• Tidak ada hasil yang ditemukan

CUT ELSYA AZZANIE kti cemuanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "CUT ELSYA AZZANIE kti cemuanya"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PERSALINAN WATER BIRTH DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUTA ALAM BANDA ACEH

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah

Banda Aceh

Oleh:

CUT ELSYA AZZANIE NIM : 10010117

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH

(2)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL

TENTANG PERSALINAN WATER BIRTH DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS KUTA ALAM BANDA ACEH

Cut Elsya Azzani,1 Cut Efriana2

ix + halaman : 56, 9 tabel, 2 gambar , 7 lampiran

Latar Belakang : Selama tahun 1980-1990, water birth bertumbuh pesat di Inggris, Eropa, dan Kanada. Pada tahun 1985, The family Birthing di Upland, Di Jakarta metode ini sudah diterapkan dibeberapa rumah sakit, salah satunya di SamMary Family Healtcare pada tanggal 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB. Liz Adianti menjadi ibu pertama di Indonesia yang melakukan persalinan di air dengan bantuan dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Hingga saat ini telah tercatat sekitar 130 bayi yang lahir dalam air di SamMary Family Healtcare.Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh dari 8 orang ibu hamil yang diwawancarai 3 ibu hamil yang mengetahui persalinan Water Birth dan 5 orang yang tidak mengetahui.

Tujuan Penelitian : Peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam,berdasarkan pendidikan, informasi dan pekerjaan

Metode Penelitian :Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan Analitik dengan menggunakan pendekatan cross secctionaldengan populasi 56 orang, Accedental sampling. Cara pengambilan data dengan cara membagikan kuesioner.Sampel 32 responden dilakukan peneltian tanggal 19-27 agustus 2013 di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.

Hasil Penelitian : hasil penelitian tidak ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan water birth p value 0,798,Tidak terdapat hubungan pekerjaan dengan pengetahuan water birth nilai p value 0,265,Tidak adanya hubungan informasi dengan pengetahuan nilai p value 0,678.

Kesimpulan dan saran : Bahwa tidak ada hubungan pendidikan, pekerjaa, informasi dengan pengetahuan water birth p value 0,798, 0,265, 0,678 diharapkan agar dapat menjadi masukan untuk puskesmas dalam rangka peningkatan para ibu untuk memilih persalinan melalui water birth. Diharapkan agar dapat menjadi masukan untuk puskesmas dalam rangka peningkatan para ibu untuk memilih persalinan melalui water birth.

Kata kunci : Pengetahuan, Waterbirth, Ibu hamil

Sumber : 6 buku (2002 - 2008 ), 13 situs internet (2006-2012)

1

Mahasiswi Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah 2

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, dimana atas rahmat dan hidayah-Nya peneliti telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013 .

Peneliti Karya Tulis Ilmiah ini merupakan kewajiban yang harus di laksanakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Kebidanan STIKes U’Budiyah.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmah ini peneliti telah banyak menerima bimbingan dari ibu Cut Efriana, SST sebagai pembimbing dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya :

1. Bapak Dedi Zefrizal, S.T, Selaku Ketua Yayasan U’Budiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, M. Kes. Selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST. Selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes

U’Budiyah Banda Aceh.

4. Ibu Cut Rosmawar, SST selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh.

5. Bapak Agussalim, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi S-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat STIKes U’Budiyah Banda Aceh.

6. dr. Prita Amelia Siregar selaku Kepala UPTD Puskesmas Kuta Alam. 7. Terima Kasih kepada pegawai puskesmas kuta alam khususnya untuk ibu –

(4)

8. Teristimewa buat Ayah dan Mama yang telah memberikan pengorbanan baik material maupun do’a bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan.

9. Kakak, Adik, Tante dan Keluarga Besar semuanya yang telah memberikan do’a, dukungan dan semangat bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan

penulisan ini.

10.Soulmate yaitu Bahtiar Faalah yang selalu membantu, memberi dukungan dan semangat ketika sudah lelah, dan juga do’a bagi peneliti sehingga dapat

selesainya penulisan ini.

11.Sahabat tercinta di Jakarta yaitu ain, tie-tie, sherly, amel dan nopi yang sudah banyak membantu dan memberi dukungan, semangat dan do’a bagi peneliti sehingga dapat selesainya penulisan ini.

12.Siti Julita, Dara Khairina dan Raudhatul Jannah yang telah banyak bersusah payah membantu peneliti dalam membuat penulisan ini sehingga dapat terselesaikan.

13.Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu dan berjuang sama-sama khususnya untuk kelas III-B sehingga selesainya penulisan ini.

(5)

Akhirnya kepada Allah SWT kita sepantasnya berserah diri, tiada satupun yang terjadi tanpa kehendaknya.

Banda Aceh, 28 Agustus 2013 Tertanda

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

ABSTRAK ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN iii

PENGESAHAN PENGUJI iv

e. Indikasi dan Kontraindikasi 31

f. Prosedur Persalinan 33

C. Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 36

(7)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 51 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 51

B. Hasil Penelitian 51

C. Pembahasan 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 60

A. Kesimpulan 60

B. Saran 60

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis 43

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional 45

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth 51 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth 52 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth 52 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth 53 Tabel 5.5 Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Persalinan Water Birth 53

Tabel 5.6 Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Persalinan Water Birth 54

Tabel 5.7 Hubungan Informasi Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembaran Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembaran Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Kuesioner

Lampiran 4 : Surat Pengambilan Data Awal Lampiran 5 : Surat Selesai Pengambilan Data Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 : Surat Selesai Izin Penelitian Lampiran 8 : Master Tabel

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dokumen modern pertama ditemukan pada suatu desa di Perancis tahun 1805 dan secara lengkap pada kumpulan jurnal medis di Perancis, dimana terjadi pengurangan yang signifikan ibu bersalin dengan distosia (yang tidak mengalami kemajuan dalam proses persalinannya) akan menjadi lebih progresif dengan menggunakan metode persalinan water birth, di mana bayi akan lahir lebih mudah. Peneliti Rusia Igor Charkovsky yang meneliti tentang keamanan dan kemungkinan manfaat water birth di Uni Soviet selama tahun 1960-an. Pada akhir tahun 1960-an, ahli obstetri Perancis Frederick Leboter mengembangkan teknik baru berendam di air hangat untuk memudahkan transisi bayi dari jalan lahir ke dunia luar, dan dapat mengurangi efek trauma yang mungkin terjadi. Pada awal tahun 70-an Dr. Michel Odent, kepala instalasi bedah rumah sakit Pithiviers, Perancis, pertama kali memperkenalkan keuntungan dari persalinan dan kelahiran di dalam air (Febrina, 2010) .

