• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA EKSPOR KOPI INDONESIA doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DINAMIKA EKSPOR KOPI INDONESIA doc"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA EKSPOR KOPI INDONESIA

MAKALAH

(diajukan guna melengkapi salah satu tugas Matakuliah Ekonomi Pembangunan)

Oleh:

Dewi Indah Ratna Sari 130910202030

Okta Gagarine 130910202032

Habibah Nurul Aulia 130910202037 Ridho Pratama P 130910202052

Imas Lutfia A 130910202055

Iga Rahmi R 130910202059

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS JEMBER

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan hal tidak asing lagi bagi masyarakat di segala pejuru dunia. Baik itu Negara di bagian Asia atau bahkan Negara di belahan Barat sekalipun. Kopi telah menjadi bagian dari gaya hidup manusia, bahkan sebagian orang percaya bahwa semakin mahal kopi yang mampu dinikmati maka akan semakin tinggi pula prestis orang tersebut. Oleh karena itu kopi merupakan sesuatu yang memiliki daya tarik tersendiri oleh para penikmatnya. Kopi yang biasa masyarakat nikmati, merupakan kopi yan berasal dari berbagai penjuru dunia terutama dari Negara-negara penghasil kopi, salah satunya Indonesia.

Indonesia merupakan Negara dengan letak geografisnya sangat mendukung untuk perkebunan kopi. Kopi tersebut tidak hanya mampu memenuhi konsumsi kopi dalam negeri, namun juga mampu memenuhi konsumsi kopi di luar negeri. Bahkan Indonesia telah dikenal dengan kopinya sebelum masa penjajahan Belanda datang. Tiap tahunnya Indonesia mampu mengekspor beratus ribu ton kopi keluar luar negeri dengan sasaran utamanya adalah Negara pengkonsumsi kopi seperti Amerika, Australia dan juga Eropa. Kopi sebenarnya hanya memiliki dua jenis biji saja, yakni kopi Arabica dan kopi Robusta. Hanya saja pengembangan produk dari kopi sangat bervariasi, sehingga memunculkan puluhan jenis kopi. Oleh karena itu kopi termasuk salah satu bahan metah ekspor unggulan di Indonesia.

(3)

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah “mengapa ekspor biji kopi lebih banyak dibanding dengan ekspor kopi olahan?”.

1.3 Tujuan Penulisan

Dalam penulisan ini, tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk menjelaskan mengapa ekspor biji kopi lebih banyak dibanding dengan ekspor kopi olahan.

1.4 Manfaat Penulisan

(4)

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Tanaman, Kandungan, dan Produk Kopi

Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama Perpugenus coffea dari familia Rubiaceae. Tanaman kopi pada umumnya berasal dari benua Afrika jenis kelamin Coffea. Kopi bukan produk homogen, ada banyak varietas dan beberapa cara pengolahannya. Di seluruh dunia kini terdapat sekitar 4.500 jenis kopi, yang dapat dibagi dalam empat kelompok besar, yakni:

a. Coffea Canephora, yang salah satu jenis varietasnya menghasilkan kopi dagang Robusta;

b. Coffea Arabica menghasilkan kopi dagang Arabika; c. Coffea Excelsa menghasilkan kopi dagang Excelsa; d. Coffea Liberica menghasilkan kopi dagang Liberica.

Dari segi produksi yang menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis Arabika, andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70 persen. Jenis Robusta yang mutunya dibawah Arabika, mengambil bagian 24 persen produksi dunia, sedangkan Liberica dan Excelsa masing-masing 3 persen. Arabika dianggap lebih 17 baik daripada Robusta karena rasanya lebih enak danjumlah kafeinnya lebih rendah, maka Arabika lebih mahal daripada Robusta (Aji wahyu rosandi, 2007).

2.2 Ekspor Kopi Di Indonesia

(5)

pada awal tahun 90an mencapai 120.000 ton, dewasa ini telah mencapai sekitar 180.000 ton.

(6)

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Ekspor Kopi

Kopi adalah jenis minuman yang penting bagi sebagian besar masyarakat di seluruh dunia. Bukan hanya karena kenikmatan konsumen peminum kopi namun juga karena nilai ekonomis bagi negara-negara yang memproduksi dan mengekspor biji kopi (seperti Indonesia). Bagi beberapa orang produk ini, dibuat dari biji tanaman kopi yang dipanggang (tanaman berbunga dari famili Rubiaceae), disebut sebagai “komoditi kedua yang paling banyak diperdagangkan secara legal” dalam sejarah manusia.

Kopi yang dijual di dunia biasanya adalah kombinasi dari biji yang dipanggang dari dua varietas pohon kopi: arabika dan robusta. Perbedaan di antara kedua varietas ini terutama terletak pada rasa dan tingkat kafeinnya. Biji arabika, lebih mahal di pasar dunia, memiliki rasa yang lebih mild dan memiliki kandungan kafein 70% lebih rendah dibandingkan dengan biji robusta.Wilayah subtropis dan tropis merupakan lokasi yang baik untuk budidaya kopi. Oleh karena itu, negara-negara yang mendominasi produksi kopi dunia berada di wilayah Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara.

Kopi adalah komoditi yang diperdagangkan di bursa-bursa komoditi dan futures, yang paling penting di London dan New York. Di bawah ini, terdapat dua tabel yang mengindikasikan lima negara produsen kopi utama dunia dan lima negara eksportir kopi utama dunia.

Top 5 Negara Eksportir Kopi Terbesar di Dunia pada Tahun 2015:

(7)

dalam bungkus 60 kilogram

Sumber: International Coffee Organization

Produksi Domestik, Ekspor dan Konsumsi Kopi Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara produsen dan eksportir kopi paling besar di dunia. Kebanyakan hasil produksinya adalah varietas robusta yang berkualitas lebih rendah. Indonesia juga terkenal karena memiliki sejumlah kopi khusus seperti 'kopi luwak' (dikenal sebagai kopi yang paling mahal di dunia) dan 'kopi Mandailing' (lihat di bawah). Berkaitan dengan komoditi-komoditi agrikultur, kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.

Kopi diperkenalkan di Nusantara oleh Belanda yang pada awalnya menanam pohon-pohon kopi di sekitar wilayah kekuasaan mereka di Batavia namun kemudian dengan cepat mengekspansi produksi kopi ke wilayah Bogor dan Sukabumi di Jawa Barat di abad ke-17 dan abad ke-18. Indonesia terbukti memiliki iklim yang hampir ideal untuk produksi kopi dan karenanya perkebunan-perkebunan segera didirikan di wilayah-wilayah lain di Jawa, Sumatra dan juga di Sulawesi.

Pada saat ini, perkebunan kopi Indonesia mencakup total wilayah kira-kira 1,24 juta hektar, 933 hektar perkebunan robusta dan 307 hektar perkebunan arabika. Lebih dari 90% dari total perkebunan dibudidayakan oleh para petani skala kecil. Seperti yang telah disebutkan di atas dan mirip dengan raksasa kopi regional Vietnam, sebagian besar hasil produksi biji kopi Indonesia adalah varietas robusta yang berkualitas lebih rendah. Biji arabika yang berkualitas lebih tinggi kebanyakan diproduksi oleh negara-negara Amerika Selatan seperti Brazil, Kolombia, El Salvador dan Kosta Rika. Oleh karena itu, sebagian besar ekspor kopi Indonesia (kira-kira 80%) terdiri dari biji robusta. Ekspor kopi olahan hanyalah bagian kecil dari total ekspor kopi Indonesia.

(8)

Robusta Arabika

1. Bengkulu (Sumatra) a. Aceh (Sumatra)

2. Sulawesi Selatan b. Sumatra Utara

3. Lampung (Sumatra)

Dimulai dari tahun 1960an, Indonesia telah menunjukkan peningkatan yang kecil namun stabil dalam produksi kopi dunia. Kendati begitu, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas perkebunan-perkebunan kopi di Indonesia menurun karena para petani telah mengubah fokus produksi mereka kepada minyak sawit (seperti minyak sawit mentah dan minyak inti kelapa sawit), karet dan kakao yang semuanya memberikan pendapatan yang lebih tinggi di pasar internasional. Oleh karena itu, perkebunan-perkebunan kopi - atau sebagian dari perkebunan tersebut - telah ditransformasi menjadi perkebunan komoditi-komoditi lain.

(9)

tahun 2011-2014. Tetap saja, pada 1,0 kilogram (data 2014), konsumsi per kapita

kopi tetap rendah di Indonesia.

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015¹ Produksi Nasional

(dalam ton) 698,016 682,690 686,921 633,991 748,109 740,000 711,513 625,000 Ekspor Nasional

(dalam ton) 491,335 518,122 440,241 353,698 520,275 460,000 382,774 350,000 Nilai Ekspor

(dalam juta dollar AS) 1,077.7 882.1 855.2 1,085.9 1,534.1 Produksi dan Ekspor Kopi Indonesia

Konsumsi Domestik Kopi di Indonesia:

2011 2012 2013 2014

Konsumpsi Nasional

(dalam bungkus 60 kilogram) 3,333,000 3,584,000 4,042,000 4,167,000 Sumber: International Coffee Organization

Ekspor biji kopi lebih dominan jika dibadingkan ekspor kopi bubuk. Paling tidak ada dua alasan mengapa ekspor kopi Indonesia masih tetap dominan dalam bentuk biji, pertama karena pihak importir di negara tujuan utama ekspor kopi seperti Jepang lebih menginginkan ekspor dalam bentuk biji dari pada sudah dalam bentuk bubuk atau dalam bentuk kopi olahan lainnya.

(10)

pajak pertambahan nilai (PPN). Sekalipun mungkin saja profit penjualan ke pasar lokal lebih besar dibandingkan ekspor.

3.2 Negara Importir Kopi

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebagai negara produsen, ekspor kopi merupakan sasaran utama dalam memasarkan produk-produk kopi yang dihasilkan Indonesia. Volume ekspor kopi Indonesia rata-rata berkisar 350 ribu ton per tahun meliputi kopi robusta (85%) dan arabika (15%). Adapun yang menjadi negara tujuan utama ekspor biji kopi Indonesia tahun 2014 adalah USA, Jerman, Jepang, Italia. Sedangkan negara tujuan utama ekspor kopi instan dan kopi sangrai adalah Philipina, Malaysia, Singapura. Pelabuhan Panjang (Lampung) merupakan pintu gerbang ekspor kopi robusta Indonesia, pelabuhan Belawan (Sumatera Utara) merupakan pintu gerbang kopi arabika Sumatera, sedangkan pelabuhan Tanjung Perak (Jawa Timur) merupakan pintu gerbang kopi arabika dan robusta yang dihasilkan dari Jawa Timur dan wilayah Indonesia bagian timur.

(11)

Jepang merupakan negara mitra dagang yang strategis bagi Indonesia. Selain itu, Jepang juga merupakan partner pertama Indonesia dalam perjanjian perdagangan bebas secara bilateral. Pada tahun 2010 Indonesia merupakan negara asal impor di peringkat ke-7 dan negara tujuan ekspor di peringkat ke-12 bagi Jepang. Meskipun Jepang merupakan negara yang terkenal dengan konsumsi teh hijaunya, namun permintaan kopi di Jepang semakin bertumbuh pesat apalagi didukung dengan menjamurnya kedai kopi dan meningkatnya kebiasaan mengkonsumsi kopi.

Adapun negara importir menginginkan ekspor dalam bentuk biji kopi dari pada kopi olahan. Berdasarkan data ITC, ekspor kopi bubuk Indonesia kurang dari satu persen dari total ekspor. Pada 2008 misalnya, ekspor dalam bentuk biji masih sangat mendominasi yakni mencapai 99,8% dari total 468.749 ton. Paling tidak ada dua alasan mengapa ekspor kopi Indonesia masih tetap dominan dalam bentuk biji, pertama karena pihak importir di negara tujuan utama ekspor kopi seperti Jepang lebih menginginkan ekspor dalam bentuk biji dari pada sudah dalam bentuk bubuk atau dalam bentuk kopi olahan lainnya. Pihak importir atau negara-negara konsumen lebih suka mencampur sendiri dari pada membeli kopi bubuk olahan dari Indonesia. Karena mereka lebih paham selera pasar konsumen kopi di negaranya sendiri, dan juga memiliki pengalaman dalam roasting dan blending kopi yang sangat baik. Alasan kedua, para eksportir dari Indonesia sendiri juga lebih menyukai ekspor dalam bentuk biji karena langsung mendapat pembayaran dalam bentuk cash, dari pada mensuplai produsen kopi dalam negeri yang kadang kala pembayarannya setelah barang dikirim dan dibebankan pajak pertambahan nilai (PPN). Sekalipun mungkin saja profit penjualan ke pasar lokal lebih besar dibandingkan ekspor.

3.3 Persaingan Ekspor Kopi

(12)

Vietnam. Keadaan ini terjadi karena produktivitas kopi Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam. Rendahnya produktivitas kopi Indonesia, karena sebagian besar diusahatan oleh perkebunan rakyat dengan keterbatasan modal dan akses terhadap teknologi.

Negara eksportir biji kopi di dunia sangat banyak dengan beragam jenisnya yang diperkirakan ada 38 negara eksportir kopi, begitu pula dengan negara pengimpornya sehingga dapat dianggap pasar kopi internasional bersifat persaingan sempurna. Tahun 2015 negara pengespor kopi terbesar ditempati oleh Brazil , Vietnam, Kolombia, dan Indonesia. Usaha peningkatan ekspor kopi Indonesia di pasar internasional perlu dilakukan tidak hanya memperhatikan aspek produksi namun juga perlu memperhatikan tingkat persaingan ekspor dengan negara pesaing utamanya. Berdasarkan kenyataan pasar kopi di dunia cenderung dalam kondisi pasar persaing, maka menyebabkan terjadinya persaingan antar negara eksportir yang selanjutnya berakibat saling subsititusi ekspor kopi antar negara eskportir kopi.

Tingkat persaingan suatu komoditas tercermin dalam market share (pangsa pasar), oleh karena itu jika suatu negara yang memiliki pangsa pasar ekspor yang tinggi, maka dapat dianggap mempunyai tingkat daya saing yang tinggi pula pada komoditas tertentu. Negara pesaing ekspor biji kopi Indonesia berturut-turut adalah Brazil, Vietnam dan Kolumbia. Pangsa ekspor kopi Indonesia mengalami peningkatan antar waktu, tetapi laju pertumbuhannya sangat lambat dibandingkan dengan negara pesaing utamanya. Ada kecenderungan laju pertumbuhan pangsa ekspor Brazil dan Vietnam terus meningkat mengikuti pola non linier, sebaliknya Indonesia mengikuti pola yang linier. Pangsa pasar kopi di pasar Eropa sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara pesaing utama. Berdasarkan kasus laju pertumbuhan pangsa ekspor dari negara Brazil dan Vietnam yang sangat tinggi, disisi pangsa pasar ekspor kopi Indonesia yang sangat rendah di pasar Eropa, maka menjadi ancaman terhadap ekonomi Indonesia pada masa datang. Oleh karena itu usaha-usaha diantisipasi patut dilakukan secara terencana.

(13)

Indonesia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berpengaruh adalah luas areal, produktivitas dan permintaan kopi domestik. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah ekspor kopi negara-negara produsen utama.

Peningkatan luas areal kopi patut dilakukan karena berpengaruh terhadap peningkatan pangsa ekspor kopi, namun dengan belajar pada pengalaman usaha-usaha peningkatan produktivitas kopi per satuan hektar patut diprioritaskan. Hal ini karena produktivitas kopi Indonesia sangat rendah dan baru mencapai 25% dari produktivitas potensialnya. Pengendalian permintaan kopi di pasar domestik patut dikendalikan karena apabila terjadi peningkatan permintaan akan menurunkan pangsa pasar ekspor kopi di pasar internasional.

Pangsa ekspor kopi Indonesia sangat dipengaruhi oleh kekuatan eskpor dari negara Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Oleh karena itu, lobi-lobi dagang pada negara-negara pengimpor patut dilakukan melalui insentif harga maupun non harga. Kopi Indonesia juga memiliki pangsa ekspor tinggi di USA, Jepang, Jerman, Italia. Bahkan, sebuah waralaba penjual kopi terkenal di Amerika Serikat, Starbuck, juga menggunakan kopi yang diimpor dari Indonesia. Amerika menjadi negara pengimpor kopi terbesar dari Indonesia, negara tujuan ekspor lainnya adalah Jepang, Jerman, Italia walaupun Amerika menjadi negara pengimpor terbesar dari Indonesia, tetapi dalam perkembangan ekspor kopi Indonesia ke Amerika mengalami penurunan volume selama 2004-2008 meskipun berdasarkan nilai ekspor mengalami kenaikan (Nuril, 2003).

(14)

Perbandingan harga kopi dunia dengan harga kopi ekspor Indonesia, adanya perbedaan harga yang jauh dimana harga kopi Indonesia tertinggi hanya menyentuh harga 116,07 US cents/lb pada tahun 2007 dan harga kopi dunia sampai menyentuh harga 1291,97 US cents/lb, perbedaan harga yang jauh inilah yang menjadi keunggulan dari kopi Indonesia. (Sumber : ICO Historical Statistic 2008 dan Statistika Indonesia 2008). Tejadinya fluktuasi kurs dollar terhadap rupiah dalam kurun waktu 2001-2008, perkembangan kurs dollar yang terjadi pada kurun waktu tersebut dapat dibilang stabil pada level Rp 7.000-Rp 8000 dengan kurs yang stabil merupakan modal penting bagi ekspor kopi Indonesia. Kurs tertinggi pada kurun waktu 2001-2008 adalah pada tahun 2008 senilai Rp. 12.060 dan kurs terendah pada tahun 2002 senilai Rp.7.500.(Sumber : Statistik Keuangan Indonesia 2009).

Pada tahun 2001 konsumsi kopi Amerika mengalami kenaikan paling tinggi yaitu sebesar 2.351.698 bags dimana pada tahun yang sama harga kopi internasional maupun harga kopi domestik mengalami penurunan sebesar 18,65 untuk harga kopi internasional dan 392,5 dollar untuk harga kopi domestik. Perkembangan konsumsi Amerika mulai tahun 2002 dengan perkembangan harga kopi dunia tidak sama , harga kopi dunia mulai tahun 2002 sampai 2008 mengalami kenaikan tiap tahunnya sedangkan konsumsi kopi Amerika berfluktuatif hal ini sama dengan perkembangan harga kopi domestik . (Sumber : International Coffee Organization (ICO))

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, kopi produksi Indonesia merupakan komoditas yang mempunyai daya saing yang tinggi dengan komoditas kopi luar negeri dan mempunyai potensi untuk menambah devisa negara, sehingga peneliti ingin Menganalisis pengaruh harga kopi dunia, harga kopi domestik, kurs,pendapatan perkapita Amerika maupun konsumsi kopi Amerika terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Amerika.

(15)

disamping ketatnya persaingan pasar produk olahan. Negara importir kopi memiliki perbedaan selera, dan di setiap Negara memiliki cara mengolah kopi yang berdeda meskipun dalam Peraturan Menteri Perdagangan nomor 41 tahun 2009.

Dalam Permen 42 tahun 2009 disebutkan bahwa kopi yang diatur ekspornya yakni Kopi, digongseng atau dihilangkan kafeinnya maupun tidak, sekam dan kulit kopi, pengganti kopi mengandung kopi dengan perbandingan berapapun; serta Ekstrak, esens dan konsentrat, dari kopi, teh atau mate dan olahan dengan dasar produk ini atau dengan dasar kopi,teh atau mate; chicory digongseng dan pengganti kopi yang digongseng lainnya, dan ekstrak, esens dan konsentratnya.

Italia memiliki image kopi yang memilki cita rasa yang khas dengan produk olahan kopi seperti ekspreso. Negara importir kopi lebih suka membeli biji kopi karena masih bias diolah dengan berbagai produk olahan lainnya yang dapat memenuhi bahan baku produksi kopi mereka. Dalam mekanisme distribusi kopi kekonsumen Indonesia memiliki dua kelemahan yakni kualitas yang masih kalah dari Brazil dan Vietnam serta dalam kerja sama internasional Vietnam memiliki keunggulan kerja sama dengan Uni Eropa. Artinya meskipun Indonesia merupakan salah satu Negara eksportir kopi terbesar tetapi Indonesia belum memiliki keunggulan kompatatif (purnamasari, hanani, dan huang, 2014) Menurut Purnamasari, etc: Penyebab dari rendahnya kualitas ekspor kopi di Indonesia karena 90% kopi yang dijual berupa green-coffee. Selain itu menurut Siregar, 2009 dalam purnamasari 2014, sebagian besar petani kopi Indonesia merupakan petani kecil dengan skill terbatas yang membuat kebanyakan petani kopi Indonesia memanen kopi saat masih hijau. Selain itu, kopi tidak mencapai kadar air yang dianjurkan (12.5%) sehingga banyak kopi yang berjamur dan pecah akibat penggunaan alat pengupas yang tidak bagus. Kualitas bahan baku yang kurang baik mengurangi tingkat kepercayaan konsumen dalam mengkonsumsi produk olahan kopi.

Berdasarkan pernyataan para pelaku industri hilir kopi diketahui bahwa masalah utama dari lambannya pengembangan industri hilir kopi di Indonesia yakni:

(16)

3. adanya hambatan dalam peraturan khususnya ketenagakerjaan, perpajakan dan perdagangan;

4. kurangnya motivasi dari pengusaha; 5. kekurangan modal;

6. teknologi pengolahan dan pengemasan yang belum dikuasai sepenuhnya; dan

7. kualitas SDM untuk pemasaran produk hilir yang belum memadai.

Dalam menembus pasar ekspor dunia perlu kerja sama internasional yang dilakukan Negara untuk menjamin pemenuhan suplai kopi dengan produk olahan. Jaringan kerja sama internasional akan mempermudah produk masuk kesuatu Negara, contohnya Vietnam lebih mudah masuk psar Uni eropa dibanding Indonesia dan Indonesia lebih mudah masuk ke jepang hingga menjadikan Indonesia sebagai eksportir kopi terbesar dijepang. Sarana prasarana dalam pengembangan industir hilir masih sangat minim. Tidak hanya kopi industri hilir karet nasional hanya mampu menampung 15% dari total produksi hasil karet nasional. Agroindustri lebih efektif jika dikembangkan dekat dengan bahan baku, artinya daerah yang telah menghasilkan kopi unggulan dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Jangkauan industri dalam mendistribusikan dan membeli alat menjadi kendala hingga meghambat perkembangan industri.

(17)

BAB 4. PENUTUP

KESIMPULAN

(18)

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Hasibuan, Akhmaludin. 2012. Manajemen perubahan, membalik arah menuju usaha perkebunan yang tangguh melalui strategi optimalisasi efisiensi. Yogyakarta: Andi Offset.

Rahardjo, Puji. 2012. Kopi. Jakarta: Penebar Swadaya

Soesastro, hadi. Aida. Triaswati. 2005. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir. Yogyakarta: Kanisius.

Jurnal:

European Commission. 2009. Competitiveness Developments within the Euro Area. Quarterly Report on the Euro Area, Vol. 8 No. 1.

Dradjat Bambang, Adang Agustian, dan Ade Supriatna. 2007. Ekspor dan Daya Saing Kopi Biji Indonesia di Pasar Internasional: Implikasi Strategis Bagi Pengembangan Biji Organik. Vol 23 No. 2: 165-167.

Purnamasari, Hanani, Dan Huang, 2014. Analisis Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia Di Pasar Dunia (The Competitiveness Analysis Of Indonesian Coffee Export In The World Market). Agrise. Vol 14 No. 1

Internet:

Food and Agriculture Organization. 2012. Production and Trade.Faostat.org. h

tt p :/ / www .f a o.o r g

International Trade Centre. 2012. Market Data and Information. ITC for Exporter. h tt p :/ / www . i n t r ace n.org

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 41/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA.

(19)
(20)

Gambar

tabel yang mengindikasikan lima negara produsen kopi utama dunia dan lima

Referensi

Dokumen terkait

Pemesanan Edit Produk Pemesanan Member Login Admin Admin Logout <<include>> Beranda Produk Shopping card Guestbook Registrasi Bantuan Non Member

Dari uraian di atas, perlu Anda perhatikan bagaimana tujuan penerapan budaya kerja tersebut diterapkan di kantor Anda? Misalnya Anda ingin membuat sebuah media

Apulaisoikeusasiamies pitää oikeudellisesti vaikeasti perusteltavana tilannetta, jossa poliisin mukana on ulkopuolinen henkilö, joka saa tai jonka osalta on suuri riski siitä,

Pelayanan Prima di Rumah Sakit akan tercapai jika setiap seluruh Sumber Daya Manusia yang dinyatakan dengan Paramedis dan pegawai Rumah sakit yang mempunyai Kualitas

Saya lahir tahun sembilan belas lima puluh enam, 4 Kalau begitu, Anda berumur lima puluh sembilan tahun, 5 Saya tinggal di Jalan Merdeka nomor empat puluh tujuh. Latihan 9:

b. Menetapkan program satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung setiap kali akan melakukan pelayanan kepada peserta didik. Menetapkan layanan informasi melalui ceramah

Lewat fenomenologi, Husserl mau mengembalikan kemampuan rasional manusia dalam bentuk kesadaran yang hadir dan mengarahkan diri kepada objek, sedemikian hingga rasio

emosional, dan perhatian orang tua maka hasil belajar matematika akan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengetahuan awal,