• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Remaja dengan Prioritas Masalah Merokok di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Remaja dengan Prioritas Masalah Merokok di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Remaja dengan Prioritas Masalah Merokok di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang.

Definisi Remaja dan Keluarga

tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih

luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (

Hurlock, 1992 ). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang

jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan

dewasa atau tua. Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami

masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul

sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ( TP-KJM, 2002 ). Masa remaja

merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya

usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang

dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid

sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia

pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan ( 15-18 ) kini terjadi

pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10

tahun mungkin saja sudah ( atau sedang ) mengalami pubertas namun

tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap

menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata

orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.

Keluarga mempunya peranan penting dalam upaya peningkatan kesehatan

dan pengurangan resiko penyakit dalam masyarakat karena keluarga

merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Bila terdapat masalah satu

anggota keluarga akan menjadi satu unit keluarga. Karena ada hubungan

yang kuat antara keluarga dengan status anggota keluarganya. Peran

keluarga sangat penting dalam setiap aspek keperawatan kesehatan

(2)

menentukan cara asuhan yang diperukan oleh keluarga. Status sehat dan

sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi (

Friedman, 1998 ).

Dimensi Perkembangan Remaja

Untuk memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada

dimensi - dimensi tersebut :

1. Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai

dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara

pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat

besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba - tiba memiliki kemampuan untuk

ber - reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam

memproduksi dua jenis hormon ( gonadotrophins atau gonadotrophic hormones

) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu : 1) Follicle - Stimulating

Hormone ( FSH ), dan 2) Luteinizing Hormone ( LH ). Pada anak perempuan,

kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone :

dua jenis hormon kewanitaan.

Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial

- Cell Stimulating Hormone ( ICSH ) merangsang pertumbuhan testosterone.

Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah

sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi,

sebagai pertanda bahwa system reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga

perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai

memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan

dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah

secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

2. Dimensi Kognitif

(3)

ahli perkembangan kognitif ) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam

tahap pertumbuhan operasi formal ( period of formal operations ). Pada periode

ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha

memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan

berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan

mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta

kemungkinan akibat atau hasilnya.

Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang

sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para

remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan

memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran

mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu

dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana

untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja

mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataan, di negara-negara berkembang ( termasuk Indonesia )

masih sangat banyak remaja ( bahkan orang dewasa ) yang belum mampu

sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini.

Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu

operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat

sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi.

Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang

tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah ( ceramah ) dan

kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya

bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih

memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki

keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan

mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap

pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah

terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi

(4)

3. Dimensi Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya

mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar

bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel ( 1978 ) menyatakan

bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi

masalah - masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka,

misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak

lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan

pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan

keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif

lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar

dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan

ditanamkan kepadanya.

Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan

alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra - putri

remajanya. Orang tua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan

alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang

terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak

dan bersikap kaku akan membuat sang remaja bingung. Remaja tersebut akan

mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa

menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak

diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik

dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.

4. Dimensi Psikologis

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (

suasana hati ) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh

Mihalyi Csikzentmihalyi dan Reed Larson ( 1984 ) menemukan bahwa remaja

rata rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah mood “senang luar biasa” ke

“sedih luar biasa”. Sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal

(5)

dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah atau kegiatan sehari hari

di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah ubah dengan cepat, hal

tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.

Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan

bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai

nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan

membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para “idola”nya untuk

menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat

penting bagi remaja.

Definisi Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120

mm ( bervariasi tergantung Negara ) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi

daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya

dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung

lainnya.

1. Jenis – Jenis Rokok

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas

da

a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus.

1.

2.

3.

4.

b. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.

1.

(6)

2.

tembakau dan

rasa dan aroma tertentu.

3. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun

tembakau, cengkeh, dan

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c. Rokok berdasarkan proses pembuatannya.

1.

dengan car

dan atau alat bantu sederhana.

2.

menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke

dalam

pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat

rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu

sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat

rokok, biasanya, dihubungkan dengan

sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok

batangan namun telah dalam bent

pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa

rokok dalam pres, sat

d. Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian :

1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor ( SKM FF ): rokok yang dalam

proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh:

Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-lain.

