• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA LKS D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA LKS D"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) DENGAN MEDIA TANGRAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI JAJARGENJANG DAN BELAHKETUPAT

Hanggana Raras Nurtasari

PendidikanMatematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : hanggananurtasari @mhs.unesa.ac.id

Janet Trineke Manoy

PendidikanMatematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : janetmanoy @unesa.ac.id

Abstrak

Jajargenjang dan belahketupat merupakan materi pelajaran di kelas VII SMP. Kenyataan di lapangan masih terdapat kesalahan dan kesulitan siswa dalam mempelajari geometri, salah satunya yakni kekeliruan siswa dalam membedakan bangun jajargenjang dan belahketupat. Hal ini menunjukkan belum sepenuhnya siswa memahami sifat-sifat pada jajargenjang maupun belahketupat secara utuh. Terlebih, LKS yang ada saat ini kurang memanfaatkan media pembelajaran, LKS hanya berisi kumpulan rumus dan soal yang harus dikerjakan siswa membuat siswa cenderung menghafal rumus, algoritma atau prosedur tertentu dalam menyelesaikan masalah. Sebagai salah satu solusi, dapat dikembangkan bahan ajar yang memandu siswa belajar secara mandiri yakni, lembar kegiatan siswa dengan media tangram. Tangram sebagai manipulatif puzzle yang dapat dapat digunakan untuk membangun konsep geometri melalui kegiatan menggolongkan (categorising), membandingkan (comparing), dan eksplorasi puzzle untuk menyelesaikan masalah dalam konteks geometri. Penelitian ini bertujuanuntuk mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan Media Tangram. Peneliti menggunakan Model Pengembangan 4D Thiagarajan. LKS terlebih dahulu melewati proses validasi oleh 3 validator kemudian LKS diuji cobakan secara terbatas terhadap 6 siswa SMP kelas VII. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS dengan Media Tangram yang dikembangkan dikatakan layak, dengan rincian hasil penilaian: (1) rata-rata total validitas sebesar 3,23 dengan kategori valid, (2) rata-rata total kepraktisan secara teoritis sebesar 3,17 dengan kategori praktis (LKS dapat digunakan dengan sedikit revisi) dan (3) kategori efektif, dengan rata-rata skor hasil belajar subjek penelitiandikategorikan tuntas (

75

)setelah menggunakan LKS yakni 76,45 (

KKM

=

75

)dan persentase respons 100% dengan kategori respons subjek penelitian sangat positif.

Kata kunci: Lembar Kegiatan Siswa (LKS), media tangram, jajargenjang dan belahketupat

Abstract

(2)

effective category with an average score of learning outcomes from subjects categorized as complete (≥75 ) after using the LKS is 76.45 (KKM standart is 75) and response subject’s is 100%, which is very positive.

(3)

PENDAHULUAN

Dale (dalam ALHSP, 2012) menunjukkan hasil penelitiannya mengenai kegiatan belajar, siswa umumnya mengingat 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan dan dituliskan, dan 90% dari apa yang dilakukan. Hasil penelitian tersebut seolah mewakili pentingnya kegiatan mandiri bagi siswa (berupa hal-hal yang dilakukan sendiri siswa) agar apa yang dipelajari di sekolah lebih bertahan dalam ingatan siswa. Salah satu pedoman kegiatan mandiri tersebut dapat dikembangkan suatu lembar kegiatan siswa. Lembar kegiatan siswa sama halnya dengan lembar kerja siswa, yaitu bahan ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa dapat mempelajari bahan ajar tersebut secara mandiri (Prastowo, 2015).

