• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Etnis Tionghoa Tentang Keluarga Berencana, Di Praktek Dr. Hotma Partogi Spog Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Etnis Tionghoa Tentang Keluarga Berencana, Di Praktek Dr. Hotma Partogi Spog Medan Tahun 2012"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Defenisi Persepsi

Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan

menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi

lingkungan mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi bisa terletak dalam diri

pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks

situasi dimana persepsi itu dibuat (Wikipedia bahasa Indonesia, 2011, ¶ 1). Menurut

Notoadmojo 2003 persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

Misalnya: seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak

balitanya.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Seseorang

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi bisa terletak dalam diri

pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks

situasi dimana persepsi itu dibuat. Asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa

lalu dan persepsi yang dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang didasarkan pada

pengalaman masa lalu dikemukan oleh sekelompok peneliti yang berasal dari

Universitas Princenton seperti Adelbert Ames, Jr, Handley Cantril, Edward Engels,

William H. Ittelson dan Adelbert Amer, Jr. Mereka mengemukakan konsep yang

disebut dengan pandangan transaksional. Konsep ini pada dasarnya menjelaskan

bahwa pengamat dan dunia sekitar merupakan partisipan aktif dalam tindakan

(2)

Secara umum terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang,

yaitu:

a. Diri orang yang bersangkutan sendiri

Apabila seseorang melihat atau berusaha memberikan interpretasi tentang apa

yang dilihatnya dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh

seperti sikap, motif, minat, pengalaman dan harapannya.

b. Sasaran persepsi

Sasaran itu dapat berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu

biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Misalnya kehadiran

orang yang sangat cantik atau sebaliknya yang penampilannya sangat mencolok akan

lebih menarik perhatian dibandingkan orang yang biasa-biasa aja. Dengan kata lain,

gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi turut

menentukan cara pandang orang yang melihatnya.

c. Faktor situasi

Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana

persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang

turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang. Misalnya seorang anak akan

menunjukkan suatu pola prilaku sopan santun, tertib bila berhadapan dengan orang

tua. Berbeda ditengah-tengah rekannya yang sebaya.

Faktor-faktor lain yang menjadi persepsi seseorang yang masuk ke

pengambilan keputusan berkaitan dengan pemilihan metode kontrasepsi meliputi

usia, paritas, usia anak terkecil, tujuan reproduksi, hubungan dengan pasangan,

pengaruh orang lain, pentingnya kenyamanan metode dan system reproduksi mereka

(3)

B. Konsep Sosial Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh

sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk

dari unsur-unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,

bahasa, sebagaimana juga budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri

manusia sehingga banyak orang cenderung menganggap diwariskan secara genetis

(Yunus, 2010).

Kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesehatan, moral, hukum, dan adat istiadat menurut EB Taylor. Sedangkan menurut

Soelaeman Soemadi adalah semua hasil karya, rasa, cipta, masyarakat yang berfungsi

sebagai tempat berlindung kebutuhan makanan dan minuman pakaian dan perhiasan

(Syaifrudin & Mariam, 2010).

Pengetahuan tentang suatu kebudayan tertentu dapat digunakan untuk

meramalkan berbagai kepercayaan dan perilaku anggotanya. Untuk itu petugas

kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai upaya mengetahui perilaku

masyarakat di kebudayaan tersebut sehingga dapat turut berperan serta memperbaiki

status kesehatan di masyarakat tersebut (Syaifrudin & Mariam, 2010) .

C. Etnis Tionghoa

Etnisitas adalah rasa identitas diri yang berkaitan dengan kelompok kultur

sosial umum dan warisan budaya. Etnisitas adalah komplek sukar dipahami, dan

tidak selalu didefinisikan dengan jelas (Potter & Perry, 2005) dan merupakan

kelompok yang diakui dalam beberapa karakteristik yaitu bahasa, asal geografi yang

(4)

Orang-orang Cina di Indonesia dipanggil “Tionghoa”, sepatah istilah yang

diciptakan sendiri oleh orang-orang yang berasal dari Cina yang berhijrah dari Cina

ke Indonesia (Wikipedia bahasa Indonesia, 2011, ¶ 1). Sejak abad 15 & 16 terdapat

sejumlah orang keturunan Cina yang berdiam di Indonesia terutama di daerah pantai

utara pulau Jawa. Yang Berminat ke Sumatera alasannya adalah di sana banyak

perkebunan tembakau dan di Bangka Belitung ada industri timah. Menurut catatan

sejarah, gelombang besar-besaran orang Cina memasuki Indonesia terjadi antara

tahun 1860-an sampai 1920-an (Kebung, et al. 2011).