(12)

tanpa komplikasi atau infeksi pada ibu atau bayi. Pada tahun 1989 Water Birth International Project, Barbara Harper mengembangkan “Topic Of Gentle Alternatives In Childbirth”. Pada tahun 1991, Monadnock Community Hospital di

Peterborough, New Hampshire menjadi rumah sakit pertama yang membuat protokol water birth. Pada tahun 1990, The Scientific Advisory Committee membuat pernyataan tentang water birth dengan penekanan pada pentingya penelitian ilmiah. Pernyataan tersebut di revisi tahun 1994 tentang pentingnya keamanan persalinan dan kelahiran di air, serta perlunya informasi yang tepat tentang manfaat dan risiko water birth. Pada 1-2 april 1995 pada Wembley Conference Center di London, Inggris, menggelar konferensi pertama water birth

untuk mengekplorasi masalah-masalah yang berkembang, dihadiri 39 negara dengan data 19.000 persalinan di dalam air. Konferensi berlanjut tahun 1996, 2004, dan bulan September 2007 (Febrina, 2010).

(13)

Di Bali telah ada sejak tahun 2003, Robin Lim dari klinik Yayasan Bumi Sehat Desa Nyuh Kuning, Ubud-Bali telah menangani lebih dari 400 kasus Water Birth per tahun. Sementara Rumah Sakit Umum di Bali yang pertama kali menyediakan fasilitas Water Birth adalah Rumah Sakit Umum harapan Bunda (Rhudy, 2011).

Meski proses persalinan dalam air alias Water Birth sudah menjadi trend di kota-kota besar tanah air, tak terkecuali di provinsi Aceh yang sudah mengenal teknik tersebut sejak setahun belakangan, nyatanya Water Birth belum banyak diaplikasikan oleh bidan-bidan lokal. Meski untuk pengetahuan dasarnya sudah diberikan saat perkuliahan, namun teknik menyeluruh mengenai penanganan persalinan dalam air belum masuk di kurikulum ilmu kebidanan. Hal tersebut tak dipungkiri oleh bidan senior Sumiatun Sudemba, S.ST, S.Pd. Karena itulah, wanita yang akrab disapa Demba itu berharap banyak pada kegiatan seminar maupun penyuluhan soal Water Birth. “Memang belum semua bidan tahu. Saya setuju bila sosialisasi Water Birth terus digalakkan di kalangan mahasisiwa maupun praktisi kebidanan karena banyak manfaat yang akan diperoleh.(Sulis Tiyani, 2012).

(14)

juga bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.( Nelson, 2000).

Bagi kebanyakan melahirkan di air atau water birth masih belum populer, berbeda dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu untuk melahirkan. Di Indonesia, tidak semua rumah sakit dilengkapi fasilitas untuk persalinan dengan metode water birth. Selain dibutuhkan tenaga medis yang terlatih khusus, pihak rumah sakit harus memiliki kolam bersalin berdesain khusus (birth pool).Strelisasi air perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi yang dilahirkan.

Di Jakarta metode ini sudah diterapkan dibeberapa rumah sakit, salah satunya di SamMary Family Healtcare pada tanggal 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB. Liz Adianti menjadi ibu pertama di Indonesia yang melakukan persalinan di air dengan bantuan dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Hingga saat ini telah tercatat sekitar 130 bayi yang lahir dalam air di SamMary Family Healtcare.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh dari 8 orang ibu hamil yang diwawancarai 3 ibu hamil yang mengetahui persalinan Water Birth dan 5 orang yang tidak mengetahui. Kunjungan ibu hamil di Puskessmas Kuta Alam dari Januari sampai Febuari 2013. B.Rumusan Masalah

(15)

C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dari pendidikan.

b. Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dari pekerjaan.

c. Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dari informasi.

D. Manfaat Penelitian a. Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman serta dapat memperoleh informasi pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth.

b. Tempat Penelitian

(16)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Suparyanto, 2010).

Salah satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri persalinan. Dalam proses persalinan hal inilah yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan bagi ibu. Saat ini proses persalinan pervaginam telah berkembang yang bertujuan memberi rasa nyaman aman dan menyenangkan serta dapat mengurangi bahkan meniadakan perasaan cemas dan menegangkan. Salah satu metode alternative yang saat ini populer adalah persalinan dalam air hangat atau dikenal sebagai water birth.(Bayuningrat, 2008).

Sekalipun menganggap Water Birth tak ubahnya merupakan proses persalinan normal, namun Demba menilai teknik tersebut memiliki banyak kelebihan. “Sebenarnya standar persalinan normal, namun water birth memiliki

(17)

penolong, psikologis si ibu hingga pendampingnya pun harus diperhatikan (Suparyanto, 2010).

1. Fisiologis Persalinan

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya persalinan: a).Teori Penurunan Progesteron

Penuaan plasenta telah dimulai sejak usia kehamilan 30-60 minggu sehingga terjadi penurunan konsentrasi progesteron dan estrogen pada saat hamil, terjadi perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron yang menimbulkan kontraksi Braxton Hicks, yang selanjutnya akan bertindak sebagai kontraksi persalinan. Kenyataan menunjukkan bahwa saat menjelang persalinan, tidak terjadi penurunan konsentrasi progesterone (Suparyanto, 2010).

b).Teori Oksitosin

Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim sehingga mudah terstimulasi saat disuntikkan oksitosin dan menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus atau minimal melakukan kerjasama (Suparyanto, 2010).

c). Keregangan Otot Rahim

(18)

d).Teori Janin

Sinyal yang diarahkan pada maternal sebagai tanda bahwa janin telah siap lahir, belum diketahui dengan pasti. Kenyataan menunjukkan, bila terdapat anomaly hubungan hipofisis dan kelenjar supraneal, persalinan akan menjadi lebih lambat. Diduga bahwa keutuhan hipofisis dan glandula suprarenal sangat penting walaupun bentuk diketahui bentuk sinyalnya (Suparyanto, 2010).

e).Teori Prostaglandin

Menjelang persalinan, diketahui bahwa prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan desidua. Diperkirakan bahwa terjadinya penurunan progesterone dapat memicu interleukin -1 untuk melakukan “hidrolisis gliserofosfolofid” sehingga terjadi pelepasan dari

asam arakidonat menjadi prostaglandin, PGE2, dan PGF2 alfa. Terbukti pula bahwa saat mulainya persalinan terdapat penimbunan dalam jumlah besar asam arakidonat dan prostaglandin dalam cairan amnion. Selain itu, terjadi pembentukan prostasiklin dalam miometrium desidua dan korion leave (Suparyanto, 2010).

(19)

2. Tanda Menjelang Persalinan

Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu 36 yang disebut lightening :

a. Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang.

b. Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian bawah dan menekan kandung kemih.

c. Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria.

d. Pada Pemeriksaan : Tinggi fundus uteri semakin turun; Serviks uteri mulai lunak, sekalipun terdapat pembukaan (Suparyanto, 2010).

3. Tanda Mulai Persalinan

Timbulnya his persalinan dengan ciri : a. Fundul dominan.

b. Sifatnya teratur makin lama intervalnya makin pendek. c. Terasa nyeri dari abdomen dan menjalar ke pinggang.

d. Menimbulkan perubahan progresif pada serviks berupa pembukaan dan perlunakan.

(20)

4. Tanda dan Gejala Inpartu termasuk : a. Penipisan dan pembukaan serviks.

b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).

c. Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina (Suparyanto, 2010).

5. Berlangsungnya Persalinan Normal a. Persalinan dibagi menjadi 4 kala:

1) Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm).

Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :

a) Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lembab sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

b) Fase Aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :

1) Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.

(21)

3) Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap ( Suparyanto, 2010 )

Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam( Suparyanto, 2010 ).

2). Kala II

Pengertian Kala II

Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Gejala dan Tanda Kala II Persalinan adalah :

a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya.

c. Perineum menonjol.

d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

f. Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah (Suparyanto,2010):

1. Pembukaan serviks telah lengkap.

(22)

Pada kala II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Oleh karena biasanya kepala janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rectum dan hendak buang air besar. Perineum menonjol menjadi lebih besar dan anus membuka. Labia membuka dan tak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila panggul sudah lebih berelaksasi kepala tidak masuk lagi di luar his. Dengan kekuatan mengejan maksimal kepala lahir dengan suboksiput dibawah simphisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Para primgravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam (Suparyanto,2010).

3. Kala II

Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah. Kala III berlangsung sampai 6 sampai 15 menit setelah janin dikeluarkan

(23)

4. Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Harus diperhartikan 7 pokok penting

a. Kontraksi uterus harus bagus;

b. Tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genetalia lainnya; c. Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap; d. Kandung kencing harus kosong;

e. Luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma;

f. Bayi dalam keadaan baik;

g. Ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekanan darah normal, tidak ada pengaduan sakit kepala atau enek. Adanya frekuensi nadi yang menurun dengan volume yang baik adalah suatu gejala baik (Suparyanto,2010).

6. Penatalaksanaan Persalinan Normal a. Anamnesa

Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai, meliputi :

(24)

3) Hari pertama haid terakhir

4) Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu) 5) Riwayat alergi obat-obat tertentu

6) Riwayat kehamilan yang sekarang dan sebelumnya

7) Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih, dan lain-lain).

Riwayat medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrum bagian atas) (Suparyanto,2010).

7. Pemeriksaan Fisik

Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta kenyamanan fisik ibu bersalin, meliputi; pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan abdomen digunakan untuk

a. Menentukan tinggi fundus uterus b. Memantau kontraksi usus

c. Memantau denyut jantung janin d. Menentukan presentasi

e. Menentukan penurunan bagian terbawah janin (Suparyanto,2010). 8. Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam diperlukan untuk menilai :

a. Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit b. Keadaan serta pembukaan serviks

c. Kapasitas panggul

(25)

e. Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya bartholmitis, urethritis, sistitis, dan sebagainya

f. Pecah tidaknya ketuban g. Presentasi kepada janin

h. Turunnya kepala dalam ruang panggul i. Penilaian besarnya kepala terhadap panggul

j. Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus telah berlangsung (Prawirohardjo, 2006 : 193).

Mendokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik kedalam patograf meliputi: informasi tentang ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, jam dan waktu, kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan yang diberikan, kondisi ibu dan asuhan serta pengamatan klinik, mencatat dan mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik (Suparyanto, 2010).

9. Mekanisme Persalinan

(26)

sumbu kepala janin miring dengan pintu atas panggul (Suparyanto, 2010).

Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior adalah lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior. Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul dengan ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia suboksipitobregmatikus (32 cm) (Suparyanto, 2010).

(27)

Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar. Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak. Didalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga didasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terebih dahulu baru kemudian bahu belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya (Prawirohardjo, 2006).

Lama persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh paritas, interval kelahiran, status psikologis, presentasi dan posisi janin, bentuk dan ukuran pelvik maternal, serta karakteristik kontraksi uterus (Fraser, 2009 : 432).

B. Water Birth

(28)

a. Metode Water Birth Ada 2 metode water birth :

1. Water birth murni, ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan terjadi.

2. Water birth emulsion, ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur

(Rhudy, 2011).

b. Keuntungan Water Birth

Metode Water Birth memiliki banyak keuntungan bagi ibu dan bayi dibandingkan dengan metode persalinan tradisional. Ini dihubungkan secara signifikan dengan adanya pengurangan penggunaan analgesic pemendekan persalinan kala I dan pengurangan angka episiotomi jika dibandingkan dengan persalinan lainnya ( Rhudy, 2011 )

1. Keuntungan Bagi Ibu

a. Mengurangi nyeri persalinan dan memberi rasa nyaman.

(29)

paling dirasakan nyaman oleh ibu. Kolam dapat terbuat dari fiber glass atau bahan lain (Rhudy,2011 ).

Adanya mitos yang menyebutkan pemanjangan fase-fase persalinan. Pada kenyataannya Water Birth merupakan persalinan alamiah, dan tidak sepenuhnya mengurangi nyeri kontraksi. Meskipun demikian banyak wanita merasakan adanya pengurangan nyeri sewaktu ada dalam air, berendam dalam air hangat dan mengapung. Penelitian juga menunjukkan persalinan dalam air sesungguhnya dapat memperpendek persalinan kala I dan tekanan darah menjadi lebih rendah di banding persalinan konvensional. Ibu hamil yang berendam di dalam air hangat pada persalinan dengan penyulit (distosia) dibandingkan dengan augmentasi standar menunjukkan bahwa angka penggunaan epidural analgesia dan intervensi obstetri lebih rendah. Berendam dalam air akan dapat mengurangi 75% nyeri persalinan, kemampuan mengapung ibu akan menolong untuk relaksasi, pergerakan selama persalinan water birth yang lebih leluasa menyebabkan ibu nyaman dan rileks, sedangkan air hangat akan membantu mengurangi nyeri ( Rhudy, 2011 ).