2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild ( SKM LM ): rokok mesin yang

menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis

ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas

Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims dan lain-lain.

e. Rokok berdasarkan penggunaa

1.

(7)

2.

tidak terdapat gabus.

f. Dilihat dari komposisinya.

1. Bidis: Tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan

diikat dengan benang.Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi

daripada rokok buatan pabrik. Biasaditemukan di Asia Tenggara

dan India.

2. Cigar: Dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan

daun tembakau. Adaberbagai jenis yang berbeda di tiap negara.

Yang terkenal dari Havana, Kuba.

3. Kretek: Campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh

berefek mati rasa dan sakit saluran pernapasan. Jenis ini paling

berkembang dan banyak di Indonesia.

4. Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa

digunakan di AsiaTenggara dan India. Bahkan 56 persen

perempuan India menggunakan jenis kunyah. Adalagi jenis yang

diletakkan antara pipi dan gusi, dan tembakau kering yang diisap

denganhidung atau mulut.

5. Shisha atau hubbly bubbly: Jenis tembakau dari buah-buahan atau

rasa buah – buahan yang disedot dengan pipa dari tabung.

Biasanya digunakan di Afrika Utara, TimurTengah, dan beberapa

tempat di Asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur seperti

dikafe - kafe.

2. Kandungan Rokok

Setiap kali menghirup asap rokok, entah sengaja atau tidak, berarti juga

mengisap lebih dari 4.000 macam racun. Karena itulah, merokok sama dengan

memasukkan racun - racun tadi ke dalam rongga mulut dan tentunya paru-paru.

Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita mungkiri. Banyak

penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok,

(8)

Dengan ini setiap isapan itu menyerupai satu isapan maut. Di antara

kandungan asap rokok termasuklah bahan radioaktif ( polonium-201) dan

bahan-bahan yang digunakan di dalam cat ( acetone ), pencuci lantai ( ammonia ), ubat

gegat ( naphthalene ), racun serangga ( DDT ), racun anai-anai ( arsenic ), gas

beracun ( hydrogen cyanide ) yang digunakan di “kamar gas maut” bagi pesalah

yang menjalani hukuman mati, dan banyak lagi. Bagaimanapun, racun paling

penting adalah Tar, Nikotin dan Karbon Monoksida.

Berikut adalah beberapa bahan

1. Nikotin, Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni

saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan

pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan

pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa

setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika Serikat,

rokok putih yang beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg nikotin per

batang, sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg per batang.

2. Timah Hitam ( Pb ), Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok

sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok ( isi 20 batang ) yang habis diisap

dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya

timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa

dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus

rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh!

3. Gas Karbon Monoksida ( CO ), Karbon Monoksida memiliki

kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam

sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen

yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO

lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi”

hemoglobin. Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar

gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam

darah perokok mencapai 4 – 15 persen. Berlipat-lipat!

4. Tar, Tar adalah kumpulan dari beribu - ribu bahan kimia dalam komponen

(9)

masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan

menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan

gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara

3 - 40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 –

45 mg.

5.

6.

terbakar dan tidak berwarna.

7.

8.

sebagai metil alkohol.

9.

hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.

10.

kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.

11.

mengawetkan mayat.

12.

membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan

pestisida.

13.

2.1.1 PENGKAJIAN

Faktor – faktor yang mempengaruhi remaja merokok : Faktor Predisposisi

Faktor – faktor yang mendukung terjadinya masalah remaja merokok

adalah faktor biologis, psikologis, faktor lingkungan sosial, faktor demografis,

faktor sosial - kultural, faktor sosial politik, namun pada remaja yang paling

mempengaruhi perilaku merokok adalah

(10)

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda

yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu

memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih

mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari

lingkungan rumah tangga yang bahagia.

2) Pengaruh teman.

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok

maka semakin besar kemungkinan teman - temannya adalah perokok juga dan

demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi,

pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman - temannya atau bahkan teman -

teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka

semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai

sekurang- kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan

remaja non perokok (Al Bachri,1991)

3) Faktor Kepribadian.