Mereka awalnya datang sebagai orang miskin dan sederhana serta membawa

agama dan praktik-praktik ritual keagamaan. Pada mulanya mereka dapat hidup

membaur dengan orang-orang pribumi karena kebanyakan mereka adalah petani,

orang sederhana dan bekerja keras demi kehidupan yang lebih baik di daerah

perantauan. Namun dalam waktu singkat mereka dapat meraih taraf kehidupan yang

lebih baik karena kekayaan alam yang ada selaras dengan kenekatan dan ketekunan

mereka bekerja. Karena itu, hidup mereka yang pada mulanya aman dan baik

terhadap kaum pribumi, lama kelamaan menjadi kurang baik karena banyak alasan,

misalnya kecemburuan orang pribumi ataupun rasa superioritas berlebihan dari orang

keturunan Cina. Perlu diketahui, dalam hubungan antara orang pribumi dan

kelompok etnis Tionghoa selalu ada stereotipe-stereotipe satu terhadap yang lain.

Stereotipe kelompok etnis Tionghoa tentang orang pribumi adalah malas, boros, dan

tukang minta-minta. Terhadap orang Cina, orang pribumi memiliki stereotipe sebagai

kelompok orang kaya, bekerja hanya untuk mencari uang, superior, arogan dan

eksklusif atau tertutup dalam kelompoknya saja (Kebung, et al. 2011).

Ditemukan dua kelompok orang Tionghoa yakni kelompok “totok” yang asli

(5)

menggunakan bahasa mandarin. Kelompok kedua adalah “orang Cina atau Tionghoa

peranakan”, mereka ini lahir di Indonesia dari orang tua campuran Cina dan pribumi

atau Cina dengan suku bangsa lain seperti India, Malaysia dan lain-lain (Kebung, et

al. 2011).

Di kota Medan, 25 persen dari total penduduknya ditempati oleh etnis

Tionghoa. Menurut data sensus penduduk tahun 2000 yaitu berkisar 100.705 jiwa.

Kecamatan Medan Kota disebut dengan China Townnya Medan. Disini, warga etnis

Tionghoa sejak dulu sudah bermukim. Mereka tinggal di rumah-rumah toko yang

sekaligus menjadi tempat mereka berusaha. Ada keunikan tersendiri dari warga

Tionghoa di Medan, hingga kini mereka masih melestarikan salah satu dialek bahasa

leluhurnya. Komunitas warga Tionghoa tidak hanya berpusat di kawasan China

Town, tetapi juga di Petisah, Kampung Madras, Kampung baru, Kota Matsum,

hingga ke kawasan Medan Timur, sepanjang jalan Sumatera, jalan Wahidin, hingga

ujung jalan Asia sekarang dikenal sebagai Asia Mega Mas yang termasuk dalam

kecamatan Medan Area (KTI Mahriani, et al. 2008).

D. Keluarga Berencana

Menurut WHO (Expert Committee, 1970), KB adalah tindakan yang

membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif

tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara

kehamilan, mengontrol waktu sangat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami

istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (BKKBN, 2009).

KB (Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk

(6)

kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (Lusa, 2009, ¶

1).

1. Tujuan Program Keluarga Berencana

Tujuan program KB secara umum yaitu membentuk keluarga kecil sesuai

dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran

anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasan usia

perkawinan, peningkatan ketahan dan kesejahteraan keluarga. Kesimpulan dari

tujuan program KB adalah memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak,

keluarga, dan bangsa; memenuhi permitaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR

yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak

serta penanggulangan masalah reproduksi (Lusa, 2009, ¶ 1).

Tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-2009 meliputi: keluarga dengan

anak ideal, keluarga sehat, keluarga berpendidikan, keluarga sejahtera, keluarga

berketahanan keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya, penduduk tumbuh

seimbang (PTS) (Lusa, 2009, ¶ 1).

2. Sasaran Program Keluarga Berencana

Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:

a. Menurunnya rata-ratu laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1.14 persen

per tahun.

b. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.

c. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan

kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat atau cara kotrasepsi menjadi 6

persen.

(7)

e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien.

f. Meningkatnya rata-rata usia pertama perempuan menjadi 21 tahun.

g. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinan tumbuh kembang anak.

h. Meningkatnya keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam

usaha ekonomi produktif.

i. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

Program KB Nasional (Lusa, 2009, ¶ 1)

3. Ruang Lingkup Keluarga Berencana

Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai

perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam

tiga kategori yaitu, menunda, menjarangkan, dan mencegah kehamilan (Lusa, 2009, ¶

2).

