• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wisata Berbasis Masyarakat Studi Kasus Desa Simonis Kabupaten Labuhanbatu Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Wisata Berbasis Masyarakat Studi Kasus Desa Simonis Kabupaten Labuhanbatu Utara"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata dan Dampaknya

Warpani S.P & Warpani I.P (2007) dalam bukunya yang berjudul

“Pariwisata dalam tata ruang wilayah”, mengatakan bahwa Indonesia dalam

menata ruang wilayah sebagai tempat kehidupan dan penghidupan yang menganut

konsep ruang wilayah, terditi atas beberapa elemen diantara: wisma (ruang

wilayah permukiman), karya (ruang wilayah pekerjaan), marga (ruang wilayah

pergerakan/mobilitas), suka (ruang wilayah yang mencakup fasilitas rekreasi dan

pariwisata, penyempurnaan (ruang wilayah yang mencakup fasilitas sosial

budaya, termasuk juga tempat ibadah). Pariwisata dalam perkembangannya

memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi pada tiga aspek, yaitu: ekonomi, fisik dan sosial (Marpaung, 2002). Selain

itu, pariwisata menjadi sektor prioritas dalam pembangunan daerah-daerah di

Indonesia. Pertumbuhan dan perkembangan pariwisata yang cukup signifikan,

menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar bagi suatu negara (Wahab, 1975).

Jika ditinjau sebagai bentuk industri, pariwisata merupakan salah satu jenis

industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyedia

lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta mendorong

sektor-sektor produktif lainnya (Pendit, 2003). Dengan demikian sektor-sektor pariwisata dapat

menjadi potensi terhadap kemajuan suatu daerah maupun negara, baik ditingkat

(2)

Menurut Warpani S.P & Warpani I.P (2007), seseorang maupun

sekelompok orang yang melakukan perjalanan mengunjungi suatu tempat tertentu

dengan suka rela sementara waktu untuk berlibur maupun tujuan lainnya serta

tidak untuk mencari nafkah adalah pengertian dari wisata. Sedangkan defenisi dari

pariwisata merupakan bentuk kegiatan wisata yang menjadi kebutuhan dasar

manusia, diwujudkan dalam beragam kegiatan yang dilakukan wisatawan yang

datang, didukung dengan fasilitas-fasilitas serta pelayanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha dan pemerintah (Warpani S.P & Warpani I.P, 2007).

Defenisi lain Pariwisata merupakan kegiatan rekreasi yang dilakukan orang-orang

diluar dari tempat tinggalnya untuk melepaskan diri dari rutinitas pekerjaan atau

mencari suasana yang berbeda dari rutinitas yang biasa dilakukan (Damanik &

Weber, 2006). Pada umumnya masyarakat akan mengisi waktu luang atau libur

kerjanya untuk berkumpul dengan keluarga atau pergi mengunjungi tempat wisata

untuk merasakan lingkungan dan suasana yang berbeda dari tempat biasa dia

bekerja. Disamping itu meningkatnya taraf kehidupan masyarakat juga berdampak

pada peningkatan kebutuhan dan permintaan akan berwisata, dengan berbagai

tujuan, baik secara individu maupun kelompok.

Di sisi lain, pariwisata menurut Ross, G.F (1998) bahwa dilihat dari sudut

ilmu psikologi, bahwa salah satu komponen dasar dalam kajian pariwisata, yaitu:

memahami pariwisata dari sisi latar belakang sosial, organisasi dan

masyarakatnya, yang membahas pengembangan konsep pariwisata dari sisi

berbagai latar belakang kemasyarakatan seperti pasar, organisasi kerja dan

(3)

sosial pariwisata pada masyarakat setempat. Latar belakang sosial dan budaya

masyarakat yang beragam, akan menimbulkan beragam sikap serta cara

masyarakat dalam menyikapi keberadaan pariwisata di kehidupan mereka.

