• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kadar Fluor Air Sumur Dengan Fluorosis Gigi Pada Anak di Dusun 1 Sitiris-Tiris Desa Sitiris-Tiris Kecamatan Andam Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Kadar Fluor Air Sumur Dengan Fluorosis Gigi Pada Anak di Dusun 1 Sitiris-Tiris Desa Sitiris-Tiris Kecamatan Andam Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian dari kesehatan

tubuh. Masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan yang

masih banyak dikeluhkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sampai saat

ini. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang semua

golongan umur yang bersifat progresif dan akumulatif (Pedoman UKGS, 2012).

Banyak kasus yang terkait dengan permasalahan gigi salah satunya ialah fluorosis.

Fluorosis gigi merupakan suatu gejala berupa bercak putih hingga

kecoklatan pada gigi akibat intake fluor yang berlebihan pada masa pembentukan

gigi. Fluorosis dentis bisa terjadi karena tingginya konsumsi total ion fluor (F)

sehari-hari dari sumber seperti air, pasta gigi, dan tablet (Kidd et.al. 2002).

Fluoride dianggap zat gizi karena peranannya dalam mineralisasi tulang dan gigi

(Almatsier, 2009). Fluor diterima sebagai metode efektif untuk mencegah karies,

tetapi mengkonsumsi fluor secara berlebih dapat menempatkan tulang dan gigi

pada resiko terbentuknya fluorosis (Fommon et.al. 2000). Tujuan penggunaan

fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies dengan menghambat proses

demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang perbaikan dan

penghentian lesi karies (Angela, 2005).

Salah satu sumber fluor secara alamiah terdapat pada air tanah. Perairan

alami biasanya memiliki kadar fluor kurang dari 0,2 mg/liter sementara kadar

(2)

perairan laut (McNeely et.al. dalam Effendi, 2003). Mengkonsumsi air yang

mengandung kadar fluor dalam jumlah yang tinggi secara terus-menerus dapat

menempatkan gigi mengalami fluorosis.

Fluorosis gigi pertama kali ditemukan oleh seorang dokter gigi Amerika

Dr.McKay F.S pada tahun 1901 yang menemukan email yang berbintik (mottled

enamel) pada gigi kebanyakan pasiennya yang ditandai dengan bintik kecil putih

atau bintik /daerah kuning atau coklat yang tersebar tidak beraturan di seluruh

permukaan gigi yang kemudian pada tahun 1930-an diketahui penyebab

timbulnya bintik tersebut adalah kadar fluor air minum yang berlebihan (>2,0

bagian/106F atau 2 mg F/liter). Pada tahun 1942, Dean dan kawan-kawan

menerbitkan hasil penelitian epidemiologi klasik yang dibuat oleh US Public

Health Service . Penelitian dilakukan terhadap anak-anak berumur antara 12-14

tahun yang tinggal di 20 kota menunjukkan bahwa jika kadar fluor dalam air

minum kira-kira 1 bagian/10F6 (1 bagian per sejuta = 1 bps) gigi yang berumur

panjang di daerah tersebut mempunyai prevalensi yang rendah karies tapi

menunjukkan tanda-tanda fluorosis. (Kidd et.al. 1991).

Terdapat 40 juta penduduk yang telah mendapatkan fluor dalam air minum

secara alamiah pada konsentrasi 0,7mg/L atau lebih. Konsentrasi fluor 1 ppm pada

air minum berdasarkan pada studi epidemiologi di berbagai negara dilaporkan

mempunyai efek preventif, ditemukan adanya 10% - 20% fluorosis sangat ringan

dan tidak memengaruhi estetika secara bermakna. Adanya temuan fluorosis

adalah akibat adanya hubungan antara konsentrasi fluor yang tinggi dalam air

(3)

penelitian menyebutkan pengaruh fluoride terhadap tubuh dalam waktu lama

dapat menyebabkan fluorosis gigi dan fluorosis tulang (IPCS, 2002).

Menurut survei kesehatan nasional terbaru dari tahun 1999 hingga 2004,

kurang dari 23% setiap orang yang berusia 6-49 mengalami fluorosis gigi. Sekitar

2% memiliki fluorosis gigi moderat dan kurang dari 1% memiliki fluorosis gigi

parah. Fluorosis gigi paling umum terjadi di kalangan anak-anak usia 12-15,

namun tidak umum pada kelompok usia yang lebih tinggi dari usia tersebut. Hal

ini dikarenakan peningkatan ketersediaan fluoride dan konsumsi flouride oleh

anak dari berbagai sumber (Beltrán et.al. 2010).

Selain di Amerika Serikat endemik mottled enamel atau fluorosis gigi

juga dilaporkan di Inggris, Italia, Afrika Utara, Argentina, Jepang , China dan

beberapa negara lain (Dean dalam Fejerskov, 1991). Dari negara Nigeria

dilaporkan bahwa dari 200 anak yang diteliti 36,5% anak menderita fluorosis

dimana jika dikelompokkan berdasarkan atas index Dean maka sebanyak 29%

anak-anak tersebut menderita fluorosis dalam bentuk yang sangat ringan dan 7,5%

dalam bentuk yang ringan (Koleoso, 2004).

Di Ethiopia Wondwossen et.al. (2004) meneliti fluorosis gigi (dan karies)

pada anak-anak yang tinggal di dua desa di Wonji Shoa dimana prevalensi

fluorosis gigi (skor 1 atau lebih menggunakan Thylstrup-Fejerskov index) adalah

91,8 % dan 100 %. Prevalensi fluorosis gigi yang parah (skor 5 atau lebih besar)

sebesar 11 % dan 60 % .

Hasil penelitian Alvarez et.al. (2009)memaparkan bahwa air berfluoridasi

(4)

minum dan makanan yang bercampur dengan air berfluoridasi, 60% sisanya

berasal dari sumber fluoridasi lainnya. Studi Rajesh Kr.Y et.al. (2012)

menunjukkan prevalensi fluorosis berupa anak-anak usia 6-11 tahun (50%), usia

18-30 tahun (35,71%), usia 31-40 tahun (42.31%) dan usia > 40 tahun (10%).

Menurut Pedoman UKGS (2012) di Indonesia sendiri penelitian tentang

hubungan kadar fluor dengan fluorosis gigi masih sedikit dilakukan. Beberapa

daerah seperti Cipatat, Situbondo, Madiun, Donggala, Buoi, Toli-toli, Palu, Poso

dan Bangai memiliki kadar fluor tinggi (0,75 – 3,4 ppm) sehingga banyak

ditemukan gigi yang mengalami fluorosis gigi. Penelitian di 10 desa Asembagus

dengan kadar fluor (0,2 –2,7 ppm) rata-rata sebesar 5% dengan rata-rata DMF-T

1,00 yang diikuti adanya penderita fluorosis sebanyak 83%.

Penelitian Wijaya (2012)mengenai gambaran kadar fluor dengan fluorosis

di Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo diketahui bahwa fluorosis yang

terlihat memiliki skor rata-rata 2,5 termasuk tampak (marked) menurut Dean dan

kadar fluor air sumur yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari memiliki nilai

kadar fluor rata-rata 3,08 yang termasuk tinggi menurut Angela.

Hasil survei awal dan pemeriksaan terhadap fisik serta kimia air minum

yang dilakukan Soerahman dkk (2012) di Desa Bantal, Kecamatan Asembagus,

Kabupaten Situbondo diperoleh kadar fluor air bersih sebesar 1,68 mg/l dan dari

4.784 jiwa penduduk 98 % mempunyai gigi dengan noda coklat atau bintik-bintik

kuning yang menyebar di permukaan gigi akibat pembentukan email gigi yang

(5)

Dusun Sitiris-Tiris merupakan salah satu dusun yang terdapat di Desa

Sitiris-Tiris Kecamatan Andam Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah yang berada di

pesisir laut Sitiris-Tiris yang merupakan salah satu laut yang terdapat di wilayah

tersebut dengan jumlah kepala keluarga sebesar 146 pada tahun 2015.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 29

Januari 2016 diketahui seluruh kepala keluarga menggunakan sumur gali sebagai

sumber air bersih.

Sebagian besar masyarakat menggunakan air sumur untuk dikonsumsi

disamping mengkonsumsi air minum isi ulang. Kondisi air sumur secara fisik

terlihat berwarna kekuningan dan keruh. Selain itu permukaan gigi sebagian besar

anak-anak di Dusun 1 Sitiris-Tiris Desa Sitiris-Tiris Kecamatan Andam Dewi

Kabupaten Tapanuli Tengah secara visual terlihat bercak-bercak putih hingga

berwarna kecoklatan yang mirip dengan gambaran klinis fluorosis gigi.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya serta survei pendahuluan

yang dilakukan peneliti maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai

“Gambaran kadar fluor air sumur dengan fluorosis gigi pada anak di Dusun 1

Sitiris-Tiris Desa Sitiris-Tiris Kecamatan Andam Dewi Kabupaten Tapanuli

Tengah Tahun 2015”.

1.2 Permasalahan Penelitian

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kadar fluor

air sumur dengan keluhan fluorosis gigi pada anak di Dusun 1 Sitiris-Tiris Desa

(6)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar

fluor air sumur dengan fluorosis gigi pada anak di Dusun 1 Sitiris-Tiris Desa

Sitiris-Tiris Kecamatan Andam Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kadar fluor air sumur yang digunakan sebagai sumber air

bersih oleh masyarakat Dusun 1 Sitiris-Tiris Desa Sitiris-Tiris

Kecamatan Andam Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah.

2. Mengetahui apakah kadar fluor air sumur yang digunakan sebagai

sumber air bersih untuk dikonsumsi oleh masyarakat Dusun 1

Sitiris-tiris Desa SiSitiris-tiris-Sitiris-tiris Kecamatan Andam Dewi Kabupaten Tapanuli

Tengah memenuhi persyaratan kualitas air bersih.

3. Mengetahui apakah air sumur yang dikonsumsi oleh masyarakat

Dusun 1 Sitiris-tiris Desa Sitiris-tiris Kecamatan Andam Dewi

Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan faktor penyebab fluorosis gigi

pada anak.

4. Mengetahui gambaran kadar fluor air sumur terhadap fluorosis gigi

pada anak di Dusun 1 Sitiris-Tiris Desa Sitiris-Tiris Kecamatan

(7)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat tentang gambaran kadar fluor air sumur dengan fluorosis gigi pada

anak sehinga masyarakat terutama orang tua dapat mengurangi resiko keparahan

fluorosis gigi pada anaknya serta memberikan motivasi kepada masyarakat di

Dusun 1 Sitiris-Tiris Desa Sitiris-Tiris Kecamatan Andam Dewi Kabupaten

Tapanuli Tengah khususnya anak-anak untuk memeriksakan dan memelihara

kesehatan giginya.

1.4.2 Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

hubungan kadar fluor air sumur terhadap fluorosis gigi pada anak yang dapat

digunakan sebagai bahan referensi untuk pengembangan penelitian-penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Ketersediaan air irigasi di Desa Sitiris-tiris Kecamatan Andam Dewi di tinjau dari ketersediaan air pada musim tanam masih

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Gambaran Karies Gigi berdasarkan Kadar Fluor Air Sumur Pada Masyarakat di Kecamatan Asembagus, Kabupaten

T pada anak-anak di desa Boyongpante Dua 1,53 termasuk kategori rendah dan nilai rerata kadar fluor air sumur di desa Boyongpante Dua 3,54 ppm,dari hasil

7 Email terluar terlepas sehingga terbentuk daerah yang tidak teratur melibatkan >1/2 dari seluruh permukaan.. 8 Hilangnya lapisan email terluar melibatkan >1/2 dari

Kabupaten Tapanuli Tengah. 2) Untuk mengetahui bagaimana disiplin kerja pegawai di Puskesmas Andam. dewi Kabupaten Tapanuli Tengah. 3) Untuk mengetahui pengaruh gaya

RITA DESPRIANA BUTAR-BUTAR: Pendugaan Cadangan Karbon Tumbuhan Bawah pada Agroforestri Karet dan Monokultur Karet di Desa Sijungkang, Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli

RITA DESPRIANA BUTAR-BUTAR: Pendugaan Cadangan Karbon Tumbuhan Bawah pada Agroforestri Karet dan Monokultur Karet di Desa Sijungkang, Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli

117 T pada anak-anak di desa Boyongpante Dua 1,53 termasuk kategori rendah dan nilai rerata kadar fluor air sumur di desa Boyongpante Dua 3,54 ppm,dari hasil