• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Plankton Danau Siombak Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Plankton Danau Siombak Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Chapter III V"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan pengamatan lapangan dan pengambilan sampel air dilakukan

pada bulan September 2015 yang bertempat diperairan Danau Siombak

Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Analisis kualitas air secara exsitu

dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan

(PUSLIT-SDAL) Universitas Sumatera Utara. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian

Alat danBahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember kapasitas 5

liter, plankton net, keping secchi, botol sampel, pipet tetes, cool box, object glass,

spuit, alat tulis, GPS (Global Positioning System), kamera digital, botol winkler,

mikroskop cahaya, Sedgwick Rafter, dan peralatan analisa kualitas air seperti alat

pengukur suhu dan pH meter.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah larutan Lugol 10 %, KOH-KI,

(2)

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer dan data

sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan

maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Data primer

meliputi nilai suhu, pH, kecerahan, oksigen terlarut (DO), BOD5, NH3 ,dan fosfor, hasilnya diperoleh dari pengukuran di laboratorium.

Data sekunder didapat melalui studi pustaka maupun dari lembaga terkait

lainnya. Data yang diperoleh meliputi kondisi umum kawasan Danau Siombak

dan peta kawasan.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk

pengambilan sampel plankton adalah ”Purposive Sampling” pada 5 (lima) stasiun

pengamatan. Pada masing-masing stasiun dilakukan 3 (tiga) kali ulangan

pengambilan sampel dalam interval waktu setiap dua minggu. Ditentukan 5

stasiun pengamatan dengan kriteria seperti terlihat pada deskripsi area.

Deskripsi Area

Stasiun 1

Stasiun 1 terletak di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan,

Kota Medan yang secara geografis terletak pada 3° 43' 34.65" LU dan 98° 39'

37.79'' BT, stasiun 1 merupakan daerah yang belum dijumpai aktivitas

(3)

Gambar 3. Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 2terletak di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan,

Kota Medan, secara geografis terletak pada 3° 43' 38.44'' LU, 98° 39' 46.58'' BT,

pada daerah ini dapat dijumpai berbagai aktivitas masyarakat serta aktivitas wisata

dan di sekitar perairan juga terdapat kegiatan perikanan tambak. Foto lokasi

stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4.Stasiun 2

(4)

Stasiun 3

Stasiun 3 terletak di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan,

Kota Medan, secara geografis terletak pada 3° 43' 29.68'' LU dan98° 39' 20.48''

BT, pada stasiun 3 masih dijumpai aktivitas masyarakat dan terdapat buangan

limbah dari kegiatan perikanan tambak. Jarak stasiun 2 kestasiun 3 adalah 569 m .

Foto lokasistasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Stasiun 3

Stasiun 4

Stasiun 4 terletak di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan,

Kota Medan, secara geografis terletak pada 3°43' 40.65'' LU dan98° 39' 38.07''BT,

stasiun 4 merupakan bagian tengah danau yang menjadi pembanding pada setiap

stasiun lainnya. Jarak stasiun 3 ke stasiun 4 adalah 427 m. Foto lokasi stasiun 4

dapat dilihat pada Gambar 6.

(5)

Stasiun 5

Stasiun 5 terletak di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan,

Kota Medan yang secara geografis terletak pada 3° 43' 38.94'' LU dan 98° 39'

26.8''BT. Stasiun 5 merupakan bagian inlet dan outlet. Jarak stasiun 4 kestasiun 5

adalah 346 m, foto lokasi stasiun 5 dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7.Stasiun 5

Pengambilan Sampel dan Pengamatan Plankton

Pengambilan sampel plankton dilakukan secara in-situ atau langsung di

tempat penelitian. Prosedur pengambilan sampel plankton yakni sampel air dari

permukaan diambil dengan menggunakan ember kapasitas 5 liter sebanyak 25

liter, kemudian dituang kedalam plankton net. Sampel plankton yang tersaring

akan terkumpul dalam bucket yang bervolume 50 ml, selanjutnya dituang ke

dalam botol sampel dan di awetkan dengan menggunakan lugol sebanyak 3 tetes.

Sampel plankton diambil 1 ml menggunakan pipet tetes lalu dituang dan

diamati menggunakan Sedwick Rafter berupa gelas yang berbentuk empat persegi

panjang dan terdapat lekukan dengan panjang 50 mm, lebar 20 mm, dan tinggi 1

(6)

dengan tiga kali ulangan dan diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi

Needham (1962), Edmondson (1963) dan Mizuno (1979).

Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan

Suhu

Suhu air diukur dengan menggunakan termometer air raksa yang

dimasukkan ke dalam sampel air selama lebih kurang 2 menit. Kemudian dibaca

skala pada termometer tersebut.

Kecerahan

Diukur menggunakan keping secchi yang dimasukkan ke dalam perairan

sampai keping secchi tidak terlihat, kemudian diukur panjang tali yang masuk ke

dalam air. Pengukuran penetrasi cahaya dilakukan setiap pengamatan di lapangan.

pH (Derajat Keasaman)

Nilai pH diukur dengan menggunakan pH meter. Dengan cara memasukkan

alat ke badan air maka akan diperoleh angka yang tertera pada pH meter.

Pengukuran pH dilakukan setiap pengamatan di lapangan.

DO (Dissolved Oxygen)

Dissolved Oxygen (DO) diukur dengan menggunakan metode winkler.

Sampel air diambil dari permukaan perairan dengan menggunakan metode titrasi

winkler akan ditentukan kandungan oksigen terlarut. Bagan kerja pengukuran DO

dapat dilihat pada lampiran 1.

BOD5 (Biochemical Oxygen Demand)

(7)

Sampel air di inkubasi selama 5 hari dalam suhu 200C. Di lakukan pengukuran

nilainya seperti pada bagan kerja pengukuran DO. Bagan kerja pengukuran BOD5 dapat dilihat pada Lampiran 2.

Fosfat

Pengambilan air dilakukan di lapangan dengan cara sampel air diambil

sebanyak 1 liter menggunakan botol sampel pada permukaan air kemudian dibawa

ke laboratorium untuk dianalisa menggunakan spektrofotometri.

Nitrat

Pengambilan air dilakukan di lapangan dengan cara air diambil sebanyak 1

liter menggunakan botol sampel pada permukaan air kemudian dibawa ke

laboratorium untuk dianalisa menggunakan spektrofotometri.

Analisis Data

Data yang diperoleh dihitung nilai kelimpahan plankton (kelimpahan

populasi), kelimpahan relatif, frekuensi kehadiran, indeks diversitas

Shannon-Wienner, indeks ekuitabilitas, indeks similaritas, dan analisis korelasi dengan

persamaan korelasi Pearson.

Kelimpahan Relatif (KR)

Menurut Barus (2004), perhitungan kepadatan relatife dihitung dengan

menggunakan rumus, sebagai berikut :

��= �������������������

�����ℎ���������������ℎ����� × 100%

Suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan suatu

(8)

Frekuensi Kehadiran (FK)

Menurut Barus (2004), frekuensi kehadiran merupakan nilai yang

menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies dalam sampling plot yang ditentukan,

yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

��=�����ℎ���������������������������

Indeks Keanekaragaman Shannon–Wienner (H’)

Menurut Nugroho (2006), analisis ini digunakan untuk mengetahui

keanekaragaman jenis biota perairan. Jika keanekaragamannya tinggi, berarti

komunitas planktonnya di perairan makin beranekaragam dan tidak di dominasi

oleh satu atau dua jenis individu plankton. Persamaan yang digunakan untuk

menghitung indeks ini adalah persamaan Shanon-Wiener, dengan rumus :

�′ =− � ��ln�� �

�=1

Keterangan : �′ = indeks diversitas Shannon-Wienner pi = ni/N

ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu S = jumlah genera Dimana jika

�′< 1 = Keanekaragaman rendah (Komunitas biota tidak stabil) 1<�′<3 = Keanekaragaman sedang (Stabilitas komunitas biota sedang) �′> 3 = Keanekaragaman tinggi (Stabilitas komunitas biota dalam kondisi

(9)

Indeks Dominansi (D)

Menurut Odum (1994) dalam Fachrul (2007) untuk mengetahui adanya

dominansi jenis di perairan dapat digunakan indeks dominansi Simpson dengan

persamaan berikut:

D = � �ni N�

2 S

i=1

Keterangan : D = indeks dominansi simpson ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu S = jumlah genera Dimana jika :

D = 0, berarti tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil. D = 1, berarti terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas labil, karena terjadi tekanan ekologi (stres).

Analisis Korelasi

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson SPSS.

Uji statistik ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara factor fisika-kimia

perairan dengan keanekaragaman plankton. Uji menggunakan alat bantu software

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Jenis – jenis Plankton

Dari hasil identifikasi plankton pada seluruh stasiun pengambilan sampel

diperoleh dua kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae dengan 11 family dan 20

genera sedangkan kelas Chlorophyceae terdiri dari 2 family dan 2 genera. Juga

diperoleh Zooplankton dari phylum Cercozoa 1 genera yaitu Euglypha sp., dari

phylum Hydrozoa 1 genera yaitu Actinula sp., dari phylum monogononta 1genera

yaitu Notholca sp. dan dari phylum rotifera 1 genera yaitu Lacena sp. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.

(11)

Kelimpahan (K), Kelimpahan Relatif (KR) dan Frekuensi Kehadiran (FK)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, plankton yang terdapat

di danau siombak pada stasiun 1, di peroleh spesies yang kelimpahannya tertinggi

yaitu Gonatozygonsp. Kepadatan relatif 9,53 % dan Frekuensi kehadirannya 100

%. Sedangkan spesies yang kelimpahannya terendah yaituNotholcasp. Sebanyak

163 ind/liter, Kepadatan relatif 0,77 % dan Frekunsi kehadirannya 66,6 %..

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada plankton yang terdapat

di danau siombak stasiun 2, di peroleh spesies yang kelimpahannya tertinggi yaitu

Melosirasp. sebanyak 1755 ind/liter, Kepadatan relatif 8,86 % dan Frekuensi

kehadirannya 100 %. Sedangkan spesies yang kelimpahannya terendah ialah

Amphorasp. Sebanyak 244.8 ind/liter, Kepadatan relatif 1,23% dan Frekunsi

kehadirannya 66,6 %.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada plankton yang terdapat

di danau siombak stasiun 3, di peroleh spesies yang kelimpahannya tertinggi yaitu

Gonatozygonsp. sebanyak 2040.8 ind/liter, Kepadatan relatif 9,68% dan Frekuensi

kehadirannya 100 %. Sedangkan spesies yang kelimpahannya terendah ialah

Actinulasp. Sebanyak 204 ind/liter, Kepadatan relatif 0,96 % dan Frekunsi

kehadirannya 100 %.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada plankton yang terdapat

di danau siombak stasiun 4, di peroleh spesies yang kelimpahannya tertinggi yaitu

Diatomasp. sebanyak 1714 ind/liter, Kepadatan relatif 10,90 % dan Frekuensi

kehadirannya 100 %. Sedangkan spesies yang kelimpahannya terendah ialah

Bacillariasp. Sebanyak 81 ind/liter, Kepadatan relatif 0,51% dan frekunsi

(12)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada plankton yang terdapat

di danau siombak stasiun 5, di peroleh spesies yang kelimpahannya tertinggi yaitu

Gonatozygonsp. sebanyak 1510 ind/liter, Kepadatan relatif 9,43% dan Frekuensi

kehadirannya 100 %. Sedangkan spesies yang kelimpahannya terendah ialah

Desmidiumsp. Sebanyak 122 ind/liter, Kepadatan relatif 0,76% dan Frekunsi

kehadirannya 66,6 %. Data Kelimpahan (K), Kelimpahan Relatif (KR) dan

Frekuensi Kehadiran (FK) dapat dilihat pada Lampiran 6.

Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Dominansi (D)

Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada plankton disemua stasiun

pengambilan sampel diperoleh indeks keanekaragaman yang tertinggi pada

stasiun 2 yaitu sebesar 3,146 sedangkan indeks keanekaragaman yang terendah

pada stasiun 1 sebesar 3,051. Untuk indeks dominansi tidak terdapat perbedaan

yang signifikan, semua stasiun hampir sama namun tertinggi dijumpai pada

stasiun 1 sebesar 0.056 dan terendah pada stasiun 2 sebesar 0.0487. untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. indeks keanekaragaman (H’), indeks dominansi (D)

Kualitas Air Perairan Danau Siombak

Kualitas fisika dan kimia perairan Danau Siombak pada setiap stasiun

pengamatan menunjukan perbedaan, perbedaan ini dipengaruhi oleh keberadaan

kegiatan di sekitar danau. Hasil pengukuran parameter fisika dan parameter kimia

perairan Danau Siombak dapat dilihat pada Lampiran 1, berikut rata-rata hasil

pengukuran kualitas air perairan Danau Siombak pada setiap stasiun pada Tabel 3. Stasiun

1 2 3 4 5

H’ 3.051 3.146 3.107 3.072 3.121

(13)

Tabel 3. Rata- rata Nilai Parameter Fisika dan Kimia Perairan Danau Siombak

Suhu

Sebaran suhu permukaan di perairan Danau Siombak pada saat

pengamatan berkisar antara 28 ºC - 29,6 ºCsuhu rata-rata terendah terdapat di

stasiun 1 dan tertinggi pada stasiun 3. Suhu pada setiap stasiun tidak memiliki

perbedaan yang signifikan.

Kecerahan

Rata-rata kecerahan Perairan Danau Siombak berkisar antara

63,67 cm – 75 cm, kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun 4 yang merupakan

bagian tengah danau, dan terendah terdapat pada stasiun 1

pH

Pada perairan Danau Siombak diperoleh pH rata-rata tiap stasiun berkisar

(14)

rata-rata yaitu 6,99, pada stasiun 3 memiliki pH rata-rata yaitu 7,05, pada stasiun

4 memiliki pH rata-rata yaitu 6,91 dan pH rata-rata stasiun 5 yaitu 6,92.

Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut perairan Danau Siombak pada saat pengamatan berkisar

antara 5,6 mg/L - 7,3 mg/L.

Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Nilai BOD rata-rata tertinggi terdapat pada stasiun 5 yaitu 3,28mg/L dan

terendah pada stasiun 1 yaitu 3,08mg/L.

Fosfat

Fosfat di perairan Danau Siombak berkisar antara1,05 mg/L - 1,42

mg/L,fosfat rata-rata terendah terdapat di stasiun 1 yaitu 1,3 mg/L dan tertinggi

pada stasiun 4 yaitu 1,42 mg/L.

Nitrat

Nitrat di perairan Danau Siombak berkisar antara1,4 mg/L - 3,6

mg/L,nitrat rata-rata terendah terdapat di stasiun 1 yaitu 2,14 mg/L dan tertinggi

pada stasiun 5 yaitu 2,33 mg/L.

Tabel 5. Nilai Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisik Kimia dengan Indeks Keanekaragaman Plankton

H’ Suhu Kecerahan pH DO Nitrat Salinitas Fospat BOD5 H’ 1 0,610 0,451 -0,247 0,622 0,790 0,280 -0,285 0,915

Keterangan : H’ = Keanekaragaman

(15)

Pembahasan

Klasifikasi Plankton

Fitoplankton

Berdasarkan hasil identfikasi plankton yang dilakuan pada sampel air

danau Siombak, diperoleh bahwa plankton dengan kelas Bacillariophyceae

merupakan plankton yang paling banyak didapat dengan jumlah spesies sebanyak

21 dan 11 genus. Dari kelas Chlorophyceae ada 2 genus dan 2 genera.

Fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae merupakan jenis yang sering didapat,

hal ini dikarenakan fitoplankton jenis ini merupakan jenis plankton yang

pertumbuhannya sangat sesuai dengan daerah beriklim tropis. Menurut

Madinawati (2010). Kelas Bacillariophyceae mendominasi komunitas

fitoplankton di lintang tinggi pada daerah Artik dan Antartika, pada zona neritik

daerah tropis dan perairan lintang sedang dan pada daerah upwelling.

Pertumbuhan jenis fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae juga sangat

didukung dengan kondisi kualitas perairan danau siombak, salah satunya

kandungan nitrat. Dari hasil penelitian yang dilakukan Kadar nitrat perairan

Danau Siombak tergolong tinggi dan berpotensi menyebabkan

eutrofikasi.Menurut Managiasi (2013), kadar nitrat yang lebih dari 0.2 mg/L dapat

menyebabkan terjadinya eutrofikasi perairan, dan selanjutnya dapat menyebabkan

blooming sekaligus merupakan faktor pemicu bagi pesatnya pertumbuhan.

Zooplankton

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di danau siombak, diperoleh 4

jenis zooplankton diantaranya Euglypha sp., Actinula sp., Notholca sp. dan

(16)

sampling. Namun jika diperhatikan dari keanekaragamannya zooplankton ini

tergolong rendah karena hanya terdiri dari 4 jenis saja, hal ini dikarenakan kondisi

danau siombak yang sangat keruh. Menurut Siregar (2009) Sebagian besar

zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada materi organik, baik berupa

fitoplankton maupun detritus.

Data kelimpahan (K), Kelimpahan Relatif (KR) dan Frekuensi Kehadiran (FK)

Pada stasiun 1 berdasarkan data plankton yang diperoleh hampir seluruh

jenis plankton yang didapat hadir pada setiap kali pengulangan bahkan untuk

seluruh stasiun. Dengan kata lain penyebaran plankton tersebut merata untuk

semua stasiun. Hal ini di karenakan kadar fosfat, nitrat, dan unsur hara yang lain

yang terdapat di danau siombak telah melebihi baku mutu sehingga menyebabkan

eurofikasi atau kelebihan bahan organik. Hal ini sesuai dengan literatur Latif

(2012) yang menyatakan bahwa perairan yang mengandung kadar fosfat yang

cukup tinggi melebihi kebutuhan normal organisme akuatik akan menyebabkan

terjadinya eutrofikasi dan ini ada pengaruhnya terhadap organisme. Mangiasi

(2013), juga menyebutkan kadar nitrat yang lebih dari 0.2 mg/L dapat

menyebabkan terjadinya eutrofikasi perairan, dan selanjutnya dapat menyebabkan

blooming sekaligus merupakan faktor pemicu bagi pesatnya pertumbuhan

tumbuhan air seperti eceng gondok. Kadar nitrat yang lebih dari 5 mg/L

menggambarkan telah terjadinya pencemaran.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh genera yang

kelimpahannya tertinggi yaitu Gonatozygon sp. sebanyak 2000 ind/L, Kepadatan

(17)

terendah ialah Notholca sp. Sebanyak 163 ind/L, Kepadatan relatif 0,77 % dan

Frekunsi kehadirannya 66,6 % yang menyebabkan Gonatozygon sp melimpah

karena danau siombak menyediakan unsur hara yang berlebih dan kondisi danau

yang tergolong berarus tenang,

Pada stasiun 2 berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap

plankton, di peroleh spesies yang kelimpahannya tertinggi yaitu Melosira sp..

sebanyak 1755 ind/L, Kepadatan relatif 8,86 % dan Frekuensi kehadirannya 100

%. spesies yang kelimpahannya terendah ialah Amphora sp. Sebanyak 244.8

ind/L, Kepadatan relatif 1,23% dan Frekunsi kehadirannya 66,6 %. Faktor yang

menyebabkan spesies Melosira sp. Kelimpahannya lebih tinggi adalah kondisi

lingkungan seperti unsur hara, kadar nitrit, fosfat dan ph yang cocok untuk

prtumbuhannya. Spesies ini juga ditemukan merata di semua stasiun.

Stasiun 2 juga merupakan tempat aktivitas masyarakat sehinggga sacara

langsung banyak nutrient yang masuk ke perairan akibat aktivitas masyarakat,

sehingga mendukung pertumbuhan spesies tersebut. Menurut Nybakken (1992)

Nutrisi sangat berperan penting untuk pertumbuhan plankton, nutrisi yang paling

penting dalam hal ini adalah nitrat ( NO3 ) dan fospat ( PO4 ) fitoplankton

mengkonsumsi nitrogen dalam banyak bentuk, seperti nitrogen dari nitrat,

ammonia, urea, asam amino, tetapi fitoplankton lebih cendrung mengkonsumsi

nitrat dan amonia. Nitrat lebih banyak didapat didasar yang banyak mengandung

unsur organik ketimbang dari air laut, nitrat juga bisa diperoleh dari siklus

nitrogen. Nitrogen dari nitrat adalah salah satu unsur penting untuk pertumbuhan

(18)

Pada stasiun 3 berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap

plankton diperoleh spesies yang kelimpahannya tertinggi yaitu Gonatozygon sp.

sebanyak 2040.8 ind/L, Kepadatan relatif 9,68% dan Frekuensi kehadirannya 100

%. Spesies yang kelimpahannya terendah ialah Actinula sp. sebanyak 204 ind/L,

Kepadatan relatif 0,96 % dan Frekunsi kehadirannya 100 %. Stasiun 3 merupakan

daerah yang menjadi outlet dari buangan limbah yang berasal dari tambak

masyarakat setempat sehingga daerah ini menjadi daerah yang kaya akan unsur

hara yang disebabkan oleh peningkatan kadar fosfat dan kadar nitrit. Gonatozygon

sp mrupakan jenis fitoplankton yang dapat tumbuh dan berkembang biak dengan

baik apabila di dukung dngan ketersediaan unsure hara. Menurut Latif (2012)

perairan yang mengandung kadar fosfat yang cukup tinggi melebihi kebutuhan

normal organisme akuatik akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi dan ini ada

pengaruhnya terhadap organisme.

Pada stasiun 4 berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap

plankton diperoleh spesies yang kelimpahannya tertinggi yaitu Diatoma sp.

sebanyak 1714 ind/L, Kepadatan relatif 10,90 % dan Frekuensi kehadirannya 100

%. Spesies yang kelimpahannya terendah ialah Bacillaria sp. Sebanyak 81 ind/L,

Kepadatan relatif 0,51% dan Frekunsi kehadirannya 33,3 %. Kepadatan spesies

diatomsp. sejalan dengan kadar fosfat yang tersedia pada stasiun 4. Dimana fosfat

di stasiun 4 merupakan jumlah yang tertinggi dari semua stasiun pengambilan

sampel. Hal ini sesuai dengan litratur Siregar (2009) Untuk mencapai

pertumbuhan plankton yang optimal, diperlukan konsentrasi posfat pada kisaran

0,27 mg/l - 5,51 mg/l dan akan menjadi faktor pembatas apabila kurang dari 0,02

(19)

pertumbuhan tanaman dan ganggang akan terhalang, keadaan inilah yang

dinamakan oligotrop. Sedangkan bila kadar posfat dan nutrien lainnya tinggi,

maka pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi. Keadaan inilah

yang dinamakan eutotrop sehingga tanaman tersebut akan dapat menghabiskan

oksigen dalam sungai atau kolam pada malam hari.

Pada staasiun 5 berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap

plankton diperoleh spesies yang kelimpahannya tertinggi yaitu Gonatozygon sp.

sebanyak 1510 ind/L, Kepadatan relatif 9,43% dan Frekuensi kehadirannya 100

%. Spesies yang kelimpahannya terendah ialah Desmidium sp. Sebanyak 122

ind/L, Kepadatan relatif 0,76% dan frekunsi kehadirannya 66,6 %. Stasiun 5

merupakan daerah inlet dan outlet di danau siombak, daerah ini merupakan daerah

fluktuasi unsur hara, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam danau. Daerah

ini memungkinkan untuk pertumbuhan spesies Gonatozygon sp. Pada stasiun 5

kadar nitrit ditemukan sangat tinggi, kandungan ini menyebabkan eutrofikasi yang

mendukung pertumbuhan dari plankton. Hal ini sesuai dengan literatur Siregar

(2009) yang mengatakan nitrat merupakan produk akhir dari proses penguraian

protein dan nitrit. Nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan

termasuk algae dan fitoplankton untuk dapat tumbuh dan berkembang.

Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Dominansi (D)

Berdasarkan perhitungan indeks keanekragaman plankton yang terdapat di

danau siombak, maka diperoleh indeks keanekaragaman untuk semua stasiun

yaitu stasiun 1 : 3.05145, stasiun 2 : 3.14593, stasiun 3 : 3.10679, stasiun 4 :

3.07244 dan stasiun 5 : 3.1212. Ke-5 stasiun pengambilan sampel tergolong ke

(20)

ini ialah nilai H’: 0<H’<2,302 = keanekaragaman rendah 2,302<H’<6,907 =

keanekaragaman sedang H’>6,907 = keanekaragaman tinggi. Namun dari kelima

stasiun tersebut stasiun 2 merupakan stasiun yang memiliki indeks

keanekaragaman tertinggi yaitu 3.14593. hal ini diduga disebabkan karena di

daerah ini dijumpai berbagai aktivitas masyarakat serta aktivitas wisata dan di

sekitar perairan juga terdapat kegiatan perikanan tambak. disamping itu kualitas

seperti suhu, DO, salinitas, fosfat, nitrit dan PH mendukung pertumbuhan

plankton. Hal ini sesuai dengan yeanny dkk, (2006) yang menyatakan bahwa

adanya perbedaan aktivitas masyarakat akan mempengaruhi kualitas air, dan

akhirnya akan mempengaruhi keanekaragaman.

Sedangkan untuk indeks dominansi (D) yang diperoleh pada seluruh

stasiun yaitu stasiun1 : 0.056216, stasiun 2 : 0.048668, stasiun 3 : 0.052235,

stasiun 4 : 0.055584 dan stasiun 5 : 0.050643.

Kualitas Air Perairan Danau Siombak

Salinitas

Danau Siombak merupakan danau yang bersifat payau, menurut Barus

(2004), danau yang mempunyai kadar salinitas yang tinggi dan biasanya bersifat

payau memiliki kadar salinitas 0.5 - 30 ‰. Kadar salinitas Danau Siombak yang

didapat pada kelima stasiun penelitian berkisar 8.6 - 11 ‰ , rata-rata salinitas

tertinggi terdapat pada stasiun 5 yaitu 10,46 ‰, hal ini disebabkan karena stasiun

5 merupakan daerah inlet dan outlet danau yang memiliki jarak paling dekat

dengan laut. Salinitas di Danau Siombak sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan

(21)

Suhu

Suhu air pada lima stasiun penelitian di danau Siombak berkisar antara

28 - 29,6 °C. Suhu pada lima stasiun tersebut relatif sama, tidak mengalami

fluktuasi, karena keadaan cuaca pada saat pengukuran suhu relatif sama, sehingga

suhu tidak mengalami perubahan yang signifikan. nilai kisaran suhu kelima

stasiun tersebut masih tergolong dalam kisaran suhu normal dan masih layak bagi

organisme perairan. Berdasarkan Effendi (2003), kisaran suhu optimum bagi

pertumbuhan organisme di perairan adalah 20-30 °C.

Kecerahan

Hasil penelitian menunjukan kecerahan perairan Danau Siombak berkisar

antara 63,67 cm - 75 cmdan terendah terdapat pada stasiun 1. Nilai ini

menunjukan di Danau Siombak banyak terdapatpartikel-partikel tersupsensi, serta

nutrien yang tinggi, menurut Rast dan Thornton (2005) diacu oleh Tambunan

(2013), bahwa kecerahan dapat menduga kosentrasi nutrien, konsentrasi klorofil,

dan biomassa fitoplankton

Kecerahan merupakan ukuran tranparansi perairan yang ditentukan secara

visual dengan menggunakan Secchi Disk (Wetzel 2001). Tranparansi perairan

dipengaruhi oleh ketersediaan cahaya di dalam badan air, menurut Asriyana dan

Yuliana (2012) Ketersediaan cahaya dalam badan air baik secara kuantitatif

maupun kualitatif sangat tergantung pada waktu (harian, musiman, tahunan),

tempat (letak geografis, kedalaman), kondisi prevalen diatas permukaan air atau

didalam perairan (refleksi, absorbs oleh air dan materi-materi terlarut, serta

(22)

pH

Nilai pH yang didapat pada kelima stasiun yaitu berkisar 6,7 - 7,4. Hasil

ini menunjukkan bahwa Danau Siombak memiliki nilai pH yang netral dengan

kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH tersebut masih

termasuk dalam kisaran normal baku mutu air berdasarkan PP No. 82/2001

dengan nilai pH yaitu 6 - 9.

Kondisi perairan yang memiliki pH netral sangat bagus bagi ekosistem air

dan baik untuk pertumbuhan dan perkembangan organisme air. Hal ini sesuai

dengan Matahelumual (2007) yang menyatakan bahwa organisme akuatik dapat

hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran

toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi

kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 - 8,5. Kondisi perairan

yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan

hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolism dan

respirasi.

Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut di Danau Siombak berkisar 5,6- 7,3 mg/l. Hasil ini

menunjukkan bahwa kondisi perairan Danau Siombak masih sesuai dengan batas

tolerir atau masih dalam keadaan normal. Sesuai dengan Barus (2004) yang

menyatakan bahwa nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6 -

8 mg/l, semakin rendah nilai DO maka semakin tinggi tingkat pencemaran

ekosistem tersebut.

Perairan Danau Siombak memiliki kandungan oksigen terlarut yang dapat

(23)

membuat organisme air tersebut dapat bertahan hidup. Hal ini sesuai dengan

Sastrawijaya (2000) yang menyatakan bahwa kehidupan di air dapat bertahan jika

oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg/L.

Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Nilai BOD rata-rata di setiap stsiun pengamatan berkisar antara 3,08 -

3,28mg/L. Dari hasil pengamatan, rata-rata nilai BOD tertinggi terdapat pada

stasiun 5 yaitu 3,28mg/L dan terendah pada stasiun 1 yaitu 3,08mg/L.

Tingginya nilai BOD pada setiap stasiun pengamatan mengindikasikan

bahwa perairan cenderung mengalami peningkatan kandungan senyawa organik

yang bersumber dari kegiatan disekitar perairan Danau siombak. Stasiun 5

memiliki nilai BOD tertinggi, hal ini dikarenakan stasiun 5 merupakan outlet dan

inlet danau, sehingga bahan organik terbawa ke stasiun 5, menumpuknya bahan

pencemar organik di stasiun 5 akan menyebabkan proses dekomposisi oleh

organisme pengurai juga semakin meningkat, sehingga konsentrasi BOD juga

meningkat. Ginting (2011) yang menyatakan bahwa menumpuknya senyawa

organik di perairan akan berakibat terhadap semakin meningkatnya proses

dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga berakibat terhadap

meningkatnya konsentrasi BOD pada badan perairan tersebut.

Nitrat

Hasil pengamatan kadar nitrat,rata-rata nitrat di setiap stasiun pengamatan

berkisar antara 2,14mg/L - 2,33mg/L, bila dibandingkan dengan standar baku

mutu air kelas II Peratutan Pemerintah. No 82 Tahun2001, masih sangat jauh dari

(24)

Kadar nitrat perairan Danau Siombak tergolong tinggi dan berpotensi

menyebapkan eutrofikasi. Menurut Managiasi (2013), kadar nitrat yang lebih dari

0,2 mg/L dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi perairan, dan selanjutnya

dapat menyebabkan blooming sekaligus merupakan faktor pemicu bagi pesatnya

pertumbuhan tumbuhan air seperti eceng gondok. Kadar nitrat yang lebih dari 5

mg/L menggambarkan telah terjadinya pencemaran.

Pemantauan terhadap kosentrasi nitrat sangat diperlukan karena pada

konsentrasi yang tinggi bisa memberikan dampak negatif pada organisme. Nitrat

merupakan pengontrol produktivitas primer perairan di zona eufotik dan dapat

menjadi pupuk pada tanaman air (Effendi, 2003).

Fosfat

Kandungan fosfat yang didapat pada kelima stasiun berkisar 1,3 - 1,42

mg/L. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan fosfat tersebut berada diatas

ambang batas baku mutu air berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 yaitu 0,2 mg/L.

Perairan yang memiliki kandungan fosfat yang cukup tinggi akan mengakibatkan

pencemaran dan akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi. Hal ini sesuai dengan

literatur Latif (2012) yang menyatakan bahwa perairan yang mengandung kadar

fosfat yang cukup tinggi melebihi kebutuhan normal organisme akuatik akan

menyebabkan terjadinya eutrofikasi dan ini ada pengaruhnya terhadap organisme.

Nilai Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisik Kimia dengan Indeks Keanekaragaman Plankton

Dari hasil analisis korelasi Tabel 5 menunjukkan bahwa pH dan fosfat

berkorelasi negatif (berlawanan) terhadap keanekaragaman plankton dengan

(25)

semakin rendah dan jika nilai pH dan fosfat semakin rendah maka

keanekaragaman plankton juga semakin rendah. Suhu, DO dan Nitrat memiliki

korelasi dengan tingkat hubungan yang kuat terhadap keanekaragaman

fitoplankton. Kecerahan memiliki korelasi dengan tingkat hubungan yang sedang

terhadap keanekaragaman fitoplankton dan salinitas memiliki tingat hubungan

yang sangat rendah terhadap keanekaragaman fitoplankton. BOD5 memiliki

korelasi dengan tingkat hubungan yang sangat kuat terhadap keanekaragaman

fitoplankton.Faktor fisika kimia yang berkorelasi searah dengan keanekaragaman

plankton adalah suhu, kecerahan, DO, nitrat, salinitas dan BOD5 dengan demikian

(26)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Danau Siombak memiliki nilai indeks keanekaragaman plankton tinggi yang

menandakan bahwa perairan berada dalam kondisi sangat stabil.

2. Danau Siombak memiliki nilai suhu, pH,BOD5, Salinitas, DO, Kecerahan berada pada kisaran baku mutu, sedangkan nitrat dan fosfat melampaui baku

mutu.

3. Keanekaragaman plankton di Danau Siombak berkorelasi positif dengan suhu,

kecerahan, oksigen terlarut, nitrat, salinitas dan BOD5. Nilai pH, dan fospat

berkorelasi negatif dan memberikan pengaruh yang kecil.

Saran

Sebaiknya dilakukan pengelolaan dan pemantauan berkelanjutan di kawasan

danau siombak supaya meminimalisir tingkat pencemaran yang nantinya

Gambar

Gambar 2.
Gambar 3. Stasiun 1
Gambar 5. Stasiun 3
Gambar 7.Stasiun 5
+5

Referensi

Dokumen terkait

Ibu hamil dengan status gizi buruk atau mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) cenderung melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada risiko kematian yang lebih besar

This was in line with the opinion of Tazkia, (2012), that the tourism infrastructure was all facilities, tourism facilities that allow it to live and thrive so that it can

Pada umumnya, biaya atau harga dari suatu produk akan dapat.. menentukan kualitas dari

Ayam yang mendapat perlakuan tanpa dikemas, perlakuan dengan plastik tertutup, dan plastik berlubang pada suhu dingin dilakukan pengamatan sampai hari ke-4 warna ayam yang

Tabel 5.11 Nilai Loading Factor Variabel Persepsi Sebelum Berkunjung terhadap Atraksi sebagai Daya Tarik (X 1 )

Kualitas hidup pasien urolithiasis pada komponen fisik dan komponen mental menunjukkan bahwa skor rata-rata komponen fisik kualitas hidup pasien yang terdiri

1) Nilai, sebagai pengkajian produk yang didasarkan pada persepsi pelanggan atas apa yang telah diterima oleh pelanggan dan yang telah diberikan oleh

Faktor pertama kualitas pelayanan atau jasa adalah konsumen akan merasa puas apabila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan, kedua