• Tidak ada hasil yang ditemukan

SITUASI DAN KONDISI PEMBELA HAM DI INDON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SITUASI DAN KONDISI PEMBELA HAM DI INDON"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SITUASI DAN KONDISI PEMBELA HAM DI INDONESIA DAN JAMINAN PERLINDUNGAN HUKUM

Dalam lintasan sejarah kita akan selalu menyaksikan bagaimana keberadaan pembela HAM selalu terancam. Posisi mereka sangat rentan oleh tindakan-tindakan yang membahayakan nasib dan hidup mereka. Eksistensi para pembela HAM berbeda dengan aktor-aktor terancam lainnya karena yang mereka hadapi adalah para pelaku kebijakan yang mempunyai kekuatan, kekuasaan dan modal yang tidak segan-segan digunakan untuk mematikan dan menghancurkan para aktifis HAM tersebut.

Salah satu pembela HAM yang masih terkenang sampai saat ini ialah almarhum Munir. Kegigihannya membela kelompok tertindas, keberaniannya mengkritik pemangku otoritas dan suara lantangnya yang menggugat aparat militer untuk bertanggungjawab atas tindakan-tindakan keji pelanggaran HAM di banyak daerah telah menyebabkannya dibunuh. Munir meninggal ketika dalam perjalanan pesawat Garuda GA 974 dari Singapura menuju Schipol Belanda dalam rencana studi S2-nya di Utrecht University. Munir dibunuh dengan menggunakan racun arsenik dengan dosis yang mematikan.

(2)

Situasi dan Kondisi Pembela HAM di Indonesia

Para pembela HAM di Indonesia sungguh menghadapi situasi dan kondisi yang sangat memprihatinkan. Kekuasaan yang selalu berujung pada totalitarian memaksa para Pembela HAM mengalami nasib yang serba sulit. Mereka sangat rentan kekerasan, teror, intimidasi dan pembunuhan. Sejarah paling gelap menimpa para Pembela HAM terjadi ketika era rezim Orde Baru. Kekejaman dan pembunuhan terhadap para pembela HAM terjadi cukup beringas di era ini. Menjelang kejatuhan Soeharto pada 21 Mei 1998, rezim Orde Baru dengan aparatnya, menculik dan menghilangkan belasan aktifis. Sebagian besar mereka nasibnya belum diketahui sampai saat ini, meninggal ataukah hidup.

Diantara peristiwa yang kita tidak akan lupa ialah nasib yang Marsinah, seorang buruh karena demonstrasinya menuntut menuntu hak-hak buruh berupa kenaikan UMR akhirnya ia dibunuh, nasib Udin, seorang wartawan Bernas dibunuh karena menulis kasus korupsi salah satu bupati di Yogyakarta, Ja’far Siddiq karena tuntutannya meminta hak referendum di Aceh ia akhirnya dibunuh, kasus Nipah di Sampang Madura tahun 1993, penembakan mahasiswa Trisakti 12 Mei 1999 dan 5 orang meninggal, tragedi Semanggi I dan 5 orang mahasiswa tewas, tragedi Semanggi II dan 10 orang mahasiswa tewas, Peristiwa Batu Merah Berdarah 11 Agustus 2000 dan Kebun Cengkeh, Wasior tahun April-Oktober 2001, Kasus Bulukumba tahun 2003, dan masih banyak kasus HAM lainnya yang harus meninggalkan luka berupa teror, intimidasi, kekerasan dan pembunuhan.

Pembela HAM yang menjadi korban juga salah satunya ialah almarhum Munir. Kegigihannya menginvestigasi berbagai pelanggaran HAM dan meminta pertanggungjawaban para pelanggaran HAM dari kalangan militer akhirnya ia diracun dengan dosis yang mematikan. Para pembela HAM selalu mengalami nasib tragis terutama yang terjadi di daerah-daerah konflik seperti Aceh, Papua, Poso, Ambon dan Timor-Timor. Kita akan mudah menemukan kisah para aktor pembela HAM yang sangat menggetirkan dan mencemaskan di daerah-daerah yang sedang dilanda konflik itu.

(3)

kekerasan terhadap pembela HAM dan tahun 2004 terdapat 152 kasus. Kekerasan terhadap para pembela HAM dalam kasus-kasus tersebut meliputi penangkapan dan penahanan sewenang-wenang, dikenakan tuduhan menjadi tersangka, penganiyaan (pemukulan), penghilangan, pembunuhan di luar proses hukum, pembubaran kegiatan, pelecehan, penyerbuan dan pengrusakan, dijadikan daftar pencarian orang (DPO), dan diteror.

Para korban kekerasan tersebut terdiri dari beragam profesi meliputi aktifis LSM, Mahasiswa, guru dan dosen, tokoh masyarakat, wartawan, aktifis petani dan PMI. Sedangkan pelakunya paling banyak adalah aparat polisi khususnya kesatuan Brimob, militer, Satpol PP dan aktor-aktor non negara meliputi para milisi, preman, orang yang tidak dikenal dan anggota kelompok gerakan bersenjata. Para pelaku kekerasan semuanya adalah para pemegang otoritas aparat negara sedangkan sisanya ialah jejaring para pemegang otoritas preman, OKP dan orang yang tidak dikenal, mereka telah disewa dan dibayar untuk mengintimidasi, menteror dan membunuh para pembela HAM.

Bentuk-Bentuk Hambatan, Kekerasan dan Ancaman Terhadap Pembela HAM

Bentuk-bentuk hambatan, kekerasan dan ancaman terhadap pembela HAM beragam variasinya. Berdasarkan kasus-kasus yang terjadi baik di Indonesia ataupun di luar negeri, bentuk-bentuk kekerasan dan ancaman kekerasan yang biasa dialami oleh para pembela HAM meliputi, yaitu :

1. Pembatasan hak-hak yang diperlukan dalam melindungi dan memajukan HAM.

2. Menggunakan hukum untuk melanggar HAM.

3. Pembunuhan, penghilangan paksa, penganiyaan, penyiksaan dan ancaman kekerasan.

4. Kampanye intimidasi dan penghinaan untuk membangun stigma negatif terhadap para pembela HAM.

(4)

Perlindungan Pembela HAM Dalam Instrumen Nasional

Perlindungan terhadap pembela HAM dalam instrumen nasional disebutkan secara tegas dalam UUD 1945 pada Pasal 28C ayat (2) yang berbunyi “Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara”. Ketentuan ini menegaskan bahwa setiap orang berhak untuk memajukan diri dan berjuang untuk pemenuhan hak-haknya secara kolektif demi membangun masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM pada Pasal 100-103 juga menegaskan tentang Perlindungan Pembela HAM. Pasal 100 berbunyi “Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia”.

Pasal 101 berbunyi “Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran hak asasi manusia kepada Komnas HAM atau lembaga lain yang berwenang dalam rangka perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia”

Pasal 102 berbunyi “Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak untuk mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan hak asasi manusia kepada Komnas HAM dan atau lembaga lainnya”

Pasal 103 berbunyi “Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, lembaga studi, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerja sama dengan Komnas HAM dapat melakukan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia”.

(5)

saksi dalam pelanggaran hak asasi manusia yang berat berhak atas perlindungan fisik dan mental dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun”. Pada ayat (2) berbunyi “Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum dan aparat keamanan secara cuma-cuma”.

UU No. 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban juga disebutkan tentang perlindungan para Pembela HAM. Pasal 10 ayat (1) berbunyi “Saksi, Korban, dan pelapor tidak dapat dituntut secara hukum baik pidana maupun perdata atas laporan, kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya”. Pada ayat (2) berbunyi “Seorang Saksi yang juga tersangka dalam kasus yang sama tidak dapat dibebaskan dari tuntutan pidana apabila ia ternyata terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah, tetapi kesaksiannya dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam meringankan pidana yang akan dijatuhkan”. Pada ayat (3) berbunyi “Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap Saksi, Korban, dan pelapor yang memberikan keterangan tidak dengan i’tikad baik”.

UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik juga memberikan penjelasan tentang hak atas informasi publik. Pasal 4 ayat (1) berbunyi “Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini”. Pada ayat (2) berbunyi “Setiap Orang berhak: (a). melihat dan mengetahui Informasi Publik; (b). menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh Informasi Publik; (c). mendapatkan salinan Informasi Publik melalui permohonan sesuai dengan Undang-Undang ini; dan/atau (d). menyebarluaskan Informasi Publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

(6)

ancaman dari aktor-aktor pelanggar HAM. Perlindungan hanya terhadap saksi dan korban masih akan tetap menghambat proses pemajuan HAM.

Kedua, perlindungan juga rata-rata diberikan dalam kasus pelanggaran HAM berat. Padahal banyak pembela HAM yang tidak hanya bergerak dalam pembelaan pelanggaran HAM berat, bahkan banyak pembela HAM yang juga bergerak dalam kasus-kasus pelanggaran HAM berat biasa bahkan diantara mereka juga banyak yang bergerak dalam advokasi kasus-kasus kriminal yang terjadi di masyarakat. Pembatasaan pembelaan hanya pada Pembela HAM yang berdimensi pelanggaran HAM berat merupakan kelemahan sendiri yang tidak mendorong terhadap pemajuan dan pemenuhan HAM di Indonesia.

Perlindungan Pembela HAM Dalam Instrumen Internasional

Dalam instrumen internasional juga dijamin perlindungan para pembela. Sejak 9 Desember 1998 telah diadopsi oleh Majelis Umum PBB “Declaration on the Right and Responsibility of Individuals, Groups, and Organs of Society to Promote and Protect Universally Recognized Human Rights and Fundamental Freedom” dengan resolusi 53/144. Deklarasi Pembela HAM ini awalnya merupakan gagasan hasil elaborasi NGO HAM dan delegasi negara-negara di dunia. Pada artikel 1, 5, 6, 7, 8. 9, 11, 12, dan 13 “Declaration on the Right and Responsibility of Individuals, Groups, and Organs of Society to Promote and Protect Universally Recognized Human Rights and Fundamental Freedom” disebutkan beberapa hak dari para Pembela HAM, meliputi :

1. Hak untuk mewujudkan perlindungan dan realisasi HAM baik level nasional ataupun internasional.

2. Hak untuk melakukan kerja-kerja HAM baik secara individu maupun dalam organisasi dengan individu yang lain.

3. Hak untuk membentuk asosiasi dan organisasi non pemerintah. 4. Hak untuk bertemu atau membuat pertemuan secara damai.

(7)

6. Hak untuk mendiskusikan dan mengembangkan ide-idedan prinsip-prinsip baru tentang HAM dan memperjuangkan penerimaannya.

7. Hak untuk menyampaikan proposal dan kritik tentang masalah publik kepada lembaga-lembaga dan organisasi pemerintahan demi meningkatkan fungsinya dan untuk memberikan perhatian terhadap berbagai aspek dari kerja HAM yang dapat mendorong realisasi HAM.

8. Hak untuk menyatakan keberatan dan mendapatkan tanggapan terhadap kebijakan dan tindakan pejabat terkait dengan HAM

9. Hak untuk menawarkan dan memberikan bantuan hukum profesional atau bantuan nasehat-nasehat lain dalam membela HAM

10. Hak untuk menghadiri dengar pendapat (public hearing), proses pemeriksaan (penyelidikan dan penyidikan), dan persidangan untuk menilai kesesuaiannya dengan hukum nasional dan ketentuan HAM internasional. 11. Hak untuk tidak dihambat atas akses informasi dan komunikasi dengan

organisasi non pemerintah dan organisasi internasional

12. Hak untuk mendapatkan keuntungan dari suatu ganti kerugian 13. Hak untuk melakukan pekerjaan atau profesi Pembela HAM

14. Hak atas perlindungan efektif menurut hukum nasional dalam mereaksi atau melawan, secara damai, atas tindakan atau pembiaran yang dilakukan negara yang menghasilkan pelanggaran HAM

15. Hak untuk mengumpulkan, menerima, dan menggunakan sumber-sumber daya untuk melindungi HAM (termasuk hak untuk menerima dana dari luar negeri)

(8)

Responsibility of Individuals, Groups, and Organs of Society to Promote and Protect Universally Recognized Human Rights and Fundamental Freedom” menyebutkan tentang peran dan tanggungjawab negara, meliputi ;

1. Melindungi, memajukan, dan melaksanakan HAM secara keseluruhan 2. Menjamin bahwa semua orang dalam yurisdiksinya dapat menikmati semua

hak-hak sosial, ekonomi, politik, serta hak-hak dan kebebasan-kebebasan lainnya.

3. Mengadopsi dalam lingkup legislatif, administratif, dan tahapan lain yang dibutuhkan untuk menjamin pelaksanaan yang efektif dari hak-hak dan kebebasan-kebebasan tersebut.

4. Menyediakan penggantian yang efektif kepada korban pelanggaran HAM 5. Melakukan investigasi yang cepat dan tepat serta impartial terhadap

pelanggaran HAM yang terjadi

6. Melakukan semua langkah yang diperlukan untuk menjamin perlindungan terhadap setiap orang dari segala pelanggaran, ancaman, pembalasan, tindakan diskriminasi, tekanan, atau tindakan sewenang-wenang lainnya sebagai konsekwensi dari kegiatan yang sah menurut Deklarasi Pembela HAM

7. Memajukan pemahaman publik tentang hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya

8. Menjamin dan mendukung pembuatan dan pengembangan institusi nasional independen untuk memajukan dan melindungi HAM, seperti Ombudsman atau Komisi HAM

9. Memajukan dan memfasilitasi pendidikan HAM pada semua level baik pendidikan formal ataupun non formal.

(9)

pemerintahan untuk bekerjasama dan membantu Perwakilan Khusus dalam melaksanakan tugasnya dengan memberikan semua informasi yang diminta. Ketiga, meminta kepada semua agen dan organisasi PBB untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada Perwakilan Khusus dalam pelaksanaan programnya sesuai dengan mandatnya masing-masing. Keempat, menyerukan kepada semua negara untuk melakukan upaya yang diperlukan dalam menjamin perlindungan Pembela HAM. Resolusi 2002/70 menekankan pentingnya perlindungan Pembela HAM dengan cara-cara, meliputi :

1. Menyerukan kepada semua negara untuk memajukan dan melaksanakan Deklarasi Pembela HAM.

2. Mengutuk semua pelanggaran HAM terhadap orang yang melakukan pemajuan dan pembelaan HAM dan kebebasan dasar di seluruh dunia, dan menuntut semua negara melakukan langkah-langkah yang tepat sesuai dengan Deklarasi dan semua instrumen HAM lain yang relevan untuk mengakhiri pelanggaran HAM.

3. Menyerukan kepada semua negara untuk melakukan upaya yang diperlukan demi menjamin perlindungan Pembela HAM.

4. Menekankan pentingnya melawan impunitas dan karenanya menuntut negara untuk mengambil langkah yang tepat menghapuskan impunitas dan tindakan-tindakan yang mengintimidasi Pembela HAM.

5. Menuntut semua negara bekerjasama dan membantu Perwakilan Khusus dalam melaksanakan tugasnya dengan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan mandatnya.

6. Menuntut pemerintahan-pemerintahan yang belum merespon upaya komunikasi yang telah disampaikan oleh Perwakilan Khusus untuk segera menjawab tanpa penundaan lebih lanjut

7. Mengundang pemerintahan-pemerintahan untuk menterjemahkan deklarasi ke dalam bahasa nasional dan mendorong penyebarluasannya

(10)

9. Meminta kepada Sekretaris Jenderal untuk memberikan sumber-sumber personal dan finansial demi pemenuhan secara efektif mandat dari Perwakilan Khusus

Sedangkan Resolusi 2003/64 menekankan perlunya upaya yang kuat dan efektif untuk melindungi Pembela HAM dengan cara-cara, meliputi :

1. Menyerukan kepada semua negara untuk memajukan dan melaksanakan Deklarasi Pembela HAM

2. Mengutuk semua pelanggaran HAM terhadap orang yang melakukan pemajuan dan pembelaan HAM dan kebebasan dasar di seluruh dunia, dan menuntut semua negara melakukan langkah-langkah yang tepat sesuai dengan deklarasi dan semua instrumen HAM lain yang relevan untuk mengakhiri pelanggaran HAM

3. Menyerukan kepada semua negara untuk melakukan upaya yang diperlukan demi menjamin Perlindungan Pembela HAM

4. Menekankan pentingnya melawan impunitas dan karenanya menuntut negara-negara untuk mengambil langkah yang tepat menghapuskan impunitas dan tindakan-tindakan yang mengintimidasi Pembela HAM 5. Menuntut semua negara bekerjasama dan membantu Perwakilan Khusus

dalam melaksanakan tugasnya dengan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan mandatnya

6. Menyerukan kepada semua pemerintahan memberikan perhatian serius untuk merespon permintaan Perwakilan Khusus melakukan kunjungan ke negaranya dan menuntut pemerintahan tersebut melakukan dialog yang konstruktif dengan Perwakilan Khusus dengan menghargai tindak lanjut dari rekomendasi yang diberikan sehingga dapat memenuhi mandatnya secara efektif

(11)

8. Mengundang pemerintahan-pemerintahan untuk menterjemahkan deklarasi ke dalam bahasa nasional dan mendorong penyebarluasannya

9. Memutuskan memperpanjang mandat Perwakilan Khusus masalah Pembela HAM Sekretaris Jenderal selama tiga tahun dan meminta Perwakilan Khusus melanjutkan melaporkan aktifitasnya kepada Majelis Umum dan Komisi terkait dengan mandatnya

10. Meminta Sekretaris Jenderal untuk memberikan sumber-sumber personal dan finansial demi pemenuhan secara efektif mandat dari Perwakilan Khusus

11. Meminta semua agen dan organisasi PBB sesuai dengan mandatnya masing-masing untuk menyediakan bantuan dan dukungan kepada Perwakilan Khusus dalam melaksanakan program khususnya.

Kesimpulan

Penjelasan di atas menyimpulkan bahwa perlindungan para Pembela HAM sangat penting dilakukan. Pembela HAM dalam banyak kasus selalu dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sangat memprihatinkan. Mereka sangat rentan oleh kekerasan, intimidasi, teror bahkan dari tindakan pembunuhan. Diantara peristiwa yang menimpa Pembela HAM di Indonesia adalah Marsinah, Udin, Ja’far Siddiq, Munir, dan para Pembela HAM dalam kasus Nipah di Sampang Madura tahun 1993, penembakan mahasiswa Trisakti 12 Mei 1999 dan 5 orang meninggal, tragedi Semanggi I dan 5 orang mahasiswa tewas, tragedi Semanggi II dan 10 orang mahasiswa tewas, Peristiwa Batu Merah Berdarah 11 Agustus 2000 dan Kebun Cengkeh, Wasior tahun April-Oktober 2001, Kasus Bulukumba tahun 2003, pembunuhan aktifis Munir dan masih banyak lagi yang berlangsung pasca reformasi.

(12)

berbagai relasinya, kampanye intimidasi dan penghinaan untuk membangun stigma negatif terhadap para pembela HAM, dan tidak adanya respon dari pemerintah dan malakukan impunitas terhadap para pelanggar HAM.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang karakter fenotip ikan Garing pada tiga lokasi habitat yaitu Batang Ampu Kabupaten Pasaman Barat yang bermuara ke Samudera Hindia, Sungai Bantang Sumpur

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja keuangan perusahaan di sektor pertanian yang tercatat di BEI dengan menggunakan metode EVA, MVA,

Maka judul penelitian ini adalah : Membangun Jiwa Kewirausahaan Melalui Pelatihan Magang Kewirausahaan Di Kalangan Mahasiswa (Sebuah Model Pelatihan Kewirausahaan

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan self assessment system dan kemauan membayar pajak wajib pajak terhadap

Hasil uji regresi berganda diperoleh 0,000 < 0,05, maka regresi dapat menentukan kualitas website yang terdiri dari kualitas pengguna, kualitas, informasi,

Status Desa Menjadi Kelurahan yang telah ditetapkan oleh Bupati. sebagaimana dimaksud pada huruf k,

Dari gambar 3 terlihat bahwa pengguna sistem terdiri dari pakar yang bertanggung jawab terhadap pengetahuan yang dimasukkan ke dalam sistem dan pasien hanya bisa

Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pengendalian sosial tersebut adalah ...A. meningkatkan rating stasiun