Ruang lingkup KB antara lain: keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja,

ketahanan dan pemberdayaan keluarga, penguatan pelembaan keluarga kecil

berkualitas, keserasian kebijakan kependudukan, pengelolaan SDM aparatur,

penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan, peningkatan

pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara (Lusa, 2009, ¶ 2).

4. Strategi Program Keluarga Berencana

Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:

a. Strategi dasar yaitu: meneguhkan kembali program di daerah, menjamin

kesinambungan program.

b. Strategi operasional yaitu: peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB

Nasional, peningkatan kualitas dan prioritas program, penggalangan dan

pemantapan komitmen, dukungan regulasi dan kebijakan, pemantauan, evaluasi,

(8)

5. Dampak Program Keluarga Berencana

Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angka

kematian ibu dan anak, penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, penigkatan

kesejahteraan keluarga, peningkatan mutu dan layanan KB-KR, peningkatan sistem

pengelolaan dan kapasitas SDM, pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen

dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintah berjalan lancar (Lusa, 2009, ¶ 2).

Menurut Sudayasa (2010), dengan mengikuti program KB sesuai anjuran

pemerintah, para aseptor akan mendapatkan tiga manfaat utama optimal, baik untuk

ibu, anak dan keluarga, antara lain:

a. Manfaat untuk ibu yaitu: mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, mencegah

setidaknya 1 dari 4 kematian ibu, menjaga kesehatan ibu, merencanakan

kehamilan lebih terprogram.

b. Manfaat untuk anak yaitu: mengurangi resiko kematian bayi, meningkatkan

kesehatan bayi, mencegah bayi kekurangan gizi, tumbuh kembang bayi lebih

terjamin, kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relative lebih dapat terpenuhi,

mendapatkan kualiatas kasih sayang yang lebih maksimal.

c. Manfaat untuk keluarga yaitu: meningkatkan kesejahteraan keluarga, harmonisasi

keluarga lebih terjaga.

(Saifuddin, 2003).

6. Pemilihan Metode Kontrasepsi

Sebelum menetapkan suatu metode kontrasepsi, individu atau pasangan

suami-istri pertama harus memutuskan apakah mereka ingin menerapkan program keluarga

(9)

a. Faktor Sosial-Budaya

Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode

kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai

berbagai metode, keperayaan religious serta budaya, tingkat pendidikan, persepsi

mengenai resiko kehamilan, dan status wanita (EGC, 2007). Pentingnya memiliki

anak laki-laki di mata masyarakat menghubungkan secara langsung antara jumlah

anak yang dimiliki seorang laki-laki dan kejantanannya ( Varney, Kriebs & Gegor,

2007).

b. Faktor Pekerjaan dan Ekonomi

Kemungkinan karena melakukan wajib militer; kebutuhan untuk mengalokasi

sumber-sumber ekonomi untuk pendidikan atau sedang memulai suatu pekerjaan

atau bidang usaha; kemampuan ekonomi untuk menyediakan calan anak-anaknya

dengan makanan, pakaian, tempat berlindung, perawatan medis dan gigi, pendidikan

di masa depan, pengangguran, tuna wisma (Varney, Kriebs & Gegor, et al. 2007).

c. Faktor Keagamaan

Pembenaran terhadap prinsip-prinsip pembatasan keluarga dan konsep dasar

tentang keluarga berencana oleh semua agama (Varney, Kriebs & Gegor. 2007).

d. Faktor Hukum

Peniadaan semua hambatan hukum untuk pelaksanaan keluarga berencana sejak

diberlakukannya undang-undang negara Connecticut tentang pembatasan

penggunaan semua alat kontrasepsi, yang bertujuan mencegah konsepsi dinyatakan

tidak sesuai konstitusi oleh Majelis Tertinggi pada tahun 1965 (Varney, Kriebs &

(10)

e. Faktor Fisik

Kondisi-kondisi yang membuat wanita tidak bisa hamil karena alasan kesehatan,

usia dan waktu, gaya hidup tidak sehat (misalnya; alkoholisme, penyalahgunaan

obat, merokok, bulimia, anoreksia, obesitas), penggunaan obat teratogenik (Varney,

Kriebs & Gegor. 2007).

f. Faktor Hubungan

Stabilitas hubungan, masa krisis dan penyesuaian yang panjang dengan hadirnya

anak (Varney, Kriebs & Gegor. 2007).

g. Faktor Psikologis

Kebutuhan untuk memiliki anak untuk dicintai dan mencintai orangtuanya.

Pemikiran bahwa kehamilan dianggap bahwa kita dicintai. Keyakinan yang salah

bahwa anak akan menyatukan kembali hubungan yang retak. Rasa takut untuk

mengasuh dan membesarkan anak serta ancaman terhadap gaya hidup yang dijalani

jika menjadi orangtua (Varney, Kriebs & Gegor. 2007).

h. Status Kesehatan dan Riwayat Genetik

Adanya keadaan atau kemungkinan munculnya kondisi atau penyakit yang dapat

ditularkan kepada bayi (mis; HIV, AIDS, Tay-Sachs, Korea Huntington, anemia sel

sabit) (Varney, Kriebs & Gegor. 2007).

Dalam menghadapi kontraindikasi medis, faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi penilaian individu atau pasangan terhadap pemilihan metode

kontrasepsi adalah sebagai berikut: keinginan untuk mengendalikan kehamilan

secara permanen atau sementara, efektifitas metode yang digunakan, pengaruh media

(penekanan pada aspek positif dan negative atau efek samping metode kontrasepsi),

efek samping dan pertanyaan yang mungkin mucul tentang keamanan suatu metode,

(11)

kemampuan suatu metode untuk mencegah penyakit (HIV, PMS), perkiraan lamanya

penggunaan metode kontrasepsi. Biaya, frekuensi hubungan seksual, jumlah

pasangan seksual, faktor sosial (tren sosial saat ini terkait penggunaan berbagai

metode), faktor keagamaan (apakah metode tertentu dikenakan sanksi oleh

badan-badan keagamaan yang dianut individu atau pasangan, faktor psikologis (perasaan

tentang sikap aspek yang terkait dengan metode tertentu), kemudahan dalam

menggunakan metode tertentu (Varney, Kriebs, & Gegor, et al. 2007).

7. Jenis/ Metode Keluarga Berencana

a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode ini digunakan di beberapa negara berkembang jauh sebelum penelitian

mengkonfirmasi bahwa kehamilan jarang terjadi selama enam bulan pertama setelah

melahirkan diantara wanita menyusui dan wanita yang memberi bayi ASI ditambah

susu botol. Ovulasi dapat dihambat oleh kadar prolaktin yang tinggi (Varney, Kriebs

& Goger, et al. 2007).

Cara Kerja : Penundaan/penekanan ovulasi.

Keuntungan Kontrasepsi :

1) Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan.

2) Segera efektif.

3) Tidak mengganggu sanggama.

4) Tidak ada efek samping secara sistemik.

5) Tidak perlu pengawasan medis.

6) Tidak perlu obat atau alat.

7) Tanpa biaya.

(12)

1) Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan

dan belum mendapat haid setelah melahirkan.

Yang Seharusnya Tidak Pakai MAL :

1) Sudah mendapat haid setelah bersalin.

2) Tidak menyusui secara eksklusif.

3) Bayinya sudah berumur lebir dari 6 bulan.

4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.

(Saifuddin, 2003).

b. Metode Keluarga Berencana Alami (KBA)

Sekarang ini metode keluarga berencana yang paling efektif adalah :

1) Metode Ovulasi (Metode Lendir serviks; Metode Billings; Model Creighton)

Metode ovulasi didasarkan pada pengenalan terhadap perubahan lender

serviks selama siklus menstruasi, yang menggambarkan masa subur dalam siklus dan

waktu fertilitas maksimal dalam masa subur. Wanita akan diajarkan tentang cara

mengenali perubahan karakteristik lendir serviks dan dalam pola sensasi di vulva

(kebasahan; perasaaan banyak cairan; kering) selama siklus (Varney, Kriebs &

Goger, et al. 2007).

2) Metode Suhu (Sympto-Thermal)

Metode gejala suhu (Sympto-Thermal) menggunakan semua tanda dan gejala

sejak ovulasi. Dengan demikian, metode ini dilakukan dengan mengamati perubahan

lendir dan perubahan suhu basal tubuh dan menambahkan indikator ovulasi yang

lain” (Varney, Kriebs &.Goger. 2007).

3) Metode Kalender

Metode ini banyak keterbatasan karena menggunakan panjang siklus menstruasi.

(13)

perkiraan waktu ovulasi. Wanita yang tidak dapat bergantung pada metode kalender

yaitu wanita yang memiliki siklus menstruasi yang lebih pendek dari 25 hari, wanita

yang siklus menstruasinya tidak teratur, wanita yang memiliki variasi waktu 8 hari

atau lebih, wanita yang berada pada masa nifas, wanita yang sedang menyusui, dan

wanita yang berada pada masa perimenapause (Varney, Kriebs & Goger, et al. 2007).

4) Metode Suhu Basal

Metode ovulasi mendeteksi kapan ovulasi terjadi . Keadaan ini dapat terjadi

karena progesterone yang dihasilkan oleh korpus luteum menyebabkan peningkatan

suhu basal tubuh. Suhu tubuh harus sedikitnya 0,4̊F di atas eman kali perubahan suhu

sebelumnya diukur. Pendeteksian peningkatan suhu tubuh ini kemudian dapat

mengidentifikasi dua fase siklus menstruasi, yakni fase luteum dan fase pascaovulasi

(Varney, Kriebs & Goger, et al. 2007).

c. Metode Kontrasepsi Nonhormon

Ada beberapa alat kontrasepsi nonhormon yaitu :

1) Sediaan Spermisida

Agens aktif yang terkandung dalam sebagian besar sediaan spermisida adalah

nonoksinol-9. Agen ini membuat sperma menjadi tidak aktif, tetapi tidak terbukti

sebagai mikrobisid vagina yang efektif (Varney, Kriebs & Goger, 2007).

Cara Kerja :

a) Menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan

sperma,dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

Manfaat Kontrasepsi :

a) Efektif seketika (busa dan krim).

b) Tidak mengganggu produksi ASI.

(14)

d) Tidak mengganggu kesehatan klien.

e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

f) Mudah digunakan.

g) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual

h) Tidak perlu resep dokter atau pemerikasaan kesehatan khusus.

Efek Samping :

a) Iritasi vagina.

b) Iritasi penis dan tidak nyaman.

c) Gangguan rasa panas di vagina.

d) Kegagalan tablet tidak larut.

2) Kondom

Kondom adalah selubung lateks tipis yang pas menutupi penis yang sedang

ereksi dan mencegah semen masuk ke vagina. Kondom terbagi dua yaitu; kondom

pria dan kondom wanita (Varney, Kriebs & Goger, 2007).

Cara Kerja :

a) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara

mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis

sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi

perempuan.

b) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS)

dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat

dari lateks dan vinil).

Efektivitas :

Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan

(15)

dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka

kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

Manfaat Kontrasepsi :

a) Efektif bila digunakan dengan benar.

b) Tidak menggangu produksi ASI.

c) Tidak mengganggu kesehatan klien.

d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

e) Murah dan dapat dibeli secara umum.

f) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.

g) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.

Efek Samping :

a) Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan).

b) Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat berhubungan.

c) Dicurigai adanya reaksi alergi (spermisida).

d) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual.

(Saifuddin, 2003).

3) Diafragma

Diafragma merupakan penghalang mekanis antara sperma dan sel telur. Alat ini

berbentuk kubah, terbuat dari sejenis karet lateks yang lebih tebal dari pada kondom,

dan memiliki pegas logam fleksibel pada bingkai diafragma (Varney, Kriebs &

Goger. 2007).

Cara Kerja :

Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi

bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.

(16)

a) Efektif bila digunakan dengan benar

b) Tidak mengganggu produksi ASI

c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam

sebelumnya.

d) Tidak mengganggu kesehatan klien

e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

Efek Samping :

a) Infeksi saluran uretra

b) Dugaan adanya reaksi alergi diafragma atau dugaan adanya reaksi alergi

spermisida.

c) Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rectum.

d) Timbul cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebih dari 24 jam.

(Saifuddin, 2003).

4) Cervikal Cap

Cervikal Cap yaitu penutup serviks yang terbuat dari karet lateks dan berbentuk

bundar kerucut, dengan cicin tebal sesuai dengan bentuk serviks, serta daya isap

yang tercipta diantara kubah penutup dan serviks, sehingga dapat melekat erat pada

serviks, tetapi tidak menekan ke dalam forniks servikol vaginal (Varney, Kriebs &

Goger, et al. 2007).

d. Kontrasepsi Hormon

Kontrasepsi hormonal tersedia dalam sejumlah bentuk yang berbeda yaitu:

1) Pil Kombinasi dan hanya berisi progestin

Mekanisme kerja pil merupakan kombinasi kerja estrogen dan kerja progestin.

Saat ini ada dua estrogen sitesis yang digunakan pada pil kontrasepsi kombinasi:

(17)

kontrasepsi hormonal oral memiliki tingkat keefektifan yang berbeda-beda pada

penggunaannya (Varney, Kriebs, & Gegor, et al. 2007).

Cara Kerja :

a) Menekan ovulasi

b) Mencegah implantasi

c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.

d) Pergerakan tuba terganggu sehingga tranportasi telur dengan sendirinya akan

terganggu pula.

