ISSN : 1693-1424 Halaman 53 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR KAFEIN DALAM BEBERAPA PRODUK MINUMAN RINGAN BERSODA JENIS KOLA KEMASAN KALENG
YANG BEREDAR DI JATINANGOR DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
Jutti Levita, Mutakin, Uswatun Hasanah Jurusan Farmasi, FMIPA
Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi dan menetapkan kadar kafein dalam beberapa produk minuman ringan bersoda jenis kola kemasan kaleng yang beredar di Jatinangor dengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase balik. Dari penelitian ini diketahui bahwa ketiga sampel yang diperiksa mengandung kafein. Sampel A memiliki rata-rata kandungan kafein sebesar 92,61 bpj, atau 23,15 mg dalam 250 mL (simpangan baku 1,02%, koefisien variasi 1,10%), sampel B 154,29 bpj, atau 50,91 mg dalam 330 mL (simpangan baku 1,19%, koefisien variasi 0,77%), dan sampel C 91,19 bpj, atau 30,09 mg dalam 330 mL (simpangan baku 0,86%, koefisien variasi 0,94%). Batas deteksi dan batas kuantisasi dari metode yang digunakan secara berurutan adalah 6,58 bpj dan 23,47 bpj.
Kata kunci: Coffein, Cola, KCKT
ABSTRACT
A study has been conducted to identify and quantify the caffeine content in several products of canned cola beverages sold in Jatinangor using reversed-phase high performance liquid chromatography (HPLC) method. From this study, it was found out that all three samples contained caffeine. The average caffeine content in sample A was 92.61 ppm or 23.15 mg in 250 mL (standard deviation 1.02%, coefficient of variation 1.10%), in sample B was 154.29 ppm or 50.91 mg in 330 mL (standard deviation 1.19%, coefficient of variation 0.77%), and in sample C was 91.19 ppm or 30.09 mg in 330 mL (standard deviation 0.86%, coefficient of variation 0.94%). The limit of detection and the limit of quantitation of the method used were 6.58 ppm and 23.47 ppm respectively.
Key words : Caffeine, Cola, HPLC
PENDAHULUAN
Minuman ringan (softdrink) didefinisikan sebagai minuman yang tidak beralkohol, baik yang mengandung karbonat (soda) maupun yang tidak mengandung karbonat. Pada umumnya minuman ringan terbuat dari air, gula, asam organik dan zat-zat tambahan lainnya, dan untuk minuman yang berkarbonat juga ditambahkan soda. Khusus untuk minuman ringan bersoda jenis kola biasanya juga ditambahkan kafein (Jacobs, 1962, Mc.Kim, 1991).
Penambahan kafein dalam minuman ringan bersoda jenis kola dimaksudkan untuk menimbulkan rasa segar, menambah semangat, juga untuk menghilangkan rasa lelah dan kantuk. Hal ini dapat terjadi karena kafein memiliki efek stimulasi pada sistem saraf pusat dan pada otot-otot skelet. Selain itu kafein juga dapat menstimulasi jantung dan sistem pernafasan (Wilson, 1977).
Apabila digunakan melebihi batas tertentu kafein dapat memberikan efek buruk bahkan berbahaya bagi kesehatan.
ISSN : 1693-1424 Halaman 54
menyebabkan insomnia, perasaan gelisah, gugup, terlalu bersemangat, tremor, sakit kepala, jantung berdebar-debar dan diuresis. Konsumsi kafein secara terus-menerus dapat menimbulkan efek adiksi dan toleransi. Diduga, kafein juga dapat menyebabkan peningkatan pengeluaran kalsium dalam urin sehingga akan meningkatkan resiko osteoporosis (Hardy, 1997).
Melalui Surat Keputusan Dirjen POM no. PO.04.02.3.01510 tentang Batas Maksimum Kafein dalam Makanan dan Minuman yang dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 5 Juni 1998, pemerintah telah
menetapkan bahwa batas maksimum
kandungan kafein dalam makanan dan minuman adalah 50 mg per sajian dan tidak boleh lebih dari 150 mg per hari. Selain itu, pada label makanan dan minuman yang
mengandung kafein juga harus
dicantumkan batas maksimum kafein seperti yang telah disebutkan di atas.
Dari berbagai produk minuman ringan bersoda jenis kola kemasan kaleng yang beredar di pasaran, masih ada produk yang tidak mencantumkan kandungan kafein pada labelnya, dan produk-produk yang telah mencantumkan kandungan kafein pada labelnya tidak menyebutkan berapa besar kadarnya. Karena itulah perlu dilakukan penelitian tentang kandungan kafein dalam minuman ringan bersoda jenis kola kemasan kaleng yang beredar di pasaran.
METODE PENELITIAN
Untuk penelitian ini, sampel diambil dari wilayah Jatinangor. Diambil tiga produk minuman ringan bersoda jenis kola kemasan kaleng yang paling umum ditemui di pasaran. Dari masing-masing produk diambil tiga sampel dengan nomor
batch, tanggal kadaluwarsa dan waktu produksi yang sama, sehingga sampel dianggap homogen.
Untuk memperoleh kondisi
optimum untuk pemisahan kafein,
dilakukan percobaan dengan berbagai kombinasi fase gerak sesuai dengan yang tercantum dalam literatur. Kondisi optimum yang didapatkan adalah:
- Kolom: LichroCART Rp-8
- Fase gerak: asetonitril:dapar asam formiat pH 2,45 (20:80)
- Deteksi: 240 nm - Laju alir: 1 mL/menit
Larutan baku kafein dalam berbagai konsentrasi diukur untuk mendapatkan data yang akan diplotkan ke dalam kurva kalibrasi.
Sampel (50 mL) diekstraksi tiga kali dengan kloroform (masing-masing 25 mL). Kemudian kloroform diuapkan dan hasilnya dilarutkan dengan 20 mL aqua bidestillata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran kafein baku untuk pembuatan kurva kalibrasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Hasil Pengukuran Kafein Baku
Waktu Retensi (menit)
Konsentrasi
(bpj) Luas Area
2,94 40 283379
2,92 80 568123
ISSN : 1693-1424 Halaman 55
Dari hasil pengukuran di atas, dibuat kurva kalibrasi kafein:
Keterangan : Persamaan Regresi : y = 7197,75x-2385,16 Koefisien Korelasi : r = 0,9999
Gambar 1. Kurva kalibrasi kafein
Hasil identifikasi dan penetapan kadar kafein dalam sampel dapat dilihat pada tabel 2, 3, dan 4 berikut ini:
Tabel 2
Hasil Identifikasi dan Penetapan Kadar Kafein dalam Sampel A
Sampel Waktu Retensi
(menit) Luas Area
Kadar Kafein (bpj)
A1 2,93 1664582 92,64
A2 2,87 1645354 91,57
A3 2,83 1682125 93,61
Rata-rata kadar kafein dalam sampel A Simpangan baku
Koefisien variasi
92,61 1,02% 1,10%
Tabel 3
Hasil Identifikasi dan Penetapan Kadar Kafein dalam Sampel B
Sampel Waktu Retensi
(menit) Luas Area
Kadar Kafein (bpj)
B1 3,10 2797687 155,61
B2 2,82 2767867 153,93
B3 2,82 2753167 153,30
Rata-rata kadar kafein dalam sampel B Simpangan baku
Koefisien variasi
154,29 1,19% 0,77%
2,5
0,5 3,5
500 450 400 350
300
250 200 150 100 50 3
2
1,5
1 4
0
Konsentrasi (bpj)
L
u
as Ar
ea
(
x
1
0
ISSN : 1693-1424 Halaman 56
Tabel 4
Hasil Identifikasi dan Penetapan Kadar Kafein dalam Sampel C
Sampel Waktu Retensi
(menit) Luas Area
Kadar Kafein (bpj)
C1 2,70 1651615 91,92
C2 2,52 1621617 90,25
C3 2,35 1642546 91,41
Rata-rata kadar kafein dalam sampel C Simpangan baku
Koefisien variasi
91,19 0,86% 0,94%
Dalam penelitian ini, identifikasi dan penetapan kadar kafein dalam minuman ringan bersoda jenis kola dilakukan hanya dengan satu metode, yaitu (KCKT). Dalam metode ini, parameter yang diukur dari analit yang diinjeksikan adalah waktu retensi dan luas area. Kafein dalam sampel dapat diidentifikasi dengan cara membandingkan waktu retensinya dengan waktu retensi kafein baku. Kadar kafein dalam sampel dapat diketahui dengan cara memasukkan luas area sampel yang terukur sebagai variabel y ke dalam persamaan regresi yaxb. Persamaan ini diperoleh dari pembuatan kurva baku kafein. Dari kurva baku ini diperoleh nilai untuk koefisien a dan b, sedangkan variabel x adalah kadar kafein dalam sampel yang diukur. Kurva baku kafein dibuat dengan cara menginjeksikan larutan baku kafein dalam berbagai konsentrasi ke dalam kromatograf, kemudian asil pengukurannya diplotkan ke dalam kurva dengan konsentrasi kafein sebagai sumbu
x dan luas area yang terukur sebagai sumbu y.
Preparasi sampel adalah bagian yang penting dalam metode KCKT. Preparasi sampel dilakukan untuk mendapatkan larutan yang homogen dan siap untuk diinjeksikan ke dalam kolom. Tujuan dari preparasi sampel adalah untuk memperoleh sampel yang relatif bebas dari senyawa-senyawa pengganggu, tidak merusak kolom dan cocok dengan metode
yang akan digunakan. Dalam penelitian ini, sampel yang berbentuk cairan diekstraksi dengan kloroform, sehingga disebut sebagai ekstraksi cair-cair.
Ekstraksi cair-cair merupakan metode yang baik untuk memisahkan analit dari senyawa-senyawa pengganggu. Dalam ekstraksi cair-cair sampel dipisahkan di antara dua cairan atau fase yang tidak saling bercampur. Fase yang pertama adalah fase air (sampel) dan fase yang kedua adalah fase pelarut organik (kloroform). Kafein akan tertarik ke dalam fase pelarut organik dan dapat diperoleh kembali dengan cara menguapkan pelarut organik tersebut.
KESIMPULAN
Dari penelitian ini diketahui bahwa ketiga sampel yang diperiksa mengandung kafein. Rata-rata kandungan kafein dalam sampel A adalah 92,61 bpj, atau 23,15 mg dalam 250 mL (simpangan baku 1,02%, koefisien variasi 1,10%), sampel B 154,29 bpj, atau 50,91 mg dalam 330 mL (simpangan baku 1,19%, koefisien variasi 0,77%), dan dalam sampel C 91,19 bpj, atau 30,09 mg dalam 330 mL (simpangan baku 0,86%, koefisien variasi 0,94%). Batas deteksi dan batas kuantisasi dari metode yang digunakan secara berurutan adalah 6,58 bpj dan 23,47 bpj.
ISSN : 1693-1424 Halaman 57
ditetapkan oleh Dirjen POM, karena tidak lebih dari 50 mg/sajian. Sedangkan kandungan kafein dalam produk B lebih
dari 50 mg/sajian, berarti melebihi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Dirjen POM.
DAFTAR PUSTAKA
J
Jaaccoobbss,,MM..BB..11996622..CChheemmiiccaallAAnnaallyyssiissooffFFooooddaannddFFooooddPPrroodduuccttss..33rrdd
E
Eddiittiioonn..NNeewwYYoorrkk:: D
D..VVaannNNoossttrraannddCCoommppaannyy..PPaaggee::665511--665522..
M
Mcc..KKiimm,, WW..AA.. 11999911.. DDrruuggss aanndd BBeehhaavviioouurr:: AAnn IInnttrroodduuccttiioonn ttoo BBeehhaavviioouurraall P
Phhaarrmmaaccoollooggyy..22nnddEEddiittiioonn..NNeewwJJeerrsseeyy::PPrreennttiiccee--HHaallll..PPaaggee::118844--118866..
S
Snnyyddeerr,,RR..LL..,,JJ..JJ..KKiirrkkllaanndd,,aannddJJ..LL..GGllaajjcchh..11999977..PPrraaccttiiccaallHHPPLLCCMMeetthhooddDDeevveellooppmmeenntt.. 2