PENGARUH STATUS SINGLE PARENT TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
Ernawita
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
(Email:[email protected]) Abstrak
Artikel ini membahas tentang konseptual pengaruh status single parent terhadap perkembangan sosial dan emosional anak. Dampak Single Parent bagi Perkembangan anak tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik sehingga anak kurang dapat berinteraksi dengan lingkungan, menjadi minder dan menarik diri Pada anak single parent dengan ekonomi rendah, biasanya nutrisi tidak seimbang sehingga menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan terganggu. Single parent kurang dapat menanamkan adat istiadat dan murung dalam keluarga sehingga anak kurang dapat bersopan santun dan tidak meneruskan budaya keluarga, serta mengakibatkan kenakalan karena adanya ketidakselarasan dalam keluarga Dibidang pendidikan single parent sibuk untuk mencari nafkah sehingga pendidikan anak kurangsempurna dan tidak optimal. Dasar pendidikan agama pada anak single parent biasanya kurang sehingga anak jauh dari nilai agama. Single parent kurang bisa melindungi anaknya dari gangguan orang lain, dan bila dalam jangka waktu lama, maka akan menimbulkan kecemasan pada anak atau gangguan psikologis yang sangat berpengaruh pada perkembangan anak
Kata Kunci: Pengaruh single Parent, sosial emosional anak
PENDAHULUAN
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak. Dalam kehidupan anak tentunya keluarga merupakan tempat yang sangat vital. Anak-anak memperoleh pengalaman pertamanya dari keluarga. Dalam keluarga peranan orang tua sangatlah penting. Mereka merupakan model bagi anak.
perkembangan anak. Terutama perkembangan sosio-emosinya. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial, yang berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan hari depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya, dan tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan perawatan yang bersifat purna yaitu promotif, preventif, dan rehabilitatif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Sunarwati, 2007).
Dalam fenomena saat ini kehidupan keluarga telah jauh bervariasi dari segi status orang tua seperti Single Parent. Kehidupan yang memiliki satu orang tua mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak mereka karena ketidak seimbang dalam berbagai aspek kehidupan anak.
PEMBAHASAN
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Hartati (2005: 8) menyatakan bahwa anak usia dini adalah sekelompok individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosial emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
Sejalan dengan pendapat di atas Sujiono (2009: 6) menyatakan bahwa anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya, anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun.
Menurut NAEYC ( National Association for the Education Young Children ) dalam Dadan ( 2013 : 28 ) bahwa anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berada pada proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini terlihat dari pembagian anak usia dini menurut NAEYC yaitu 0-3 tahun, 3-5 tahun dan 6-8 tahun.
dan guru agar mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh anak.
Menurut Dadan, ( 2013 : 31) mengungkapkan karakteristik anak usia dini yaitu a) Anak bersifat egosentris, b) Anak memiliki rasa ingin tahu, c) Anak bersifat unik, d) anak kaya imajinasi, e) Anak memiliki daya konsentrasi pendek. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Menurut teori perkembangan psikososial Erikson ada empat tingkat perkembangan anak yaitu :
a. Usia anak 0 - 1 tahun yaitu trust versus mistrust. Pengasuhan dengan kasih sayang yang tulus dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi menimbulkan "trust" pada bayi terhadap lingkungannya. Apabila sebaliknya akan menimbulkan "mistrust" yaitu kecemasan dan kecurigaan terhadap lingkungan.
b. Usia 2 - 3 tahun, yaitu autonomy versus shame and doubt. Pengasuhan melalui dorongan untuk melakukan apa yang diinginkan anak, dan sesuai dengan waktu dan caranya sendiri dengan bimbingan orang tua atau pendidik yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran autonomy. Sebaliknya apabila pendidik tidak sabar, banyak melarang anak, akan menimbulkan sikap ragu-ragu pada anak. Hal ini dapat membuat anak merasa malu.
a. Usia 4 - 5 tahun, yaitu inisiative versus guilt, yaitu pengasuhan dengan
memberi dorongan untuk bereksperimen dengan bebas dalam lingkungannya. Pendidik dan orang tua tidak menjawab langsung pertanyaan anak, maka mendorong anak untuk berinisiatif sebaliknya, bila anak selalu dihalangi, pertanyaan anak disepelekan, maka anak akan selalu merasa bersalah.
b. Usia 6 - 11 tahun, yaitu industry versus inferiority, bila anak dianggap sebagai "anak kecil" baik oleh orang tua, pendidik maupun lingkungannya, maka akan berkembang rasa rendah diri, dampaknya anak kurang suka melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual dan kurang percaya diri.
Perkembangan Emosional Anak Usia Dini
Emosi adalah Suatu keadaan yang kompleksi dapat berupa perasaan / pikiran yang di tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang.
Proses terjadinya emosi dalam diri seseorang menurut Lewis and Rose Blumada 5 tahapan yaitu :
1) Elicitors : adanya dorongan peristiwa yang terjadi
2) Receptors: kegiatan yang berpusat pada sistem syaraf..
4) Experission : terjadinya perubahan pada rasiologis.
5) Experience : persepsi dan inter individu pada kondisi emosional Single Parent
Single parent adalah seorang ayah atau seorang ibu yang memikul tugasnya sendiri sebagai kepala keluarga sekaligus ibu rumah tangga. Orang tua tunggal atau biasa disebut dengan istilah single parent adalah orang tua yang hanya terdiri dari satu orang saja, dimana didalam rumah tangga ia berperan sebagai ibu dan juga berperan sebagai ayah. Saat ini keluarga orang tua tunggal memiliki serangkaian masalah khusus. Hal ini disebabkan karena hanya ada satu orang tua yang membesarkan anak. Bila diukur dengan angka mungkin lebih sedikit sifat positif yang ada dalam diri suatu keluarga dengan satu orang tua dibandingkan dengan keluarga dengan orang tua tunggal. Orang tua tunggal ini menjadi lebih penting bagi anak dan perkembangannya karena orang tua tunggal ini tidak mempunyai pasangan
untuk saling menopang.
Pilihan untuk menjadi orang tua tunggal adalah pilhan yang sangat berat, walaupun demikian daripada aborsi dan menambah beban dosa, mereka lebih ikhlas menjadi oarng tua tunggal. Untuk iini mereka juga harus siap menerima reaksi dari orang tua, keluarga dan dikucilkan entah untuk sementara atau untuk selamanya. Belum
lagi menjadi gunjingan maupun dicibirkan oleh teman, tetangga maupun rekan kerja. Untuk menjalani semua itu dibutuhkan kekuatan hati dan daya juang yang tinggi, termasuk mengikis perasaan dendam kepada silelaki notabene ayah dari anaknya sendiri. Sedangkan bagi perempuan yang sudah menikah siap atau tidak predikat janda dengan anak yang disandangnya. Untuk menjadi orang tua tunggal itu tidaklah mudah.
Penyebab Orang Tua Tunggal
Kategori orang tua tunggal ada 2 Jenis yaitu yang sama sekali tidak pernah menikah dan sempat atau pernah menikah. Mereka menjadi orang tua tunggal bisa saja disebabkan, karena ditinggal mati lebih awal oleh pasangan hidupnya, ataupun akibat perceraian atau bisa juga ditinggal oleh sang kekasih yang tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya, dan kebanyakan terjadi dikalangan remaja yang terlibat dalam pergaulan bebas.
Penyebab single parent antara lain : • Perceraian
• Kematian
• Kehamilan diluar nikah
• Bagi seorang wanita atau laki-laki yang tidak mau menikah, kemudian mengadopsi anak orang lain
Dampak Single Parent Bagi Perkembangan Anak
a. Tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik sehingga anak kurang dapat berinteraksi dengan
lingkungan, menjadi minder dan menarik diri
b. Pada anak single parent dengan ekonomi rendah, biasanya nutrisi tidak seimbang sehingga menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan terganggu
c. Single parent kurang dapat
menanamkan adat istiadat dan murung dalam keluarga, sehingga anak kurang dapat bersopan santun dan tidak meneruskan budaya keluarga, serta mengakibatkan kenakalan karena adanya ketidakselarasan dalam keluarga
d. Dibidang pendidikan, single parent sibuk untuk mencari nafkah sehingga pendidikan anak kurang sempurna dan tidak optimal
e. Dasar pendidikan agama pada anak single parent biasanya kurang sehingga anak jauh dari nilai agama
f. Single parent kurang bisa melindungi anaknya dari gangguan orang lain, dan bila dalam jangka waktu lama, maka akan menimbulkan kecemasan pada anak atau gangguan psikologis yang sangat
berpengaruh pada perkembangan anak
Kesimpulan
Single parent adalah seorang ayah atau seorang ibu yang memikul tugasnya sendiri sebagai kepala keluarga sekaligus ibu rumah tangga. Orang tua tunggal atau biasa disebut dengan istilah single parent adalah orang tua yang hanya terdiri dari satu orang saja, dimana didalam rumah tangga ia berperan sebagai ibu dan juga berperan sebagai ayah.
Dampak Single Parent bagi Perkembangan anak tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik sehingga anak kurang dapat berinteraksi dengan lingkungan, menjadi
minder dan menarik diri
lain, dan bila dalam jangka waktu lama, maka akan menimbulkan kecemasan pada anak atau gangguan psikologis yang sangat berpengaruh pada perkembangan anak
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B. (2002). Psikologi Perkembangan;Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Sunarto & Agung, Hartono. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT. Rineka
Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: P.T. Bumi
Aksara, 2006.
Asrori, Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: C.V. Wacana Prima, 2009.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti HEDS-JICA.Per kem bangan Peserta Didik. Jakarta: Tim Pembina Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik, 2007.
Sunarto dan Hartono, B. Agung. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:Rineka Cipta, 2006..
Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research in Education. New York: McGraw-Hill.
McMilan, J dan Schumacher, S. 2003. Research in Education. New York: Longman.
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Suryana, Dadan. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. Padang : UNP Press