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin

melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.

Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat - obatan

( termasuk rokok ) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada

berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan

dengan mereka yang memiliki skor yang rendah ( Atkinson,1999 ).

4) Pengaruh Iklan.

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran

bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja

seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.

(11)

2.1.2 ANALISA DATA

Cara Analisa Data dalam Keperawatan Keluarga :

a. Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang dikumpulkan dalam

pengkajian.

b. Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial dan

spritual.

c. Membandingkan dengan standart.

d. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.

e. Data dibagi dalam data subyektif dan obyektif.

2.1.3 SKORING MASALAH

Penentuan Prioritas Masalah dalam Keperawatan Keluarga

N0 Kriteria Komponen Skor Bobot

1. Sifat Masalah Aktual 3 1

Potensial 2

Resiko 1

2. Kemungkinan Masalah Dapat

Diubah

Mudah 2 2

Sebagian 1

Tidak Dapat 0

3. Potensial Masalah Dapat

Dicegah

Tinggi 3 1

Cukup 2

Rendah 1

(12)

Masalah Ditangani

Ada Masalah,

Tidak Perlu

Segera Ditangani

1

Tidak Dirasakan 0

Untuk mendapatkan masalah prioritas, terlebih dahulu dilakukan

perhitungan dengan menggunakan skala Baylon dan Maglaya ( 1978 )

sebagai berikut :

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

Skor X Bobot

Angka Tertinggi

c. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria

d. Skor tertinggi adalah 5 = seluruh

2.1.4 RUMUSAN MASALAH

Masalah Keperawatan Keluarga Yang Mungkin Muncul

1. Keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan tiap anggota

keluarganya.

2. Keluarga tidak mampu mengambil keputusan yang tepat untuk

melakukan tindakan yang tepat.

3. Keluarga tidak mampu merawat anggota keluarganya yang sakit atau

yang tidak dapat menolong dirinya sendiri karena cacat atau karena

usianya terlalu muda.

4. Keluarga tidak mampu mempertahankam suasana rumah yang

menguntukan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota

(13)

5. Kelurga tidak mampu mempertahankan hubungan timbal – balik antara

keluarga dan lembaga kesehatan.

2.1.5 PERENCANAAN

Tindakan keperawatan dalam keperawatan keluarga

Tujuan :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah

kebutuhan kesehatan dengan cara :

1. Memberi informasi yang tepat.

2. Mengindentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang

kesehatan.

3. Mendorong keluarga agar memiliki sikap yang baik dalam

menyelesaikan persoalan.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan keluarga

yang tepat, dengan cara :

1. Mengindentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.

2. Mengindentifikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga.

3. Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.

c. Meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang sakit, dengan cara :

1. Mendemonstrasikan cara perawatan.

2. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.

3. Mengawasi keluarga dalam melakukan perawatan anggota

keluarga yang sakit.

4. Membantu keluarga agar menemukan cara memodifikasi

lingkunganmenjadi lingkungan yang sehat, dengan cara :

a. Menemukan sumber – sumber yang dapat digunakan keluarga.

b. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

5. Memotifasi keluarga agar dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada, dengan cara :

(14)

keluarga.

b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

2.2 Asuhan Keperawatan Kasus

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

2.2.1 PENGKAJIAN I. Indentitas Keluarga

1. Keluarga I

Nama : Tn. E

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pedagang

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Kelurahan Tanjung Sari, Medan

Tipe Keluarga : Inti

Komposisi Keluarga : Kepala Keluarga, Istri, Anak

No Nama Jenis

kelamin

Hubungan

dengan

KK

Umur Pendidikan Status

Imunisasi

1. Ny. M Perempuan IRT 60

Tahun

SMA Lengkap

2. An. L Laki-laki Anak 32

Tahun

S1 Lengkap

3. An. P Perempuan Anak 27

Tahun

S1 Lengkap

4. An. S Laki-laki Anak 25

Tahun

(15)

Genogram :

2. Keluarga II

Nama : Tn. P

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Buruh Bangunan

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Kelurahan Tanjung Sari, Medan

