No.23/05/36/ Th.XI, 2 Mei 2017
P
ERKEMBANGAN
N
ILAI
T
UKAR
P
ETANI
D
AN
H
ARGA
P
RODUSEN
G
ABAH
BULAN
APRIL
2017
A.
PERKEMBANGAN
NILAI
TUKAR
PETANI
NILAI
TUKAR
PETANI
(NTP)
APRIL
2017
SEBESAR
98,69
ATAUNAIK
0,51
PERSEN
NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten pada April 2017, NTP secara umum naik 0,51 persen dibandingkan NTP Maret, yaitu dari 98,19 menjadi 98,69. Kenaikan NTP pada April 2017 dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 0,90 persen dibandingkan laju kenaikan pada Indeks Harga yang DibayarPetani (Ib) yangnaiksebesar 0,38 persen.
NTP Banten April 2017 sebesar 98,69 atau naik 0,51 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang naik sebesar 0,90 persen dibandingkan laju kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani yang naik 0,38 persen.
Pada April 2017 terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,39 persen terutama disebabkan oleh inflasinya indeks kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,23 persen.
Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Banten April 2017 sebesar 103,82 atau naik 0,43 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.
Tabel 1
Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Bulan April 2017 (2012=100)
Subsektor Bulan Persentase
c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128,43 128,93 0,39
d. Indeks BPPBM 119,70 120,25 0,46
e. Nilai Tukar Petani (NTP) 98,19 98,69 0,51
Kenaikan NTP April 2017 disebabkan oleh naiknya NTP pada tiga (3) subsektor yakni subsektor tanaman pangan yang naik 0,88 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat yang meningkat 0,98 persen, dan subsektor perikanan yang naik 0,19 persen. Sedangkan pada dua subsektor lainnya justru terjadi penurunan, yakni subsektor hortikultura yang turun 0,22 persen dan subsektor peternakan yang turun 0,08 persen.
1.
Indeks Harga yang Diterima Petani (I
t)
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas
pertanian yang dihasilkan petani. Pada April 2017, It Banten mengalami kenaikan sebesar 0,90 persen dibanding It Maret, yaitu naik dari 123,74 menjadi 124,85. Kenaikan It pada April 2017 disebabkan naiknya It pada semua subsektor yakni subsektor tanaman pangan yang naik 1,28 persen, It subsektor hortikultura naik 0,13 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik 1,41 persen, subsektor peternakan naik 0,27 persen dan It subsektor perikanan yang naik 0,45 persen.
Grafik 2
Perubahan Indeks Harga Yang Diterima Petani Maret - April 2017
T. pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan
2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (I
b)
Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT) dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan,
serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada April 2017 indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami kenaikan 0,39 persen dan Indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen. Kenaikan indeks BPPBM ini disebabkan naiknya seluruh kelompok yakni kelompok bibit 0,12 persen; kelompok pupuk, obat-obatan, dan pakan naik 0,12 persen; biaya sewa dan pengeluaran lain naik 0,25 persen; kelompok transportasi naik 0,35 persen; kelompok penambahan barang modal naik 0,50 persen dan kelompok upah buruh mengalami kenaikan 0,87 persen.
Grafik 3
Perubahan Indeks Harga Yang Di bayar Petani Bulan April 2017
3.
Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor
a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P)
Pada bulan April 2017 NTP-P mengalami kenaikan indeks sebesar 0,88 persen atau naik dari 97,26 menjadi 98,11. Hal ini karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (It) sebesar 1,28 persen lebih cepat dibandingkan laju kenaikan Indeks Harga yang Dibayar petani (Ib) yang sebesar 0,40 persen. Kenaikan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena naiknya indeks pada subkelompok padi sebesar 1,29 persen dan subkelompok palawija juga mengalami kenaikan 1,00 persen sehingga mempercepat laju kenaikan pada It subsektor tanaman pangan. Kenaikan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh naiknya harga gabah sebesar 1,29 persen. Sementara kenaikan indeks pada subkelompok palawija dipengaruhi naiknya harga jagung, ubi jalar, dan ketela pohon. Di sisi lain indeks harga dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,40 persen karena pengaruh naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing masing sebesar 0,37 persen dan 0,55 persen. Untuk BPPBM, kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada seluruh kelompok yakni kelompok bibit naik 0,08 persen, kelompok pupuk dan obat-obatan naik 0,20 persen, kelompok biaya sewa dan pengeluaran lainn naik 0,52 persen, kelompok transportasi naik 0,51 persen, dan kelompok penambahan barang modal naik 0,90 persen, serta upah buruh
T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan
Tabel 2
Indeks Diterima & Dibayar Petani Banten Per Subsektor & Perubahannya Februari – April 2017 (2012=100)
Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok
a. Indeks Diterima Petani 124,31 124.54 126,13 1,28
- Padi 124,20 124.50 126,11 1,29
- Palawija 126,34 125.33 126,59 1,00
b. Indeks Dibayar Petani 127,72 128.05 128,56 0,40
- Indeks Konsumsi Rumahtangga 128,68 128.87 129,34 0,37
- Indeks BPPBM 122,92 124.02 124,70 0,55
c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 97.33 97.26 98,11 0,88
2. Hortikultura
a. Indeks Diterima Petani 124,95 125.94 126,10 0,13
- Sayur-sayuran 126,56 128.54 128,03 -0,40
- Buah-buahan 124,01 124.43 125,00 0,46
-Tanaman Obat 120,49 118.57 119,95 1,16
b. Indeks Dibayar Petani 124,29 124.72 125,15 0,35
- Indeks Konsumsi Rumahtangga 127,42 127.69 128,22 0,41
- Indeks BPPBM 115,66 116.53 116,71 0,15
c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 100,53 100.98 100,76 -0,22
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
a. Indeks Diterima Petani 118,85 121.09 122,80 1,41
- Tanaman Perkebunan Rakyat 118,85 121.09 122,80 1,41
b. Indeks Dibayar Petani 126,34 126.60 127,14 0,43
- Indeks Konsumsi Rumahtangga 128,13 128.46 128,90 0,35
- Indeks BPPBM 117,72 117.64 118,65 0,86
c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 94,07 95.65 96,59 0,98
4. Peternakan
a. Indeks Diterima Petani 121,35 120.68 121,00 0,27
- Termak Besar 130,88 131.31 131,46 0,12
- Ternak Kecil 128,91 129.85 130,21 0,28
- Unggas 114,73 113.08 114,15 0,95
- Hasil Ternak 116,31 114.88 113,54 -1,16
b. Indeks Dibayar Petani 121,54 121.56 121,98 0,34
- Indeks Konsumsi Rumahtangga 127,57 128.06 128,71 0,51
- Indeks BPPBM 115,13 114.66 114,82 0,14
c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 99,85 99.27 99,20 -0,08
5. Perikanan
a. Indeks Diterima Petani 131,13 131.27 131,85 0,45
- Penangkapan 148,58 148.20 148,03 -0,12
- Budidaya 117,54 118.07 119,25 0,99
b. Indeks Dibayar Petani 123,68 123.95 124,27 0,26
- Indeks Konsumsi Rumahtangga 128,46 128.72 129,15 0,33
- Indeks BPPBM 116,16 116.46 116,61 0,13
b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)
Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan April 2017 mengalami penurunan sebesar 0,22 persen dari 100,98 menjadi 100,76. Hal ini terjadi karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,13 persen, lebih lambat dari laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang naik 0,35 persen. Penurunan It pada subsektor hortikultura disebabkan oleh turunnya indeks pada kelompok sayur-sayuran sebesar 0,40 persen. Sementara itu, kelompok buah-buahan dan tanaman obat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,46 persen dan 1,16 persen. Penurunan indeks pada kelompok sayur-sayuran disebabkan oleh turunnya harga bawang merah, cabai merah, terung panjang, ketimun, cabai rawit, petsai/sawi, kacang panjang, tomat, dan kangkung. Sedangkan kenaikan indeks pada kelompok buah-buahan disebabkan naiknya harga pisang dan belimbing. Sementara itu, kenaikan indeks yang terjadi pada kelompok tanaman obat terutama disebabkan oleh kenaikan harga lengkuas dan kencur. Di sisi lain, kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi naiknya Indeks KRT sebesar 0,41 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,15 persen.
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)
Pada Bulan April 2017 NTP-R sebesar 96,59 atau mengalami kenaikan sebesar 0,98 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan karena laju kenaikan pada indeks harga yang diterima petani yang sebesar 1,41 persen, lebih cepat dari laju kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,43 persen. Kenaikan It terjadi karena naiknya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,41 persen yakni dari 121,09 menjadi 122,80 persen yang dipengaruhi oleh naiknya harga lada/merica, cengkeh, dan kakao. Di sisi lain kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi naiknya IKRT sebesar 0,35 persen dan diperkuat oleh kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,86 persen.
d. Subsektor Peternakan (NTP-T)
harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,26 persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena naiknya indeks kelompok budidaya sebesar 0,99 persen meskipun diperlambat oleh penurunan kelompok penangkapan sebesar 0,12 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,26 persen disebabkan naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,33 persen dan 0,13 persen.
1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)
Pada April 2017, NTN turun sebesar 0,49 persen dari 119,52 menjadi 118,93. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 0,12 persen, sementara Ib justru mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga di sebagian besar ikan pada kelompok tangkap antara lain: julung-julung, tongkol, cakalang, cumi-cumi dan lainnya. Sedangkan kenaikan pada Ib disebabkan karena KRT mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen dan BPPBM naik 0,45 persen. 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)
Pada April 2017, NTPi naik sebesar 0,83 persen atau naik dari 95,28 persen menjadi 96,08 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan It yang sebesar 0,99 persen, lebih cepat dari laju kenaikan Ib yang naik sebesar 0,16 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 1,89 persen yakni harga ikan lele, mas, nila, dan mujair meski diperlambat dengan penurunan kelompok budidaya air payau sebesar 0,20 persen yang disebabkan turunnya harga bandeng. Sementara itu, Ib mengalami kenaikan karena IKRT yang naik sebesar 0,33 persen dan diperlambat oleh penurunan indeks pada BPPBM sebesar 0,13 persen.
4.
Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di pedesaan. Pada bulan April 2017 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi infllasi di perdesaan sebesar 0,39 persen. Pemicu infllasi tertinggi adalah inflasi pada makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,23 persen, yang dikuti kelompok sandang 1,19 persen, kelompok transportasi dan komunikasi 0,47 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,28 persen, kelompok kesehatan 0,79 persen, kelompok perumahan 0,22 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,19 persen dan kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi 0,21 persen.
Tabel 3
IKRT, Inflasi Perdesaan Provinsi Banten
Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan April 2017 (2012=100)
KELOMPOK IKRT IKRT Maret IKRT April Inflasi Perdesaan
(persen)
UMUM 128.43 128,93 0,39
1. Bahan Makanan 131.42 131,14 -0,21
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 129.65 131,25 1,23
3. Perumahan 130.75 131,04 0,22
4. Sandang 122.00 123,46 1,19
5. Kesehatan 123.21 123,44 0,19
6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 115.81 116,13 0,28
5.
Perbandingan antar Provinsi di Indonesia
Pada Bulan April 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 16 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 106,00 yang diikuti oleh Provinsi Gorontalo sebesar 105,09 dan Provinsi Bali sebesar 104,98. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,15. NTP nasional sebesar 100,01 yang mengalami penurunan sebesar 0,06 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 99,95.
Tabel 3
Nilai Tukar Petani Seluruh Provinsi di Indonesia April 2017 (2012=100)
6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor
Pada April 2017 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,43 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan pada It sebesar 0,90 persen masih lebih cepat dibandingkan dengan laju kenaikan pada indeks BPBBM yang naik sebesar 0,46 persen. Jika dilihat per subsektor, kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP pada empat subsektor yakni subsektor tanaman pangan naik 0,72 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik 0,55 persen, subsektor peternakan naik 0,12 persen, dan subsektor perikanan yang naik sebesar 0,32 persen. Sementara itu, pada subsektor hortikultura terjadi penurunan NTUP sebesar 0,02 persen.
Tabel 4
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, April 2017 (2012=100)
Subsektor Maret April Perubahan (%)
(1) (2) (3) (4)
1. Tanaman Pangan 100.42 101,15 0,72
2. Hortikultura 108.08 108,05 -0,02
3. Tanaman Perkebunan Rakyat 102.94 103,50 0,55
4. Peternakan 105.25 105,38 0,12
5. Perikanan 112.72 113,07 0,32
a. Tangkap 127.00 126,28 -0,56
b. Budidaya 101.55 102,69 1,12
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH
Pada April 2017, dari seluruh observasi yang dilakukan ditemukan kualitas GKP sebanyak 86,79 persen, dan kualitas rendah/di luar kualitas 13,21 persen. Dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.400,- per kg untuk kualitas rendah dengan varietas Ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 4.800,- per kg untuk kualitas GKP dengan varietas ciherang.
Tabel 5
Banyaknya Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas, April 2017
Kelompok Kualitas
Persentase Jumlah Obser-vasi
Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.) Rata-rata
Harga Tingkat
GKG: kadar air ≤14 persen dan kadar lain ≤3 persen.
GKP: kadar air (14,01-25persen) dan kadar lain (3,01-15persen).Kualitas rendah: kadar air > 25 persen atau kadar lain > 15persen * HPP di tingkat penggilingan berdasarkan INPRES NOMOR 5 TAHUN 2015 TANGGAL 17 April 2015
2. Rata
–
rata Komponen Mutu
Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKP KA nya sebesar 14,35 persen dan KH nya 5,98 persen; sedangkan untuk Kualitas rendah KA nya 21,04 persen dan KH 17,97 persen.
Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada April dibandingkan keadaan Maret, untuk Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan 5,11 persen dan untuk Gabah di luar kualitas naik sebesar 6,24 persen.
Rata-rata harga gabah bulan April 2017 di tingkat penggilingan untuk kualitas GKP Rp. 4.200 per kg,- dan kualitas rendah Rp. 3.879,- per kg.
Tabel 3
Rata – rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas Gabah Februari - April 2017
Kelompok Kualitas Kadar Air (persen) Kadar Hampa/Kotoran (persen)
Februari Maret April Februari Maret April
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
GKG - - - -
GKP 16,50 15,99 14,35 5,08 5,78 5,98
Kualitas Rendah 20,93 21,75 21,04 11,06 11,73 17.97
4. Rata
–
rata Harga Gabah Menurut Kualitas
Rata-rata harga harga gabah kualitas kering panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp. 4.200,- per kg sementara di tingkat petani rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar Rp. 4.059,- per kg. Untuk gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan mengalami kenaikan rata-rata harga sebesar 5,03 persen dan di tingkat petani juga mengalami kenaikan rata-rata harga yakni sebesar 5,11 persen.
Tabel 5
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Februari– April 2017
Ku a li t a s
T in gk a t P e ng gili n ga n ( Rp/ Kg ) T in gk a t P e t an i ( Rp / Kg )
F e b’17 M ar’17 Apr’17
P er s en t s s e P er u b ah a n
Kol ( 4 ) t h d ( 3 )
F e b’17 M ar’17 Apr’17
P er s en t a s e P er u b ah a n Kol ( 8 ) t hd
( 7 )
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 )
G KG - - - - - - - -
G KP 3.927 3.999 4.200 5,03 3.802 3.862 4.059 5,11
Ku a li t a s
C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH
UPAH NOMINAL HARIAN BURUH TANI PROVINSI BANTEN APRIL 2017 SEBESAR Rp 47.430,-
*) Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (2012=100)
Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada April 2017 dibanding upah buruh tani Maret mengalami kenaikan sebesar 3,51 persen atau naik dari Rp. 45.824,- per hari menjadi Rp. 47.430,- per hari. Secara riil mengalami kenaikan 3,10 persen atau naik dari Rp. 35.680,- per hari menjadi Rp. 36.788,- per hari
Tabel 6
Ringkasan Upah Buruh Tani Provinsi Banten Per Hari (rupiah) Februari - April 2017
Rincian Jenis Upah
Bulan
% Perubahan April 2017 thd Maret Februari ‘17 Maret ‘17 April’17
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Provinsi Upah Nominal 45.240 45.824 47.430 3,51
Upah Riil *) 35.301 35.680 36.788 3,10
*) Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (2012=100)
Informasi lebih lanjut hubungi:
Ir. Agoes Soebeno, M.Si Kepala BPS Provinsi Banten
Telepon: 0254-267027
E-mail : bps3600@bps.go.id; pst3600@bps.go.id Website : banten.bps.go.id