• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Keterlibatan Dosen Dalam Pengembangan Koleksi Di Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Amanah Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Keterlibatan Dosen Dalam Pengembangan Koleksi Di Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Amanah Padang"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada disuatu

perguruan tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi secara umum berperan dalam

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya yaitu sivitas akademika,

untuk menyelenggarakan pengembangan koleksi perpustakaan. Dalam buku

Perpustakaan Perguruan tinggi : Buku Pedoman (2004, 3) dinyatakan bahwa:

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi, yang bersama-sama dengan unsur penunjang lainnya berperan serta dalam melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tingginya, dan bertugas mengembangkan koleksi, mengolah dan merawat bahan perpustakaan, memberi layanan, serta melaksanakan administrasi perpustakaan.

Menurut Hasugian (2009, 79) perpustakaan perguruan tinggi adalah

“Perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan membantu

tercapainya tujuan perguruan tinggi.”

Sedangkan menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000, 4-5) perpustakaan perguruan

tinggi ialah “Perpustakaan yang tegabung dalam lingkungan lembaga pendidikan

tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas,

perpustakaan akademi, perpustakaan sekolah tinggi.”

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa

perpustakaan perguruan tinggi adalah unsur penunjang perguruan tinggi yang

bertugas mengembangkan koleksi, mengolah dan merawat bahan perpustakaan,

(2)

dan misi perguruan tinggi dan penunjang terlaksananya Tri Dharma Perguruan

Tinggi.

2.2 Keterlibatan Dosen Dalam Pemilihan Koleksi

Keterlibatan dosen dalam pemilihan koleksi dapat membantu pustakawan

memperoleh koleksi yang relevan dan mutakhir sesuai dengan kurikulum yang ada di

perguruan tinggi. Menurut Siregar yang dikutip oleh Handayani (2014, 38) bahwa:

Keterlibatan staf pengajar untuk melakukan seleksi bahan pustaka yang akan dibeli karena mereka adalah penentu buku wajib dan buku penunjang yang digunakan untuk mata kuliah yang diasuhnya, dalam hal ini staf pengajar merupakan pelaku seleksi yang utama.

Keterlibatan dosen dalam pemilihan koleksi perpustakaan membantu

pustakawan mendapatkan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna di

perguruan tinggi, karena dosen lebih mengetahui bahan bacaan untuk pengajaran dan

pendidikan yang relevan dengan kurikulum yang ada di perguruan tinggi tersebut.

Menurut Siregar yang dikutip oleh Handayani (2014, 37-38) menyatakan bahwa

Faktor utama dalam pemilihan buku adalah kurikulum, pengajaran dan penelitian maka dalam pemilihan buku, staf pustakawan harus bekerja sama dengan staf pengajar. Mengikutsertakan staf pengajar dalam pemilihan buku, maka buku-buku yang yang diperlukan setiap mata kuliah yang diajarkan akan dapat dipenuhi. Jadi relevansi program pengajaran dan penelitian yang dilaksanakan maupun yang telah direncanakan untuk dilaksanakan oleh perguruan tinggi tersebut dengan koleksi perpustakaan akan tercapai.

Untuk menjamin relevansi koleksi perpustakaan sebaiknya pustakawan

bekerja sama dengan dosen agar koleksi yang tersedia di perpustakaan dimanfaatkan

oleh pengguna secara optimal. Menurut Siregar (2004, 91) ”Pengajar harus

(3)

berbasis belajar bukan yang berbasis mengajar dan bersama-sama berjuang untuk

mendapatkan bahan-bahan pustaka yang diperlukan.”

Pendapat di atas serupa dengan yang dinyatakan Sulistyo-Basuki (1993, 430)

menyatakan “Pemilihan buku untuk perguruan tinggi merupakan kerja sama antara

dosen, wakil jurusan, dengan pustakawan.”

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa keterlibatan dosen dalam

pengembangan koleksi perpustakaan yaitu: dosen terlibat langsung dalam pengajaran

kepada mahasiswa, dosen mengetahui bahan bacaan wajib dan penunjang bagi

mahasiswa dan dosen mengetahui bahan ajar sesuai dengan kurikulum yang ada di

perguruan tinggi. Dosen mempunyai peranan yang penting dalam pemilihan koleksi

perpustakaan perguruan tinggi dan pustakawan sebaiknya melibatkan dosen dalam

pemilihan koleksi perpustakaan. Dengan adanya keterlibatan dosen dalam pemilihan

koleksi perpustakaan pustakawan mampu mendapatkan koleksi yang sesuai dengan

kurikulum yang ada di perguruan tinggi.

2.3. Koleksi Perpustakaan

Koleksi salah satu unsur utama dalam pelayanan perpustakaan. Koleksi yang

baik bukan dilihat dari banyaknya jumlah eksemplar, tetapi dapat dilihat dari kualitas

isi, jumlah judul, kemutakhirannya dan koleksi tersebut sesuai dengan kebutuhan

pengguna. Menurut Suwarno (2009, 87) “koleksi perpustakaan adalah semua hal

(4)

Menurut Yulia dan Sujana (2010, 1.5) “koleksi perpustakaan adalah semua

bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disebarluaskan kepada

masyarakat guna memenuhi kebutuhan informasi mereka.”

Sedangkan menurut Siregar (1998, 2 ) “koleksi perpustakaan adalah semua

bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada

masyarakat guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi.”

Dari pendapat yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa koleksi

perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, disimpan dan

disajikan kepada pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna.

2.3.1 Fungsi Koleksi Perpustakaan

Perpustakaan perguruan tinggi harus dapat menyediakan berbagai bahan

pustaka dan sumber informasi yang dibutuhkan pengguna, demi tercapainya

program-program perguruan tinggi. Menurut Siregar (1998, 3) adapun fungsi koleksi

perpustakaan adalah:

1. Fungsi pendidikan, yaitu menunjang program pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat umum, kelompok, lembaga yang membutuhkan.

2. Fungsi penelitian, yaitu menunjang penelitian yang dilakukan oleh masyarakat pengguna.

3. Fungsi referensi, yaitu menjadi bahan referensi bagi masyarakat/pengguna perpustakaan.

(5)

Sedangkan menurut Achmad (2008, 11-13) fungsi koleksi perpustakaan

adalah sebagai berikut:

1. Koleksi perpustakaan sebagai pendukung pelaksanaan kurikulum perguruan tinggi.

2. Mampu membimbing pengguna menjadi insan kamil (sempurna), yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah serta melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi secara sempurna, artinya bahan koleksi yang diadakan suatu perpustakaan tidak beretentangan dengan nilai-nilai moral, bahkan koleksi tersebut mampu memberi petunjuk dan bimbingan kepada pembacanya kearah perbuatan (amal) yang lebih baik.

