Dwiono, 1986).

Suhu

Suhu merupakan suatu ukuran yang menunjukan derajat panas benda.

Suhu biasa digambarkan sebagai ukuran energi gerakan molekul. Suhu sangat

berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem suatu perairan. Suhu

sangat memengaruhi segala proses yang terjadi di perairan baik fisika, kimia,

dan biologi badan air. Suhu juga mengatur proses kehidupan dan penyebaran

organisme. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang disukai bagi

pertumbuhannya. Makin tinggi kenaikan suhu air, maka makin sedikit oksigen

yang terkandung di dalamnya. Suhu yang berbahaya bagi makrozoobenthos

(9)

Salinitas

Salinitas merupakan ciri khas perairan pantai atau laut yang

membedakannya dengan air tawar.Berdasarkan perbedaan salinitas, dikenal biota

yang bersifat stenohaline dan euryhaline.Biota yang mampu hidup pada kisaran

yang sempit disebut sebagai biota bersifat stenohaline dan sebaliknya biota yang

mampu hidup pada kisaran luas disebut sebagai biota euryhaline(Asrianidkk,

2013).

Fluktuasi salinitas di daerah intertidal dapat disebabkan oleh dua hal,

pertama akibat hujan lebat sehingga salinitas akan sangat turun dan kedua akibat

penguapan yang sangat tinggi pada siang hari sehingga salinitas akan sangat

tinggi. Organisme yang hidup di daerah intertidal biasanya telah beradaptasi

untuk menolerir perubahan salinitas hingga 15‰. Kisaran salinitas yang

dianggap layak bagi kehidupan makrozoobentos berkisar 15-45‰, karena

pada perairan yang bersalinitas rendah maupun tinggi dapat ditemukan

makrozoobentos seperti siput, cacing (Annelida) dan kerang-kerangan

(Marpaung, 2013).

Derajat Keasaman (pH)

Organisme perairan mempunyai kemampuan berbeda dalam menolerir

pH perairan. Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi

banyak faktor antara lain suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, adanya berbagai

anion dan kation serta jenis dan stadia organisme. Sebagian besar biota akuatik

menyukai nilai pH berkisar antara 5,0-9,0 hal ini menunjukkan adanya

(10)

dasar perairan seperti polychaeta, moluska dan bivalvia memiliki tingkat asosiasi

terhadap derajat keasaman yang berbeda-beda (Marpaung, 2013).

pH merupakan faktor pembatas bagi organisme yang hidup di suatu

perairan. Perairan dengan pH yang terlalu tinggi atau rendah akan mempengaruhi

ketahanan hidup organisme yang hidup didalamnya, sebagian besar biota akuatik

sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai kisaran pH sekitar

7-8,5(Asrianidkk, 2013).

Substrat

Karakteristik substrat merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan

mangrove.Tekstur dan konsentrasi ion serta kandungan bahan organik pada

subtrat sedimen mempunyai susunan jenis dan kerapatan tegakan misalnya jika

komposisi substrat lebih banyak liat (clay) dan lanau (silt) maka tegakan menjadi

lebih rapat (Budiasih dkk, 2015).

Substrat dasar perairan merupakan faktor yang penting bagi kehidupan

hewan makrozoobentos yaitu sebagai habitat hewan tersebut.Masing-masing

spesies mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap substrat. Kadar

organik adalah satu hal yang sangat berpengaruh pada kehidupan

makrozoobentos, dimana kadar organik ini adalah sebagai nutrisi bagi

makrozoobentos tersebut. Tingginya kadar organik pada suatu perairan umumnya

akan mengakibatkan meningkatnya jumlah populasi hewan bentos dan sebagai

organisme dasar, bentos menyukai substrat yang kaya akan bahan organik. Maka

Gambar

Gambar 2. Pola Zonasi Mangrove (Bengen, 2004)
Gambar 3. Penampang Cangkang Gastropoda (Tuheteru dkk, 2014).

Referensi

Dokumen terkait

fenomena di atas yang memerlukan pengkajian lebih lanjut maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian dan penelitian lebih dalam dengan judul: “ Pengaruh

[r]

Akibatnya, sharing pengetahuan menjadi semakin sulit diabaikan, dan sebagai hasil memiliki fokus eksternal, proaktif, sebuah kultur inovatif dengan pekerja mau

Aplikasi dapat digunakan untuk mengamankan file digital dengan menggunakan metode TEA dan memecah file menjadi beberapa bagian, tetapi hanya dibutuhkan sebagian pecahan

Kabupaten Minahasa Selatan adalah daerah otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor. 10 Tahun 2003 tentang Pembentukan

Mendukung Pengembangan Wilayah Berdasarkan Nilai Infrastruktur di Wilayah Sumatera Utara”, Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Ruang lingkup kegiatan Perlombaan Karya Inobel bagi Guru SD Tingkat Nasional Tahun 2018 berisi tentang pengalaman pembelajaran terbaik yang merupakan hasil inovasi

Hasil analisis statistik menunjukkan pengaruh nyata dan positif persepsi, dan kesadaran kesehatan terhadap keinginan membeli produk pangan organik pada umumnya, disamping