Manfaat :

a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektifitas tubektomi),

bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun

pertama penggunaan).

b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.

c) Tidak mengganggu hubungan seksual.

d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah

anemia), tidak terjadi nyeri haid.

e) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin

menggunakannya untuk mencegah kehamilan.

f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.

g) Mudah dihentikan setiap saat.

h) Kesuburan segera kembali setelah pengunaan pil dihentikan.

i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

j) Membantu mencegah : kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker

endometrium, kista ovarium, kista ovarium, penyakit radang panggul,

(18)

Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi :

a) Usia reproduksi

b) Telah memiliki anak atau pun yang belum memiliki anak.

c) Gemuk atau kurus.

d) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi.

e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

f) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan

semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut.

g) Pascakeguguran

h) Anemia karena haid berlebihan.

i) Nyeri haid hebat.

j) .Siklus haid tidak teratur.

k) Riwayat kehamilan ektopik.

l) Kelainan payudara jinak.

m) Kencing manis tanpa komplikasi ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf.

n) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium

jinak.

o) Menderita tuberkolosis (kecuali yang menggunakan rifampisin).

p) Varises vena.

Yang Tidak Boleh Menggunakan Pil Kombinasi :

a) Hamil atau dicurigai hamil.

b) Menyusui eksklusif.

c) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabanya.

d) Penyakit hati akut (hepatitis).

(19)

f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmhg.

g) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis > 20 tahun.

h) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara.

i) Migrain dan gejala neurologic fokal (epilepsy/riwayat epilepsi).

j) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.

Efek Samping :

a) Amenorea (tidak ada perdarahan, atau spotting).

b) Mual, pusing, atau muntah (akibat reaksi anafilaktik).

c) Perdarahan pervaginam/spotting.

(Saifuddin, 2003).

2) Pil Progestin (minipil)

Kemasan denagn isi 35 pil berisi 300 �g Levonorgestrel atau 350 �g

noretindron. Dan yang 28 pil berisi 75�g norgestrel.

Cara kerja :

a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak

begitu kuat.

b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih

sulit.

c) Mengental lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.

d) Mengubah mobilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.

Keuntungan Kontrasepsi :

a) Sangat efektif bila digunakan secara benar.

b) Tidak mengganggu hubungan seksual.

c) Tidak mempengaruhi ASI.

(20)

e) Nyaman dan mudah digunakan.

f) Sedikit efek samping.

g) Dapat dihentikan setiap saat.

h) Tidak mengandung estrogen.

Yang Boleh Menggunakan Minipil :

a) Usia reproduksi.

b) Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak.

c) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang efektif selama periode

menyusui.

d) Pasca persalinan dan tidak menyusui.

e) Paskakeguguran.

f) Perokok segala usia.

g) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110 mmHg) atau dengan

masalah pembekuan darah.

h) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak menggunakan

estrogen.

Yang Tidak Boleh Menggunakan Minipil :

a) Hamil atau diduga hamil.

b) Perdarahan pervaginam yang belum yang jelas penyebabnya.

c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.

d) Menggunakan obat tuberculosis (rifampisin), atau obat untuk epilepsy

(fenitoin dan barbiturat).

e) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

f) Sering lupa menggunakan pil.

(21)

h) Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah.

Efek samping :

a) Amenorea (tidak terjadi perdarahan/spotting).

b) Perdarahan/perdarahan bercak (spotting).

(Saifuddin, 2003).

3) Suntik Progestin

Pada suntikan progestin saja yaitu DMPA (Depot Medroxyprogestron Asetat)

diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg (IM) dan NET-EN

(Norethindrone enanthate) diberikan setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama,

kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu (Pinem, 2009).

Cara kerja Suntik Progestin :

a) Mencegah ovulasi.

b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi

sperma.

c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.

d) Menghambat transportasi garnet oleh tuba.

Keuntungan :

a) Sangat efektif.

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.

d) Tidak mengandung estrogen sehinga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.

e) Tidak memilki pengaruh terhadap ASI.

f) Sedikit efek samping.

(22)

h) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.

i) Membantu mencegah kenker endometrium dan kehamilan ektopik.

j) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

k) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

l) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).

Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin :

a) Usia reproduksi

b) Nulipara dan yang telah memilki anak.

c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memilki efektifitas

tinggi.

d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

f) Setelah abortus atau keguguran.

g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

h) Perokok.

i) Tekanan darah < 180/110 mmhg, dengan masalah gangguan pembekuan

darah atau anemia bulan sabit.

j) Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturate) atau obat

tuberculosis (rifampisin).

k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

m) Anemia defisiensi besi.

n) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan

(23)

Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin :

a) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran).