3. Mampu meningkatkan minat baca. 4. Memenuhi kebutuhan peneliti sederhana.

Koleksi perpustakaan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan peneliti. 5. Membantu usaha meningkatkan keterampilan.

Koleksi perpustakaan dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan dan kreatifitas sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.

Dari uraian di atas dapat dimaknai bahwa fungsi koleksi perpustakaan sebagai

penunjang kegiatan yang ada di perguruan tinggi seperti pendidikan, pengajaran,

penelitian, pengabdian kepada masyarakat, sebagai referensi yang relevan dan

mutakhir yang di perlukan oleh pengguna perpustakaan. Selain itu koleksi

perpustakaan perguruan tinggi berfungsi meningkatkan minat baca, membantu

mahasiswa meningkatkan keterampilan dan kreatifitas sesuai dengan disiplin ilmu

(6)

2.3.2 Jenis Koleksi Perpustakaan

Jenis koleksi yang dikembangkan oleh setiap perpustakaan berbeda-beda

sesuai dengan visi dan misi dari lembaga yang terkait. Bahan pustaka yang tersedia di

perpustakaan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk sebagai berikut:

1. Tercetak

a. Buku/ monograf adalah terbitan yang mempunyai satu kesatuan yang utuh, dapat terdiri dari satu jilid atau lebih. Terbitan yang termasuk dalam kelompok ini adalah buku, laporan penelitian, skripsi, tesis dan disertasi. b. Bukan Buku

a) Terbitan berseri adalah terbitan yang diterbitkan terus-menerus dalam jangka waktu terbit tertentu, dapat berupa harian, mingguan , bulanan, dan sebagainya.

b)Peta. c) Gambar.

d)Brosur, pampflet, booklet.

e) Makalah, merupakan karya yang mempunyai nilai sementara, tidak diolah sebagaimana bahan pustaka lainnya.

2. Tidak Tercetak

a. Rekaman gambar, seperti film, video, CD, microfilm, dan mikrofis. b. Rekaman suara, seperti piringan hitam, CD, kaset.

c. Rekaman data magnetic/digital, seperti karya dalam bentuk disket. CD dan pangkalan data dan yang dikemas secara on-line.(Yulia dan Sujana 2010, 1.5-1.6)

Sutarno (2006, 82) mengemukakan bahwa:

Koleksi perpustakaan mencakup jenis bahan pustaka tercetak seperti buku, majalah surat kabar, bahan pustaka terekam dan elektronik seperti kaset, video, piringan (disk), film, film strip, dan koleksi bentuk tertentu, seperti lukisan, insektarium, alat peraga, globe, foto dan lain-lain.

Sedangkan menurut Prianto (2007, 3) jenis bahan pustaka antara lain:

1. Buku Teks (print book)

a. Buku wajib, merupakan buku-buku referensi dari mata kuliah/ berbasis mata kuliah.

(7)

sebagian tidak dipinjamkan keluar. Koleksi rujukan tersebut antara lain: ensiklopedi, kamus, alamanak, peta, globe, bibliografi, biografi dsb. 2. Terbitan Berkala, berisi informasi terkini (current information).

3. Terbitan Pemerintah, perlu diadakan karena berisi informasi penting yang terkait dengan aturan, undang-undang pemerintah dsb.

4. Buku-buku hiburan/rekreatif, perlu diadakan meskipun dalam skala kecil untuk bacaan refresing bagi pemakai yang membutuhkan. (Misalnya cerpen, novel, cerita anekdot, cerita lucu dsb.)

5. Koleksi AV (Audio Visual), perlu diadakan untuk melengkapi koleksi perpustakaan dan mendukung kegiatan belajar mengajar. (Misalnya VCD, CD, microfilm, kaset, dsb.)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa jenis bahan perpustakaan yaitu

bahan tercetak dan tidak tercetak. Bahan tercetak dapat berupa buku/ monograf dan

bukan buku seperti terbitan berseri, peta, gambar, brosur dan makalah. Sedangkan

bahan non cetak seperti film, CD, piringan hitam, kaset dan pangkalan data yang

dikemas secara on-line.

Selain pendapat yang dikemukan di atas berikut adalah jenis koleksi yang

selayaknya tersedia di perpustakaan:

1. Koleksi Rujukan

Berbagai jenis koleksi rujukan seperti ensiklopedia umum dan khusus, kamus umum dan khusus, buku pegangan, direktori, abstrak, indeks, bibliografi, berbagai standar dan sebagainya baik dalam bentuk buku dan non buku.

2. Bahan Ajar

Bahan ajar berfungsi untuk memenuhi tujuan kurikulum. 3. Terbitan Berkala

Terbitan berkala seperti majalah umum, jurnal dan surat kabar. Terbitan ini memberikan informasi mutakhir mengenai keadaan kecendrungan perkembangan ilmu dan pengetahuan.

4. Terbitan Pemerintah

Berbagai terbitan pemerintah seperti lembaran Negara, himpunan peraturan Negara, kebijakan, laporan tahunan, pidato resmi, dsb.

(8)

6. Apabila mempunyai dana yang cukup, perpustakaan sebagai sumber belajar tidak hanya menghimpun buku, jurnal dan sejenis lainnya yang tercetak, tetapi juga menghimpun koleksi pandang-dengar seperti film, slaid, kaset video, kaset audio dan pustaka renik, serta koleksi media elektronika seperti disket, compact disc dan online database/basis data akses maya.

7. Bahan bacaan untuk rekreasi intelektual

Perpustakaan perguruan tinggi perlu menyediakan bahan bacaan atau bahan lain untuk keperluan rekreasi intelektual mahasiswa dan bahan bacaan lain yang memperkaya khasanah pembaca (Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 2004, 51-52).

Menurut Yulia dan Sujana (2010, 1.6-1.7) jenis koleksi yang selayaknya

tersedia di perpustakaan adalah:

1. Koleksi Rujukan

Jenis koleksi rujukan seperti ensiklopedia khusus dan umum, kamus umum dan khusus. Buku pegangan/handbook, pedoman/manual, direktori, abstrak, indeks, bibliografi, biografi, atlas, berbagai standar, dan sebagainya dalam bentuk buku maupun nonbuku ataupun noncetak

2. Bahan Ajar

Bahan ajar ditujukan untuk perguruan tinggi, sekolah, dan perpustakaan lembaga pendidikan lainnya.

3. Terbitan Berseri

Koleksi ini bertujuan untuk melengkapi informasi yang tidak terdapat di dalam bahan ajar dan bahan rujukan. Perpustakaan melanggan berbagai macam-macam terbitan berseri, seperti majalah umum, majalah ilmiah, dan surat kabar.

4. Terbitan Pemerintah

Berbagai terbitan pemerintah, seperti lembaran Negara, himpunan peraturan negara, kebijakan, laporan tahunan, pidato resmi sering juga dimanfaatkan oleh para pemakai perpustakaan.