Menurut pengalaman peneliti selama menjalani Program Pengelolaan Pembelajaran pada semester enam,tahun ajaran 2014-2015 di SMAN 1 Lamongan, lembar kerja siswa dilingkungan sekolah umumnya LKS yang menekankan rumus-rumus tanpa penjelasan terkait diperolehnya rumus tersebut. Selain itu, LKS yang ada belum memanfaatkan media sebagai sarana penyampaian materi abstrak, masih banyak juga LKS yang menekankan pada latihan soal-soal. Hal ini, seperti menjadi rutinitas guru meminta siswa mengerjakan soal latihan setelah guru menerangkan konsep, memberi contoh dan membahas contoh soal (Sundayana, 2014). Hal ini menyebabkan siswa cenderung mengimitasi (meniru) prosedur yang diberikan oleh guru untuk menyelesaikan suatu masalah (Richardson & S. Schwartz, 2010). Padahal sebaiknya, masing-masing siswa diajak untuk membangun sendiri pengetahuannya. Menurut Lobato, Clark, dan Ellis (2005) dengan melakukan/membangun pengetahuan mereka sendiri, guru bisa menemukan jalan berpikir siswa, bisa juga mengenai hal yang tak terduga, bahkan lebih luas dari tujuan awal pembelajaran.

Hamalik (2008) menegaskan bahwa belajar bukan hanya mengingat, tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Dengan demikian, kegiatan belajar sebaiknya menekankan pada aktivitas (proses) untuk memperoleh suatu pengetahuan. Hal ini terkait pembelajaran dengan pendekatan scientifik yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013. Pendekatan scientifik dalam kegiatan pembelajaran yang dimaksud yakni meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring atau biasa disingkat dengan 5M (Permendikbud, 81A Tahun 2013). Keseluruhan aspek dalam kegiatan tersebut mengacu pada kegiatan belajar yang berpusat pada siswa (student-center). Dengan begitu guru bisa menggunakan lembar kegiatan, sebab lembar kegiatan umumnya berisikan petunjuk bagi siswa untuk melakukan kegiatan secara mandiri (Sutanto, 2009:1).

Proses yang efektif pada pembelajaran geometri tidak sama dengan proses belajar mengajar topik matematika lainnya seperti aritmatika, aljabar dan probabilitas (Noraini, 2005). Proses pembelajaran geometri harus menekankan kegiatan-eksplorasi, berpikir kreatif dan kemampuan untuk berdebat, menghasilkan dugaan dan melaksanakan proyek-proyek tentang geometri (AH, Abdullah & Zakaria, 2012).

Sebagai salah satu komponen pembelajaran yakni media pembelajaran. Indriana (2011) menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran berfungsi sebagai perantara, wadah, atau penyambung pesan-pesan pembelajaran. Penggunaan media juga sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika.Hal ini disebabkan karakteristik mata pelajaran matematika yang menuntut kemampuan logis, analitis, sistematis, kritis serta membutuhkan pemikiran yang kreatif (Juhartutik, 2012). Matematika merupakan ilmu yang mempelajari logika (cara berpikir) dan pola-pola yang abstrak (Widodo, 2010). Oleh karena itu, salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran segiempatyakni media tangram.

(4)

Jajargenjang dan belahketupat merupakan materi pelajaran di kelas VII semester genap. Kenyataan di lapangan, menurut hasil penelitian yang dilakukan Sunardi (Yuwono, 2014: 961), dalam mempelajari geometri terdapat kesalahan dan kesulitan yang dialami siswa, antara lain 1) kekeliruan siswa dalam membedakan bangun jajargenjang dan belahketupat, 2) kurang menguasai konsep segiempat dengan benar, 3)

kesulitan menggolongkan jenis-jenis segiempat yang

mempunyai hubungan sifat-sifat yang sama. Hal

ini menunjukkan bahwa belum sepenuhnya siswa memahami sifat-sifat yang ada pada masing-masing bangun, baik jajargenjang maupun belahketupat secara utuh. Sehingga, materi jajargenjang dan belahketupat ini dipilih karena sebagian siswa masih kesulitan dalam mempelajari topik bahasan jajargenjang dan belahketupat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mendesain suatu

kegiatan yang disamping dapat membuat siswa aktif

belajar juga sekaligus menggali kreativitas siswa, menciptakan kesan menyenangkan dengan menggunakan media dalam pembelajaran matematika.Dalam hal pelaksanaan pembelajaran matematika khususnya materi jajargenjang dan belahketupatmenggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan media Tangram di dalamnya.

