• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Danuji Aktivitas Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureusdan Pseudomonas Aeruginosa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Danuji Aktivitas Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureusdan Pseudomonas Aeruginosa"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

etanol kulit buah kakao terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) `

Kakao (Theobroma

cacaoL.)merupakansatu-satunyaspesiesdiantara22jenisdalamgenusTheobromayangdiusahakansecarakomer sial.TanamaniniberasaldarilembahAmazondiBenuaAmerikayangmemilikiiklimtro pis.BeberapanegaraprodusenutamakakaosaatiniadalahPantaiGadingBrasilia, Indonesia,GhanadanMalaysia.Indonesiamenempatiurutanketigapenghasilkakaodu nia.Kurunwaktulimatahun(1989-1993)

lajupeningkatanproduksikakaoIndonesiasekitar23,67%,Ghanasekitar7,96

%danPantaiGadingsekitar3,92% sedangkanpadanegaraprodusenkakaoyanglain tidakmengalamipeningkatan(Poedjiwidodo, 1996).

2.1.1Sistematika tanaman

Klasifikasi tanaman kakao menurut Susanto, (1994) sebagai berikut: Kindom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Malvales Suku : Malvaceae Marga : Theobroma

(2)

Spanyol di Indonesia pada tahun 1560 di Sulawesi Utara. Indonesia merupakan negara ketiga penghasil kakao terbesar di dunia setelah negara Pantai Gading dan Ghana. Tanaman kakao di Indonesia ditanam di daerah yang beriklim tropis pada ketinggian 1-600 meter di atas permukaan air laut dengan suhu ideal pertumbuhan tanaman kakao sekitar 30-320

2.1.3Morfologi

C. Daerah penghasil kakao terbanyak terdapat di Sulawesi, Sumatera, Bali, Jawa Timur dan Kalimantan (Wahyudi, 2008).

Kakao merupakan tanaman kauliflori yang artinya bunga dan buah tumbuh pada batang dan cabang tanaman dan tinggi pohonnya dapat mencapai 10 meter. Bunga kakao disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih, ungu, atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota.

(3)

jika sudah masak akan berwarna kuning. Kulit buah tebaltetapi lunak dan permukaannyakasar, panjang buah kakao 10-30 cm dan lebarnya 8-12cm. Buah kakao memiliki sekitar 20-50 butir biji, yang tersusun dalam lima baris dan menyatu pada bagian poros buah. Biji dibungkus oleh daging buah atau pulp yang berwarna putih dan rasanya manis (Susanto, 1994).

2.1.4Manfaat buah kakao

Biji kakao dapat dimanfaatkan sebagai produk makanan dan minuman coklat, sedangkan dalam industri kosmetik dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lipstick (Susanto, 1994).

Kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak tetapi sebelum digunakan sebagai pakan ternak harus difermentasikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar lignin yang sulit dicerna oleh hewan (Sartini, dkk., 2012).

Menurut Matsumoto, dkk., (2004), pada kulit buah kakao mengandung senyawa polifenol seperti flavonoid dan tanin. Senyawa tersebut merupakan senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai antibakteri (Robinson, 1995).

2.1.5Kandungan buah kakao

Biji kakao mengandung lemak, air, glukosa, pati, pektin, serat, selulosa, pentosa, gum, tanin, asam organik (asetat dan oksalat), theobromin dan kafein (Nasution, 1976). Kulit buah kakao mengandung flavonoid, tanin Theobromin, pektin, dan lignin (Sartini, dkk., 2012).

2.2UraianKulit

(4)

pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus, respirasi, pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.1Strukturkulit

MenurutWasitaatmadja, (1997)Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu :

a. Lapisan epidermis

Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis. Lapisan epidermis terdiri atas 5 lapisan: stratum korneum (lapisan tanduk), stratum lusidum (lapisan jernih), stratum granulosum (lapisan butir), stratum spinosum (lapisan taju), dan stratum basalis (lapisan benih).

b. Lapisan dermis

Lapisan dermis ini jauh lebih tebal daripada epidermis dan tersusun atas jaringan

(5)

pembuluh darah; b. Pars retikularis, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan lapisan hipodermis yang terdiri atas serabut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit.

c. Lapisan hipodermis

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga bagi organ-organ tubuh bagian dalam, dan sebagai cadangan makanan (Wasitaatmadja, 1997).

MenurutSonny (2013). Struktur kulit dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1.1 Struktur kulit 2.2.2 Fungsibiologikkulit a. Absorbsi

(6)

b. Proteksi

Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan tanduk danlemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar. Mantel asam kulit dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit.

c. Persepsi sensoris

Kulit sangat sensitif terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu dannyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor-reseptor tersebut dan diteruskan ke sistem saraf pusat selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri. d. Thermoregulasi

Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan konstriksi pembuluh kapiler dan melalui keringat, yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Pusat pengatur temperatur tubuh di hipotalamus. Pada saat temperatur badan menurun terjadi vasokonstriksi, sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas(Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.3Absorpsiobatmelaluikulit

(7)

Beberapa cara penetrasi obat yang mungkin ke dalam kulit menurut Tranggono dan Latifah (2007), yaitu: lewat antara sel-sel stratum korneum (interselular), menembus sel-sel stratum korneum (transelular), melalui kelenjar keringat, melalui kelenjar sebasea dan melalui dinding saluran folikel rambut.

2.3Bakteri

Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Bakteri merupakan organisme yang sangat kecil (berukuran mikroskopis) dengan lebar 0,5-1 µ m dan panjang hingga 10 µ m sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Irianto, 2006).

2.3.1 Faktor pertumbuhan dan perkembangan bakteri Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh : a. Zat makanan (nutrisi)

Sumber zat makanan bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, unsur logam (natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi, tembaga dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi metabolik dan pertumbuhannya.

b. Keasaman dan kebasaan (pH)

Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum pertumbuhan antara 6,5-7,5. Beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau basa.

c. Temperatur

(8)

1) Bakteri psikofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 0-30oC, dengan temperatur optimum adalah 10-20 o

2) Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 5-60 C.

o

C, temperatur optimum adalah 25-40 o

3) Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur optimum adalah 55-65

C.

o

d. Oksigen

C.

1) Aerobik, yaitu bakteriyang membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya. 2) Anaerobik, yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen.

3) Anaerobik fakultatif, yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan oksigen ataupun tanpa oksigen.

4) Mikroaerofilik, yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan adanya sedikit oksigen.

e. Tekanan osmosa

Medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri adalah medium isotonis terhadap isi sel bakteri.

f. Kelembapan

Secara umum bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada lingkungan yang lembap. Kebutuhan akan air tergantung dari jenis bakterinya (Pelczar, dkk.,1988).

2.3.2Media pertumbuhan bakteri

Media pertumbuhan bakteri dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu:

(9)

1) Media sintetik yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang ditambahkan diketahui secara terperinci. Contoh: glukosa, kalium fosfat, magnesium fosfat.

2) Media non-sintetik yaitu media yang kandungan dan isinya tidak diketahui secara terperinci dan menggunakan bahan yang terdapat dialam. Contohnya: ekstrak daging dan pepton.

b. Menurut Irianto (2006), berdasarkan kegunannya dapat dibagi atas:

1) Media selektif yaitu media biakan yang mengandung paling sedikit satu bahan yang dapat menghambat perkembangbiakan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakan mikroorganisme tertentu yang ingin diisolasi.

2) Media difrensial yaitu media yang digunakan untuk menyeleksi suatu mikroorganisme dari berbagai jenis dalam suatu lempengan agar

3) Media diperkaya yaitu media yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang diperoleh dari lingkungan alami karena jumlah mikroorganisme yang ada terdapat dalam jumlah sedikit

c. Berdasarkan konsistensinya dapat dibagi atas: 1) Media padat/solid

2) Media semi solid 3) Media cair 2.3.3 Morfologi bakteri

(10)

Basil adalah bakteri yang mempunyai bentuk batang atau silinder, membelah dalam satu bidang, berpasangan ataupun bentuk rantai pendek atau panjang. Basil dapat dibedakan atas:

1) Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung tumpul.

2) Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul. 3) Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung

tajam.

Adapun contoh bakteri dengan bentuk basil yaitu Eschericia coli, Bacillusanthracis, Salmonella typhimurium, Shigella dysentriae.

b. Bentuk kokus

Kokus adalah bakteri yang bentuknya seperti bola-bola kecil, ada yang hidup sendiri dan ada yang berpasang-pasangan. Bentuk kokus ini dapat dibedakan atas:

1) Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua. 2) Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok empat.

3) Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok dan membentuk anggur. 4) Streptokokus yaitu kokus yang bergandengan panjang menyerupai

rantai.

5) Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus.

Contoh bakteri dengan bentuk kokus yaitu Staphylococcus aureus, Sarcina luten, Diplococcus pneumoniae, Streptococcus lactis.

c. Bentuk spiral

(11)

2) Vibrio yaitu bentuk batang yang melengkung berupa koma.

3) Spirochaeta yaitu menyerupai bentuk spiral, bedanya dengan spiral dalam kemampuannya melenturkan dan melengkukkan tubuhnya sambil bergerak.

Contoh: Vibrio cholerae, Spirochaeta palida ( Volk dan Wheeler, 1993). 2.3.4Bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus termasuk dalam familia Micrococcaceae. Staphylococcus aureus berasal dari kata “Staphele” yang berarti kumpulan dari anggur, dan kata “aureus” dalam bahasa Latin yang berarti emas. Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif, berbentuk bulat (kokus) dengan diameter sekitar 1 μm, tidak membentuk spora, dan termasuk anaerob fakultatif.

Staphylococcus aureus adalah bakteri mesofil dengan suhu pertumbuhan yaitu antara 7o- 48oC dengan suhu optimum 37o

Staphylococcus aureushidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut, tenggorokan dan dapat pula dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Selain dapat menyebabkan intoksikasi, bakteri ini juga dapat menyebabkan berbagai macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan (Supardi dan Sukamto, 1999).

C. Tumbuh secara optimal pada pH 6-7 (Adams dan Moss, 1995).

(12)

Adapun sistematika dari bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut (Dwidjoseputro, 1978) :

Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Micrococaceae Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus aureus 2.3.5Bakteri Pseudomonas aeginosa

Sistematika bakteri Pseudomonas aeruginosa( Breed, dkk, 1957): Divis : Eukariota

Kelas : Schizomycetes Bangsa : Pseudomononadales Suku : Pseudomonodaceae Marga : Pseudomonas

Jenis : Pseudomonas aeruginosa

(13)

Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di alam biasanya terdapat dilingkungan yang lembab. Bakteri ini menyebabakan penyakit bila pertahan tubuh inang abnormal. Dalam jumlah kecil, bakteri sering terdapat pada flora usus normal dan kulit manusia serta merupakan patogen utama dari kelompok Pseudomonas. Bakteri ini menimbulkan infeksi pada luka bakar, infeksi saluran kemih dan infeksi mata (Jwetz dkk, 2001).

2.4 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme

Fase pertumbuhan menurut (Pratiwi, 2008; Irianto, 2006) terbagi menjadi empat macam, yaitu:

a. Fase lag (fase adaptasi)

Merupakan fase penyesuaian mikroorganisme pada suatu lingkungan baru dan bakteri belum mengadakan pembiakan. Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel tetapi peningkatan ukuran sel.

b. Fase log

Merupakan fase mikroorganisme tumbuh dan membelah pada kecepatan maksimum tergantung sifat media dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa yang bertambah secara eksponensial.

c. Fase stasioner (konstan)

Merupakan fase dimana pertumbuhan mikroorganisme berhenti dan dapat terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati.

d. Fase kematian

(14)

2.5Metode Pengujian Aktivitas Antibakteri

dilusi menurut Pratiwi, (2008), yaitu: a. Metode dilusi

Cara ini digunakan untuk menentukan KHM (Kadar Hambat Minimum) dan KBM (Kadar Bunuh Minimum) dari obat antimikroba. Prinsip dari metode dilusi adalah sebagai berikut :

Menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Masing-masing tabung diuji dengan obat yang telah diencerkan secara serial. Seri tabung diinkubasi pada suhu 37o

b. Metode difusi

C selama 18- 24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi terendah obat pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah KHM dari obat. Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari obat terhadap bakteri uji (Pratiwi, 2008).

Metode yang paling sering digunakan adalah difusi agar dengan menggunakan cakram kertas, cakram kaca, pencetak lubang. Prinsip metode ini adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi akibat difusi zat yang bersifat sebagai antibakteri di dalam media padat melalui pencadang. Daerah hambatan pertumbuhan bakteri adalah daerah jernih disekitar cakram. Metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor fisik dan kimia, misalnya pH, suhu, zat inhibitor, sifat dari media dan kemampuan difusi, ukuran molekul dan stabilitas dari bahan obat (Jawetz, dkk., 2001).

(15)

c. Metode turbidimetri

Pada cara ini digunakan media cair, pertama dilakukan penuangan media kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan suspensi bakteri, kemudian dilakukan pemipetan larutan uji, dilakukan inkubasi. Dilakukan pengukuran kekeruhan, kekeruhan yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri diukur dengan menggunakan instrumen yang cocok, misalnya nephelometer setelah itu dilakukan penghitungan potensi antimikroba (Depkes, RI., 1995).

2.6Krim

Krimadalahsediaansetengahpadat,berupaemulsimengandungairtidakkurangd

ari 60%

dandimaksudkanuntukpemakaianluar,tipekrimadaduayaitukrimtipeminyakdalamai rdankrimtipeairdalamminyak(DepkesRIPOM,1979).

2.6.1Komponen utama dalam sediaan krim

Bahan yang biasa digunakan mencakup zat emolien, zat sawar (barrier),zat penutup untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan (pelembab), zatpengental dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM,1985).

Komponen krim yang digunakan yaitu: 2.6.1.1Sabun trietanolamin-stearat

(16)

awalnya memiliki konsistensi yang sangat keras. Pada penyimpanan, konsistensinya menjadi lebih lunak dan akhirnya sangat pekat. Hal ini dikarenakan natrium stearat tidak larut sempurna dalam air pada temperatur rendah (Balsam, danSagarin., 1972).

a. Asam Stearat

Pemeriannya yaitu keras, berwarna putih atau kuning pucat, agak mengkilap, kristal padat atau serbuk putih atau putih kekuningan, bau lemah dan berasa lemak. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam benzena, kloroform, dan eter; larut dalam etanol (95%); praktis tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur 69°C-70°

b. Trietanolamin

C. Penggunaannya dalam sediaan topikal sebesar 1%-20%, digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa (Rowe, dkk., 2009).

Trietanolamin merupakan cairan kental yang bening, tidak berwarna sampai kuning pucat dan memiliki bau amoniak yang lemah, bersifat sangat higroskopis, memiliki titik lebur 20°C-25°

2.6.1.2 Gliserin

C dan pH 10,5. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air, metanol, dan aseton. Digunakan sebagai bahan pengemulsi dengan konsentrasi 0,5%-3%, menambah kebasaan, dan sebagai humektan (Rowe, dkk., 2009).

Gliserin berbentuk kental, cairan higroskopis, tidak berwarna, tidak berbau, memiliki rasa manis.Kelarutannya yaitu sedikit larut dalam aseton, mudah larut dalam air dan metanol. Penggunaan dalam sediaan topikdigunakan terutama untuksifathumektandanemolien.Gliserindigunakan

Gambar

Gambar 1.1 Struktur kulit

Referensi

Dokumen terkait

penulis untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan. perubahan persepsi

Hasil pengujian penelitian dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi simbolik masyarakat meliputi faktor internal (nilai-nilai yang

Arus kompensasi harmonisa yang dihasilkan oleh filter aktif shunt kemudian diinjeksikan kembali ke terminal masukan rectifier sehingga arus fundamental yang akan

Keasaman ini mempengaruhi permeabilitas membran jamur, oleh karena itu jamur dapat menjadi tidak mampu mengambil nutrisi yang penting pada saat pH tertentu atau

Untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor pendidikan responden terhadap fertilitas pekerja wanita di Kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo6. Untuk mengetahui besarnya pengaruh

Komposisi tongkol jagung yang digunakan sebagai substitusi serbuk gergaji pada media tanam jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) sebanyak 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%

ROM pasif adalah latihan yang diberikan pada klien yang mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang dan sendi dimana klien tidak dapat..

Merelasikan data dosen dan data mata kuliah adalah aktivitas merelasikan data dosen dengan data mata kuliah yang diajar oleh dosen yang bersangkutan untuk