b. Mengurangi Tindakan Episiotomi

(30)

kejadian intak perineum. Masih terdapat mitos bahwa ibu yang melahirkan dalam air lebih mungkin untuk mengalami robekan karena yang membantu persalinan kesulitan untuk melakukan episiotomi jika diperlukan. Namun sesungguhnya ibu yang melahirkan dalam air hangat kurang mengalami robekan karena air hangat dapat meningkatkan aliran darah dan mampu melunakkan jaringan di sekitar perineum ibu. Ketika memerlukan episiotomy, penolong justru lebih mudah menjangkau bagian perineum ibu untuk melakukan message atau tindakan lain. Kebanyakan episiotomi tidak diperlukan dan jika penolong menganggap selama proses persalinan terdapat keadaan emergensi penolong akan membatalkan pelaksana metode ini ( Rhudy,2011 ).

c. Pemendekan Persalinan Kala I

(31)

d. Menurunkan Tekanan Darah

Dalam hal menurunkan tekanan darah, menurut Pre & Perinatal Psycology Association of North America Conference, wanita dengan hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah setelah berendam dalam air hangat selama 10-15 menit. Kecemasan yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah akan dapat dikurangi dengan berendam dalam air hangat (Rhudy, 2011 ).

2. Keuntungan Bagi Bayi

Persalinan sendiri dapat mejadi masalah, mungkin juga mengganggu dan merupakan pengalaman bagi bayi. Water Birth

memberikan keuntungan terutama saat kepala bayi masuk ke jalan lahir, dimana persalinan akan menjadi lebih mudah. Air hangat dengan suhu yang tepat suasananya menyerupai lingkungan intrauterine sehingga memudahkan transisi dari jalan lahir ke dunia luar. Air hangat juga dapat mengurangi ketegangan perineum dan member rasa nyaman bagi ibu dan bayi, sehingga bayi lahir kurang mendapatkan trauma (oleh karena adanya efek dapat melenturkan dan meregangkan jaringan perineum dan vulva) dibandingkan pada persalinan air dingin dan tempat bersalin umumnya ( Rhudy.2011).

(32)

tidak ada deselerasi denyut jantung bayi (yang menunjukkan fetal distress) sebagai akibatnya ketatnya lilitan tali pusat di leher. Pemendekan persalinan kala I selain memudahkan persalinan bagi ibu juga baik untuk bayi yaitu mencegah trauma atau resiko cedera kepala bayi, kulit menjadi lebih bersih, menurunkan risiko bayi keracunan air ketuban ( Rhudy,2011 ).

c. Kerugian Water Birth

Adapun risiko-risiko yang dapat timbul antara lain: a.) Risiko Maternal

1. Infeksi

(33)

feses ibu ketika bayi masuk ke dalam rongga panggul, keseluruhannya tidak steril. Jika ibu dalam keadaan persalinan kala aktif, air tidak akan masuk ke jalan lahir sewaktu ibu ada dalam kolam. Air dapat masuk ke vagina, namun tidak dapat masuk ke vagina bagian dalam, ke serviks maupaun uterus. Penyakit infeksi tertentu, akan mati segera ketika kontak dengan air. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi adalah menggunakan pompa pengatur agar air tetap bersikulasi dengan filter/penyaring air sehingga jika air terminum tidak beresiko infeksi. Kolam yang sudah disterilkan kemudian akan diisi air yang

suhunya sekitar 32-370 disesuaikan dengan suhu tubuh ( Rhudy,2011 ).

2. Perdarahan Postpartum

(34)

3. Trauma Perineum

Penggunaan episiotomy pada Water Birth 8,3% tidak menunjukkan laserasi perineum derajat tingkat III dan IV dan 25,7%, pada land birth menunjukkan kejadian laserasi perineum derajat tingkat III dan IV dengan angka penggunaan episiotomi lebih tinggi. A Cochrane review oleh Cluett et all, membuktikan bahwa ada resiko terjadi trauma perineum pada persalinan dengan

Water Birth, namun tidak terdapat perbedaan yang bermkana pada luaran klinik dalam hal trauma perineum. Pada penelitian tahun 1991-1997 Obstetrics and Gynecology of Cantonal Hospital of Frauenfeld, Switzerland membandingkan 3 group persalinan pervaginam: water birth, Maia-birthing stool, dan bedbirth mendapatkan angka kejadian episiotomy 12,8% pada water birth

27,7% pada Maia-birthing stool, dan 34,5% pada bedbirth. Ini secara statistic sangat bermakna. Disamping angka episiotomy bedbirth terjadi paling tinggi juga menunjukkan derajat laserasi perineum III dan IV (4,1%) ( Rhudy,2011 ).

b.)Risiko Neonatal

(35)

1. Terputusnya Tali Pusat

Mekanisme terputusnya tali pusat ini terjadi ketika bayi lahir sesegera mungkin dibawa ke permukaan air tidak sedara “gentle”, jika

tali pusat pendek akan dapat mengakibatkan tegangan yang berlebihan pada tali pusat. Suatu review yang mengidentifikasi 16 artikel, melaporkan adanya 63 komplikasi neonatal diakibatkan oleh water birth, salah satu diantaranya adalah masalah putusnya tali pusat. Kasus terputusnya tali pusat kemungkinan disebabkan oleh terlalu cepat mengangkat bayi kepermukaan sehingga menyebabkan tarikan cepat dari tali pusat yang melampaui panjang tali dibandingkan biasanya( Rhudy,2011 ).

2. Infeksi

Risiko infeksi terjadi pada water birth. Infeksi saluran pernapasan pada bayi yang dilahirkan secara water birth jarang terjadi namun resiko ini tetap harus diperhitungkan. Sejumlah kasus yang mungkin membahayakan bayi antara lain infeksi herpes, perdarahan luas, dan berbagai infeksi lainnya. Metode water birth tidak direkomendasikan pada bayi preterm. Berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan, infeksi P.aeruginosa didapatkan pada bayi preterm. Berdasarkan laporan kasus yang dipublikasikan infeksi P.aeruginosa didapatkan pada swab telinga dan umbilicus bayi yang lahir dengan water birth

(36)

3. Hipoksia

Tali pusat secara terus menerus akan menyediakan darah beroksigen, sambil bayi merespon stimulasi baru yaitu pertama kali mengisi paru-parunya dengan udara. Penundaan pengkleman dan pemotongan tali pusat sangat bermanfaat dalam proses transisi bayi untuk hidup di luar uterus. Ini akan memaksimalkan fungsi perfusi jaringan paru. Garland (2000) tidak merekomendasikan pemotongan dan pengkleman tali pusat sampai bayi mencapai permukaan air disebabkan oleh meningkatnya risiko hipoksia. Hipoksia bayi akan mengganggu baby’s dive reflex, yang mengakibatkan penekanan respon menelan sehingga akan menimbulkan bayi menghirup air selama proses water birth. Odent (1998) merekomendasikan pengkleman tali pusat 4-5 menit setelah persalinan. Namun menurut Austin, Bridges, Markiewicz and Abrahamson (1997) penundaan pengkleman tali pusat dapat mengakibatkan polistemia. Berdasarkan hipotesa bahwa air hangat mencegah vasokonstriksi tali pusat sehingga banyak darah ibu tertransfer ke bayi (vasokontriksi terjadi ketika kontak dengan udara) ( Rhudy, 2011 ).