Tipe Keluarga : Inti

Komposisi Keluarga : Kepala Keluarga, Istri, Anak

No Nama Jenis

kelamin

Hubungan

dengan

KK

Umur Pendidikan Status

Imunisasi

1. Ny. A Perempuan IRT 35

Tahun

SMA Lengkap

2. An. S Perempuan Anak 22

Tahun

SMA Lengkap

3. An. O Laki–Laki Anak 18

Tahun

(16)

Genogram :

3. Keluarga III

Nama : Tn. A

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pedagang

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Kelurahan Tanjung Sari, Medan

Tipe Keluarga : Inti

Komposisi Keluarga : Kepala Keluarga, Istri, Anak

No Nama Jenis

kelamin

Hubungan

dengan

KK

Umur Pendidikan Status

Imunisasi

1. Ny. M Perempuan IRT 50

Tahun

SMA Lengkap

(17)

Tahun

3. An. P Perempuan Anak 23

Tahun

SMA Lengkap

4. An. R Laki-laki Anak 18

Tahun

SMA Lengkap

Genogram :

4. Keluarga IV

Nama : Tn. S

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Kelurahan Tanjung Sari, Medan

Tipe Keluarga : Inti

(18)

No Nama Jenis

kelamin

Hubungan

dengan

KK

Umur Pendidikan Status

Imunisasi

1. Ny. M Perempuan IRT 50

Tahun

SMA Lengkap

2. An. L Laki-laki Anak 25

Tahun

SMA Lengkap

3. An. P Perempuan Anak 23

Tahun

SMA Lengkap

4. An. R Laki-laki Anak 18

Tahun

SMA Lengkap

Genogram :

5. Keluarga V

Nama : Tn. L

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pedagang

Agama : Islam

Suku : Jawa

(19)

Tipe Keluarga : Inti

Komposisi Keluarga : Kepala Keluarga, Istri, Anak

No Nama Jenis

kelamin

Hubungan

dengan

KK

Umur Pendidikan Status

Imunisasi

1. Ny. M Perempuan IRT 55

Tahun

SMA Lengkap

2. An. W Perempuan Anak 25

Tahun

SMA Lengkap

3. An. P Perempuan Anak 23

Tahun

SMA Lengkap

4. An. A Laki-laki Anak 18

Tahun

SMA Lengkap

Genogram :

Keterangan Genogram :

(20)

: Perempuan

: Laki – laki meninggal

: tinggal satu rumah

: Perempuan meninggal

: Klien

: Cerai

1. Status sosial ekonomi keluarga

Kelima kepala keluarga merupakan seorang wiraswasta dengan

penghasilan dibawah Rp.1.000.000/bulan, uang tersebut untuk memenuhi

kebutahn sehari – hari keluarga.

2. Aktifitas rekreasi keluarga

Kelima Keluarga mengahabiskan waktu berkumpul bersama di waktu

malam hari dengan menonton telivisi di ruang keluarga, sesekali kelima

keluarga berkunjung atau liburan ke objek wisata

II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap Perkembangan Keluarga

Kelima keluarga sekarang dalam tahap anak usia sekolah dan remaja.

2. Tahap Perkembangan Keluarga Belum terpenuhi

Pada tahap ini kelima keluarga mengatakan belum mempunyai

tabungan untuk masa depan anak keluarga, ketika anak melanjutkan

tingkat sekolah lebih tinggi.

3. Riwayat Keluarga Inti

Kelima Keluarga mengatakan tidak ada keluhan terkait kesehatan dan

tidak mempunyai penyakit apa pun, tetapi kelima keluarga mempunyai

tingkah laku buruk, anggota keluarga adalah perokok aktif dalam

(21)

4. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Kelima Keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit atau penyakit

keturunan yang pernah di alami.

III. LINGKUNGAN

1. Karakteristik Rumah

Masing – masing keluarga menempati rumah dengan kontruksi rumah

permanen, dengan 1 kamar mandi, 1 ruang dapur, 1 ruang tamu, dan

beberapa ruang tempat tidur.

2. Denah Rumah

Kamar mandi/wc

Ruang Ruang Keluarga

Tamu Kamar tidur I Kamar tidur Dapur

II

3. Karakteristik Lingkungan Rumah

Kelima Keluarga tinggal di dalam kota dengan jumlah penduduk tidak

padat, lingkungan yang nyaman, letak rumah memasuki gang yang

hanya bisa di lewati 1 mobil.

4. Mobilitas Geografis Keluarga

Kelima keluarga mengatakan sudah cukup lama tinggal di lingkungan

ini, dan sudah akrab dengan tetangga, dan keluarga sudah dapat

beradaptasi dengan lingkungan.

5. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat

Keluarga mengatakan sering mengadakan kegiatan kerja bakti yang di

adakan aparat Desa yang di adakan pada hari minggu, setiap keluarga

mengikuti kerja bakti yang di adakan aparata desa.

6. Sistim Dukungan Keluarga

Kelima Keluarga mengatakan sitim dukungan keluarga berasal dari

(22)

keluarga.

IV. STRUKTUR KELUARGA

1. Pola Komunikasi Keluarga

Kelima Keluarga mengatakan, pola komunikasi di lakukan secara

terbuka kepada setiap anggota keluarga, bahasa yang di gunakan

adalah bahasa Indonesia

2. Struktur Kesehatan Keluarga

Kelima Keluarga mengatakan bahwa yang membuat dan mengambil

keputusan adalah kepala keluarga, dimana keputusan tersebut sudah

dibicarakan oleh seluruh anggota keluarga.

3. Struktur Peran

Kelima Keluarga mengatakan bahwa peran yang diambil dalam

keluarga sesuai dengan posisi yang ada pada keluarga seperti, anak –

anak mengerjakan sesuai yang di ajrakan kelurga yaitu, membantu

pekerjaan rumah.

4. Nilai dan Norma

Kelima Keluarga mengatakan nilai dan norma yang berlaku dalam

keluarga disesuaikan dengan agama yaitu islam dan adat suku jawa.

V. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Afektif

Kelima Keluarga mengatakan sangat menyayangi seluruh anggota

keluarganya, tanpa terkecuali dan membeda – bedakan dalam keluarga.

2. Fungsi Sosial

Kelima keluarga melakukan Kegiatan yang ada di lingkungan selaian

kerja bakti adalah, keluarga mengikuti kegiatan rohani yang di adakan

oleh masyrakat yang ada di kelurahan tersebut.

3. Fungsi Ekonomi

Kelima keluarga berprofesi sebagai wiraswasta ang berpenghasilan di

bawah Rp. 1.000.000 / bulan dan digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sehari – hari keluarga.

4. Fungsi Perawatan Kesehatan

(23)

mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di kelurahan

tersebut.

VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Kelima Keluarga mengatakan selama ini masih binggung untuk

memebuhi kebutuhan pendidikan untuk anak – anak keluarga yang

dalam masa sekolah dan remaja, karena harus memerluka biaya yang

banyak.

2. Kemampuan Keluarga Berespon Pada Situasi / Stressor

Kelima Keluarga mengatakan jika da maslah dalam keluarga, keluarga

selalu bermusyawarah dengan seluruh anggota keluarganya.

3. Strategi Koping Yang Digunakan

Kelima Keluarga mengatakan, dengan menyisihkan uang hasil kepala

keluarga dengan cara menabung.

4. Strategi Adaptasi Fungsional

Keluarga mengatakan tidak ada koping yang disfungsional.

5. Harapan Keluarga

Keluarga mengatakan ingin hidup lebih sejahtera lagi, seluruh keluarga

selalu dalam keadaan sehat.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

Pemriksaan Fisik Pada Remaja Perokok A. Keadaan Umum

Remaja yang merokok tampak lebih kurus, sulit untuk tidur, nafsu

makan berkurang.

B. Tanda – tanda Vital

- Suhu tubuh : 36 oC

- Tekanan darah : 120 / 80 mmHg

- Nadi : 80 kali /menit

- Pernafasan : 25 kali / menit

- TB :

(24)

dibawah 50 Kg.

C. Pemeriksaan Head to toe

- Rambut : bersih, hitam, pendek

- Conjungtiva : tidak ada masalah keperawatan

- Hidung : tidak ada secret, tidak ada kelainan pada

penciuman ( dapat membedakan bau minyak kayu putih dan bau

parfum )

- Mulut : remaja perokok pada umumnya

mempunyai warna bibir kehitam- hitaman, mukosa bibir sedikit

kering

- Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid

- Paru – paru : tidak ada masalah keperawatan

- Abdomen : bentk datar, simetris, suara tympani

- Integumen : kulit sedikit kering, kulit terasa hangat

Nb : Pada pemeriksaan Ketiak, jantung, kelamin, muskuloskletal /

ekstremitas, neurologi, motorik, sensorik, dan reflex tidak dilakukan,

karena tidak adanya sisitim pendukung.

2.2.2 ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1. Ds : Keluarga

mengatakan tidak tahu

bahaya merokok bagi

diri sendiri dan dampak

terhadapa orang yang

ddi sekitar perokok

Do : Tampak masih

merokok di hadapan

anak – anak.

Keluarga tidak

mampu mengenal

masalah kesehatan

tiap anggota

keluarganya

Resiko tinggi terjadi

penyakit pada

anggota keluarga

2. Ds : Keluarga

mengatakan kurang

nafsu untuk makan dan

Keluarga tidak

mampu mengenal

masalah kesehatan

Resiko tinggi terjadi

perubahan

(25)

lebih suka merokok

Do : tampak lebih

kurus,

tiap anggota

keluarganya

kurang dari

kebutuhan tubuh

3. Ds : Keluarga

mengatakan sulit untuk

tidur, terutama pada

saat mau tidur malam

Do : Tampak sering

tidur di atas pukul

23.00 WIB

Keluarga tidak

mampu mengenal

masalah kesehatan tiap anggota keluarganya Gangguan Kebutuhan Istirahat kurang dari kebutuhan tubuh

2.2.3 SKORING MASALAH

No Kriteria Nilai Bobot

Dx 1 Dx 2 Dx 3

1. Sifat masalah :

Skala :

Tidak / kurang sehat

Ancaman kesehatan

Krisis

2/3 x 1 = 2/3

2/3 x 1= 2/3

2/3 x 1= 2/3

1

3

2

1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah :

Skala :

Dengan mudah

Hanya sebagian

Tidak dapat

2/2 x 2 = 1

2.2 x 1 = 1

2.2 x 1 = 1 2 3 2 1

3. Potensi masalah untuk dicegah :

3/3 x 1 = 1

2/3 x 1 = 2/3

1/3 x 1 = 2/3

(26)

Skala :

Tinggi

Cukup

Rendah

3

2

1

4. Menonjolnya masalah :

Skala :

Masalah berat

Masalah tidak perlu diatasi

Masalah tidak dirasakan

2/2 x 1= 1

0 x 1 = 0

0 x 1 = 0

1

2

1

0

Total 3 2/3 1 4/3 1 4/3

2.2.4 RUMUSAN MASALAH Diagnosa Keperawatan Keluarga

I. Resiko tinggi terjadi penyakit pada klien dan anggota keluarga

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah kesehatan keluarga.

II. Resiko tinggi terjadi perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh klien yang perokok berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

keluarga.

III. Gangguan Kebutuhan Istirahat kurang dari kebutuhan tubuh

pada klien berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

(27)

2.2.5 PERENCANAAN

Hari /

Tanggal

No. Dx Perencanaan Keperawatan

I Tujuan dan Kriteria Hasil :

Tujuan :

Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

keluarga dan mengengetahui bahaya merokok

Keluarga dapat menyebutkan penyakit yang ada

akibat rokok

II Tujuan :

Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

keluarga

Keluarga mampu mengenal tentang gizi

III Tujuan :

Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

keluarga

Keluarga mengetahui kebutuhan istirahat yang

(28)

2.2.6 IMPLEMENTASI

Hari /

Tanggal

No.