5. Muatan Lokal (Local Content)

Muatan local, meliputi koleksi local (local collection) dan literatur kelabu (grey literature). Koleksi lokal meliputi bahan pustaka tentang suatu topik yang sifatnya local. Sedangkan literatur kelabu meliputi semua karya ilmiah dan non ilmiah yang dihasilkan oleh suatu perguruan tinggi atau lembaga induk lainnya dari perpustakaan yang bersangkutan. Yang termasuk literatur kelabu antara lain sebagai berikut:

a. Skripsi, tesis dan disertasi.

(9)

d. Publikasi internal, termasuk majalah, bulletin dan sebagainya. 6. Bahan Bacaan untuk Rekreasi Intelektual.

Perpustakaan perlu menyediakan bahan bacaan atau bahan lain untuk keperluan rekreasi intelektual dan bahan bacaan lain yang memperkaya khazanah pengguna.

Dari jenis koleksi yang diuraikan di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan

perguruan tinggi harus dapat mengembangkan koleksi sesuai dengan kebutuhan

pengguna perpustakaan tersebut. Koleksi perpustakaan harus lengkap dalam berbagai

subjeknya agar dapat menunjang tujuan program-program perguruan tinggi. Jenis

koleksi yang sebaiknya ada di perpustakaan seperti koleksi rujukan, bahan ajar,

terbitan berseri, terbitan pemerintah, muatan lokal (local content) dan bahan bacaan

untuk reksreasi intelektual. Pengembangan koleksi di perpustakaan perguruan tinggi

tidak hanya menyediakan koleksi tercetak tetapi perpustakaan juga harus

mengembangkan koleksi non cetak.

2.4 Pengembangan Koleksi

Perpustakaan harus selalu melakukan pengembangan koleksi sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan, karena pengembangan untuk setiap perpustakaan

berbeda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Hermawan dan Zen (2006, 51)

“Pengembangan koleksi adalah kegiatan yang yang ditujukan untuk menjaga agar

koleksi perpustakaan tetap mutakhir dan sesuai dengan kebutuhan pemakai.”

Yulia dan Sujana (2010, 2.3) menyatakan bahwa:

Pengembangan koleksi adalah proses menghasilkan kepastian bahwa

(10)

dalam cara yang tepat waktu dan ekonomis, menggunakan sumber daya

informasi yang diproduksi di dalam maupun luar organisasi.

Sedangkan Darmono (2001, 45) menyatakan bahwa “Pengembangan koleksi

perpustakaan mencakup semua kegiatan untuk memperluas koleksi yang ada di

perpustakaan, terutama untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan dan evaluasi

bahan pustaka.”

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pengembangan koleksi merupakan

suatu proses memperluas koleksi yang ada di perpustakaan, menjaga agar koleksi

perpustakaan tetap mutakhir, melakukan kegiatan pemilihan dan evaluasi bahan

pustaka yang dilakukan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan penggunanya

dengan berbagai sumber daya informasi.

2.4.1 Tujuan Pengembangan Koleksi Perpustakaan

Perpustakaan perlu melakukan pengembangan koleksi agar koleksi terus

bertambah sesuai dengan kebutuhan pengguna dan dimanfaatkan secara optimal oleh

pengguna.

Perpustakaan perguruan tinggi menyediakan koleksi dengan tujuan sebagai

berikut:

1. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan sivitas akademika perguruan tinggi induknya.

2. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka bidang-bidang tertentu yang berhubungan dengan tujuan perguruan tinggi penaungnya.

(11)

4. Memiliki koleksi yang dapat menunjang pendidikan dan penelitian serta pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi induknya.

5. Memiliki bahan pustaka /informasi yang berhubungan dengan sejarah dan ciri perguruan tinggi tempatnya bernaung (Siregar 1998, 2-3).

Menurut Sutarno (2006, 102) tujuan pengembangan koleksi adalah “Bertujuan

agar koleksi tetap sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakai, dan jumlah bahan

pustaka yang mencukupi.”

Dari pendapat yang dikemukan di atas dapat dimaknai bahwa tujuan

pengembangan koleksi perpustakaan adalah mengumpulkan, menyediakan dan

memiliki berbagai jenis koleksi perpustakaan. Pengembangan koleksi juga bertujuan

untuk menyediakan bahan pustaka yang mutakhir, memadai dan sesuai dengan

kebutuhan pengguna perpustakaan yang bersangkutan.

2.4.2 Kebijakan Pengembangan Koleksi

Kebijakan pengembangan koleksi merupakan pedoman bagi perpustakaan

untuk melakukan perencanaan dalam pengembangan koleksi. Dengan adanya

kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis pustakawan dapat melakukan

pengembangan koleksi secara terarah sesuai dengan kebutuhan pengguna.

2.4.2.1 Asas Kebijakan Pengembangan Koleksi

Pengembangan koleksi meliputi kegiatan memilih/ menyeleksi mengadakan

bahan perpustakaan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pustakawan

bersama-sama sivitas akademika perguruan tinggi. Menurut Yulia dan Sujana (2010,

2.4-2.5) kebijakan pengembangan koleksi didasari oleh beberapa asas berikut ini:

(12)

Koleksi perpustakaan hendaknya relevan dengan aktivitas yang telah diprogramkan oleh perpustakaan sehingga memudahkan pencapaian kinerja perpustakaan yang memuaskan stakeholders. Pustakawan harus bisa mengantisipasi perkembangan yang terjadi pada masyarakat pengguna. 2. Berorientasi kepada kebutuhan pengguna

Pengembangan koleksi harus ditujukan kepada pemenuhan pengguna. Masing-masing jenis perpustakaan mempunyai pengguna yang berbeda, yang berbeda pula pola kebutuhan informasinya. Pustakawan harus membaca kebutuhan berbagai kelompok pengguna yang ada dalam populasi yang dilayani perpustakaan.

3. Kelengkapan

Koleksi perpustakaan hendaknya lengkap dalam arti terkait dengan kebutuhan para pengguna utama perpustakaan walaupun secara hakiki sudah diketahui bahwa tidak mungkin bagi sebuah perpustakaan dapat memenuhi semua kebutuhan penggunanya. Namun demikian, penting bagi pustakawan untuk dapat mendeteksi kebutuhan sehari-hari dari pengguna utama kebutuhan pengguna perpustakaannya sehingga dapat menjadi perpustakaan andalan para pengguna. Ternyata wajar sebuah perpustakaan akan ditinggalkan oleh penggunananya apabila apa yang dicari pengguna sering tidak diperoleh di perpustakaan itu.

4. Kemutakhiran

Koleksi hendaknya mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir. Dengan demikian, perpustakaan harus mengadakan dan memperbarui bahan pustaka yang menjadi koleksi. Sejumlah dana rutin diperlukan oleh perpustakaan untuk membeli berbagai bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, yang jumlahnya tidak kecil mengingat semakin tingginya harga bahan pustaka yang beredar di pasaran.