METODE

Peneliti menggunakan model pengembangan 4D Thiagarajan (Thiagarajan, 1974: 5-9). Pengembangan 4D meliputi tahap define (analisis awal-akhir, analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas, dan perumusan indikator), design (pemilihan media, format, dan pembuatan desain awal LKS), develop (penilaian para ahli, uji coba terbatas dan penilaian praktisi).Desain uji coba LKSyang mengacu pada model pengembangan 4D Thiagarajan digambarkan di samping.

Uji coba terbatas LKS dilaksanakan di SMPN 5 Sidoarjo pada semester genap tahun ajaran 2015/2016.Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan uji coba terbatas, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan.

Instrumen dalam penelitian ini meliputi,

1) Lembar validasi LKS, digunakan untuk menilai validitas LKS yang meliputi kesesuaian LKS dengan media Tangram, kesesuaian LKS dengan materi sifat-sifat, keliling dan luas jajargenjang/belahketupat, format dan bahasa, serta untuk menilai kepraktisan LKS yang dikembangkan. Lembar validasi ini diisi oleh seorang dosen pendidikan matematika, seorang asisten dosen dan seorang guru matematika. Hasil dari validasi ini digunakan untuk merevisi Draft I menjadi Draft II.

2) Angket respons siswa, digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap LKS dengan media Tangram.

3) Tes hasil belajar, digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS dengan media Tangram pada materi jajargenjang dan belahketupat.

(5)

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis yang nantinya akan digunakan untuk merevisi LKS yang dikembangkan agar menghasilkan LKS yang layak sesuai kriteria yang ditentukan yaitu valid, praktis, dan efektif. Analisis data yang diperoleh meliputi:

a) Analisis kevalidan Lembar Kegiatan Siswa

Penilaian ahli/validator terhadap kevalidan LKS meliputi beberapa kriteria menurut aspek format, isi dan bahasa. Hal-hal yang dilakukan dijabarkan di bawah ini.

Mencari rata-rata tiap kriteria dari ketiga validator dengan rumus berikut.

K

i

=

i=1 n

V

hi

n

(Khabibah, 2006)

Keterangan:

K

i

=

¿

rata-rata perkriteria

n

=

¿

banyaknya validator

V

hi

=

¿

skor hasil penilaian

validator ke-h untuk kriteria ke-i

Mencari rata-rata ketiga aspek (format, isi dan bahasa) dengan rumus berikut.

Mencari rata-rata validitas ketiga aspek (format, isi dan bahasa) LKS dengan rumus sebagai berikut.

RTV

=

i=1 n

A

i

n

(Khabibah,

2006)

Keterangan :

A

i

=

¿

rata-rata aspek ke-i

RTV

=

¿

rata-rata total validitas

n

=

¿

banyaknya aspek

Menentukan kategori kevalidan dengan mencocokkan pada kriteria kevalidan menurut Khabibah (2006).

4

≤ RTV ≤

5

sangat valid

3

≤ RTV

<

4

valid

2

≤ RTV

<

3

kurang valid

1

≤ RTV

<

2

tidak valid b) Analisis kepraktisan Lembar Kegiatan Siswa

LKS yang dikembangkan dikatakan praktis apabila praktisi menyatakan bahwa LKS secara teoritis dapat digunakan oleh guru dan siswa dengan sedikit atau tanpa revisi (dengan penilaian A/B).

Selain itu, penilaian kepraktisan juga harus memenuhi 6 kriteria yang sudah dipilih. Dibawah ini langkah-langkah yang dilakukan peneliti.

Mencari rata-rata tiap kriteria dari dua praktisi dengan rumus

A

i

=

j=1 n

K

ij

n

(Khabibah, 2006)

Keterangan :

A

i

=

¿

rata-rata aspek ke-i

K

ij

=

¿

rata-rata untuk aspek ke-i dan kriteria ke-j

(6)

Mencari rata-rata praktisi keenam kriteria LKS dengan rumus

RTP

=

i=1 n

K

i

n

Keterangan :

K

i

=

¿

rata-rata kriteria ke-i

RTP

=

¿

rata-rata total kepraktisan

n

=

¿

banyaknya kriteria

Menentukan kategori kepraktisan dengan mencocokkan rata-rata total dengan kriteria kepraktisan.