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.

d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

e) Diabetes mellitus disertai komplikasi.

Efek Samping :

a) Amenorea (tidak terjadi perdarahan/Spotting).

b) Perdarahan/perdarahan bercak (spotting).

c) Mual/pusing/muntah.

(Saifuddin, 2003).

4) Sunti Kombinasi

Jenis suntikan kombinasi yaitu 25 mg Depo Medroksiprogestron asetat dan 5

estradiol Sipionat yang diberikan sebulan sekali (Cyclofem) secara intra muscular

(Pinem, 2009).

Cara Kerja Suntik Kombinasi:

a) Menekan ovulasi.

b) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.

c) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.

d) Menghambat transportasi garnet oleh tuba.

Keuntungan Kontrasepsi :

a) Risiko terhadap kesehatan kecil.

b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.

(24)

e) Efek samping sangat kecil.

f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

Kerugian :

a) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan

bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari.

b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan

hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.

c) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali

setiap 30 hari untuk mendapat suntikan.

d) Efektifitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat

epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkolosis (rifampisin).

e) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke,

bekuan darah pada paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati.

f) Penambahan berat badan.

g) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,

hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.

h) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

Yang Dapat Menggunakan Suntikan Kombinasi :

a) Usia reproduksi

b) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki.

c) Ingin mendapat kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi.

d) Menyusui ASI pascapersalinan >6 bulan.

e) Pascapersalinan dan tidak menyusui.

(25)

g) Nyeri haid hebat

h) Haid teratur.

i) Riwayat kehamilan ektopik.

j) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi :

a) Hamil atau diduga hamil

b) Menyusui di bawah 6 minggu pascapersalinan.

c) Perdarahan pervaginan yang belum jelas penyebabnya.

d) Penyakit hati akut (virus hepatitis).

e) Usia >35 tahun, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg).

f) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun.

g) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain.

h) Keganasan payudara.

Efek Samping :

a) Amenorea.

b) Mual/pusing/muntah.

c) Perdarahan/perdarahan bercak (spotting).

(Saifuddin, 2003)

5) Implan

Implan atau alat kontrasepsi bawah kulit adalah kontrasepsi yang di insersikan

tepat dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau dibawah siku

(26)

Dari semua metode keluarga berencana, termasuk sterilisasi, sistem norplant

yang memiliki persentase paling rendah dalam hal wanita mengalami kehamilan

yang tidak diharapkan. Norplant juga memiliki angka kelanjutan penggunaan paling

tinggi ke dua pada tahun pertama setelah sterilisasi (Varney, Kriebs, &gegor. 2007).

Cara Kerja :

a) Lendir serviks menjadi kental.

b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi.

c) Mengurangi transportasi sperma.

d) Menekan Ovulasi.

Keuntungan Kontrasepsi :

a) Daya guna tinggi.

b) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).

c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.

d) Tidak memerlukan periksa dalam.

e) Bebas dari pengaruh estrogen.

f) Tidak mengganggu kegiatan sanggama.

g) Tidak mengganggu ASI.

h) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.

i) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

Yang Boleh Menggunakan Implan :

a) Usia reproduksi.

b) Telah memiliki anak ataupun yang belum.

c) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki

(27)

d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

e) Pascapersalinan dan tidak menyusui.

f) Pascakeguguran.

g) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.

h) Riwayat kehamilan ektopik.

i) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau

anemia bulan sabit.

j) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.

k) Sering lupa menggunakan pil.

Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan :

a) Hamil atau diduga hamil.

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

c) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

d) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.

e) Mioma uterus dan kanker payudara.

f) Gangguan toleransi glukosa.

Efek Samping :

a) Amenorea

b) Perdarahan bercak (spotting) ringan

c) Ekspulsi

d) Infeksi pada daerah insersi

e) Berat badan naik/turun.

(Saifuddin, 2003).

(28)

AKDR ini menggunakan berbagai bahan dengan bentuk beragam. Mekanisme

kerja AKDR terutama adalah mencegah pembuahan. Ion-ion Copper yang berasal

dari AKDR tembaga mengubah isi saluran telur dan cairan endometrium sehingga

dapat mempengaruhi jalan sel telur di dalam saluran telur serta fungsi sperma

(Varney, Kriebs & Goger, et al. 2007).

Cara Kerja :

1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.

2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

3) AKDR bekera terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun

AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan

dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertillisasi.

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

Keuntungan :

1) Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi.

2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu

diganti).

4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.

7) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).

8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila

(29)

10)Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid

terakhir).