4. Aspirasi Air dan Tenggelam

(37)

emboli air dan perdarahan. Air hangat mencegah pembekuan darah setelah persalinan dan juga risiko infeksi (Rhudy,2011 ).

d. Patofisiologi

1. Pengurangan Rasa Nyeri

Keuntungan yang diperoleh dengan motede persalinan ini adalah berkurangnya rasa nyeri ketika persalinan berlangsung. Hal ini disebabkan oleh keadaan sirkulasi darah uterus yang menjadi lebih baik, berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya produksi endorphin (stress related hormone) ( Rhudy,2011)

Berendam dalam air selama persalinan akan mengurangi tekanan pada abdomen ibu, dan mengapung mengakibatkan kontraksi uterus lebih efisien dan sirkulasi darah lebih baik. Ini menyebabkan sirkulasi dan oksigenasi darah otot uterus menjadi lebih baik. Persalinan dalam air memberi keleluasaan ibu untuk bergerak bebas, dapat member rasa lebih rileks dan nyaman sehingga ibu hamil mampu berkonsentrasi pada persalinannya dan oleh karena itu kondisi ibu nyaman, maka sirkulasi darah dan oksigen dari plasenta ke janin berlangsung lebih baik, suhu tubuh bayi menjadi hangat sesuai suhu tubuh ibu. Suhu tubuh yang baik ini akan mempengaruhi oksigenasi bayi, sehingga bayi mampu beradaptasi terhadap lingkunagn di luar rahim dengan baik (Rhudy,2011 ).

(38)

dengan jalan mengurangi beban gravitasi secara alami, sehingga ibu hamil dapat berubah posisi tanpa beban saat berendam di air. Berendam dalam air hangat dapat merangsang respon fisiologi pada ibu hamil, sehingga dapat mengurangi nyeri termasuk redistribusi volume darah, yang mana akan merangsang pelepasan oksitosin dan vasopressin, sehingga akan meningkatkan level oksitosin dalam darah. Selain itu ada hipotesa yang menyatakan bahwa air hangat akan dapat merelaksasi otot-otot dan mental selanjutnya menyebabkan peningkatan pelepasan katekolamin, yang memungkinkan peningkatan perfusi, relaksasi dan kontraksi uterus, sehingga dapat mengurangi nyeri kontraksi dan pemendekan fase persalinan (Rhudy,2011).

2. Pengurangan Risiko Aspirasi

(39)

otak sehingga dapat dilihat penurunan Fetal Beat Movement (FBM) pada profil biofisik. Pada 24-48 jam sebelum onset persalinan spontan, bayi mengalami peningkatan level prostaglandin E2 dari plasenta yang menyebabkan perlambatan dan penghentian gerakan napas. Secara normal terlihat pergerakan otot kira-kira 40%. Ketika bayi lahir dan level prostaglandin masih tinggi, otot bayi untuk pernapasan sederhana belum bekerja, hal tersebut merupakan respon penghambatan pertama ( Rhudy,2011 ).

Respon penghambat kedua adalah fakta bahwa bayi-bayi yang lahir mengalami hipoksia akut atau kekurangan oksigen, ini merupakan respon proses kelahiran.Hipoksia menyebabkan apnea dan menelan bukan bernapas ataupun mengap-mengap. Jika janin mengalami kekurangan oksigen berat dan lama, maka mengap-mengap dapat terjadi setelah lahir, mungkin air akan terhirup ke dalam paru-paru. Jika bayi bermasalah selama persalinan, variabilitasnya akan melebar yang tercatat pada Fetal Heart Rate, hal ini mengakibatkan prolonged bradicardia, sehingga penolong akan

meminta ibu untuk meninggalkan kolam sebelum bayi lahir ( Rhudy,2011 ).

(40)
(41)

3. Pemendekan Fase Persalinan

Persalinan dalam air kadangkala dihubungkan dengan penurunan intensitas kontraksi, sehingga menyebabkan perlambatan persalinan. Tidak ada bukti kuat kriteria kapan saat yang tepat untuk berendam pada persalinan kala I, sehingga persalinan awal akan lebih baik jika ditangani dengan mobilisasi daripada berendam. Ada juga laporan bahwa air kadang-kadang memberi efek melambatkan bahkan menghentikan persalinan jika digunakan terlalu dini dan banyak dilaporkan bahwa kontraksi kurang efektif jika ibu berendam terlalu awal ( Rhudy,2011).

4. Pengurangan Perdarahan Postpartum

Hilangnya darah ibu selama water birth sangat sedikit. Rata-rata darah yang hilang pada water birth 5,26 g/l secara bermakna lebih rendah daripada land birth 8,08 g/l. Kehilangan darah pada persalinan ini sukar dinilai terutama jika diakibatkan oleh penolong yang kurang berpengalaman pada persalinan dalam air (Rhudy,2011 ).

e. Indikasi dan Kontraindikasi 1.Syarat-syarat

a. Ibu hamil resiko rendah

b. Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina saluran kencing dan kulit c. Tanda vital ibu dalam batas normal dan CTG bayi normal (baseline,

(42)

d. Idealnya, air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi serviks mencapai 4-5 cm

e. Pasien setuju mengikuti instruksi penolong, termasuk keluar dari kolam tempat berendam jika diperlukan (Rhudy, 2011).

2.Kriteria / Indikasi

a. Merupakan pilihan ibu

b. Kehamilan normal ≥ 37 minggu c. Fetus tunggal presentasi kepala

d. Tidak menggunakan obat-obat penenang e. Ketuban pecah spontan < 24 jam

f. Kriteria non klinik seperti staf atau peralatan

g. Tidak ada komplikasi kehamilan (preeklampsia, gula darah tak terkontrol, dll)

h. Denyut jantung normal i. Cairan amnion jernih

j. Persalinan spontan atau setelah menggunakan misoprostol atau pitocin (Rhudy,2011).