5. Kerja Sama

Koleksi perpustakaan sebaiknya merupakan hasil kerja sama semua pihak yang berkepentingan dalam pengembangan koleksi, yaitu antara pustakawan, Pembina perpustakaan, pimpinan badan induk, tokoh masyarakat, guru/dosen/peneliti, dan berbagai pihak lain tergantung jenis perpustakaannya. Dengan kerja sama yang baik, diharapkan pengembangan koleksi dapat berdaya guna dan berhasil guna.

Dalam melakukan pengembangan koleksi pustakawan perlu merujuk pada

prinsip-prinsip pengembangan koleksi sebagaimana dikemukakan oleh Darmono

(2001, 49-50):

(13)

Artinya aktivitas pemilihan dan pengadaan terkait dengan program yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Berorientasi kepada pemakai. Dengan denikian kepentingan pengguna menjadi acuan dalam pemilihan dan pengadaan bahan pustaka.

2. Kelengkapan

Koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari buku teks yang langsung dipakai untuk mata pelajaran yang diberikan tetapi juga menyangkut bidang ilmu yang berkaitan erat dengan program yang ada dalam kurikulum. Semua komponen koleksi mendapatkan perhatian yang wajar sesuai dengan tingkat prioritas yang ditentukan.

3. Kemutakhiran

Disamping memperhatikan masalah kelengkapan, kemutakhiran sumber informasi harus diupayakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kemutakhiran bahan pustaka dapat dilihat dari tahun terbit. Jika bahan pustaka diterbitkan pada tahun terakhir, maka dari kemutakhiran dapat dikatakan mutakhir.

4. Kerjasama

Unsur-unsur yang terkait dalam pembinaan koleksi harus ada kerjasama yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pembinaan koleksi berjalan efektif dan efisien. Kerjasama ini melibatkan semua komponen yang terlibat dalam pemebinaan koleksi seperti kepala perpsutakaan, petugas perpustakaan atau pustakawan, guru, serta pihak yang mengadakan pembelian.

Hal di atas perlu dipedomani agar koleksi perpustakaan sesuai dengan

kebutuhan sivitas akademika perguruan tinggi penaungnya. Dalam buku

Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004, 44-45) dinyatakan bahwa ada

beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan

pengembangan koleksi antara lain:

1. Program lembaga

2. Model pembelajaran yang dijalankan 3. Kebutuhan pengguna

4. Jenis koleksi

(14)

Kewenangan merumuskan kebijakan pengembangan koleksi dipercayakan

kepada:

1. Pustakawan

2. Wakil sivitas akademika

3. Wakil unit penelitian dan unit lain yang terkait

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kebijakan pengembangan koleksi

didasari beberapa asas seperti: kerelevanan, berorientasi kepada kebutuhan pengguna,

kelengkapan, kemutakhiran dan kerja sama. Selain itu kebijakan pengembangan

koleksi harus melibatkan seluruh sivitas akademika seperti dosen, mahasiswa,

peneliti dan pihak-pihak yang terkait, agar kebijakan pengembangan koleksi sesuai

dengan kebutuhan pengguna perpustakaan.

2.4.2.2 Fungsi Kebijakan Pengembangan Koleksi

Kebijakan pengembangan koleksi berfungsi sebagai pegangan dalam

melakukan pengembangan koleksi. Menurut Yulia dan Sujana (2010, 2.6-2.7) fungsi

kebijakan pengembangan koleksi secara garis besar dibagi menjadi tiga kelompok

sebagai berikut:

1. Fungsi Perencanaan

Kebijakan pengembangan koleksi merupakan perencanaan yang mengatur prioritas dalam mengalokasikan berbagai sumber dana, setelah lebih dahulu mengenal siapa saja yang akan dilayani perpustakaan, mengetahui bidang ilmu apa yang akan dikembangkan, serta penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Sebelum itu perlu lebih dahulu profil koleksi perpustakaan, bidang ilmu apa yang lemah koleksinya dan harus diperkuat, kemudian bidang ilmu apa yang dapat ditunda pengadannya sampai tersedia dana lain. Untuk itu, perpustakaan harus dapat menentukan prioritas pengadaannya.

2. Fungsi Komunikasi Internal

(15)

pengguna atau calon pengguna potensial, seperti dosen, mahasiswa, guru, siswa, peneliti, masyarakat tergantung pada jenis perpustakaannya. Proses pembuatan kebijakan pengembangan koleksi ini memerlukan konsultasi dengan kelompok-kelompok tersebut dan diharapkan kegiatan dialog ini berlangsung secara kontinu.

3. Fungsi Komunikasi Eksternal

Perpustakaan perlu memberi tahu perpustakaan lain tentang rencana pengembangan koleksinya, termasuk bidang ilmu yang kan dikembangkan. Hal ini penting dilakukan sebagai upaya peningkatan kerjasama antar perpustakaan. Saling menginformasikan koleksi berikut rencana pengembangannya karena selain bertujuan untuk menghindari pemilikan koleksi yang sama, juga memungkinkan pengguna perpustakaan mendapat informasi dari sumber bahan pustaka yang lebih luas.

Sedangkan menurut Saepudin (2009) fungsi kebijakan pengembangan koleksi

tertulis adalah sebagai berikut:

1. Pedoman bagi selektor

2. Sarana komunikasi: memberitahu pemakai mengenai cakupan dan ciri-ciri koleksi yang telah ada dan rencana pengembangannnya

3. Sarana perencanaan baik perencaan anggaran maupun pengembangan koleksi

4. Membantu menetapkan metode penilaian bahan 5. Membantu memilih metode pengadaan

6. Membantu menghadapi masalah sensor 7. Membantu perencanaan kerjasama

8. Membantu identifikasi bahan yang perlu dipindahkan ke gudang atau dikeluarkan dari koleksi (evaluasi).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fungsi kebijakan pengembangan

koleksi terbagi dalam tiga kelompok yaitu: fungsi perencanaan, fungsi komunikasi

internal, dan fungsi komunikasi eksternal. Fungsi perencanaan pustakawan

mempunyai perencanaan tentang pengadaan yang diprioritaskan terlebih dahulu,

fungsi komunikasi internal pembuatan kebijakan pengembangan koleksi sebaiknya

(16)

melakukan komunikasi dengan perpustakaan lain agar tidak terjadi pemilihan koleksi

yang sama.

2.4.2.3 Manfaat Kebijakan Pengembangan Koleksi

Banyak sekali manfaat dari kebijakan pengembangan koleksi. Adapun

manfaat kebijakan pengembangan koleksi sebagai berikut:

1. Menjadi dokumen untuk sosialisasi kepada masyarakat, sebagai standar untuk menginformasikan kepada setiap orang tentang sifat dan ruang lingkup koleksi.