11)Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

12)Membantu mencegah kehamilan ektopik.

Yang Dapat Menggunakan AKDR :

1) Usia reproduktif.

2) Keadaan nulipara.

3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.

5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.

6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.

7) Risiko rendah dari IMS.

8) Tidak menghendaki metode hormonal.

9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.

10)Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama.

Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan AKDR

1) Sedang hamil.

2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui.

3) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).

4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau

abortus septic.

5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat

mempengaruhi kavum uteri.

6) Penyakit trofoblos yang ganas.

(30)

8) Kanker alat genital.

9) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

Efek Samping :

1) Amenorea.

2) Kejang.

3) Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur

4) Benang yang hilang.

5) Adanya pengeluaran cairan dari vagina/di curigai adanya PRP.

(Saifuddin, 2003).

f. Kontrasepsi Mantap

1) Tubektomi

Dengan mengoklusi tuba falopii, sehingga sperma tidak dapat bertemu

dengan ovum.

Manfaat Kontrasepsi :

a) Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama

pengunaan).

b) Permanen.

c) Tidak mempengaruhi proses menyusui.

d) Tidak bergantung pada factor sanggama.

e) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang

serius.

f) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.

g) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

h) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.

(31)

a) Usia > 26 tahun.

b) Paritas > 2.

c) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya.

d) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.

e) Pascapersalinan.

f) Pascakeguguran.

g) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.

Yang Sebaiknya Tidak Menjalani Tubektomi :

a) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).

b) Perdarahan vaginal yang belum dijelaskan.

c) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.

d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.

e) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan>

f) Belum memberikan persetujuan tertulis.

Penanganan atas komplikasi yang mungkin terjadi.

a) Infeksi luka.

b) Demam pascaoperasi (>38̊C).

c) Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi).

d) Rasa sakit pada lokasi pembedahan.

e) Perdarahan superfisial (tepi-tepi kulit atau subkutan).

(Saifuddin, 2003).

2) Vasektomi

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi

pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi

(32)

Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan Vasektomi :

a) Infeksi kulit pada daerah operasi.

b) Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien.

c) Hidrokokel atau varikokel yang besar.

d) Hernia inguinalis.

e) Filariasis (elephantiasis).

f) Undesensus testikularis

g) Massa intraskrotalis.

h) Anemia berat, gangguan pembekuaan darah atau sedang menggunakan

antikoagulansia.

Informasi Bagi klien :

a) Pertahankan band aid selama 3 hari

b) Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik-tarik atau digaruk.

c) Boleh mandi setelah 24 jam, asal daerah luka tidak basah. Setelah hari luka

boleh dicuci dengan sabun dan air

d) Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering.

e) Jika ada nyeri, berikan 1-2 tablet analgetik seperti parasetamol atau

iberprofen setiap 4-5 jam.

f) Hindari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3 hari.

g) Boleh bersanggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk mencegah kehamilan,

pakailah kondom atau cara kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai

ejakulasi 15-20 kali.

h) Periksa semen 3 bulan pascavasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi.

Penilaian Klinik :

(33)

b) Riwayat disfungsi seksual, termasuk impotensi.

c) Kondisi area skrotalis (ketebalan kulit, parut atau infeksi).

d) Temuan berupa undesensus testikularis, hidrokokel/varikokel, massa

intraskrotalis atau hernia inguinalis.

e) Riwayat alergi.

f) Adanya proteinuria atau diabetes mellitus.

Referensi

Dokumen terkait

Artikel mengenai Generator Van de Graff, cara pembacaan osiloskop, voltmeter, dan amperemeter.

Dengan mengusung tema / Kita Tingkatkan Akselerasi Bantul Bangkit dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat / beberapa waktu yang lalu / kabupaten bantul / memperingati

This negative relation over time between investor sentiment and the return difference between high- and low-volatility portfolios is stronger among overpriced stocks, consistent

Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa persepsi warga sekolah antara SMA Negeri 1 Sirombu cenderung lebih baik dibandingkan dengan SMA Negeri 2

Tail Stanchion strut must be in the fully retracted position when towing, prior to approaching to or leaving from its tail ball fitting position.. The route of approaching from

Sebagaimana diketahui kufr tidak hanya dalam hal keyakinan atau ibadah melainkan juga dalam hal tidak mensyukuri apa yang telah Allah. anugerahkan, salah satu cara agar

The Charterers, while the Vessel is on hire, shall provide and pay for all the bunkers except as otherwise 84 agreed; shall pay for port charges (including compulsory watchmen and

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, apakah engkau (nabi Muhammad saw.) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah