• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS PERLINDUNGAN DAN PEMAJUAN HAM DI I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS PERLINDUNGAN DAN PEMAJUAN HAM DI I"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PERLINDUNGAN DAN PEMAJUAN

HAM DI INDONESIA

Kelompok 8 :

Abdul Aziz

Angga Prasetya

Bagus Wahyu Prakoso

(2)

Nama :Bagus Wahyu Prakoso TUGAS I

Tugas Mandiri ( hal-7 )

Untuk meningkatkan pemahaman kalian tentang perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia di Indonesia, coba kalian tuliskan beberapa contoh yang merupakan upaya perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia di Indonesia

No Contoh Perlindungan dan Pemajuan HAM di Indonesia 1. Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) 2. Dibuatnya undang-undang yang mengatur HAM

3. Adanya hukuman atau sanksi bagi yang melanggar HAM 4. Di bentuknya pengadilan HAM

5. Di buka dan dibentuknya ad hoc pada kehakiman

6. Tersedia lembaga penegak hukum yang mau mendengarkan setiap laporan pelanggaran HAM

7. Dibentuknya Komisi Perlindungan Anak

8. Di bentuknya Yayasan lembaga bantuan hukum Indonesia 9. Adanya jaminan kesehatan

(3)

Nama : Bagus Wahyu Prakoso TUGAS II

Upaya Pemajuan Hak Asasi Manusia di Indonesia ( hal8-11 )

1. Periode Tahun 1945-1950

Pada awal kemerdekaan pemikiran HAM masih menenkankan, hak untuk merdeka, hak untuk berserikat, hak untuk berpolitik, dan hak berpendapat. Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi secara resmi dan formal (Tapi masih belum sempurna) dan masuk ke dalam hukum dasar negara (konstitusi) yaitu UUD 1945. Komitmen terhadap HAM pada periode awal kemerdekaan sebagaimana ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945. Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik. Sebagaimana tertera dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.

2. Periode Tahun 1950-1959

Dalam periode ini perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan periode demokrasi parlementer. Pemikiran HAM pada masa ini mendapatkan momentum yang sangat membanggakan karena suasana kebebasan yang menjadi semangat demokrasi liberal atau demokrasi parlementer mendapatkan tempat dikalangan elit politik. Bahkan menurut prof. Bagir Manan pemikiran dan katualisasi HAM pada periode ini mengalami “bulan madu” kebebasan. Menurut ahli hukum tata negara ini ada 5 aspek :

Pertama, semakin banyak tumbuh partai politik dengan beragam ideologinya masing-masing. Kedua, kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi betul-betul menikmati kebebasannya. Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokratis berlangsung dalam suasana kebebasan, fair( keadilan ), dan demokratis. Keempat, parlemen atau dewan perwakilan rakyat sebagai representer dari kedaulatan rakyat menunjukan kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat dengan kontrol yang semakin efektif terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan pemikiran HAM mendapatkan iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan.

3. Periode Tahun 1959-1966

(4)

4. Periode Tahun 1966-1998

Pada masa ini kurang-lebih ada tiga pelanggaran HAM dalam praktek- praktek politiknya. Pertama, yang sampai sekarang masih cukup popular yaitu, represi politik oleh aparat Negara, sekali pun intesitasnya mengalami penyusutan, contohnya kasus penangan tanjung priok, kedung ombo, santa cruz, dan sebaginya.

Kedua, pembatasan partisipasi terhadap partai politik, atau yang sering kita dengar dengan sebutan depolitisasi. Praktek ini termasuk pelanggaran HAM dikarenakan, menyimpangi hak manusia untuK bebas berserikat, berkomplot,berorganisasi, dan hak mengeluarkan pendapat.

Ketiga, praktek eksploitasi ekonomi dan juga implikasi sosialnya, bentuk ini adalah bentuk pelanggaran HAM yang masih sering dijumpai sampai sekarang, baik dilakukan secara terorganisir maupun yang tidak terorganisir.

Dalam perkembangannya seiring dengan munculnya berbagai pelanggaran HAM muncul pula semangat untuk menegakkan HAM,dengan mengadakan salah satu seminar tentang HAM pada tahun 1967 yang merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan pengadilan HAM,pembentukan komisi dan pengadilan HAM untuk wilayah asia.selanjutnya diadakan seminar nasional hukum pada tahun 1968 yang merekomendasikan perlunya hak uji materi (judicial riview) untuk dilakukan guna melindungi HAM.seperti yang dikemukakan oleh Archibald cox bahwa hak uji materi diadakan tidak lain untuk melindungi kebebasan dasar manusia.begitu pula dalam rangka pelaksanaan TAP MPRS No.XIV/MPRS1966,MPRS melalui panitia adhoe IV telah menyiapkkan rumusan yang akan di tuangkan dalam piagam tentang hak asasi manusia dan hak hak serta kewajiban warga negara.

Sementara itu pada sekitar awal tahun 1970-an sampai akhir 1980-an persoalan HAM semakin menurun karena HAM pada saat itu sudah tidak lagi dihormati,dilindungi,ditegakkan serta diperjuangkan.pemikiran elit pada masa ini telah di tandai oleh sikap penolakan terhadap HAM sebagai produk barat dan individualistic serta bertentangan dengan paham kekeluargaan yang dianut oleh Indonesia.pemerintahan pada periode ini bersifat defensive dan represif yang di cerminkan dari produk hukum yang umumnya restriktif terhadap HAM.sikap defensive dalam pemerintahan terlihat dalam ungkpan bahwa HAM adalah produk pemikiran barat yang bertentangan dengan nilai nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang berlandaskan pancasila,serta bangsa bangsa Indonesia telah lebih dahulu mengenal HAM sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 yang lahir lebih dahulu dari pada lahirnya deklarasi universal HAM.

(5)

Pergantian rezim pemerintahan pada tahun 1998 memberikan pengaruh yang sangat luar biasa pada kemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia pada saat itu mulai diadakan pengkajian terhadap beberpa kebijakan pemerintahan orde baru yang berlawanan dengan kemajuan dan perlindungan HAM.selanjutnya dilaksanakana penyusunan peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan keberlakuan HAM dalam kehidupa ketatanegaraan dan kemaysrakat di indomesia.demikian pula dilakukan pengkajian dan ratifikasi terhadap instrument HAM internasional semakin ditingkatkan.hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan banyaknya norma dan ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait dengan penegakan HAM diadopsi dari hukum dan instrument internasional dalam bidang HAM.

Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status penentuan (prscriptive status) dan tahap penataan aturan secara konsisten (rule consistent behavior).pada tahap status penentuan telah ditetapkan beberapa penentuan perundang undangan tentang HAM seperti amandemen konstitusi Negara (undang undang dasar 1945),ketetapan MPR (TAP MPR),undang undang (UU),peraturan pemerintahan dan ketentuan perundang undangan lainnya.

Pada masa pemerintahan habibie penghormatan dan pemajuan HAM mengalami perkembangan yang sangat signifikan yang ditandai oleh adanya TAP MPR NO XVII/MPR/1998 tentang HAM dan disahkannya sejumlah konvesi HAM yaitu: konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan kejamlainnya dengan UU no 5/19999;konvensi penghapusan segalah bentuk diskriminasi rasial dengan UU No.29/1999;konvensi ILO No 87 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk nerorganisasi dengan kepres No 83/1998;konvensi ILO No.105 tentang penghapusan kerja paksa dengan UU No 19/1999;konvensi ILO No 111 tentang diskirminasi dalam pekerjaan dan jabatan dengan UU no 21/1999;konvensi ILO No 138 tentang usia minimum untuk diperbolehkan bekerja dengan UU No 20/1999.selain itu juga dilaksanakan program “rencana aksi nasioanal HAM pada 15 agustus 1998 yang didasarkan pada empar pilar yaitu:

1. Persiapan pengesahan perangkat internasional dibidang HAM . 2. Desiminasi informasi dan pendidikan bidang HAM.

3. Penentuan skala prioritas pelaksana HAM.

(6)

Nama : Bagus Wahyu Prakoso TUGAS III

Tugas Mandiri ( Hal-13 )

Berdasarkan hal tersebut di atas sekaligus dalam rangka meningkatkan pemahaman kalian tentang periodisasi pemajuan HAM, coba kalian tuliskan kembali peraturan atau instrumen HAM yang pernah berlaku di Indonesia

Tabel. 1.3. Periodisasi Pemajuan HAM di Indonesia

No Periodisasi Peraturan HAM yang dibuat

1. Tahun 1945 s.d 1950

- Hak Kebebasan untuk Merdeka, Berserikat, dan Menyampaikan Pendapat

- Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945 - Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945

2. Tahun 1950 s.d 1959 - UU No. 68 tahun 1958 tentang Hak Politik Perempuan- Pasal 28E ayat 1 - Pasal 28I ayat 1 UUD 1945

3. Tahun 1959 s.d 1966 - Hak sipil dan Hak politik seperti hak untuk berserikat, hakberkumpul, hak mengeluarkan pikiran untuk berserikat

4. Tahun 1966 s.d 1998

- Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai pengahapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita.

- Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

- Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

5. Tahun 1988 s.d sekarang

Ketetapan MPR Nomor XVII tahun 1998 tentang HakAsasi Manusia.

- Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.

Setelah kalian mendiskusikan hal-hal yang berkenaan dengan peraturan atau instrumen HAM, menurut hasil analisis kalian, pada periode manakah yang terbaik dalam melaksanakan upaya penegakan dan perlindungan HAM bagi warga negara Indonesia. Jelaskan Jawaban kalian :

Jawaban

(7)

tentang HAK politik perempuan, jadi setiap perempuan yang ada di Indonesia boleh menyampaikan pendapatnya dan dapat mengikuti setiap kegiatan politik yang ada di Indonesia

Nama : Angga Prasetya TUGAS IV

Halaman 14

Tabel 1.4. Perbandingan Penegakan HAM di Indonesia

Penegakan HAM RI

Reformasi

(8)

Peraturan yang pernah dibuat :

- Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan

Konvensi mengenai

pengahapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita.

Fungsi Aparat Penegak HAM :

Fungsi aparat penegak HAM pada masa Orde Baru tidak terlalu berfungsi karena masih ada saja pejabat-pejabat pemerintahan dan swasta yang melanggar HAM. ·

Tantangan/Hambatan yang dihadapi :

1. Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme

2. Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan

Peraturan yang pernah dibuat :

- Ketetapan MPR Nomor XVII tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia.

- Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang Kejam, Tidak

Manusiawi atau Merendahkan Kemanusiaan.

- Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.

- Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

- Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.

- Undang-Undang RI Nomor 19 tahun 1999 tentang Penghapusan Kerja Paksa sebagai dasar ratifikasi

- Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pelarang dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak sebagai Dasar Ratifikasi

Fungsi Aparat Penegak HAM :

Menyediliki

(9)

daerah sebagian besar disedot ke pusat

3. Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua

4. Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya

5. Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si miskin)

6. Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan

7. Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibreidel

8. Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program

fungsi aparat penegak HAM sudah difungsikan secara permanen karena pergantian pemerintah pada tahun 1998 memberikan dampak yang sangat besar pada pemajuan dan

perlindungan HAM di Indonesia.

Tantangan/Hambatan yang dihadapi :

1. Pemahaman yang lemah terhadap hak asasi manusia, dan lemahnya komitmen untuk menjalankan kewajiban menghormati, melindungi, dan memenuhi hak terhadap warga yang lemah secara ekonomi, sosial dan politik.

2. Aturan hukum telah diskriminatif terhadap kaum miskin dan secara sistematis menghilangkan hak-hak dasar kaum miskin

3. Tidak dijalankannya hukum dan peraturan yang secara substansial berpihak pada kelompok miskin

4. Meningkatnya Pengangguran dan Masalah Perburuhan

5. Terabaikannya hak-hak dasar rakyat

Di antara kedua periode tersebut, periode manakah yang penegak HAM-nya relative lebih baik. Jelaskan jawaban kalian.

“Menurut saya, dalam penegakan HAM di masa Orde Reformasi lebih baik dari Orde Baru. Pada Orde Baru, Hak Asasi Manusia condong lebih mengekang. Tak ada

(10)

Nama : Angga Prasetya TUGAS V

Tugas Mandiri ( Hal- 19 )

No. Pasal Pengaturan Hak Asasi Manusia

1 Pasal 28  Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

2 Pasal 29  Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu.

3 Pasal 30  Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara

 Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan

pendukung.

 Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara

 Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas

melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.

 Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.

4 Pasal 31  Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

 Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

 Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

 Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

(11)

kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. 5 Pasal 32  Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah

peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

 Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

6 Pasal 33  Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

 Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

 Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pasal ini diatur dalam undang-undang.

7 Pasal 34  Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

 Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

 Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak

(12)

Nama : Angga Prasetya TUGAS VI

Tabel 1.6. Analisis Perbandingan Komnas HAM dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia

Landasan Hukum

·

INSTRUMEN NASIONAL

 Undang-undang Dasar 1945

 Tap MPR No. XVII/MPR/1998

 UU No 39 Tahun 1999 Tentang Hak

 Deklarasi Universal HAM 1948

 Instrumen internasional lain mengenai HAM yang telah disahkan dan diterima oleh Indonesia. tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan aksesi atau

 Kepres No. 77 tahun 2003

 Undang-Undang Kesejahteraan Anak Nomor 4 Tahun 1979.

 Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 ·

 UUPA (Undang-Undang Perlindungan Anak)

Cakupan tugas

 Memantau, memajukan, melindungi hak anak, dan mencegah berbagai kemungkinan pelanggaran hak anak yang dilakukan negara, perorangan, atau lembaga.

 Melindungi anak dari kekerasan

 Sebagai penyyalur keberhasilan dalam memberikan keamanan pada anak-anak dari kekerasan

Kendala yang dialami

 Perbedaan pemikiran antara satu pihak dengan pihak yang lainnya

 Kurang terbukanya orang - orang disekitar anak tersebut untuk melaporkan kasus2 yang terjadi pada anak

 kurangnya bantuan dari masyarakat

 kurangnya pemberitahuan/laporan masyarakat sehingga suatu pelanggaran lambat ditangani

Kasus yang pernah ditanggani

 Kasus JIS (Jakarta International School)

 Kasus siswa International korban

(13)

per-uu-an untuk memberikan

rekomendasi mengenai

pembentukanperubahan dan pencabutan peraturan perundang-ndangan yang berkaitan dengan HAM

 Penerbitan hasil kajian dan penelitian;

 Studi kepustakaan, lapangan, dan perbandingan;

Pembahasan perlindungan, penegakan dan pemajuan HAM;

Kendala yang dihadapi

Kendala internal antara lain, keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Guna mendukung pelaksanaan fungsi dan tugas yang terbatas, SDM Komnas HAM tidak sebanding dengan beban kerja serta besarnya tuntutan dan harapan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan prima. Selain itu, dengan menjalankan mandate 3 UU, anggaran yang diberikan kepada Komnas HAM tidak memiliki penambahan. Sehingga dengan terbatasnya anggaran tersebut, Komnas HAM tidak dapat menjalankan fungsi dan tugasnya secara optimal.

Kendala eksternal antara lain, kurangnya dukungan dari pemerintah danatau pihak lain dalam menanggapi rekomendasi Komnas HAM berdampak pada tidak adanya kepastian bagi pemulihan hak korban yang terlanggar.

Kasus yang pernah ditangani

 Kasus Freeport Indonesia,

 Kasus Trisakti

 Kasus Marsinah tahun 1993

 Kasus Tanjung Priok

 Kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir

 Kasus kekerasan antar warga sampit

Gambar

Tabel. 1.3. Periodisasi Pemajuan HAM di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini melihat pada ketentuan Pasal 10 UU Pengadilan HAM yangmengatur bahwa dalam hal tidak ditentukan lain dalam UU ini, hukum acara atas perkara pelanggaran HAM yang berat

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN PELANGGARAN HAM BERAT MELALUI KOMPENSASI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN” telah

Kasus pelanggaran HAM pada pembantaian dukun santet di Kabupaten Banyuwangi tahun 1998 adalah salah satu dari bukti nyata terjadinya pelanggaran berat Hak Asasi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir berjudul " PERAN HUMAS DALAM LIPUTAN DAN DOKUMENTASI KEGIATAN INTERNAL DAN EKSTERNAL DI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA

Dalam kesimpulannya menjelaskan bahwa memang terjadi pelanggaran HAM yang berat dan pelakunya adalah milisi pro intergrasi yang tidak ada hubungan organisasional dengan para

Masih banyak terjadinya kasus-kasus pelnggaran HAM baik pelanggaran HAM berat maupun ringan yang terjadi di Provinsi Papua dan Papua Barat dapat memperliatkan peran

39 Tahun 1999 menyatakan bahwa pelanggaran HAM adalah segala tindakan yang dilakukan individu maupun kelompok, termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak

Selain kekhawatiran yang telah disebutkan, pada dasarnya terdapat pihak yang menyebutkan penegakan hukum atas pelanggaran HAM berat di Indonesia cukup dilaksanakan menggunakan