2. Menginformasikan kepada setiap orang prioritas pengoleksian.

3. Mendorong pemikiran tentang prioritas secara organisasi untuk koleksi. 4. Menghasilkan komitmen pada tingkat tertentu sesuai dengan sasaran

organisasi.

5. Menentukan standar untuk materi yang bisa masuk ke koleksi dan mana yang tidak masuk, menghadapi masalah sensor dengan menjelaskan bahan macam apa yang akan dibeli dan menunjukkan bahwa kebijakan tersebut didukung oleh para administrator lembaga yang bersangkutan.

6. Mengurangi pengaruh dan pemilih tunggal dan bias perorangan. 7. Memberikan sebuah sarana pelatihan dan orientasi bagi staf baru.

8. Membantu menjamin kekonsistenan dari waktu ke waktu walaupun staf pengelola berganti.

9. Memberikan pedoman kepada staf dalam menghadapi protes maupun keluhan dari para pengambil keputusan dan pengguna.

10.Membantu dalam penyiangan dan mengevaluasi koleksi, membantu identifikasi bahan pustaka yang perlu dipindahkan ke gudang atau dikeluarkan dari koleksi.

11.Membantu dalam rasionalisasi alokasi anggaran.

12.Membantu dalam perencanaan anggaran jangka panjang dengan menetapkan prioritas-prioritas dan garis besar sasaran pengembangan. 13.Menjadi sebuah alat dalam menilai kinerja secara keseluruhan dari

program pengembangan koleksi.

14.Memberikan informasi kepada pihak-pihak luar perpustakaan tujuan dari pengembangan koleksi.

15.Membantu memilih cara terbaik untuk pengadaan, misalnya langsung dari penerbit atau melalui jobber.

16.Membantu menetapkan metode untuk menilai bahan sebelum dibeli. 17.Membantu merencanakan bentuk-bentuk kerja sama dengan perpustakaan

(17)

Selain itu menurut Yulia, Sujana dan Windarti (1994, 17) adapun manfaat

kebijakan pengembangan koleksi adalah sebagai berikut:

1. Membantu menetapkan metode untuk menilai bahan sebelum dibeli.

2. Membantu memilih cara terbaik untuk pengadaan, misalnya langsung dari penerbit atau melalui jobber.

3. Membantu menghadapi masalah sensor dengan menjelaskan bahan macam apa yang yang akan dibeli dan menunjukkan bahwa kebijakan tersebut didukung oleh para administrator lembaga yang bersangkutan.

4. Membantu dalam perencanaan anggaran jangka panjang dengan menetapkan prioritas-prioritas dan garis besar sasaran pengembangan.

5. Membantu merencanakan bentuk-bentuk kerjasama dengan perpustakaan lain, seperti pinjam antar perpustakaan, kerjasama dalam pengadaan, dan sebagainya.

6. Membantu identifikasi bahan pustaka yang perlu dipindahkan ke gudang atau dikeluarkan dari koleksi.

Dari manfaat kebijakan pengembangan koleksi di atas dapat diketahui bahwa

kebijakan pengembangan sangat banyak manfaatnya, dengan adanya kebijakan

pengembangan koleksi membantu pustakawan dalam hal pengadaan koleksi

perpustakaan lebih terarah.

2.4.3 Pemilihan Koleksi Perpustakaan

Pemilihan koleksi merupakan bagian dari pengembangan koleksi perpustakaan. Siregar (1998, 5) menyatakan bahwa:

(18)

Sedangkan menurut Yulia, Sujana dan Windarti (1994, 26) pengertian

pemilihan adalah “Proses mengidentifikasi bahan pustaka yang akan ditambahkan

pada koleksi yang telah ada di perpustakaan.”

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa

pemilihan koleksi adalah kegiatan mengidentifikasi bahan perpustakaan dan

melakukan pengadaan bahan pustaka berdasarkan judul dan subjek yang sesuai

dengan kebutuhan pengguna.

2.4.3.1 Tujuan Pemilihan Koleksi

Perpustakaan perlu melakukan pemilihan bahan pustaka, agar perpustakaan

mendapatkan koleksi yang mutakhir sesuai dengan kebutuhan informasi

penggunanya.

Menurut Siregar (1998, 6) tujuan pemilihan bahan pustaka adalah sebagai

berikut:

1. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

2. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka dalam bidang yang sesuai dengan tujuan lembaga induknya dan tujuan penyelenggaraan perpustakaan tersebut.

3. Untuk memiliki koleksi/dokumen masa lampau maupun mutakhir dalam berbagai ilmu pengetahuan, kebudayaan, hasil penelitian dan lai-lain yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dan tujuan perpustakaan.

4. Memiliki koleksi berupa sejarah perkembangan dan cirri daerah, badan penaungnya.

(19)

Sedangkan menurut Yulia dan Sujana (2010, 4.8) pemilihan bahan pustaka

bertujuan untuk:

1. Memperoleh dan menyediakan bahan pustaka yang diperlukan dalam menunjang system yang ada dalam lembaganya.

2. Memperoleh menyediakan bahan pustaka yang berisi bahan pustaka yang diinginkan oleh pengguna.

3. Memperoleh dan menyediakan bahan pustaka yang berisi bahan hiburan dan rekreasi.

4. mengawetkan bahan pustaka penting yang menggambarkan perkembangan lembaga induknya, seperti laporan tahunan, data resmi, termasuk publikasi lembaga tersebut.

Berdasarkan pendapat yang di kemukakan di atas dapat dimaknai bahwa

tujuan pemilihan koleksi adalah memperoleh, menyediakan bahan pustaka yang

mutakhir dan sesuai dengan kebutuhan pengguna, melestarikan bahan pustaka yang

menggambarkan perkembangan lembaga tempat perpustakaan tersebut bernaung,

dan pemilihan koleksi dapat menghindari duplikasi koleksi dalam pengadaan bahan

pustaka.

2.4.3.2 Pihak-Pihak yang Dilibatkan Dalam Pemilihan Koleksi

Perpustakaan perlu melakukan kerja sama dengan berbagai pihak agar koleksi

perpustakaan relevan dengan kebutuhan pengguna. Menurut Siregar (1998, 7-9)

adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pemilihan bahan pustaka adalah:

1. Pustakawan

Pustakawan memegang peranan yang penting dalam pemilihan bahan pustaka dan pembinaan koleksi.

2. Subjek Spesialis/ pakar

Mereka merupakan ahli dalam memilih subyek bidang ilmu tertentu, dan lebih mengetahui cara menelusurinya pada sarana bibliografi, dan selalau mengikuti perkembangan bidang ilmu yang menjadi spesialisasinya.

(20)

Keikutsertaan bagian ini dalam pemilihan buku karena bagian ini dapat memberi informasi tentang buku yang banyak digunakan, sehingga dapat dipikirkan penambahan jumlahnya.

4. Bagian Pengadaan

Bagian pengadaan memegang peranan yang penting dalam pemilihan bahan pustaka karena bagian ini bertugas melaksanakan administrasi tentang pemilihan bahan pustaka, seperti mencatat semua permintaan yang datang dari pihak-pihak yang dilibatkan dalam pemilihan buku.

5. Pengguna

Pengguna merupakan orang-orang yang memanfaatkan koleksi perpustakaan, oleh sebab itu permintaan mereka atas bahan pustaka perlu dipertimbangkan agar kebutuhan pengguna terpenuhi.

Sedangkan Sulistyo-Basuki (1993, 430) menyatakan bahwa personalia yang

dapat mempertimbangkan pemilihan buku mencakup:

1. Pustakawan,

2. Spesialis Subjek termasuk guru, 3. Toko Buku,

4. Anggota komisi perpustakaan, dan 5. Anggota lain

Selain pendapat di atas menurut menurut Evans dan Zarnosky (2000, 80)

Potential selectors include: 1. Patrons or users

2. Librarians from public service areas, with no special background or

training beyond basic library education

3. Librarians from technical services areas, with no special background or training beyond basic library education

4. Subjeck or service specialist with advanced in a subject or service area 5. Department heads and

6. The head librarian.

Uraian di atas dapat diartikan sebagai berikut:

Potensi pemilih koleksi meliputi:

1. Pengguna

2. Pustakawan bagian layanan umum, tanpa ada latar belakang atau pelatihan dasar khusus pendidikan perpustakaan.

(21)

4. Subjek spesialis

5. Pimpinan departemen dan

6. Kepala Perpustakaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan dapat

melibatkan pustakawan, subjek spesialis/pakar, bagian sirkulasi, bagian pengadaan,

pengguna, dosen dan pihak-pihak yang terkait dengan perpustakaan dalam pemilihan

koleksi perpustakaan.

2.4.3.3 Alat Bantu Pemilihan Koleksi Perpustakaan

Dalam pemilihan koleksi perpustakaan diperlukan alat bantu pemilihan

perpustakaan. Seleksi merupakan acuan yang digunakan sebuah perpustakaan untuk

mengisi koleksinya. Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman

(2004, 53) dinyatakan bahwa alat bantu yang bisa digunakan untuk memilih bahan

perpustakaan ialah:

1. Silabus mata kuliah 2. Bibliografi

3. Tinjauan dan resensi

4. Pangkalan data perpustakaan lain 5. Sumber-sumber lain dari internet.

Sedangkan menurut Darmono (2001, 55-57) secara umum alah bantu seleksi

bahan pustaka adalah sebagai berikut:

1. Alat Seleksi Bahan Buku

a. Katalog penerbit dari berbagai penerbit baik dalam negeri maupun penerbit luar negeri.

b. Katalog penerbit berisi informasi buku-buku terbaru dari penerbit dalam dan luar negeri. Informasi yang dikandung biasanya berisi judul, pengarang, tahun terbit, jumlah halaman, harga buku dan sering pula menyertakan anotasi atau deskripsi cakupan isi buku.

(22)

Tinjaun buku biasanya dimuat pada majalah ilmiah, surat kabar serta majalah populer. Karena merupakan tinjauan yang ditulis oleh orang-orang yang ternama maka ini merupakan alat evaluasi dan seleksi yang sangat baik.

d. Daftar Buku IKAPI

Daftar ini merupakan catalog berbagai penerbit Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Katalog ini diterbitkan oleh IKAPI dalam berkalan tahunan yang sifatnya lebih merupakan alat verifikasi harga buku. Isi dari daftar ini memuat judul, pengarang, jumlah halaman, ISBN, dan harga buku. Alat ini memuat informasi judul buku yang merupakan gabungan dari berbagai penerbit serta meliputi berbagai bidang pengetahuan.

e. Bibliografi Nasional Indonesia

Terbit setiap tiga bulan sekali, berisi informasi tentang terbitan seluruh Indonesia mencakup bukku, laporan penelitian, bacan anak-anak, terbitan pemerintah, laporan konferensi serta peta. Informasi yang terkandung di dalamnya kurang begitu lengkap karena tidak dilengkapi dengan harga. Alat bantu seleksi ini hanya berfungsi sebagai lat verifikasi untuk melengkapi data bibliografi dari buku yang di pesan perpustakaan.

2. Alat Bantu Seleksi Bahan Rujukan

Alat bantu seleksi untuk buku-buku referens terbitan Indonesia masih menjadi satu dengan katalog penerbit.

3. Alat Bantu Seleksi Untuk Koleksi Serial (Terbitan Berkala)

Secara umum alat bantu seleksi bahan serial (terbitan berkala) Indonesia belum ada. Untuk menseleksi ini biasanya perpustakaan menggunakan alat bantu seleksi Ulrich’s International Periodical Directory terbitan Amerika. Meskipun Ulrich juga memuat terbitan berseri di Indonesia, akan tetapi informasinya tidak lengkap. Banyak terbitan berseri( jurnal, majalah) yang belum terdaftar di Ulrich’s. Untuk mengisi kekurangan ini maka perpustakaan biasanya mendapatkan informasi dari surat kabar, koran dan sebagainya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Yulia dan Sujana (2010, 4.30-4.39) bahwa

alat bantu seleksi perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Sumber informasi buku-buku yang baru diterbitkan (in-print books)

Ada penerbit tertentu mengeluarkan buku referesi yang mendaftar buku-buku yang diterbitkan pada tahun itu, dan daftar itu dikeluarkan ada yang setiap minggu, setiap bulan dan lain sebagainya.

(23)

Sarana ini berisi tentang bahan pustaka yang telah diterbitkan serta dapat dipesan kepada penerbit dan agen-agennya.

3. Tinjauan buku-buku masa kini

Tinjauan buku adalah tulisan yang membahas dan menilai isi suatu judul buku.

4. Bibilografi nasional

Bibliografi adalah daftar buku yang dikeluarkan oleh perpustakaan ataupun lembaga lain baik badan pemerintah maupun swasta. Contohnya, Bibliografi Nasioanal Indonesia, Australian National Bibliogaphy, British National Bibliography.

5. Pangkalan data terpasang (online databases) dan CD-ROM

Pangkalan data terpasang, seperti pada OCLC telah disebutkan diatas bisa juga bibiografi nasional atau bahkan sekarang ini bibiografi internasional karena jaringan datanya tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi sudah merambat keseluruh dunia, bisa dijadikan alat bantu seleksi.

6. Buku-buku terbaik, daftar yang direkomendasikan, dan koleksi inti

Beberapa publikasi dari negara-negara maju mendaftar buku-buku yang dianggap terbaik atau yang dianggap patut direkomendasikan untuk dibaca baik oleh kalangan tertentu atau publik.

7. Bibliografi subjek

Bibliografi subjek adalah publikasi yang mendaftar judul-judul buku dalam bidang tertentu dan biasanya dikeluarkan oleh perpustakaan dilingkungan tertentu atau lembaga lain baik dari instansi pemerintah maupun swasta. 8. Daftar tambahan koleksi (accession list)

Daftar tambahan koleksi merupakan publikasi yang mendaftar buku-buku yang baru diterima oleh sebuah perpustakaan.

Sehubungan dengan alat bantu pemilihan Prianto (2007, 4-5) mengemukakan

bahwa alat bantu seleksi pengembangan koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Buku panduan akademik, di dalamnya terdapat kurikulum dan silabus mata kuliah yang akan ditempuh oleh mahasiswa.

2. Usulan pemakai (mahasiwa, dosen, pegawai), karena mahasiwa adalah pemakai utama perpustakaan perguruan tinggi maka perlu disediakan tempat (buku, kotak saran) untuk menampung usulan dari mahasiswa (stakeholders).

3. Usulan dari pimpinan (universitas, fakultas, dan program studi (prodi)), karena mereka adalah penentu kebijakan akademik. Sehingga mereka adalah pihak yang berkompeten dalam menentukan buku-buku/ referensi yang akan dipakai dalam kegiatan perkuliahan.

(24)

peminjamannya, sehingga koleksi yang sudah ada dan masih kurang jumlah eksemplarnya dapat diusahakan untuk ditambah.

5. Daftar inventaris koleksi/Database koleksi perpustakaan, dapat digunakan untuk menghindari duplikasi pengadaan bahan pustaka.

6. Katalog penerbit (print-out, maupun database pada situs penerbit), berisi informasi bahan pustaka baru yang sudah diterbitkan oleh penerbit tersebut. 7. Media alat seleksi yang lain (resensi buku, core list, silent partners,

newsletter, reviewing journal, dsb).

Dari penjelasan di atas dapat diketahui alat bantu seleksi koleksi perpustakaan

yaitu, silabus mata kuliah, bibliografi subjek, tinjau dan resensi, pangkalan data

(online databases) dan CD-ROM, sumber-sumber informasi lain dari internet, buku

panduan akademik, usulan pemakai (mahasiswa, dosen, pegawai), usulan pimpinan,

statistik peminjaman koleksi perpustakaan, katalog, brosur dan lembar promosi. Alat

bantu pemilihan/seleksi memudahkan pustakawan dan pihak yang terlibat dalam

pemilihan bahan pustaka yang diperlukan.

2.4.3.4 Prosedur Pemilihan Dan Pengusulan Koleksi Perpustakaan

Prosedur pemilihan bahan pustaka dapat dimulai dari pustakawan atau usulan

dari pengguna. Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004,

53-54) dinyatakan bahwa pengguna dapat mengajukan usulan kepada perpustakaan

untuk memesan bahan perpustakaan yang akan dipilihnya dengan cara sebagai

berikut:

1. Mengisi formulir yang telah disediakan oleh perpustakaan, yang memuat keterangan seperti tercantum dalam tabel 2.1.

2. Menandai katalog penerbit dengan cara tertentu yang mudah dilihat.

(25)

Tabel 2.1 Isi formulir pengisian bahan perpustakaan

Untuk buku Untuk terbitan berkala

Untuk non-buku

1 Pengarang Judul Spesifikasinya:

2 Judul Alamat penerbit Jenis

3 Edisi Frekuensi terbit Ukuran

4 Tahun terbit ISSN (jika ada) Informasi sumber* 5 Penerbit Harga langganan

6 ISBN (jika ada) Subyek

7 Jumlah eksemplar Informasi sumber* 8 Harga satuan

9 Informasi sumber*

*Informasi sumber: informasi yang dapat membantu mempercepat proses pengadaan bahan perpustakaan yang bersangkutan. Dapat berupa alamat, nomor telepon, fax, email, alamat internet (URL) dari penerbit, took buku atau agen. Formulir yang sudah diisi atau catalog penerbit yang sudah ditandai diserahkan langsung ke perpustakaan.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan membuatkan

prosedur pemilihan koleksi perpustakaan dan formulir pengusulan koleksi

perpustakaan. Dengan adanya formulir pengusulan perpustakaan yang berisi

keterangan koleksi yang di usulkan pengguna mempermudah pustakawan dalam

proses pengadaan koleksi perpustakaan.

Agar pemesanan bahan perpustakaan lebih terarah sebaiknya perpustakaan

mengikuti prosedur pemesanan bahan perpustakaan. Dalam buku Perpustakaan

Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004, 54) prosedur pemesanan bahan

perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa dan melengkapi data bibliografi bahan perpustakaan yang diusulkan.

2. Mencocokkan usulan dengan bahan perpustakaan yang dimiliki melalui katalog perpustakaan atau pangkalan data perpustakaan.

(26)

4. Membuat daftar pesanan beberapa rangkap menurut kebutuhan. 5. Mengirimkan daftar pesanan.

6. Mengarsipkan satu rangkap daftar pesanan. 7. Membayar pesanan/langganan.

(27)

Uraian tersebut di atas dapat dilihat pada flow chart sebagai berikut:

Gambar 2.1 Flow chart prosedur pemesanan bahan perpustakaan

(Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 2004, 57) Daftar Usulan dari

pengusul

Perpustakaan mengadakan

verifikasi

Setuju Tingkat

prioritas Desiderata

Perpustakaan membuat daftar

pesanan -Arsip

Dikirim ke penerbit/penyalur

Selesai Buku pengiriman

pesanan

(28)

2.4.4 Pengadaan Koleksi Perpustakaan

Agar perpustakaan mendapatkan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan

pengguna perpustakaan melakukan kegiatan pengadaan koleksi.

2.4.4.1 Cara Pengadaan Koleksi Perpustakaan

Pengadaan koleksi perpustakaan harus dilakukan agar koleksi perpustakaan

terus bertambah sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dalam buku Perpustakaan

PerguruanTinggi : Buku Pedoman (2004, 54) cara pengadaan bahan perpustakaan

dapat dilaksanakan sebagai berikut:

1. Pembelian dan pelangganan 2. Hadiah/ sumbangan

3. Pertukaran

4. Wajib simpan terbitan perguruan tinggi 5. Titipan

Menurut Sutarno (2006, 177) pengadaan koleksi bahan pustaka dapat

dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

1. Pembelian baik langsung maupun melalui pihak ketiga 2. Melakukan tukar menukar,

3. Mendapatkan bantuan / sumbangan

4. Menggandakan seperti membuat foto kopi, membuat duplikasi, membuat CD dan lain sebagainya.

5. Menerbitkan termasuk didalamnya membuat kliping koran.

Sedangkan menurut Siregar (1998, 4-5) pengadaan koleksi dapat dilakukan

dengan berbagai cara antara lain:

1. Pembelian

(29)

2. Menerima sumbangan/hadiah/bantuan

Penambahan koleksi dapat juga dilakukan dengan menerima sumbangan buku dari pihak lain atau perorangan maupun lembaga. Penerimaan hadiah harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti karena ada kalanya sipemberi hadiah/sumbangan memberi dengan disertai beberapa persyaratan yang mungkin sulit untuk dilaksanakan oleh perpustakaan atau menambah beban perpustakaan.