4

≤ RTP≤

5

sangat praktis

3

≤ RTP

<

4

praktis

2

≤ RTP

<

3

kurang praktis

1

≤ RTP

<

2

tidak praktis

c) Analisi keefektifan Lembar Kegiatan Siswa LKS dikatakan efektif jika memenuhi hal berikut:

a. Respons subjek penelitian positif terhadap LKS, peneliti melakukan analisis terkait respons siswa berikut ini.

Menghitung rata-rata jumlah nilai respons dengan rumus ini.

R

s

=

P

js

n

(Khabibah, 2006) Keterangan :

R

s

=

¿

rata-rata jumlah nilai respons setiap subjek penelitian untuk tiap-tiap butir angket

P

js

=

¿

poin pilihan jawaban subjek penelitian tiap butir angket

n

=

¿

banyaknya subjek penelitian Menghitung persentase rata-rata jumlah nilai respons setiap subjek penelitian untuk tiap-tiap butir angket.

R

s

=

R

s

2

×

100

(Khabibah, 2006) Keterangan :

R

s

=

¿

rata-rata jumlah nilai respons

setiap subjek penelitian untuk tiap-tiap butir angket

Menentukan persentase rata-rata jumlah respons subjek dengan kriteria respons.

85

≤ R

s

100

;Sangat positif

70

≤ R

s

<

85

;Positif

50

≤ R

s

<

70

; Kurang positif

R

s

<

50

;Tidak positif

Keterangan;

R

s

=

¿

repons positif subjek

penelitian (Khabibah, 2006)

b. Memenuhi ketuntasan hasil belajar siswa, LKS efektif bila setelah pembelajaran skor hasil belajar subjek penelitian lebih besar atau sama dengan standar nilai KKM yang telah ditetapkan sekolah subjek uji coba terbatas.

K

i

=

i=1 n

P

hi

n

Keterangan :

K

i

=

¿

rata-rata pekriteria

P

hi

=

¿

skor hasil penilaian praktisi ke-h untuk kriteria ke-i

(7)

Sedagkan kategori ketuntasan diasopsi dari Khabibah (2006), adapun kriterianya sebagai berikut.

85

≤ RS ≤

100

sangat tuntas

70

≤ RS

<

85

tuntas

50

≤ RS

<

70

kurang tuntas

RS

<

50

tidak tuntas

Keterangan:

RS

=

¿

persentase subjek penelitia yang tuntas hasil belajarnya(Khabibah, 2006)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Tahap pendefinisian (Define) meliputi beberapa hal yakni:

a. Analisis awal-akhir

Kurikulum, kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut yakni Kurikulum 2013 (K13). Kompetensi yang diajarakan yakni KD 3.6 Memahami sifat-sifat bangun datar dan menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas. Standar nilai KKM yang berlaku di SMPN 5 Sidoarjo yaitu 75. Ketuntasan klasikal kelas yang berlaku di SMPN 5 Sidoarjo bila persentase siswa yang tuntas hasil belajarnya minimal 75%.

Kemudian, menurut Permendiknas No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, proses pembelajaran dituntut interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini terkait LKS yang dikembangkan, dengan adanya kegiatan eksplorasi menggunakan Media Tangram, pembelajaran menjadi lebih inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif melakukan penyelidikan terkait bentuk-bentuk bangun jajargenjang/belahketupat, sifat-sifat serta keliling dan luas kedua bangun. Memberi ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian siswa untuk membuat bentuk bangun-bangun jajargenjang maupun belahketupat mereka sendiri pada eksplorasi lanjutan.

Didukung oleh Teori Van Hiele, kegiatan belajar geometri meliputi fase orientasi terarah, yakni siswa berorientasi secara langsung pada objek geometri yang akan dipelajari (jajargenjang dan belahketupat), siswa memerlukan media untuk memfasilitasi fase orientasi (Khatimah, 2011). Sehingga, media Tangram dalam pengembangan LKS ini relevan digunakan berdasarkan beberapa pertimbangan hasil analisis awal-akhir di atas.Teori perkembangan yang dikemukakan oleh Jean Piaget dalam Rita Eka Izzaty, dkk. (2008:34-35) anak-anak yang berada pada usia SMP (12-15 tahun), termasuk ke enam subjek penelitian, perkembangannya berada dalam tahap awal operasional formal. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan oleh penulis dalam menyusun LKS. LKS disusun dari hal-hal konkret menuju ke hal-hal yang lebih abstrak. Selain itu, penggunaan media tangram (objek konkret) dapat membantu siswa dalam bernalar objek geometri yang abstrak.

b. Analisis Siswa

Hasil analisis menunjukkan:

1) Latar Belakang Pengetahuan/pengalaman Siswa, materi segiempat pernah diajarkan di kelas III, IV dan V Sekolah Dasar. Kemudian, materi prasyarat mengenai kesejajaran dan hubungan sudut sudah diperoleh siswa sebelum membelajarkan jajargenjang dan belahketupat.

(8)

subjek penelitian merupakan siswa khusus kelas percepatan belajar, sehingga memiliki standar kecerdasan emosional yang baik. Siswa diharapkan ulet dan pantang menyerah dalam menemukan solusi-solusi penyelesaian tugas menggunakan media tangram.

c. Analisis Konsep, data hasil analisis ini diperoleh peneliti, berdasarkan kurikulum K13 yaitu: a) Sifat-sifat jajargenjang dan belahketupat b) Keliling dan luas dari jajargenjang maupun belahketupat.

d. Analisis Tugas, hasil analisis tugas: a) pertemuan pertama siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa bagian 1, mengenal bentuk bangun dan sifat-sifat dari jajargenjang dan belahketupat secara berpasangan, b) pertemuan kedua siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa bagian 2, menemukan rumus keliling dan luas daerah dari jajargenjang dan belahketupat secara berpasangan. Di akhir sesi siswa mengerjakan fitur evaluasi tes hasil belajar secara individu.

e. Kemudian hasil dari analisis konsep dan analisis tugas, peneliti merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dituangkan dalam kegiatan pada LKS.

Langkah selanjutnya yakni melakukan tahap perancangan LKS (design). Hasilnya berupa: a. Pemilihan Format

Dalam menyusun sumber belajar peneliti mengacu pada Mempelajari Bangun Datar Segiempat (Widyaningrum, 2013). Rinciannya sebagai berikut.

Ukuran kertas, pembelajaran yang ditetapkan meliputi kegiatan menentukan bentuk bangun jajargenjang dan belahketupat menggunakan media tangram seingga agar lebih leluasa digunakan ukuran kertas A4.

Kepadatan Halaman, yakni menyusun kegiatan/tugas, gambar dan tempat menuliskan jawaban hasil kegiatan/tugas pada LKS agar nyaman dibaca. Contoh:

Gambar 2 Desain aspek kepadatan halaman

Penomoran, antara judul, subjudul dan anak judul dibedakan. Subjudul menggunakan penomoran huruf.

Kejelasan, agar LKS dapat dengan jelas dibaca oleh siswa maka desain LKS menggunakan 1 jenis warna atau padu padan 2 jenis warna yang dominan.

b. Desain awal LKS

1) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Bagian pertama membahas mengenai sifat-sifat jajargenjang dan belahketupat, sedangkan bagian kedua membahas mengenai keliling dan luas daerah dari jajargenjang dan belahketupat.

Orientasi bentuk bangun jajargenjang dan belahketupat berisi kegiatan tangramming atau menyusun kepingan tangram membentuk bangun jajargenjang dan belahketupat. Kemudian, kegiatan selanjutnya berisikan eksplorasi (diantaranya seperti aktivitas memutar, melukis sumbu simetri, mengamati) tangram yang untuk menemukan sifat-sifat dari masing-masing bangun, jajargenjang dan belahketupat.

(9)

luas daerah bangun tersebut jajargenjang maupun belahketupat menggunakan luas daerah persegipanjang yang telah diketahui.