Dx

Implementasi Evaluasi

( SOAP )

Senin /

3-2-2014

I - Memvalidasi keadaan

keluarga

- Mengingatkan kontrak

- Menjelaskan tujuan

- Mendiskusikan dengan

keluarga mengenal

pengertian rokok

- Memberi kesempatan

untuk menanyak yang

belum di pahami

- Mengevaluasi kembali

tentang pemahaman

pada rokok

- Keluarga mampu

memutuskan tindakan

yang tepat untuk

merawat dan mengenal

anggota keluarga

dengan masalah rokok

- Mendiskusikan

mengenal cara upaya

berhenti merokok

S :

Keluarga mau melaksanakan

anjuran perawat

O :

Keluarga dapat menyebutkan

bahaya merokok dan penyakit

yang terjadi pada rokok, dan

upaya berhenti untuk merokok

A :

Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi di lanjutkan

Selasa /

4-2-2014

II - Memvalidasi keadaan

keluarga

- Mengingatkan kontrak

- Menjelaskan tujuan

- Mendiskusikan dengan

keluarga mengenai

penegertian gizi

S :

Keluarga dapat mengulangi

pengertian gizi, tanda dan

gejala kurang gizi, dan

pencegahan resiko terjadi

kurang gizi

(29)

- Memberi kesempatan

untuk menanyak yang

belum di pahami

- Mengevaluasi kembali

tentang pemahaman

pada gizi

- Menanyakan kepada

keluarga akibat kurang

gizi

- Mendiskusikan kepada

keluara tanda dan

gejala kurang gizi

- Mendiskusikan dengan

keluarga mengenai cara

pencegahan resiko

terjadi kurang gizi

Keluarga tampak mengerti apa

yang sudah dijelaskan

A :

Keluarga mampu mengenal

masalah kesehatan keluarga

P :

Internevsi teratasi

Rabu /

5-2-2014

III - Memvalidasi keadaan

keluarga

- Mengingatkan kontrak

- Menjelaskan tujuan

- Mendiskusikan dengan

keluarga tentang

pengertian istirahat

- Memberi kesempatan

untuk menanyak yang

belum di pahami

- Mengevaluasi kembali

tentang pemahaman

pada istirahat

- Menanyakan kepada

keluarga akibat dan

dampak kurang istirahat S :

Keluarga dapat mengulangi

tentang istirahat, dampak

kurang istirahat, kebutuhan

istirahat yang cukup dan baik

O :

Keluarga tampak mengerti apa

yang sudah dijelaskan,

keluarga tampak serius

mendengarkan penjelasan

A :

Keluarga mampu mengenal

masalah kesehatan keluarga

dan mampu mngatasi masalah

kesehatan keluarga

(30)

- Mendiskusikan dengan

keluarga mengenai cara

penanggulangan

kebutuhan istirahat

yang cuku dan baik

Intervensi teratasi

2.2.7 EVALUASI

a. Keluarga mampu menyebutkan kembali bahaya merokok bagi

kesehatan dan keluarga, penyakit yang disebabkan rokok

b. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga dan

mampu merawat anggota keluarga yang sakit,

c. Keluarga mampu cara pencegahan resiko terjadi kekurangan

gizi yang di akibatkan oleh rokok

d. Keluarga mampu menyebutkan kebutuhan istirahat yang cukup

Referensi

Dokumen terkait

Graf G = (V, E) dikatakan pelabelan pada suatu graf jika terjadi pemetaan bijektif dari setiap elemen graf ke bilangan bulat positif, yang mana bilangan terse- but disebut

Faktor penting yang membedakan dua konteks kontraks diuraikan diatas adalah kesempatanuntuk teribat dalam perilaku yang tidak etis.Dalam beberapa

untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut (Disajikan dalam Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain). PT ARWANA CITRAMULIA TBK AND ITS SUBSIDIARIES NOTES TO

Pengumpulan data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang penting, karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung

[r]

Obat Sipilis Ampuh Herbal Sembuhkan Sipilis Dalam Waktu Singkat ~ Penyakit sifilis ditandai dengan gejala munculnya luka pada daerah kelamin, bisa juga mulut

Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OOO

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-1/W4, 2015 International Conference on Unmanned Aerial Vehicles