• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikel Ilmiah Populer Problematika Peng (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Artikel Ilmiah Populer Problematika Peng (1)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMATIKA PENGAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Oleh: Aji Septiaji, M.Pd.*

Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, pesan, dan informasi yang tertanam dalam pikiran, media penyampaiannya bisa melalui lisan atau tulisan. Bahasa juga memiliki peran sentral demi terciptanya masyarakat yang santun dan beradab. Seseorang dikatakan santun atau tidak ditentukan oleh sikap berbahasanya meliputi nada dan makna yang disampaikan.

Berbagai kebudayaan bisa saling menyatu karena ada salah satu aspek yang mampu mengikatnya yaitu bahasa. Menurut Finoechiaro (1964, hlm. 8) bahasa adalah sistem simbol vokal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi.

Pembeda utama manusia dengan hewan terletak pada dua hal yaitu kemampuan berpikir dan kemampuan berbahasa. Manusia mampu berpikir karena memiliki bahasa, tanpa bahasa manusia tidak akan dapat memikirkan berbagai hal terutama berpikir secara abstrak. Tanpa bahasa juga manusia tidak akan dapat mengomunikasikan gagasan dan pikirannya kepada orang lain. Oleh sebab itu, jika ingin mengungkapkan berbagai pemikiran dengan baik, maka manusia harus menguasai bahasa dengan baik.

Penguasaan bahasa bisa berdampak dalam kehidupan salah satu yang paling dominan ialah terdapatnya hubungan atau komunikasi interaksi. Bentuk interaksi tersebut terwujud dalam pola pengajaran yang berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara pengajar dan siswa. Pengajaran bahasa dan sastra pada umumnya mengalami kendala dan hambatan. Khususnya pada pengajaran sastra yang kadang dianggap kurang bermanfaat. Sikap kurang apresiatif muncul dari siswa dan guru, sehingga pengajaran sastra terabaikan. Kemdiknas (2011, hlm. 59) menyatakan bahwa penyajian pengajaran sastra hanya sekadar memenuhi tuntutan kurikulum, kering, kurang hidup, dan cenderung kurang mendapat tempat di hati siswa.

Pengajaran sastra diberbagai jenjang pendidikan selama ini dianggap kurang penting dan dianaktirikan oleh para guru, apalagi para guru yang pengetahuan dan apresiasi (budayanya) rendah. Hakikat dari tujuan pengajaran sastra yaitu untuk menumbuhkan keterampilan, rasa cinta dan penghargaan para siswa terhadap bahasa dan sastra Indonesia sebagai budaya warisan leluhur. Pada pengajarannya pula sastra memiliki problematika yang mempengaruhi minat siswa untuk mengikuti pengajaran dengan baik.

Sementara, Hikmat (2013) menyatakan bahwa bahasa Indonesia dapat dikatakan menjadi asing di kampung halaman sendiri. Hal ini mengingat ada kecenderungan peserta didik yang lebih bangga menggunakan bahasa Asing dibandingkan dengan bahasa sendiri. Sikap seperti ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari baik dalam situasi formal maupun nonformal. Misalnya ketika seseorang lebih fasih menyebut kata website dibandingkan dengan kata laman yang menjadi padanan dari kata tersebut. Hal sejenis terjadi pada penggunaan istilah lain seperti handphone yang lebih familiar dibandingkan telefon genggam email dengan pos-el (pos elektronik), dan lain sebagainya.

(2)

ketika di tahun 2008 nilai hasil UAN Bahasa Indonesia lebih rendah dibanding Matematika maupun Bahasa Inggris.

Nilai rendah juga bisa dipicu oleh peserta sikap peserta didik yang menganggap mudah pelajaran Bahasa Indonesia. Pelajaran bahasa Indonesia dianggap sama dengan bahasa Indonesia yang digunakan sehari-hari. Padahal, apa yang digunakan sehari-hari tentu jauh berbeda dengan pembelajaran bahasa Indonesia.

Sementara dewasa ini, proses pengajaran bahasa dan sastra Indonesia berjalan seadanya dan monoton sehingga kegiatan pengajaran bahasa Indonesia terpasung dalam suasana yang kaku. Dengan begitu, pebelajar kurang mampu mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pengalamannya secara logis, runtut, dan mudah dipahami oleh pembaca. Hal ini merupakan problematika mendasar dalam pengajaran bahasa Indonesia yang perlu direspon dan diupayakan solusinya.

Faktor-faktor Permasalahan

Hubungan bahasa dan sastra Indonesia pada dasarnya seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling ketergantungan, dan tidak dapat berdiri sendiri. Sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna dengan bahasa sebagai mediumnya (Pradopo, 1995). Bahasa sendiri tidaklah netral, sebab sebelum menjadi bagian dari bangunan karya sastra, bahasa telah memiliki arti tersendiri (meaning) berdasarkan konvensi bahasa tingkat pertama melalui pembacaan heuristik.

Rendahnya minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah menimbulkan 4 faktor permasalahan, yaitu:

1. Keseragaman Kurikulum

Kurikulum yang disusun pusat hanya ada satu macam. Kurikulum itu berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah yang terpencil dan tertinggal. Sekolah dan para guru tidak diberi pilihan atau kemungkinan untuk menyusun kurikulum sesuai dengan potensi dan kekayaan daerahnya yang jelas berbeda dengan daerah lain. Selain itu, materi bahasannya sangat banyak. Guru diharuskan melaksanakan kurikulum sesuai dengan target kurikulum dan harus diselesaikan oleh guru dalam pembelajaran. Hal -hal tersebut menyebabkan mati dan tenggelamnya kreativitas dan inovasi para guru.

2. Pembelajaran “Teaching-Centre”

Pembelajaran yang terjadi di kelas pada umumnya model Teaching-Centre (berpusat pada guru), bukan Student-Centre (berpusat pada murid). Model pembelajaran ini pasti menyebabkan interaktif yang rendah. Guru cenderung hanya melakukan transfer pengetahuan yang ada. Cara ini melelahkan guru, membosankan siswa, interaksi rendah, dan siswa hanya menjadi pendengar atau penghafal saja.

3. Beban Administrasi Guru

Selama ini guru disibukkan oleh persiapan administrasinya. Seharusnya beban administrasi dikurangi, lalu diganti dengan tugas membaca buku-buku yang mendukung pembelajarannya. Adanya porsi membaca buku yang lebih banyak ternyata berpengaruh besar terhadap wawasan guru dan siswa. Guru yang memiliki pengetahuan luas akan memberi dampak besar bagi kemajuan murid. Ia dapat memberi arahan dan pendampingan bagi murid-muridnya untuk maju dan berkembang. Guru yang tidak mau menambah wawasannya hanya dapat memberi kontribusi kecil bagi kemajuan anak didik. 4. Kelas yang Besar

(3)

berpengaruh langsung terhadap rendahnya minat siswa untuk belajar yaitu nomor 2, 3, dan 4. sementara nomor “1” terkait dengan kurikulum menjadi problem nasional.

Sebagaimana kita ketahui bahwa bahasa merupakan habbit formatiaon atau pembentukan kebiasaan. Kebiasaan yang ditanamkan dalam berbahasa akan menumbuhkan sikap berbahasa.

Guru sebagai pembina bahasa Indonesia dan sebagai pendidik harus mampu menumbuhkembangkan sikap berbahasa melalui pembiasaan penggunaan. Sudah sewajarnya pula melakukan upaya pembetulan penggunaan bahasa oleh siswa. Dengan demikian siswa akan peduli dan menjadi terbiasa untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Oleh karena itu, guna mewujudkan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang berorientasi pada siswa, maka saatnya kita semua melakukan inovasi yang terkait dengan pembelajaran, antara lain: (1) inovasi kurikulum, (2) inovasi pembelajaran, dan (3) Inovasi manajemen kelas. Dengan dilakukan inovasi terhadap sistem pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, diharapkan semangat dan gairah guru, siswa, serta semua stakeholder pendidikan akan bangkit kembali sehingga bahasa dan sastra Indonesia menjadi salah mata pelajaran prioritas bagi generasi yang akan datang.

Referensi

Dokumen terkait

Terapi diare akut yang tidak disebabkan oleh infeksi (tidak ada panas dan simtom sistemik) adalah diberikan terapi simtomatik seperti terapi rehidrasi, pemberian

Arsitektur tropis dapat berbentuk apa saja tidak harus serupa dengan bentuk- bentuk arsitektur tradisional yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia, sepanjang rancangan

Data Primer diperoleh langsung dari 38 responden melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan, dan observasi di lapangan untuk memperoleh data tentang

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa modal kerja berpengaruh positif terhadap Return on Asset sejalan dengan teori dimana jumlah modal kerja bersih yang merupakan

Daftar seperti ini umumnya tidak tersedia dan jika peneliti ingin membuatnya maka diperlukan biaya dan waktu yang cukup besar.Dengan menggunakan metode klaster, peneliti hanya

Hasil analisis literatur terhadap kepuasan kerja cukup banyak dibahas dalam ruang lingkup human development, namun untuk yang berkaitan tentang kepuasan kerja pada petugas

Penelitian ini dilakukan di LAZ PT Semen Padang dnagan tujuan untuk mengetahui : (1) Untuk mengetahui pelaksanaan dari pengelolaan serta pengunaan dana yang