Selain itu, juga ada a) kolom refleksi berisi eksplorasi lanjutan, b) latihan soal guna melatihkan kemampuan menyelesaikan masalah jajargenjang dan belahketupat. 2) Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang disusun, (i) lembar validasi, (ii) lembar angket respons siswadan (iii) soal tes

Deskripsi hasil tahap pengembangan (develop) yang telah dilakukan meliputi,

Tabel 1 Hasil Validasi Lembar Kegiatan Siswa dengan Media Tangram Urutan tugas yang jelas 3 4 3 3,33 LKS memiliki susunan

yang rapi 3 4 3 3,33 Jenis ukuran huruf

mudah dibaca 3 4 3 3,33

Isi

Kebenaran isi dalam LKS 3 3 3 3,00

3,17 Kejelasan

langkah-langkah kerja yang

terdapat dalam LKS 3 3 3 3,00 disajikan dengan materi sifat-sifat, keliling, luas bangun jajargenjang

kalimat yang digunakan 3 4 3 3,33 Kalimat soal tidak

mengandung arti ganda 3 4 3 3,33

3,26 Pengorganisasian

sistematis 3 4 3 3,33 Mendorong minat untuk

melakukan kegiatan

belajar aktif 4 3 3 3,33 Rata-rata Total Validasi 3,23

(10)

kevalidan (RTV) adalah 3≤RTV<4. Lalu, hasil data nilai kepraktisan diperoleh rata-rata total kepraktisan LKS secara teoritis sebesar 3,17 dan praktisi menilai:

Tabel 2 Hasil Validasi Nilai Kepraktisan

Praktisi ke- Penilaian

Hasil uji coba terbatas menunjukkan data: 1. Hasil belajar

Tabel 3 Daftar ketuntasan hasil belajar siswa Subje belajarnya karena siswa telah memenuhi Standar Ketuntasan Minimal yaitu

75

dengan rata-rata skor hasil belajar 76,45.

2. Respons Siswa

Tabel 4. 1 Analisis Hasil Angket Respons Siswa

N

(11)

PENUTUP

Simpulan

Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan Media Tangram dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan Media Tangram yang dikembangkan mengacu pada model Thiagarajan. Adapun proses pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan Media Tangram yakni sebagai berikut.

a. Tahap Pendefinisian (Define)

Tahap ini bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan Media Tangram. Tahap ini meliputi 5 langkah, yaitu: (1) analisis awal-akhir, (2) analisis siswa, (3) analisis konsep, (4) analisis tugas, (5) perumusan indikator.

Analisis awal-akhir berkenaan dengan analisis kurikulum dan analisis teori, hasil analisis kurikulum merujuk pada penggunaan kurikulum yang berlaku saat ini K13 dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.6. Memahami sifat-sifat bangun datar dan menggunakannya untuk menentukan keliing dan luas, serta materi prasyarat untuk menunjang KD tersebut yakni kesejajaran garis dan hubungan sudut. Sedangkan, hasil analisis teori yang digunakan yakni teori belajar geometri Van Hiele yang terdiri dari fase informasi, orientasi langsung, penjelasan, orientasi bebas dan integrasi.Teori perkembangan yang dikemukakan oleh Jean Piaget dalam Rita Eka Izzaty, dkk. (2008:34-35) menyatakan bahwa anak-anak yang berada pada usia SMP (12-15 tahun) perkembangannya berada dalam tahap awal operasional formal. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan oleh penulis dalam menyusun LKS. LKS disusun dari hal-hal konkret menuju ke hal-hal yang lebih abstrak. Selain itu, penggunaan media tangram (objek konkret) dapat membantu siswa dalam bernalar objek geometri yang abstrak.

Hasil analisis siswa meliputi, Latar belakang pengetahuan/pengalaman siswa menunjukkan bahwa materi segiempat pernah diajarkan di kelas III Sekolah Dasar dan subjek penelitian sudah menerima materi prasyarat kesejajaran dan hubungan sudut. Berdasarkan informasi guru mitra, kemampuan akademik subjek penelitian beragam, yakni 2 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang dan 2 siswa berkemampuan rendah. Sedangkan, kemampuan berpikir siswa menunjukkan siswa pada kelas VII berada pada masa transisi dari penggunaan operasi konkret ke penerapan operasi formal dalam bernalar. Sehingga diperlukan suatu objek konkret (seperti media pembelajaran tangram) yang dapat membantu proses bernalar siswa menuju operasi formal.

Analisis konsep berdasarkan kurikulum K13 yaitu 1) sifat-sifat jajargenjang dan belahketupat, 2) keliling dan luas dari jajargenjang maupun belahketupat. Analisis tugas berisi tugas-tugas yang dirumuskan untuk mencapai kompetensi dasar. Tugas-tugas tersebut yakni 1) mengenal bentuk bangun jajargenjang dan belahketupat dengan kegiatan tangramming (aktivitas menyusun maupun eksplorasi tangram), 2) menemukan sifat-sifat jajargenjang dan belahketupat menggunakan tangram, 3) menemukan rumus keliling dan luas dari jajargenjang maupun belahketupat dengan kegiatan tangramming, dan 4) menyelesaikan soal menggunakan sifat-sifat, keliling dan luas dari jajargenjang maupun belahketupat.

(12)

b. Tahap Perancangan (Design)

Pada tahap perancangan dilakukan perancangan draft Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan Media Tangram yang terdiri dari penyusunan tes, pemilihan format, dan desain awal sehingga dihasilkan rancangan awal Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

Tes yang diujikan kepada siswa berupa 4 soal uraian dengan rincian a) dua soal masing-masing menggunakan sifat jajargenjang dan belahketupat dalam menyelesaikan masalah, b) satu soal menggunakan keliling dan luas dari jajargenjang dalam menyelesaikan masalah, dan c) satu soal menggunakan keliling dan luas belahketupat dalam menyelesaikan masalah.

Pemilihan format dalam menyusun LKS meliputi aspek 1) ukuran (kertas), 2) kepadatan halaman, 3) penomoran, 4) kejelasan.

Desain awal LKS draft I yakni dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama membahas sifat-sifat jajargenjang dan belahketupat dan bagian kedua membahas keliling dan luas daerah jajargenjang maupun belahketupat.

c. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan Media Tangram sudah direvisi berdasarkan masukan dari para validator yang terdiri dari 3 tahap, yaitu: (1) penilaian para validator, (2) revisi, (3) uji coba terbatas.

Hasil penilaian validator, LKS drafi I melalui proses validasi dan revisi dihasilkan LKS draft II. LKS draft II inilah hasil pengembangan yang siap diujicobakan terbatas kepada 6 subjek penelitian.

2. Pada penelitian ini dihasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan Media Tangram pada Materi Jajargenjang dan Belahketupat yang layak yaitu telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Kriteria valid didasarkan pada hasil validasi para validator dan diperoleh rata-rata total validitas sebesar 3,23. Kriteria praktis didasarkan pada hasil validasi oleh kedua praktisi terhadap kepraktisan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan Media Tangram yaitu LKS dapat digunakan dengan sedikit revisi. Selain itu, kriteria praktis didapatkan dari hasil nilai kepraktisan secara teoritis oleh para praktisi dan diperoleh rata-rata total kepraktisan sebesar 3,17. Kriteria efektif ditunjukkan dari skor hasil belajar siswa dan respons siswa terhadap LKS. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan media tangram efektif bila sesuai dengan ketuntasan KKM yang telah ditentukan (

75

), hasil yang diperoleh rata-rata skor hasil belajar enam siswa setelah menggunakan LKS yakni 76,45. Kemudian, rata-rata persentase respons siswa terhadap LKS dengan Media Tangram yakni 100% dengan kriteria respons siswa sangat positif. Dapat disimpulkan LKS dengan Media Tangram yang telah dikembangkan memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan dan keefektifan seingga LKS dinyatakan layak untuk digunakan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan ini, maka disarankan hal-hal berikut:

1. Dibutuhkan persiapan ekstra seperti alat dan bahan bila ingin menerapkan LKS dengan Media Tangram. Dibutuhkan alokasi waktu yang memadai juga untuk memfasilitasi kegiatan siswa pada LKS serta dibutuhkan bimbingan guru dalam enemukan solusi-solusi yang lebih variatif dalam kegiatan menyusun kepingan tangram.

2. Mengingat produk hasil penelitian dan pengembangan dapat memberikan alternatif bagi pembelajaran disarankan kepada peneliti maupun pihak lain untuk mengembangkan produk ini dengan cakupan pengembangan yang lebih luas, dengan materi segiempat yang lain.

(13)

ALHSP (Alabama Hands-on Activity Science Program). Edgar Dale’s Cone of Experience. University of Alabama at Birmingham (UAB). (http://www.uab.edu/). Diakses pada 18 Mei 2016.

Prastowo, Andi. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press. Sundayana, Rostina. 2014. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika. Bandung:

Alfabeta CV.

Lobato, J., Clarke, D., Ellis, AB. 2005. Initiating and Eliciting in Teaching: A Reformulation of Telling. Journal for in Mathematics Education, 36 (2), 101-136.

Rita Eka Izzaty, Dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

Richardson, Kerrie & Stein Schwartz, Catherine, et al. 2010. “Investigating Quadrilaterals as an Ongoing Task”. Int. J. Math. Teach. Learn.(http://www.zentralblatt-math.org). Diakses pada 2 Februari 2016.

Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kemendiknas. 2013. Permendiknas Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses. Jakarta. Kemendiknas

Kementrian Pedidikan dan Kebudayaan. 2013. Konsep Pendekatan Scientific.(Powerpoint). Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikandan Kebudayaan.

Yuwono, Ridlo Muhammad. 2014. “Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Dengan Strategi Peta Konsep Pada Materi Segiempat Ditinjau Dari Kemampuan spasial Peserta Didik”. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol.2. No.9. ISSN 2339-16

Khabibah, Siti. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Khotimah, Husnul. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Geometri dengan Teori Van Hiele. G-2.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. (http://publikasi.uny.ac.id/Prosiding-Seminar-Nasional-Pendidikan-Matematika). Diakses pada 21 Februari 2015.

Noraini, I., 2005. Pedagogy in Mathematics Education. 1st Edn., Utusan Publication, Kuala Lumpur.

AH, Abdullah & Zakaria, Effandi. 2012. “The Activities Based on Van Hiele’s Phase-Based Learning: Experts’ and Preservice Teachers’ View”s. Journal of Mathematics and Statistics 8 (3): 385-395, ISSN 1549-3644. (https://www.researchgate.net). Diakses 23 Februari 2016. Indriana, Dini. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pembelajaran. Yogyakarta: Diva Press.

Juhartuti. 2012. “Menjadi Guru Matematika Kreatif dan Berwawasan Pendidikan Karakter”.

Jurnal (online) Kreano. Halaman 14. Tersedia

(journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano/article/view)

Widodo (2010). Peran Penelitian Matematika dalam Upaya Pembentukan Karakter Bangsa. Makalah Utama pada Booklet Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta, 27 November 2010.

Abdullah, M. Rozzali. Lu Chong, Chin and Moi Siew, Nyet.2013. “Facilitating Students’ Geometric Thinking Through Van Hiele’s Phase-Based Learning using Tangram”. Journal online of Social Sciences 9 (3). (http://www.thescipub.com/jss.toc). Diakses pada 14 Maret 2016.

Tian, X.X., 2012. The Art and Mathematics of Tangrams. Bridges 2012: Mathematics, Music, Art, Architecture, Culture.

Gambar

Gambar 1 Bagan Desain Uji Coba LKS
Gambar 2 Desain aspek kepadatan halaman
Tabel 2 Hasil Validasi Nilai Kepraktisan

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini didapatkan hasil pengujian hipotesis bahwa (1) umpan balik berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberdayaan psikologis , (2) sistem

[r]

Museum Airlangga adalah museum arkeologi yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Kediri dan diresmikan oleh gubernur Jawa Timur

PPK5 dibandingkan ketiga jenis pati lainnya (pati singkong, pati garut dan pati ganyong) menunjukkan bahwa pati sagu merupakan substrat paling potensial digunakan untuk

Berdasarkan pelaksanaan dilapangan banyak hal yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini antara lain: dari 28 orang mahasiswa yang mengikuti perkulihan fiqih pada

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Struktur Modal Dan

Surat keterangan pendamping ijazah dikeluarkan sebagai pelengkap ijazah yang menerangkan capaian pembelajaran dan prestasi dari pemegang ijazah selama masa studi. The

Responsivenes (Ketanggapan), yaitu kebijakan untuk membantu serta memberikan jasa transpotasi yang cepat dan tepat kepada konsumen, Gojek memberikan pelayanan secara cepat