3. Kontra Indikasi

a. Infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah b. Infeksi dan demam pada ibu

c. Herpes genitalis d. HIV, Hepatitis

(43)

f. Perdarahan pervaginam berlebihan (Rhudy,2011). f. Prosedur Persalinan

1. Beberapa instrument essential yang harus dipersiapkan pada persalinan dengan metode water birth antara lain:

a. Termometer air b. Termometer ibu c. Doppler anti air d. Sarung tangan e. Apron

f. jaring untuk mengangkat kotoran

g. Alas lutut kaki, bantal, instrument partus set h. Shower air hangat, portable/permanent pool i. Handuk, selimut

j. Warmer dan peralatan resusitasi bayi (Rhudy, 2011). 2. Selama Berlangsungnya Persalinan

a.) Ibu masuk berendam ke dalam air direkomendasikan saat pembukaan 4-5 cm dengan kontraksi uterus baik, ibu dapat mengambil posisi persalinan yang disukainya.

(44)

c.) Observasi dan monitoring antara lain:

1. Fetal Heart Rate (FHR) dengan doopler atau fetoskop setiap 30 menit selama persalinan kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II. Auskultasi dilakuakn sebelum, selama, setelah kontraksi.

2. Penipisan dan pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan vagina (VT) dapat dilakukan di dalam air atau pasien di minta sementara keluar dari air untuk diperiksa. 3. Status ketuban, jika terjadi rupture ketuban, periksa FHR dan

periksa adanya prolaps tali pusat. Jika cairan ketuban mekonium pasien harus meninggalkan kolam.

4. Tanda vital ibu diperiksa setiap 3 jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika diperlukan). Jika ibu mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu mengatur napas selama kontraksi . 5. Dehidrasi ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi

ibu dan janin dan peningkatan suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi, ibu diberikan cairan. Jika tidak berhasil pasang infus ringer laktat (RL) (Rhudy, 2011).

d.) Manajemen Kala II

(45)

2. Persalinan, bila mungkin metode “hand off”. Ini akan meminimalkan stimulasi.

3. Tidak diperlukan palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir, karena tali pusat dapat lepas dan melonggar ketika bayi lahir. Untuk meminimalkan risiko tali pusat terputus dengan tidak semestinya hindari tarikan ketika kepala bayi ke permukaan air. Tali pusat jangan diklem dan dipotong ketika bayi masih ada di dalam air.

4. Bayi seharusnya lahir lengkap dalam air. Kemudian sesegera mingkin dibawa kepermukaan. Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada diatas permukaan air dan badannyamasih di dalam air untuk menghindari hipotermia. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan merendamnya kembali (Rhudy,2011).

e.) Manajemen Kala III

1. Manajemen aktif dan psikologi tetap diberikan sampai ibu keluar kolam.

2. aat manajemen aktif kala III, syntometrine dapat diberikan. 3. Estimasikan perdarahan.

(46)

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.(Notoatmodjo,2007:143).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting utuk terbentuknya tindakan seseorang.(Notoatmodjo,2003 : 127).

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai tingkatan, yaitu:

2) Tahu (Know)

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali suatu hal terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2.) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang okbjek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi terrsebut secara benar.

3.) Aplikasi (Application)

(47)

4). Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5). Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6). Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Usia

(48)

verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :

a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. (Notoamodjo, 2007).

Menurut teori perkembangan psikososial yang dikutip oleh wheley dan wong’s (1999), tahap perkembangan manusia menurut umur (dewasa) dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

1. Early adult hood (21-35 tahun)

Pada masa awal ini, hubungan social utama seseorang sudah terfokus pada partner dalam hubungan teman dan seks (perkawinan). Karakteristik dan krisis psikososial terjadi pada masa ini adalah “keintiman vs isolasi, dimana bila masa ini dapat dilewati dengan baik

akan meningkatkan kemampuan membentuk hubungan dekat dan membuat komitmen tentang kehidupan.

2. Young and middle adult hood (36-45tahun)

(49)

bila masa ini dapat dilewati dengan baik akan meningkatkan kemampuan dalam memikirkan keluarga, masyarakat dan generasi mendatang.

3. Later adult hood (> 45 tahun)

Pada masa dewasa akhir ini, hubungan kemasyarakatan dalam kelompoknya. Pada masa ini emosi seseorang cenderung relatif stabil dengan motivasi untuk hidup dan berkarier serta membantu sesama dengan baik. Karakteristik dari psikososial yang terjadi pada masa ini adalah “keluhan vs kepuasan”, dimana bila masa ini dapat dilewati dengan baik

akan meningkatkan kesadaran akan terpenuhnnya kebutuhan/ kehidupan seseorang dari perasaan puas dan siap menghadapi masa lanjut usia serta kematian.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, khususnya dalam pembentukan prilaku semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi kesadaran seseorang tentang sesuatu hal dan semakin matang pertimbangan seseorang dalam mengambil keputusan . (Notoadmojo, 2005).

Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu. Pendidikan responden yang mayoritas tinggi dapat mempengaruhi pengetahuan dalam pembentukan sikap mereka tentang tindakan persalinan.

(50)

hidup. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin tinggi pula kesadarannya tentang hak yang dimilikinya, kondisi ini akan meningkatkan tuntutan terhadap hak untuk memperoleh informasi, hak untuk menolak/menerima pengobatan yang ditawarkan (Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas, 2003).

Sisdiknas (2003) mengklasifikasikan pendidikan menjadi pendidikan formal dan non formal, jenjang pendidikan formal terdiri dari :

a) Tinggi : Akademi dan Perguruan Tinggi (S1) b) Menengah : SMA

c) Dasar : SD/ MIN dan SMP 3. Pekerjaan

(51)

ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan (anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentahnya) dalam melaksanakan pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien, berarti beban kerjanya relative mudah (Notoatmodjo, 2007).

d. Lingkungan

Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. (Notoatmodjo, 2007).

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Informasi

(52)

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoatmodjo, 2007).

g. Sosial Budaya dan Ekonomi

(53)

D. Kerangka Teoritis

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Notoatmodjo,S.2007:

- Usia - Pendidikan - Pekerjaan - Lingkungan - Pengalaman - Informasi

- Sosial Budaya dan Ekonomi

(54)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lain dari masalah yang ingin diteliti. Konsep tidak dapat diukur dan diubah secara langsung agar dapat diamati dan diukur maka konsep tersebut harus digambarkan (Notoadmojo, 2002).

Karena keterbatasan waktu maka peneliti hanya mengambil tiga variabel yaitu pendidikan, pekerjaan dan informasi.

Variable Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Pengetahuan ibu hamil

informasi Pendidikan

(55)

B.Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi

0perasional

(56)

tangga 3 Informasi Segala hal

yang didapat oleh responden baik melalui audio/ visual

Menyebar kuesioner

Kuesi oner

- Pernah - Tidak

pernah

Ordinal

C. Hipotesa

1. Ho: Tidak ada hubungan antata pendidikan dengan pengetahuan tentang Persalinan Water Birth di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam. 2. Ho: T idak ada hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan tentang

Persalinan Water Birth di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam. 3. Ho: Tidak ada hubungan antara informasi dengan pengetahuan tentang

(57)

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan Analitik dengan menggunakan pendekatan cross secctional yaitu variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini dikumpulkan dalam waktu bersamaan untuk mengetahui Hubungan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth di

Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh 2013. B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh 2013 pada bulan Juni sebanyak 56 orang.

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2005) sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 sampel dalam bentuk

Accidental Sampling.

(58)

Penenlitian ini dilakukan di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. 2. Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 19 Agustus sampai 27 Agustus 2013.

D. Instrumen

Pertanyaan yang berjumlah 10 untuk pengetahuan, 2 untuk informasi, 1 untuk pekerjaan dan 1 untuk pendidikan.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari responden melalui penyebaran kuesioner penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data Puskesmas Kuta Alam. F. Pengolahan Data

Menurut Budiarto (2001) pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan baik dan benar.

1. Editing adalah kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir kuesioner sehingga jawaban sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. 2. Coding yaitu kegiatan merubah dan berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka/bilangan.

(59)

4. Analisis yaitu data yang sudah dikumpulkan dan di- entry, dianalisis menggunakan uji statistik.

G. Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka analisis data yang akan dilakukan dengan menggunakan program computer yaitu program Statistical Program For Social Science (SPSS) versi 16.00 yang akan dilakukan secara statistik deskriptif. Analisi data yang dilakukan meliputi :

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat dilakukan terhadap tiap – tiap variable dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005) kemudian ditentukan presentase (p) dengan menggunakan Rumus sebagai berikut :

P = 100 %

Keterangan : P : Presentase

f : Frekuensi yang teramati n : Jumlah sampel

2. Analisa Bivariat

(60)
(61)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Kuta Alam adalah puskesmas induk yang terletak dijalan Twl. Hasyim Banda Muda di Kelurahan Mulia Kecamatan Kuta Alam yang berjarak ± 2 km dari pusat Kota Banda Aceh atau ± 1,5 km dari Rumah Sakit Provinsi. Puskesmas Kuta Alam pertama kali dibangun tahun 1975, secara geografis batas wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam adalah :

1. Sebelah Utara berbatsan dengan Selat Malaka 2. Sebelaha Timur berbatasan dengan Kec.Syiah Kuala

3. Sebelah Selatan bebatasan dengan Kecamatan Baiturrahman 4. Sebelah Barat Berbatsan dengan Kecamatan Kutaraja B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat a. Pendidikan

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

No Pendidikan f %

1 Tinggi

11 34,4

2 Menengah

19 59,4

3 Dasar

(62)

Total 32 100

Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 responden mayoritas ibu hamil pendidikannya pada kategori menengah sebanyak orang 19 (59,4%).

b. Pekerjaan

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

No Pekerjaan f %

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 responden yang mempunyai tidak berkerja sebanyak 22 orang (68,8%).

c. Pengetahuan

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kuta Alam Banda AcehTahun 2013

No Pengetahuan F %

(63)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 responden yang pengetahuannya tinggi sebanyak 15 orang (46,9%).

d. Informasi

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ibu Hamil Tentang Persalinan Water Birth Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

No Informasi F %

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 responden yang informasi berada pada kategori pernah sebanyak 25 orang (78,1%).

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Water Birth Tabel 5.5

Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalina

(64)

orang (57,9%), yang pendidikannya dasar pengetahuannya berada dalam kategori tinggi sebanyak 6 orang (50%), dan yang 1 pendidikannya tinggi ternyata pengetahuannya berada dalam kategori rendah sebanyak 1 orang (50%).

Hasil uji statistik ternyata ada 2 cell yang E < 5 maka table diatas menjadi 2x2 tinggi – menengah.

Pendidikan Pengetahuan Total p value hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth, maka maka hipotesa dalam penelitian ini tidak terbukti atau ditolak.

b. Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Water Birth Tabel 5.6

Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalina

Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

(65)

dari 10 responden yang berkerja ternyata yang pengetahuannya rendah sebanyak 7 orang (70%).

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,265 berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitian ini tidak terbukti atau ditolak.

c. Hubungan Informasi Dengan Pengetahuan Water Birth Tabel 5.7

Hubungan Informasi Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalina

Water Birth Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013 informasinya dalam kategori pernah ternyata sebanyak 14 responden (56%) yang pengetahuannya rendah, dari 7 responden yang informasinya dalam kategori tidak pernah sebanyak 4 orang (57,1%) yang pengetahuannya tinggi.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,678 berarti tidak ada hubungan antara informasi dengan pengetahuan ibu hamil tantang persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitiannya ini tidaak terbukti atau ditolak.

(66)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan analisa tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth di puskesmas kuta alam.

1. Hubungan Pendidikan Dengan Pengetahuan Water Birth

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 19 responden yang pendidikanny Menengah ternyata pengetahuannya rendah sebanyak 11 orang (57,9%), yang pendidikannya dasar pengetahuannya berada dalam kategori tinggi sebanyak 6 orang (50%), dan yang 1 pendidikannya tinggi ternyata pengetahuannya berada dalam kategori rendah sebanyak 1 orang (50%).

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,798 berarti tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitian ini tidak terbukti atau ditolak.

Hasil penelitian Andi, (2010) menyatakan hubungan antara pendidikan dengan pengetahauan seseorang karena semakin tinggi pendidikannya semakin tinggi tingkat pengetahuanya dengan p value 0,002.

(67)

dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.

Menurut asumsi peneliti tidak semua hasil penelitian orang lain itu sama dengan peneliatian lainnya, karena menurut hasil penelitian yang sudah peneliti lakukan, tidak didapatkan hubungan antara pendidikan dengan penegtahuan ibu hamil tentang pelaksanaan water birth karena pendidikan di dapat dari jenjang sekolah dengan masing-masing latar belakang sedangkan pengetahuan di peroleh dari pengalaman dan lingkungan seseorang.

2. Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Water Birth

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 22 responden yang tidak berkerja ternyata pengetahuanya tinggi sebanyak 12 orang (54,5%), dari 10 responden yang berkerja ternyata yang pengetahuannya rendah sebanyak 7 orang (70%).

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,265 berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitian ini tidak terbukti atau ditolak.

(68)

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori Manuaba (2003), perkejaan adalah suatu aktivitas yanag dilakukan baik dalam bentuk positif maupun nengatif dalam segala bidang yangmembeuta kesibukan bagi seseorang.

Menurut asumsi peneliti tidak adanya hubungan pekerjaan dengan pengetahuan karena perkejaan membuat seseorang terfokus pada hal – hal yang sering ia alami sehari – hari. Seperti pekerjaan ibu rumah tangga yang fokus terhadap pekerjaan - pekerjaan yang berada di dalam rumah dan sekitarnya, sedangkan kantor berfokus pada pekerjaan kantor yang menjadi tugasnya.

3. Hubungan Informasi Dengan Pengetahuan Water Birth

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 25 responden yang informasinya dalam kategori pernah ternyata sebanyak 14 responden (56%) yang pengetahuannya rendah, dari 7 responden yang informasinya dalam kategori tidak pernah sebanyak 4 orang (57,1%) yang pengetahuannya tinggi.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,678 berarti tidak ada hubungan antara informasi dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth, maka hipotesa dalam penelitiannya ini tidaak terbukti atau ditolak.

(69)

data yang hanya menjadi bacaan dan penerangan saja dengan p value 0,11.

Menurut teori Wawan (2006) informasi adalah data yang diolah dan dibentuk menjadi lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Informasi merupakan pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan keterangan atau pengetahuan. Maka dengan demikian sumber informasi adalah data. Data adalah kesatuan yang menggambarkan suatu kejadian atau kesatuan nyata.

(70)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dengan nilai p value 0,798 berarti p

> 0,05.

2. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dengan nilai p value 0,265 berarti p > 0,05.

3. Tidak terdapat hubungan antara informasi dengan pengetahuan ibu hamil tentang persalinan water birth dengan nilai p value 0,678 berarti p > 0,05.

B. Saran

1. Diharapkan kepada peneliti agar informasi tentang water birth ini tidak hanya disampaikan melalui media elektronik saja seperti yang kita ketahui saat ini, tetapi juga bisa dilakukan sosialisasi secara langsung kepada ibu – ibu yang tidak mendapatkan informasi melalui elektronik. 2. Diharapkan kepada penyuluhan kesehatan ibu hamil untuk

(71)

` DAFTAR PUSTAKA

Alfirevic, Z., et al.(2006). Immersion in water during labour and birth (Royal college ofobstetriciansand gynaecologists/Royal college of midwives joint statement no.1).http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth di akses pada tanggal 7 januari 2013

Bayuningrat. (2008). Artikel Water Birth. Jakarta. .(2008). Artikel Asuhan Persalinan. Jakarta.

Buckley, S. Water Birth : The power of Water (Australia’s parents

pregnancy).(1999);[5screens].Availableat:http://www.onyxii.com/birthson g/page.cfm?waterbirth. Accessed: August 26th, 2007. ( Diakses pada

tanggal 7 Januari 2013) dari :

http://bidanshop.blogspot.com/2010/04/water-birth-melahiirkan-dalam-air.html

College of Midwives Journal. Cook, E. (2006). Cook, E. Alternative birthing

methods.2006;[5 screens]. Available

at:http://www.americanpregnancy.org. Accessed: July 1st, 2007.Cunningham, Gary. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Febrina. (2010). Artikel Melahirkan dalam Air. Diakses dari

http://bidanshop.blogspot.com/2010/04/water-birth-melahiirkan-dalam-air.html pada tanggal 7 januari 2013

Fraser, Diane M. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.

Garland, D., Choo, YP, Coe, M. (2004).In the use of water in labour and

birth-The royal college of midwives.

http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth di akses pada tanggal 7 januari 2013

Harper, B. (2003).In taking the plunge: reevaluating waterbirth temperature guidelines MIDIRS.http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth. di akses pada tanggal 7 januari 2013

J.PediatricsSingh U, Schereiner A, Macdermott R, Johnston D, Seymour J, Garland D, Davidson J.(2006).Guidelines for Water Birth within the midwifery led unit and at home (Dartfordand Gravesham-NHS Trust).

(72)

thomas’ school ofmedical,king’s college hospital). London SES9RS, Departement of radiology, King’s college hospital.

http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Marseno, Rhudy. (2011). Water Birth.

Jakarta.www.scribd.com/doc/48191599/water-birth diakses tanggal 9 Januari 2013

McFarland JA.(2007). In waterbirth–myths vs realities. Diakses pada tanggal 7 januari 2013 di http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth

Minerva GinecolThoni A, Zech N, Moroder L. (2005) . In water birth and neonatal infection experience with 1575deliveries in water (Abstract).

http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth di akses pada tanggal 7 januari 2013

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Prilaku. Jakarta.Rineka Cipta.

.(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. .(2007). Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta.Rineka Cipta.

OGCCU. (2007). In water therapy – pain management in labour (Clinical

guidelines-obstetrics and midwifery guidelines).

http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth di akses pada tanggal 7 januari 2013

Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Schroeter K. (2004). In water births:a naked emperor (departement of pediatrics,

division ofperinatal-neonatal medicine).

http://www.scribd.com/doc/48191599/water-birth

Suparyanto. (2010). Konsep Dasar Persalinan (Partus). Jakarta. Diakses http://by--one.blogspot.com/2010/07/konsep-dasar-persalinan-partus.html pada tanggal 28 Desember 2012

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 5.1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pengobatan yang biasa diberikan untuk pasien dengan limfoma non Hodgkin agresif stadium dini adalah beberapa jadwal kemoterapi, kombinasi, dengan lebih dari satu obat kemoterapi

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas

Metode yang digunakan adalah metode inversi seismik model based dengan parameter hard constraint untuk mengetahui properti fisik dari reservoir Lapangan “TG” dan

Sekaitan dengan perkara tersebut, artikel ini bertujuan untuk mengenal pasti sama ada berlaku atau tidak proses gerimander dalam pilihan raya di Malaysia dengan rujukan khas

Buku Siswa ini dirancang dengan menggunakan proses pembelajaran yang sesuai untuk mencapai kompetensi yang telah dirumuskan dan diukur dengan proses penilaian yang

Melalui pembelajaran ini diharapakan siswa mampu mampu menangkap makna dan menentukan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks khusus dalam

Ekstrak kental etanol yang positifmengandung triterpenoid dilarutkan dalametanol-air (7:3), etanolnya diuapkan kemudiandipartisi dengan kloroform sehingga dihasilkan21,97 g ekstrak

imbalance of the VEGF receptor, FAK or other angiogenic factors related to metabolism or function of endostatin in endotel cells. The bonding of