Pengembangan potensi sumber daya yang ada di Desa Simonis untuk menjadi

objek wisata, semestinya dengan perencanaan yang matang dan

mempertimbangkan aspek kemasyarakatan, sehingga dalam konsep maupun arah

pengembangannya masyarakat akan menjadi penggerak dari kepariwisataan itu

sendiri dan sesuai dengan keinginan pasar yang potensial.

2.2 Daya Tarik Orang Berwisata

Perkembangan pariwisata harus memiliki sesuatu yang dapat dinikmati

bagi pengunjung yang datang, yang menjadikan daya tarik bagi orang-orang untuk

mengunjungi suatu tempat, merupakan salah satu aspek pembentuk pariwisata

(Yoeti, 1985). Motivasi perjalanan wisata yang dilakukan seseorang tentu

berbeda-beda, begitu juga dengan motivasi mengapa berkunjung pada suatu

daerah, dan diantaranya dengan tujuan untuk menyaksikan hasil kebudayaan,

kesenian, adat istiadat atau kebiasaan hidup masyarakat, menikmati keindahan

alam atau untuk melakukan kegiatan olahraga (Yoeti, 2005). Salah satu yang

menarik minat wisatawan untuk berwisata yaitu adanya objek wisata yang

terdapat pada suatu tempat, serta sumber daya potensial baik itu dari aspek sosial

budaya maupun sumber daya alamnya.

Menurut Yoeti (1985) bahwa segala sesuatu yang dapat menarik minat

orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu merupakan daya tarik wisata.

(4)

tarik wisata merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan

nilai yang berupa keanekaragaman, kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan

manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan. Pendapat serupa juga

disampaikan oleh Pendit (1999) bahwa objek wisata yang menarik adalah sesuatu

yang dihubungkan dengan keindahan alam, kebudayaan dan sejarah. Sedangkan

Hakim (2004) berpendapat bahwa sumber daya alam merupakan bagian dari

atraksi dalam dimensi unsur wisata, dimana atraksi alam berupa bentangan pantai

berpasir putih, air terjun, padang rumput dan pegunungan, hutan, sungai, gua,

fauna, dan lainnya merupakan objek utama yang menjadi andalan sebagai

destinasi tujuan wisata. Adanya potensi keindahan alam serta sumber daya

potensial dari sektor pertanian/perkebunan yang melimpah di Desa Simonis,

menjadi potensi yang apa bila dikelola dengan tepat dan program yang jelas akan

dapat dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata dengan pengembangan sektor

pertanian menjadi ekowisata.

Bagi kepariwisataan, objek dan daya tarik wisata merupakan hal yang

mendasar, yang memiliki hubungan sangat erat terhadap adanya motivasi dan cara

perjalanan, karena pada dasarnya wisatawan ingin mengunjungi serta memperoleh

suatu pengalaman tertentu ketika melakukan kunjungan pada suatu daerah

(Marpaung,2002). Adanya suatu bentuk kegiatan yang ditawarkan bagi

pengunjung yang datang sehingga dapat melakukan suatu aktivitas saat

mengunjungi suatu tempat, juga merupakan aspek pembentuk pariwisata (Yoeti,

1985). Menurut Marpaung (2002) bahwa adanya daya tarik wisata merupakan

(5)

pengunjung untuk datang pada suatu daerah tertentu, dan daya tarik yang belum

dikembangkan hanya akan menjadi sumber daya potensial dan belum dapat

dikatakan sebagai sumber daya tarik wisata, sampai adanya upaya tertentu yang

dilakukan untuk mengembangkan daya tarik tersebut. Dengan demikian, potensi

yang tidak dikelola dengan tepat dan terencana belum dapat dikatakan sebagai

daya tarik wisata. Daya tarik wisata memiliki banyak jenis dan sistem klasifikasi

daya tarik yang digunakan juga terbagi dalam berbagai macam. Klasifikasi daya

tarik wisata secara garis besar terbagi menjadi tiga yaitu: 1) Daya tarik alam, 2)

Daya tarik budaya, dan 3) Daya tarik buatan manusia (Marpaung, H. 2002). Jenis

objek dan daya tarik tersebut kemudian dibagi kedalam dua kategori saja, yaitu: 1.