3. Tukar Menukar

Penambahan koleksi dapat juga dilakukan dengan melakukan tukar menukar, namun perlu ada perstujuan antara kedua belah pihak yang melaksanakannya. Sebagai bahan pertukaran dapat diambil dari buku hadiah yang tidak sesuai dengan kebutuhan perpustakaan atau hasil penerbitan sendiri atau lembaga induk perpustakaan tersebut.

4. Titipan

Perpustakaan dapat memperkaya koleksinya dengan menerima titipan dari pihak lain baik perorangan maupun lembaga. Penerimaan titipan haruslah bahan pustaka yang benar-benar dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan dan harus ada kesepakatan antara pihak yang menitip dengan perpustakaan. 5. Produksi/penerbitan sendiri

Penambahan koleksi dengan produksi/penerbitan sendiri dapat dilakukan perpustakaan dengan cara menerbitkan indeks, bibliografi dan terbitan berkala (bulletin) perpustakaan.

Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki (1993, 222) cara pengadaan

perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Pembelian

Pemesanan langsung dapat dilakukan pada penerbit ataupun pada toko buku.

2. Pertukaran

Pustaka tertentu tidak dapat dibeli di toko buku, hanya dapat diperoleh melalui pertukaran ataupun hadiah.

3. Hadiah

Karena kondisi sosial ekonomi yang masih belum sepenuhnya berkembang, tradisi pengembangan perpustakaan dengan melalui sumbangan atau hadiah masih belum memasyarakat.

4. Keanggotaan organisasi

Kadang-kadang perpustakaan ataupun badan induk perpustakaan menjadi anggota sebuah perhimpunan atau organisasi.

(30)

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa

pengadaan koleksi perpustakaan dapat dilakukan dengan cara pembelian, tukar

menukar, hadiah/sumbangan, titipan, menggandakan dan produksi/ penerbitan

sendiri.

2.4.4.2 Kendala Dalam Pengadaan Koleksi Perpustakaan

Pembelian koleksi perpustakaan harus dipertimbangkan secara seksama dan

teliti sesuai anggaran yang dimiliki oleh perpustakaan. Menurut Yulia dan Sujana

(2010, 5.3) kendala yang dihadapi oleh pustakawan dalam hal pengadaan buku,

antara lain:

1. Terbitan Dalam Negeri

Tempat penerbitan berpusat di Pulau Jawa, sehingga bagi perpustakaan yang berda di luar Pulau Jawa pengadaan buku akan menambah tugas korespodensi yang makan waktu lama, jawaban yang tidak selalu cepat, serta kemungkinan buku sudah terjual habis.

2. Prosedur Pembayaran

Prosedur pembayaran untuk pembelian buku sering kali berbelit-belit, baik untuk pembayaran dalam bentuk rupiah maupun mata uang asing. Prosedur ini lebih lancar pada perpustakaan swasta karena tidak perlu melalui Kantor Perbendaharaan Negara.

3. Ketersediaan Dana

Dana yang tersedia tidak selalu tepat pada waktunya. Bagi perpustakaan swata, penyediaan dana umumnya lebih lancer, namun tidak selalu demikian bagi perpustakaan pemerintah.

4. Katalog Penerbit

Terbatasnya informasi mengenai informasi buku yang tersedia, terutama untuk terbitan dalam negeri. Buku yang di terbitkan oleh penerbit swasta umumnya dapat di beli dipasaran bebas. Tetapi tidak demikian halnya dengan penerbitan pemerintah yang terbatas jumlahnya.

5. Administrasi

(31)

Sedangkan menurut Siregar (1998, 10) kendala yang dihadapi dalam

pemilihan buku antara lain:

1. Anggaran yang diberikan untuk perpustakaan terbatas jumlahnya. 2. Harga buku mahal dan ada kecendrungan setiap tahun harganya naik. 3. Masalah sensor.

Di Indonesia sensor tidak dilakukan sebelum buku diterbitkan, tetapi sesudah buku beredar baru ditarik dari peredaran. Hal ini menyulitkan pustakawan dalam melaksanakan pemilihan bahan pustaka.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kendala yang dihadapi

dalam pengadaan koleksi perpustakaan adalah terbitan dalam negeri, prosedur

pembayaran, ketersediaan dana/ anggaran, katalog penerbit, harga koleksi yang naik

setiap tahunnya, masalah sensor yang menyulitkan pustakawan dalam pemilihan

bahan pustaka. Pustakawan harus tetap berusaha melaksanakan kegiatan pengadaan

bahan pustaka meskipun memiliki beberapa kendala yang tersebut di atas.

Sintesis; berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pengembangan

koleksi adalah suatu proses memperluas koleksi yang ada di perpustakaan, menjaga

agar koleksi perpustakaan tetap mutakhir, melakukan kegiatan pemilihan dan evaluasi

bahan pustaka yang dilakukan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan

penggunanya dengan berbagai sumber daya informasi. Untuk mengetahui keterlibatan

dosen dalam pengembangan koleksi dapat menggunakan indikator yang meliputi:

keterlibatan dalam pemilihan koleksi, kebijakan pengembangan koleksi, alat bantu

Gambar

Tabel 2.1 Isi formulir pengisian bahan perpustakaan
Gambar 2.1 Flow chart prosedur pemesanan bahan perpustakaan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara ketersediaan koleksi (Variabel X) dengan tingkat peminjaman (Variabel Y) di Perpustakaan STIKes Yayasan Sari Mutiara Medan, maka

Fauziah Nasution : Pengembangan Koleksi Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Mutiara Indonesia Medan, 2002... Fauziah Nasution : Pengembangan Koleksi Perpustakaan

Penyiangan bukanlah proses yang bisa dilaksanakan dalam semalam dan bukan sebuah fungsi yang bisa dikerjakan secara terpisah dari proses-proses lain dalam pengembangan koleksi.

Analisis Kebijakan Pengembangan Koleksi Pada Kantor Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Kabupaten Serdang Bedagai.. Perpustakaan: Energi

(STIKES) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Di Rumah Sakit Haji Medan ”.. Dalam penyelesaian penulisan Kertas Karya ini, penulis telah

Bahwa dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Pertwi Indonesia perlu ditetapkan tenaga pengajar mata kuliah pada

Minat dan kebutuhan pemakai Perpustakaan Perguruan Tinggi setiap pribadi atau kelompok masyarakat mempunyai minat dan kebutuhan akan informasi yang berbeda satu

Dari penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan Evaluasi keterpakaian Koleksi Perpustakaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui