• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hubungan Bilateral Jepang dengan Korea Selatan Melalui Budaya Anime & Manga pada Tahun 20002014 T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hubungan Bilateral Jepang dengan Korea Selatan Melalui Budaya Anime & Manga pada Tahun 20002014 T1 BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Kajian Pustaka

II.1 Studi Terdahulu

Studi terdahulu yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan karya ilmiah karya Pang Er Lam yang berjudul Japan’s Quest for “Soft Power”: Attraction and Limitation. Studi yang dilakukan oleh Pang Er Lam

membahas mengenai cara Jepang dalam melakukan diplomasi budaya ke

negara Asia Timur dan Asia Tenggara. Fokus pembahasan dalam penelitiannya

ini adalah bagaimana Jepang menggunakan beberapa bentuk budaya diplomasi

yang ada seperti program JET (Japan Education and Teaching), Manga dan

Anime sebagai cara berdiplomasi terhadap negara-negara di wilayah asia timur1. Program pendidikan ini juga merupakan cara Jepang dalam memberi timbal

balik kepada China yang berkembang dengan budaya Konfusian. Beberapa hal

yang menjadi pokok pembahasan dalam kajian ini adalah opini dari Perdana

Menteri Jepang Taro Aso pada tahun 2006 yang menyatakan Anime & Manga

sebagai bagian dari diplomasi budaya Jepang serta pada pemberian apresiasi

terhadap Anime & Manga dalam bentuk penganugerahan khusus.

Dalam penelitian yang di lakukan oleh Pang Er Lam ini selain

menjelaskan mengenai perkembangan cara diplomasi Jepang melalui anime

Pang Er Lam juga menjelaskan dengan baik mengenai beberapa contoh

1

(2)

penggunaan Anime sebagai upaya yang lebih baik dari Jepang dalam mendekatkan diri kepada masyarakat luar negeri. Sebagai contoh adalah image

tokoh anime kapten Tsubasa2 yang di promosikan oleh diplomat Jepang sebagai ikon untuk memberi dukungan moral kepada anak-anak di timur tengah dan

Iran. Selain memberikan penjelasan mengenai penggunaan media anime

sebagai upaya diplomasi Jepang, Pang Er Lam juga menjelaskan mengenai

bagaimana Jepang menggunakan berbagai instrument dalam melakukan

diplomasi budaya seperti anime dan manga serta program pertukaran pelajar beserta program pembelajaran yang di tawarkan ke negara lain.

Dalam penelitian yang di lakukan oleh Pang Er Lam, metode penelitian

yang dilakukan oleh Pang Er Lam banyak menjelaskan menegenai soft power

yang dimiliki beserta sumber-sumbernya. Dalam penjelasannya Pang Er lam

menjelaskan Soft Power Jepang melalui tiga hal utama yaitu Culture, Political Values serta foreign policy. Pada penelitian ini soft power Jepang yang bersumber dari culture di jelaskan oleh Pang Er Lam dengan melihat hubungannya dengan sejarah awal mula Jepang melakukan upaya diplomatis

melalui kebudayaan dengan China3. Pada penjelasan mengenai Soft Power

yang bersumber dari culture ini Pang Er lam menjelaskan bagaimana anime & komik(manga) mulai masuk ke daerah negara tetangga Jepang hingga akhirnya

2 Ibid

3

(3)

pada tahun 2006 pemerintah Jepang memberikan apresiasi terhadap upaya para

seniman animasi & komik dalam sebuah ajang penghargaan4.

Pada sumber soft power dalam bentuk kebijakan politik Pang Er Lam menjelaskan mengenai upaya Jepang dalam mempromosikan kebudayaannya

melalui lembaga Japan Foundation5. Lembaga ini merupakan lembaga pemerintah yang didirikan tahun 1972 dengan tujuan memberikan pengajaran

serta beasiswa kepada masyarakat luar Jepang untuk menempuh pendidikan di

Jepang. Upaya ini di lakukan untuk menambah pengertian masyarakat luar

Jepang agar dapat memahami kondisi serta karakter Negara Jepang.

Pada sumber soft power yang berupa foreign policy Pang Er Lam menjelaskan proyek pembangunan yang di lakukan Jepang dalam bentuk

bantuan asing kepada negara lain serta bantuan dalam membangun pendidikan

dalam negeri yang di persiapkan untuk masyarakat luar Jepang yang ingin

mendapat pengajaran di Jepang.

Kesamaan dalam penelitian Pang Er Lam dengan yang akan dilakukan

oleh penulis ada pada penggunaan teori Soft Power Stephen Nye serta pada subyek penelitian yaitu budaya diplomasi dari Jepang. Namun dalam penelitian

Pang Er Lam penjelasan mengenai diplomasi budaya Jepang di jelaskan secara

mendalam dengan menggunakan model penelitian Stephen Nye tentang Soft Power dimana akhirnya penelitian Pang Er Lam mencakup batasan Soft Power,

4Pang Er Lam. 2007. Japan’s Quest for “Soft Power”: Attraction and Limitation . 5

(4)

instrument Soft Power serta motivasi dari Jepang dalam melakukan Soft Powernya. Selain memberikan penjelasan yang mendalam mengenai Soft Power Negara Jepang, penelitian dari Pang Er Lam juga menggunakan data statistic mengenai perkembangan dari program JET sebagai indicator

mengenai perkembangan Soft Power Jepang dalam bidang pendidikan dan pertukaran pelajaran.

Pada penelitian yang dilakukan penulis fokus utama yang di gunakan

adalah upaya jepang dalam mengembalikan keadaan diplomatis antara Korea

dan Jepang melalui budaya pada periode 2000-2014 terhadap Korea Selatan.

Pada penelitian Pang Er Lam penelitian yang dilakukan oleh Pang Er Lam

lebih kepada menjelaskan bentuk Soft Power Jepang dan bagaimana perkembangan dari Soft Power yang dilakukan Jepang selama berberapa tahun mulai dari masa pasca perang dunia II hingga tahun 2006. Perbedaan mendasar

dari penelitian Pang Er Lam dengan penelitian penulis selain adanya batasan

masa yang di gunakan adalah pembahasan yang dilakukan penulis lebih tertuju

pada kondisi Soft Power Jepang pada masa setelah tahun 1998 melalui anime &

manga. Sehingga penelitian dari penulis lebih kepada menjelaskan upaya Jepang untuk memperkuat hubungan diplomatis terhadap Korea Selatan oleh

karena terjadinya trend budaya Jepang pada masa setelah pembatasan budaya

(5)

Studi terdahulu selanjutnya yang di gunakan dalam karya tulis ini

adalah The Dillema of Japan’s Cultural Diplomacy In China -- A Case Study of Japanese Manga and Anime karya Qi Wang. Pembahasan yang di lakukan oleh Qi Wang dalam karya tulisnya ini membahas mengenai permasalahan

hubungan diplomatis antara China dan Jepang melalui hubungan diplomatis

budaya, permasalahan utama yang menjadi focus dalam karya tulis ini adalah

mengenai sentiment negative dari masyarakat China yang masih menganggap

bahwa Jepang merupakan bangsa yang memiliki sifat jahat dan harus di

hindari6. Perspektif lama yang masih di gunakan oleh masyarakat China ini menjadikan usaha diplomatis yang di lakukan Jepang harus bersifat halus dan

bisa di terima oleh masyarakat China.

Dalam karya tulis ini Qi Wang menjelaskan mengenai respon dari pemerintah China megenai dampak dari diplomasi budaya yang di lakukan oleh Jepang melalui manga & anime. Dalam penjelasannya Qi Wang menuliskan bahwa budya Jepang yang masuk tersebut memiliki dampak yang cukup membangun dalam hal ekonomi namun pada satu sisi hal ini menyebabkan masyarakat China cukup menjadi terbuka pada budaya Jepang dan cukup mengenal akan budaya pop dari Jepang7. Hal yang sudah dilakukan oleh Jepang terhadap China ini selain memberi dampak pada masyarakat untuk mengenal budaya anime & manga di satu sisi pemerintah China memberikan tanda untuk

6 Qi Wang, 2007, The Dillema of Japan’s Cultural Diplomacy In China -- A Case Study of

Japanese Manga and Anime, Lund University, p 6 7

(6)

membatasi impor anime & manga yang ada karena di nilai terlalu membanjiri pasar industry kreatif di China8, namun pada akhirnya meskipun usaha diplomasi budaya ini mampu diterima oleh masyarakat sebagai hiburan, perspektif masyarakat akan sejarah kelam Jepang terhadap China masih belum bisa sepenuhnya di tinggalkan.

Dalam pembahasannya Qi Wang menjelaskan dengan baik mengenai

peran Departemen Luar Negeri Jepang yang melakukan usaha diplomasi

budaya kepada masyarakat China. Beberapa usaha Departemen Luar Negeri

Jepang yang berhasil dilakukan diantaranya adalah usaha pengembangan

hubungan luar negeri melalui pendidikan dan pertukaran budaya dalam bentuk

media pop culture manga & anime9. Selain menuliskan mengenai perkembangan dari usaha diplomatis Jepang dengan menggunakan pop culture,

hal lain yang di jelaskan oleh Qi wang adalah munculnya bentuk baru dari

kerjasama ekonomi dalam hal industri manga & anime di China10. Penjelasan mengenai Diplomasi Budaya Jepang tidak hanya dijelaskan oleh Qi Wang

melalui penjabaran kronologis, dalam karya tulisnya Qi Wang juga

menjelaskan mengenai reaksi Pemerintah China akan budaya anime & manga

8 Ibid p24

9Qi Wang, 2007, The Dillema of Japan’s Cultural Diplomacy In China -- A Case Study of

Japanese Manga and Anime, Lund University p 15 10

(7)

yang masuk di China serta alasan pemerintah China membatasi masuknya dua

bentuk budaya pop tersebut11.

Perbedaan dari karya tulis Qi Wang dan karya tulis yang akan di

lakukan selain dari waktu yang di gunakan dan obyek penelitian adalah metode

yang digunakan dalam penelitian di mana penelitian yang akan di lakukan

menggunakan metode penelitian deskriptif dan historis sesuai pada masa tahun

2000-2014 di Korea Selatan dan Jepang. Pada penelitian yang di akan di

lakukan oleh penulis ini obyek budaya yang digunakan adalah anime & manga

sama seperti yang di lakukan oleh Qi Wang yang menggunakan anime dan

manga sebagai obyek budaya yang di gunakan dalam melakukan penelitian. Studi terdahulu lainnya yang di gunakan adalah Cultural Identity and

Cultural Policy in South Korea karya Haksoon Yim. Pembahasan yang

dilakukan oleh Haksoon Yim dalam karya ilmiahnya ini menjelaskan kondisi dari identitas budaya Korea Selatan pasca Perang Dunia II hingga periode tahun 2000, secara garis besar pembahasan dari Haksoon Yim menjelaskan tentang perubahan kondisi identitas budaya masyrakat Korea Selatan beserta korelasinya dengan perkembangan ekonomi dan perkembangan budaya global yang mempengaruhi identititas budaya Korea Selatan. Beberapa hal yang menjadi pembahasan dari Haksoon Yim adalah sejarah identitas budaya Korea Selatan, dinamika identitas budaya Korea Selatan, serta beberapa kebijakan dari

(8)

beberapa pemimpin Korea Selatan yang mempengaruhi laju perubahan Korea Selatan dalam melakukan perkembangan budaya didalam dan luar negeri12. Dalam hal ini Haksoon Yim juga menjelaskan beberapa budaya tertentu yang ikut memberikan perubahan dalam kondisi identitas budaya Korea Selatan.

Selain memberikan penjelasan mengenai perubahan kondisi kebudayaan masyarakat serta masalah identitas kebudayaan yang di alami oleh Korea Selatan pada setiap pemerintahan Haksoon Yim juga menjelaskan mengenai beberapa kebijakan yang menjadi dasar dinamika perubahan kondisi kebudayaan masyarakat Korea Selatan selama beberapa masa. Beberapa kebijakan yang dijelaskan oleh Haksoon Yim adalah Close or Open-door Policy Towards Japanese Culture13 yang di lakukan oleh Korea Selatan mulai dari masa pasca perang dunia II hingga tahun 2000, Cultural Policy for Anti-communism and Reunification yang di lakukan oleh Korea Selatan selama masa tahun 1989-199014 serta beberapa kebijakan lain yang berfungsi sebagai upaya meningkatkan kualitas kebudayaan Korea Selatan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis juga menggunakan kondisi kebudayaan masyarakat Korea Selatan dan juga melihat tentang apa saja yang memberi pengaruh terhadap perubahan kondisi

12

Haksoon Yim .2002. Cultural Identity and Cultural Policy in South Korea. London and New York . Routledge

13 Ibid 14

(9)

kebudayaan di Korea Selatan terutama pada tahun 2000-2014 melalui budaya

anime & manga. Dalam penelitiannya ini Haksoon Yim menjelaskan perubahan dalam kondisi identitas kebudayaan serta upaya budaya diplomasi masyarakat Korea Selatan dengan cukup teratur sesuai dengan perkembangan pemerintahan Negara Korea Selatan. Selain memberikan penjelasan mengenai kondisi dinamika identitas kebudayaan berdasarkan masa pemerintahan pemimpin Negara Korea Selatan Haksoon Yim juga menjelaskan hubungan antara perkembangan identitas kebudayaan dengan beberapa aspek penting dalam masyarakat Korea Selatan seperti aspek ekonomi, aspek historis dengan Jepang serta aspek ideology anti komunis dan reunifikasi dengan Korea Utara.

(10)

II.2 Kerangka Konseptual

II.2.1 Soft Power

Pendekatan teori yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teori

Soft Power dari Joseph S Nye. Dalam deskripsi Soft Power yang di tuliskan

oleh Nye Soft Power adalah “kemampuan untuk mendapatkan tujuan dengan

menggunakan ketertarikan akan suatu hal daripada menggunakan cara

kekerasan atau pembayaran materi. Soft Power ini muncul karena ketertarikan

akan budaya suatu negara, idealisme politik serta kebijakan yang ada”15 .

Dalam penjelasan lebih lanjut mengenai Soft Power, Stephen Nye

menjelaskan perbedaan antara pengaruh dengan Soft Power itu sendiri. Secara

umum definisi dari Soft Power itu sendiri memang seperti bentuk lain dari

pengaruh atau influence namun jika diperhatikan lebih mendalam kedua hal ini

memiliki perbedaan dalam hubungannya, sebagai contoh suatu upaya militer

dari suatu negara dapat membuat negara lain mengubah keputusannya untuk

bekerja sama dengan negara tersebut atau malah berbalik memilih sebaliknya16.

Soft power sangat bergantung pada beberapa hal penting yaitu budaya,

kebijakan, serta nilai politik yang di miliki17. Ketiga hal ini merupakan sumber

utama soft power dapat di jalankan atau tidak pada suatu negara, suatu negara

15 Joseph S Nye . 2004. Soft Power the mean to success in world politics. New York. Public Affairs. Px

16 Ibid p7 17

(11)

dapat di katakan berhasil menggunakan soft power ketika negara tersebut

mampu membuat negara lain melakukan agenda yang di lakukan tanpa harus

dengan membuat paksaan baik dalam bentuk ancaman ataupun paksaan18

II.2.2 Culture

Dalam penjelasan mengenai sumber soft power budaya adalah nilai dan

perbuatan yang membentuk pengertian dalam masyarakat, sehingga budaya

dalam masyarakat akan memiliki berbagai manifestasi dalam masyarakat19.

Secara umum penggolongan budaya dalam masyarakat ini terbagi atas dua

macam yaitu high culture dan popular culture. Dalam hal ini yang dimaksud

sebagai high culture adalah budaya yang berupa seni literature serta pendidikan.

Sedangkan pada popular culture yang di maksud di sini adalah budaya yang

muncul pada masyarakat dalam bentuk hiburan.

II.2.3 Political Values

Political values dalam penjelasan yang di tuliskan oleh Nye adalah nilai

politik dari suatu negara yang dapat memberikan dampak bagi dalam negeri

atau luar negeri20. Dalam hal ini Nye menjelaskan melalui contoh, salah satu

contoh yang di gunakan Nye adalah mengenai penulis berkebangsaan China

18 Joseph S Nye . 2004. Soft Power the mean to success in world politics. New York. Public Affairs p 8

19 Ibid p 11 20

(12)

yang tidak setuju akan kritik Negaranya terhadap Amerika Serikat pada tahun

2003, hal ini secara tidak langsung menggerakkan banyak pihak masyarakat

berkebangsaan China di Amerika untuk bersikap terhadap gaya hidup yang

sudah di jalani di Amerika21. secara umum penjelasan mengenai nilai politik

dalam soft power dapat di artikan sebagai nilai politik yang memberikan

pengaruh bagi banyak pihak untuk merubah opini atau melakukan aksi

berdasarkan nilai politik yang terjadi.

II.2.4 Foreign Policy

Dalam penjelasannya sebagai sumber soft power Nye menjelaskan

mengenai kebijakan luar negeri dapat menjadi menjadi sebuah soft power jika

kebijakan tersebut bersifat sah dan memiliki nilai moral bagi negara lain22.

Dalam penjelasannya mengenai kebijakan luar negeri sebagai sumber soft

power Nye memberikan contoh yaitu demokrasi dan nilai-nilai hak asasi

manusia. Kedua hal ini tidak akan memberikan dampak bagi masyarakat luas

jika hanya bersifat kebijakan yang tidak di tawarkan ke negara lain23.

Kebijakan luar negeri yang dapat dijadikan contoh sebagai soft power suatu

negara adalah kebijakan untuk memberikan bantuan dana dalam rangka

membantu pembangunan.

21Joseph S Nye . 2004. Soft Power the mean to success in world politics. New York. Public Affairs p 56

22 Ibid p 11 23

(13)

II.3. Definisi Konseptual II.3.1Diplomasi kebudayaan

Diplomasi budaya adalah suatu cara dalam hubungan antar negara yang dilakukan dengan menggunakan kegiatan kebudayaan atau nilai-nilai budaya sebagai upaya untuk bekerjasama dengan negara lain24. Penjelasan salah satu ahli yang mendukung adalah pendapat dari Milton Cummings, Jr yang mengatakan bahwa diplomasi budaya merupakan pertukaran ide, seni serta

aspek kebudayaan lain di antara bangsa dan masyarakatnya dengan tujuan

untuk mendapatkan kerjasama dan pengertian yang saling menguntungkan25.

Diplomasi budaya pada saat ini juga dapat di jelaskan sebagai cara dari

suatu negara untuk melakukan dominasi dari masuknya kebudayaan yang

berasal dari negara lain. Hal ini juga di sampaikan oleh salah satu ahli yaitu

Helena Finn, dalam penjelasannya Helena Finn menjelaskan “diplomasi budaya

terdiri atas usaha untuk meningkatkan pemahaman akan kebudayaan serta

memenangkan hati masyarakat luar negeri”26

. Seperti yang sudah dikemukakan

oleh Helen Finn ini sebagai contoh dari usaha untuk mendominasi budaya asing

yang masuk adalah seperti pada film Hollywood di Amerika, dimana film-film

yang di tayangkan di sebar luas secara global sehingga kesan masyarakat akan

Amerika dapat tersampaikan melalui film-film Hollywood yang beredar.

24 John Lenczowski .2011.Full Spectrum Diplomacy and Grand Strategy.Plymouth. Lexington Books . p159

25Ibid p159 26

(14)

Penyebaran film Hollywood di seluruh dunia ini memberikan keuntungan bagi

Amerika untuk mendapat tanggapan positif dari masyarakat luar Amerika serta

membuat Amerika lebih unggul secara moral di negara lain tanpa harus

melakukan ekspansi secara langsung.

Setiap negara melakukan diplomasi budaya yang berbeda-beda

tergantung dengan kondisi daripada negara yang bersangkutan. Meskipun ada

perbedaan dalam cara melakukan diplomasi kebudayaan pada masing-masing

negara. Dalam melakukan diplomasi budaya hal yang selalu menjadi tujuan

dari diplomasi budaya ini adalah menciptakan saling pengertian antar negara

atau menciptakan mutual understanding serta menciptakan kesan baik pada

negara lain auntuk mencitrakan karakter bangsa 27. Dua hal yang menjadi

tujuan utama dalam diplomasi budaya ini adalah komponen penting yang

menjadi alasan mengapa suatu negara melakukan diplomasi budaya kepada

negara lain.

II.3.2 Hubungan antara diplomasi budaya dan Soft Power

Diplomasi budaya dan soft power merupakan dua hal yang tidak tampak

secara langsung dalam keterkaitannya. Di lihat dari definisi keduanya memiliki

kesamaan karena sama-sama menggunakan ketertarikan sebagai cara untuk

melakukan tujuannya. Dalam pengertiannya Soft Power diartikan sebagai

(15)

kemampuan untuk mendapatkan tujuan melalui ketertarikan daripada melalui

upaya yang bersifat paksaan atau pembayaran, dalam praktiknya soft power

muncul dari ketertarikan suatu negara akan budaya, idealisme politik serta

kebijakan negara lain28. Sedangkan pengertian diplomasi budaya adalah cara dalam hubungan antar negara yang dilakukan dengan menggunakan kegiatan kebudayaan atau nilai-nilai budaya sebagai upaya untuk bekerjasama dengan negara lain29.

Kesamaan pada kedua hal ini adalah keduanya memiliki tujuan untuk mendapatkan perhatian dari negara lain agar tujuan dari pelaku dapat tercapai. Hanya saja perbedaan yang mendasar adalah jika Soft Power merupakan bentuk kemampuan dari suatu negara untuk menarik perhatian negara lain dengan memiliki tiga sumber utama dalam pelaksanaannya yaitu Culture, political values dan foreign policy, maka diplomasi budaya merupakan cara dari suatu negara dalam menarik perhatian negara lain dengan kekayaan budaya yang di miliki. Dalam praktiknya diplomasi budaya hanya menggunakan media budaya dan cenderung bertujuan sama dengan soft power, hanya saja dalam hal ini soft power bersumber pada tiga hal utama yaitu Culture, political values dan

foreign policy sedangkan budaya hanya berpatok pada nilai budaya suatu negara.

28

Joseph S Nye . 2004. Soft Power the mean to success in world politics. New York. Public Affairs. Px

(16)
(17)

Tabel 1: operasionalisasi konsep soft power

Konsep Variabel Indikator Operasionalisasi konsep

SOFT POWER

BUDAYA Pop Culture 1. Ditayangkannnya anime sebagai

program TV lokal Korea Selatan

2. Adanya adaptasi film dari anime

& manga

3. Diadakannya festival budaya Jepang

4. Diadakannya acara pameran serta kejuaraan tertentu yang berhubungan dengan anime &

manga

Nilai politik .

Ideologi yang mempengaruhi negara

1. Adanya agenda pemerintah untuk menggunakan anime &

(18)

alur pemikiran Bagan 1 : Alur berpikir

Berakhirnya masa pembatasan impor budaya Jepang di Korea Selatan dan di mulainya trend budaya pop baru di Korea Selatan setelah berakhirnya masa pembatasan budaya

Upaya Jepang untuk mempererat hubungan diplomatis dengan Korea Selatan melalui budaya populer Anime & manga

S

o

ft

P

o

w

e

r

(19)

II.3 Batasan penelitian

Sesuai dengan latar belakang serta rumusan masalah yang sudah di tulis

maka batasan dari penelitian ini adalah diplomasi budaya yang di lakukan oleh

(20)

Gambar

Tabel 1: operasionalisasi konsep soft power

Referensi

Dokumen terkait

banyak melakukan investasi dalam usaha dealer mobil Toyota. 4) Berdasarkan hasil analisis strategi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan selama ini belum. dapat meningkatkan daya

Respon Hubungan frekuensi dan daya aktif dari keadaan tanpa beban menjadi keadaan beban minimum menggunakan kontrol fuzzy dapat dilihat pada gambar 16 dan 17. Gambar 16 Respon

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

3.3 Mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks interaksi transaksional lisan dan tulis yang melibatkan tindakan memberi dan

b) Mesensepalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal

1) Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan

Diare berhubungan dengan pengeluaran feses yang cair dan meningkatnya frekuensi dari proses defekasi. Ini adalah lawan dari konstipasi dan dampak dari cepatnya

- Pelanggan dapat menghubungi layanan pelanggan masing-masing penyelenggara jasa telekomunikasi seputar info registrasi atau ke Ditjen Dukcapil untuk info data kependudukan.. -