Objek dan daya tarik wisata alam; 2. Objek dan daya tarik wisata sosial budaya

(Marpaung, H. 2002). Objek dan daya tarik wisata alam yang juga disebut sebagai

ekowisata, merupakan kegiatan wisata yang memperhatikan sumber daya

pariwisata, yang kemudian dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu: pertama,

ekowisata sebagai produk; kedua, ekowisata sebagai pasar; dan ketiga, ekowisata

sebagai pendekatan pengembangan (Damanik dan Weber, 2006).

Dilihat dari potensi terbesar yang terdapat di Kabupaten Labuhanbatu

Utara dan Desa Simonis khususnya, sumber daya alam merupakan sumber daya

yang potensial untuk dikembangkan. Upaya masyarakat selama ini untuk

mengembangkan objek daya tarik wisata yang terdapat di Desa Simonis yang

salah satunya adalah pengelolaan sungai sebagai objek daya tarik yang dapat

menarik minat wisatawan untuk mengunjungi wisata tersebut, dapat dikategorikan

(6)

desa setempat. Pemanfaatan sumber daya potensial yang terdapat di Desa, dengan

melibatkan masyarakat setempat sebagai pengelola yang memiliki dan

memperoleh hasilnya, merupakan upaya positif agar masyarakat juga turut peduli

dengan lingkungan dan kelestarian sumber daya alam yang ada. Selain itu, sumber

daya yang dikelola dengan tepat akan menjadi daya tarik orang-orang untuk

datang. Sehingga adanya suatu objek daya tarik pada suatu tempat, merupakan

modal yang paling penting terhadap pengembangan kawasan tersebut.

2.3 Rencana Pengembangan Wisata

Adanya kegiatan masyarakat Desa Simonis dalam mengelola dan

mengembangkan objek daya tarik wisata yang terdapat di daerah mereka dengan

memanfaatkan potensi sungai sebagai objek wisata, merupakan suatu bentuk

upaya yang dilakukan untuk dapat mengembangkan wisata di desa. Hal tersebut

memiliki potensi yang cukup baik sebagai langkah untuk dapat melaksanakan

rencana pengembangan pariwisata, dengan strategi dan perencanaan yang lebih

terencana dan terarah dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Dalam

mengembangkan suatu perancangan, masyarakat akan turut berpartisipasi jika

mereka diikutsertakan dalam proses perancangan. Partisipasi harus

memberdayakan masyarakat sebagai penentu dalam tahapan-tahapan proyek,

sekaligus membelajarkan masyarakat untuk memiliki tanggungjawab, komitmen

dan hasil maupun resiko yang mungkin dicapai melalui proyek (Damanik dan

Weber, 2006). Jika masyarakat desa setempat dilibatkan dalam suatu perencanaan

pengembangan, hal tersebut tentu akan memperoleh respon yang positif dari

(7)

keuntungan yang dapat dirasakan secara nyata dan langsung oleh masyarakat desa

setempat.

Menurut Devarani & Basau (2009), terdapat dua penentu kebijakan yang

akan mempengaruhi perkembangan suatu daerah, yaitu penentu kebijakan primer,

merupakan masayarakat yang memiliki pengaruh besar dan berhubungan

langsung dengan program yang dikembangkan, serta penentu kebijakan sekunder,

merupakan pemerintah dan organisasi terkait. Antara penentu kebijakan primer

dan penentu kebijakan sekunder, memiliki perbedaan persepsi dan peranan dalam

mengelola pengembangan suatu kawasan. Perencanaan pengembangan desa

simonis menjadi tujuan wisata, yang mengarah pada pengembangan ekowisata,

dengan cara konservasi dan budidaya yang bertujuan untuk pelestarian

lingkungan, masyarakat desa tentu lebih memahami terkait kondisi lingkungan

tempat mereka tinggal, sehingga keterlibatan masyarakat sangat penting.

Perencanaan, pengembangan, serta pemasaran suatu destinasi atau kawasan yang

menjadi daerah tujuan wisata, yang mana kawasan tersebut dapat merupakan

suatu provinsi, kabupaten, kecamatan bahkan suatu desa, memerlukan kerjasama

yang erat dari pihak pemerintah, perencana fisik, arsitek, analisis finansial, dan

investor, juga dapat membutuhkan pakar ekonomi, sosiologi, purbakala, dan

banyak professional lainnya (Hadinoto, 1996). Dalam perencanaan,

pengembangan, serta pemasaran suatu destinasi wisata sangat mebutuhkan

kerjasama maupun dukungan yang baik dengan berbagai pihak. Jika masyarakat

(8)

dalam pengembangan desa, hal tersebut tentu akan memudahkan dalam

pengelolaan dan pengembangan potensi desa.

Menurut Hadinoto (1996), ada lima komponen dalam sistem pariwisata,

yaitu: Atraksi Wisata; Promosi dan Pemasaran; Pasar Wisata (masyarakat

pengirim wisata); Transportasi; dan Masyarakat Penerima Wisatawan yang

menyediakan keperluan serta pelayanan jasa yang dapat mendukung wisata.

Berikut adalah diagram alur sistem perencanaan pariwisata menurut Hadinoto

(1996),

Gambar 2.1 Diagram Sistem Perencanaan Wisata

(Sumber: Hadinoto, 1996)

Ketersediaan fasilitas dan aksesbilitas yang memadai juga menjadi bagian

dari aspek pembentuk pariwisata. Menurut Pendit (1999), segala sesuatu sarana

dan prasarana yang disediakan oleh tempat wisata merupakan bentuk fasilitas,

sedangkan aksesbilitas mencakup bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia 3. Masyarakat pasar

- perhatian terhadap perjalanan wisata - kemampuan untuk melakukan perjalanan wisata

2. Informasi Promosi 2. Transportasi

Volume dan kualitas semua media

1. Atraksi

Pengembangan sumber daya wisata untuk kepuasan pengunjung berkualitas

5. Pelayanan

(9)

untuk membawa wisatawan pada daerah wisata yang akan dikunjungi, serta

kemudahan wisatawan untuk menuju tempat wisata.

Ekowisata merupakan salah satu bentuk wisata yang sangat erat kaitannya

terhadap prinsip konservasi, yang dalam pengembangannya juga menggunakan

strategi konservasi, sehingga ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam

mempertahankan kelestarian ekosistem pada areal yang masih alami (Fandeli &

Mukhlison, 2000). Sedangkan Yoeti (1996) berpendapat bahwa ekowisata

merupakan kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan. Penerapan

ekowisata sebagai konsep pengembangan pariwisata pada suatu daerah

merupakan bentuk kepedulian terhadap kelestarian lingkungan, sehingga dengan

pengembangan yang dilakukan tidak akan merusak kelestarian ekosistem pada

lokasi yang dikembangkan.

Hal yang penting untuk diperhatikan bahwa pada pengembangan suatu

daya tarik wisata yang potensial, terlebih dahulu harus melakukan penelitian,

inventarisasi, serta evaluasi sebelum dikembangkan suatu area tertentu sebagai

fasilitas wisata. Pentingnya hal tersebut dilakukan agar perkembangan daya tarik

wisata yang ada dapat disesuaikan, serta menentukan pengembangan yang tepat

juga sesuai dengan keinginan pasar potensial (Marpaung, 2002). Dengan

demikian perkembangan pariwisata pada suatu daerah akan berjalan berkelanjutan

jika pengunjung yang datang merasa puas dengan wisata yang disuguhkan serta

(10)

2.4 Pemanfaatan Desa Sebagai Tujuan Wisata

Dalam perencanaan dan pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam

maupun sosial budaya harus berdasarkan pada kebijakan rencana pembangunan

nasional maupun regional, sehingga bila kedua kebijakan rencana tersebut belum

tersusun, maka tim perencana pengembangan objek daya tarik wisata yang ada

harus mampu membuat asumsi rencana kebijakan yang sesuai dengan kawasan

yang akan dikembangkan (Marpaung, H. 2002). Belum adanya kebijakan maupun

rencana yang disusun pihak pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi

objek daya tarik wisata yang ada di Desa Simonis, sehingga dalam perencanaan

untuk mengembangkan pariwisata di Desa Simonis dibutuhkan kemampuan untuk

menentukan strategi yang sesuai dengan kawasan yang akan di kembangkan serta

pemahaman terhadap kondisi lingkungan desa.

Dalam perancangan untuk pengembangan suatu desa, masyarakat akan

turut berpartisipasi jika dalam proses perancangan masyarakat diikutsertakan.

Masyarakat akan berinisiatif untuk ikut membantu jika program yang dijalankan

memiliki keuntungan yang secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat.

Pendekatan secara partisipatif memungkinkan kinerja dari prinsip-prinsip di

bidang pariwisata dapat membuka peluang-peluang yang akan diterima oleh

penduduk lokal. Sehingga, akan didapatkan manfaat yang lebih besar dan

seimbang dari bidang pariwisata dan tentunya memanfaatkan potensi dan ciri khas

dari daerah mereka. Hal tersebut selanjutnya akan membuat tindakan positif dari

masyarakat lokal dalam melestarikan sumber daya lokal dan menjaga sumber

(11)

mendukung dalam perkembangan pariwisata juga dapat diartikan sebagai

kelembagaan, dan dalam hal ini masyarakat juga turut menjadi bagian dari

kelembagaan pariwisata (Damanik & Weber,2006). Masyarakat menjadi bagian

dari kelembagaan pariwisata hal tersebut dapat dilihat dari organisasi yang

dibentuk oleh masyarakat dalam menangani kegiatan wisata, baik dalam

penyediaan produk maupun informasi dan promosi wisata.

Dalam perencanaan pengelolaan wisata yang dalam hal ini ekowisata

Damanik & Weber (2006) memaparkan kerangka dasar dalam perencanaan

pariwisata yang terbagi menjadi lima yang akan menopang bangunan perencanaan

wisata, yaitu: 1) pembangunan pariwisata berkelanjutan, 2) struktur administrasi

pariwisata yang mencakup pemerintah lokal, 3) peraturan perundang-undangan, 4)

otonomi daerah dan 5) keberagaman potensi wisata. Jika kelima poin dalam

perencanaan wisata tersebut dilaksanakan dalam proses pengelolaan dan

pengembangan objek daya tarik wisata yang ada, tidak menutup kemungkinan

objek daya tarik wisata yang ada di Desa Simonis dapat berkembang dan menjadi

daerah referensi tujuan wisata, tidak hanya bagi masyarakat lokal tetapi juga

mancanegara.

2.5 Pariwisata Berbasis Masyarakat

Salah satu bentuk pendekatan dalam perencanaan pengembangan

pariwisata adalah dengan penerapan pariwisata berbasis masyarakat (Community

Based Tourism) atau juga disebut Community Based Development, dimana

masyarakat akan membangun, memiliki dan mengelola, secara langsung fasilitas

(12)

merupakan bentuk pariwisata yang mengacu pada peran masyarakat dalam

pelaksanaan dan pengelolaannya, dimana masyarakat ikut serta dalam setiap

fasenya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa penerapan pengembangan pariwisata

berbasis masyarakat akan menarik keterlibatan masyarakat yang tinggi.

Selain itu, Pariwisata berbasis masyarakat dapat digambarkan sebagai

kegiatan wisata yang melibatkan partisipasi dari masyarakat setempat yang akan

menguntungkan bagi mereka sendiri (Said, 2011). Dalam penelitian yang

dilakukan Said tentang partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan wisata

yang berbasis masyarakat dilihat dari empat aspek yaitu: Sosial budaya; Penilaian

masyarakat; Potensi produk pariwisata dan Penilaian dampak potensial.

Pemahaman dan pandangan secara menyeluruh dari masyarakat lokal terhadap

dampak pariwisata sangat penting dalam perencanaan dan pengembangan suatu

daerah menjadi tujuan wisata. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat lokal dapat

memahami manfaat bagi suatu desa apabila dijadikan tujuan wisata. Penduduk

lokal harus terlibat melestarikan, memperbaiki dan menjaga daerahnya agar

manfaat dari pembangunan desa dapat terus dirasakan. Masyarakat lokal dapat

mengetahui dampak positif dari pengembangan pariwisata, yaitu menciptakan

kesempatan dalam bisnis baru, mempromosikan kewirausahaan dan meningkatkan

pendapatan keluarga, serta pembangunan infrastuktur seperti adanya perbaikan

jalan, dan lainnya. Untuk itu, penting pula mengetahui potensi partisipasi

masyarakat desa dalam upaya pengembangan desanya menjadi tujuan wisata,

sehingga dapat diambil kesimpulan akhir terkait potensi pengembangan desa

(13)

partisipasi masyarakat baik dalam proses perencanaan maupun jalannya

pengembangan pariwisata.

2.6 Literatur Sejenis

2.6.1 Promoting Community Based Tourism In Bajau Laut Community In Kampung Pulau Gaya, Sabah, oleh Haliza Mohd Said

Salah satu tantangan yang dihadapi wisata budaya didunia adalah masalah

promosi dan konservasi dari warisan budaya yang ada. Menciptakan keberlanjutan

dalam pengembangan pariwisata pedesaan dapat dilakukan dengan

mengggunakan sumber daya lokal dan kegiatan-kegiatan dari daerah pariwisata

yang berbasis masyarakat.

Kawasan kampung pulau gaya memiliki karakter yang unik, disamping itu

sumber daya alam dan masyarakat setempat adalah sumber daya yang penting

bagi pengembangan daerah. Selain itu, pelaksanaan pariwisata tidak akan berhasil

tanpa adanya partisipasi masyarakat lokal dan daerah. dibutuhkan adanya

pemahaman yang menyeluruh tentang masyarakat dan persepsi mereka tentang

dampak pariwisata dalam perencanaan wisata dan pengembangannya.

Pariwisata berbasis masyarakat dapat digambarkan sebagai kegiatan

wisata yang melibatkan partisipasi dari masyarakat setempat untuk keuntungan

mereka sendiri. Selain itu, pariwisata berbasis masyarakat yang merupakan sarana

pengembangan dimana kebutuhan sosial lingkungan dan ekonomi masyarakat

(14)

Hasil dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa Kampung Pulau

Gaya memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata berbasis

masyarakat, hal tersebut dinilai dari kesadaran dan persepsi positif dari

masyarakat terhadap rencana pengembangan pariwisata di desa mereka. Selain

itu, suatu daerah dapat berkembang menjadi daerah tujuan wisata budaya melalui

program homestay, dimana wisatawan akan merasakan pengalaman untuk ikut

serta dalam budaya lokal masyarakat dengan tinggal bersama masyarakat.

Dalam pengembangan daerah menjadi tujuan wisata juga harus disertai

dengan pembangunan infrastruktur yang lebih baik, serta fasilitas yang diperlukan

dalam memfasilitasi proses pembangunan. Kebijakan dan tindakan rencana serta

program pendidikan dan pelatihan harus direncanakan untuk memastikan rencana

pengembangan wisata yang lebih baik. Kemudian juga dibutuhkan dukungan dari

sektor swasta sehingga masyarakat dapat mempromosikan lingkungan dengan

kesadaran akan budaya warisan yang dimiliki.

2.6.2 Analisis Nilai Ekonomi dan Sosial Ekowisata Tangkahan, oleh Yessy Mei Nina Simanjuntak

Salah satu daerah yang mulai di kembangkan di Sumatera Utara adalah

Tangkahan yang berada di Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat yang

terletak di ujung dua desa yaitu Desa Sialang dan Desa Serdang. Masyarakat dari

dua desa tersebut membuat kesepatan secara bersama untuk mengembangkan

pariwisata desa yang selanjutnya disebut Kawasan Ekowisata Tangkahan.

(15)

(LPT). Kesepakatan masyarakat untuk mengembangkan daerah mereka menjadi

kawasan wisata adalah berawal dari kesadaran akan kesalahan dan kerusakan

hutan yang terjadi akibat dari kegiatan pembalakan kayu ilegal dari dalam

kawasan Leuser hutan yang dilakukan oleh masyarakat. Aktivitas tersebut

merupakan bagian dari usaha masyarakat untuk memperoleh penghasilan.

Pengembangan Ekowisata Tangkahan merupakan partisipasi aktif

masyarakat dalam pengupayaan dan pengelolaannya. Rencana pengembangan

ekowisata akan berdampak terhadap ekonomi dan sosial masyarakat maupun

pengunjung. Dengan dikembangkannya kawasan wisata tangkahan, hal tersebut

memberikan dampak yang signifikan terhadap bertambahnya sumber pencaharian

masyarakat, sehingga hal tersebut juga berdampak terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat serta peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Keberadaan Ekowisata Tangkahan bagi masyarakat memberikan manfaat yang

positif berupa peluang usaha bagi masyarakat sekitar kawasan, serta menambah

penghasilan.

Berdasarkan teori yang dipaparkan oleh para ahli sebelumnya, peneliti

kemudian menarik dua variabel dalam penelitian, yaitu :

a. Adanya sumber daya potensial desa merupakan potensi yang dapat

dikembangkan menjadi tujuan wisata.

b. Penerapan pengembangan wisata berbasis masyarakat akan menarik

(16)

Hipotesa yang disimpulkan oleh peneliti, bahwa adanya sumber daya

potensial desa dapat dikembangkan menjadi objek daya tarik wisata yang akan

menarik dukungan masyarakat setempat untuk turut berpartisipasi. Sehingga

dalam proses melakukan penelitian, peneliti akan melakukan analisis yang dibagi

menjadi dua bagian yaitu :

a. Analisis objek daya tarik potensial desa yang berpeluang untuk dikembangkan

menjadi objek wisata

b. Analisis gambaran pemikiran masyarakat dalam upaya pengembangan

Gambar

Gambar 2.1 Diagram Sistem Perencanaan Wisata

Referensi

Dokumen terkait

SASARAN SUMBER DANA Penilaian Readiness Criteria (isi tahun pada kolom yang tersedia). KET Dana Sharing

Berdasarkan masalah yang ada, maka masalah yang diteliti dibatasi hanya pada pengaruh pendekatan problem posing terhadap hasil belajar matematika siswa. Agar

Berikut dapat dilihat perbandingan data yang sudah diperoleh dari pra siklus, siklus I sampai siklus II dimaksudkan untuk melihat apakah penggunaan model

Lembu kerbau yang akan dipindahkan untuk tujuan pembiakan atau sembelih di dalam negeri lain, sera lembu kerbau dari gerompok tersebut hendaklah diuji dengan

Sehubungan dengan selesainya pelaksanaan Evaluasi Administrasi, Teknis, Harga dan Kualifikasi untuk Pekerjaan Pembangunan Gedung Sekolah Bertibgkat (Tahap I) MIN Mentawa

Estimasi Biaya Pekerjaan Jalan, Irigasi, dan Jembatan

Dalam rangka proses e-Lelang Umum pekerjaan Pemeliharaan Pemeliharaan Mekanikal dan Elektrikal Gedung, Halaman dan Taman Sayap Barat, Timur dan Veteran 3, dengan

Jadi dalam sistem ini baik harga pokok bahan yang digunakan maupun nilai persediaan langsung ditentukan pada saat pemakaian ataupun juga saat pembelian. Selain itu pada sistem