• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Melalui Metodeceramah Plus Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswi Di Smk Swasta Arjuna Laguboti Tobasamosir Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Melalui Metodeceramah Plus Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswi Di Smk Swasta Arjuna Laguboti Tobasamosir Tahun 2015"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Payudara 2.1.1. Pengertian

Kanker adalah suatu proses penyakit yang dimulai ketika DNA sel normal bermutasi secara genetik dan sel menjadi abnormal. Sel kemudian membelah dan berproliferasi secara abnormal tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya. (Brunner dan Suddarth, 2001)

Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes, 2009). Kanker payudara juga dikatakan sebagai suatu proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara (Price, 2005). Kanker payudara adalah massa ganas yang berasal dari pembelahan diluar kendali sel-sel yang ada di jaringan payudara (Sukardja, 2000). Kanker payudara dapat berasal dari jaringan payudara itu sendiri atau dari jaringan lain yang merupakan hasil metastase dari kanker lain.

(2)

Kanker payudara dapat invasif atau non invasif (in-situ) :

a. Kanker yang bersifat invasif dapat tumbuh dan menyerang ke dalam jaringan di sekitarnya dan sel-sel ganas dapat terpisah dari tumor induk untuk menyebar ke bagian-bagian lain di dalam tubuh. Sel-sel ini dapat tumbuh dan membentuk himpunan tumor baru yang disebut metastase atau tumor sekunder.

b. Kanker payudara yang bersifat non invasif dibatasi dengan saluran-saluran (ductus karsinoma in situ-DKIS) dari payudara. Ketika terdapat kelainan pertumbuhan sel-sel pada lobular payudara dan barsifat non invasif maka kondisi ini disebut lobular karsinoma in situ (LKIS), memiliki DKIS atau LKIS meningkatkan risiko untuk berkembang ke arah kanker payudara invasif.

2.1.2. Anatomi Kanker Payudara

Dibedakan menjadi struktur internal dan eksternal. Sktruktur internal payudara terdiri dari kulit, jaringan dibawah kulit dan korpus. Korpus terdiri dari parenkim atau jaringan kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang. Parenkim merupakan struktur yang terdiri dari :

a. Saluran kelenjar : duktulus, duktus, dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus yaitu duktus yang melebar tempat air susu ibu (ASI) mengumpul (reservoir ASI), selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada putting. Terdapat 15-25 sinus laktiferus.

b. Alveoli yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi ASI

(3)

Sinus, duktus dan alveolus dilapisi epitel otot (mioepitel) yang dapat berkontraksi. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang membawa zat gizi kepada sel kelenjar untuk disintesa menjadi ASI. Stroma terdiri dari jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah saraf dan limfa.

d. Struktur eksternal payudara terdiri dari putting dan areola yaitu bagian lebih hitam disekitar putting. Pada areola terdapat beberapa kelenjar montgometri yang mengeluarkan cairan untuk membentuk putting lunak dan lentur.

2.1.3. Etiologi

Tidak ada satupun penyebab spesifik kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan hubungan protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan payudara (Brunner dan Suddarth, 2001).

a. Virus

Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam struktur genetik sel, sehingga mengganggu proliferasi dari populasi sel tersebut.

b. Agens fisik

(4)

c. Agens Kimia

Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan efek-efek toksik dengan mengganggu struktur DNA pada bagian-bagian tubuh yang jauh dari pajanan zat kimia.

d. Faktor genetik

Faktor genetik juga memainkan peranan dalam pembentukan sel kanker. Jika kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya abnormal, dapat terbentuk sel-sel mutan.

e. Faktor makanan

Faktor makanan diduga berkaitan 40% sampai 60% sebagai penyebab kanker. Substansi makanan dapat proaktif (protektif), karsinogenik atau ko-karsinogenik. Risiko kanker meningkat sejalan ingesti jangka panjang karsinogenik atau ko-karsinogenik atau tidak adanya substansi proaktif dalam diet.

f. Agens hormonal

Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan dalam keseimbangan hormone baik oleh pembentukan hormon tubuh sendiri (endogenus) atau pemberian hormon eksogenus.

2.1.4. Faktor Resiko Kanker Payudara

(5)

a. Faktor yang dapat dikontrol : 1) Berat badan

Obesitas berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker payudara, khususnya pada wanita menopause. Lemak tubuh merupakan bahan dasar utama pembuatan estrogen, karena itu pada wanita yang gemuk mempunyai kecenderungan memproduksi estrogen lebih banyak, sehingga akan meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.

2) Olahraga

Berolahraga dapat menurunkan risiko kanker payudara. American Cancer Society merekomendasikan melakukan olahraga 5 kali seminggu selama 45-60 menit.

3) Konsumsi alkohol

Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa meningkatnya risiko kanker payudara berbanding lurus dengan jumlah alcohol yang dikonsumsi. Alkohol dapat membatasi kemampuan hati untuk mengontrol kadar hormone estrogen yang beredar dalam darah.

4) Penggunaan obat hormonal

(6)

5) Riwayat menyusui

Pada perempuan yang tidak pernah menyusui, kelenjar susu tidak pernah dirangsang untuk mengeluarkan air susu. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian ASI pada anak dapat mengurangi risiko kanker payudara.

6) Riwayat kehamilan

Melahirkan anak pertama di usia lebih dari 35 tahun dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Kehamilan di atas usia 35 tahun akan disertai peningkatan pengeluaran hormone estrogen yang pada akhirnya merangsang payudara secara berlebihan.

b. Faktor yang tidak dapat dikontrol : 1) Jenis kelamin

Wanita lebih berisiko terkena kanker payudara, karena sel pada payudara wanita selalu berubah dan tumbuh sebagian besar disebabkan karena aktivitas hormone estrogen dan progesterone.

2) Riwayat keluarga yang menderita kanker

Kemungkinan terjadinya kanker payudara meningkat jika ibu, saudara kandung, bibi (tante), saudara sepupu, atau nenek ada yang menderita kanker payudara atau jenis kanker lainnya.

3) Riwayat memiliki tumor jinak dan kanker sebelumnya

(7)

4) Status menstruasi (menarche dan menopause)

Mendapat haid pertama pada usia kurang dari 10 tahun, keadaan ini berarti peredaran hormone sudah dimulai pada usia yang muda dan menyebabkan peningkatan pertukaran zat hormone. Risiko kanker payudara juga dapat meningkat ketika seorang wanita mendapatkan menopause pada usia lebih dari 50 tahun, yang berarti peredaran hormone akan berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama.

5) Usia

Risiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun risiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak kanker payudara meningkat di usia 40-50 tahun.

2.1.5. Gejala dan Tanda Kanker Payudara

(8)

Menurut Depkes (2009) gejala yang paling sering didapat pada kanker payudara adalah adanya benjolan di payudara yang dapat menimbulkan keluhan seperti :

a) Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya : 1) Benjolan

2) Kecepatan tumbuh 3) Rasa sakit

4) Nipple discharge (keluarnya cairan dari putting susu berupa cairan, darah atau pus)

5) Retraksi puting (putting tertarik ke dalam) 6) Krusta pada areola

7) Kelainan kulit : dimpling (lekukan pada kulit payudara seperti lesung pipit di pipi karena tarikan tumor), peau de orange (penampakan kulit payudara berkerut seperti kulit jeruk karena adanya oedema subkutan), ulserasi dan venektasi.

8) Perubahan warna kulit, kulit putting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut.

9) Perubahan bentuk dan besarnya payudara 10) Adanya benjolan di ketiak

11) Edema lengan

(9)

2) Rasa penuh di ulu hati 3) Batuk

4) Sesak

5) Sakit kepala hebat

2.1.6. Stadium Kanker Payudara

Stadium adalah suatu sistem klasifikasi berdasarkan pada penampilan luas anatomik malignansi suatu kanker yaitu letaknya, sampai dimana penyebarannya, sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Sistem universal penentuan stadium memungkinkan perbandingan kanker dari sel asal serupa. Klasifikasi membantu menentukan rencana tindakan dan prognosis pasien individual, evaluasi riset, perbandingan hasil tindakan antara institusi dan perbandingan statistik dunia (Otto, 2003).

Penentuan stadium kanker didasarkan pada empat karakteristik : 1) Ukuran kanker

2) Sifat kanker invasif atau non invasif

3) Apakah kanker mencapai kelenjar getah bening

4) Apakah kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya

(10)

kanker berskala 0 sampai IV sedangkan grade kanker berskala 1 sampai 3. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada bagaimana bentuk sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal. (Jochelson, 2011).

Berikut adalah Grade dalam kanker payudara : (Williams, 2011). a) GRADE 1 :

Ini adalah grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam berkembang, biasanya tidak menyebar.

b) GRADE 2 :

Ini adalah grade tingkat sedang c) GRADE 3 :

Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya menyebar.

Penentuan stadium kanker payudara dapat didasarkan pada hasil dari pemeriksaan fisik, biopsy dan tes pencitraan (stadium klinis), atau hasil dari tes tersebut ditambah hasil dari pembedahan (stadium patologis) ketika luasnya penyebaran kanker ditemukan setelah proses pembedahan. (Lichtenfeld, 2011). Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem Tumor, Nodus, Metastase (TNM) dari the American Joint Committee On Cancer (AJCC) sebagai berikut : a) Ukuran tumor (T)

(11)

b) Kelenjar getah bening regional (N)

Huruf N menunjukkan luas dan lokasi kelenjar getah bening (KGB) regional yang terkena.

c) Metastasis (M)

Huruf M menunjukkan metastasis (penyebaran) kanker ke organ yang jauh atau ke KGB yang tidak langsung berhubungan dengan kanker (misal KGB di leher). 2.1.7. Pencegahan Kanker Payudara

Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan angka kematian akibat kanker payudara. Pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara pencegahan yang dilakukan antara lain berupa pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier (Sukardja, 2000).

a. Pencegahan primer

(12)

1) Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi. 2) Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolah raga.

3) Menghindari terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis radiasi lainnya.

4) Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat. Serat akan menyerap zat-zat yang bersifat karsinogen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feses.

5) Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahannya seperti tahu atau tempe. Kedelai mengandung flavanoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi sebagai estrogen nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker. 6) Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang

mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.

b. Pencegahan sekunder

(13)

Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dari bulan ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai 50 tahun. Deteksi kanker secara dini dapat menurunkan tingkat kematian karena menentukan tingkat keberhasilan dari pengobatan kanker. (World cancer report, 2008)

c. Pencegahan tersier

(14)

Tabel 2.1. Strategi Pencegahan Kanker Payudara

Strategi Individu Tenaga

Kesehatan

ASI Pemberian ASI

pada bayi minimal

Estrogen Mengganti penggunaan

Edukasi • Fasilitas olahraga di kantor dan di

(15)

2.2. Deteksi Dini Kanker Payudara 2.2.1. Pengertian

Upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya untuk mendeteksi dan mengidentifikasi secara dini adanya kanker payudara sehingga diharapkan dapat diterapi dengan tehnik yang mempunyai efek samping yang lebih kecil dan mempunyai peluang yang lebih besar untuk sembuh (Depkes, 2010).

Oleh karena itu Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) untuk meningkatkan kesadaran tentang tanda-tanda awal kemungkinan adanya kanker diantara petugas kesehatan, kader masyarakat, maupun masyarakat secara umum merupakan kunci utama keberhasilannya. Salah satu bentuk peningkatan kesadaran masyarakat tentang gejala dan tanda-tanda kanker payudara adalah dengan pemeriksaan payudara sendiri yang dikenal dengan istilah SADARI dengan cara memasyarakatkan program SADARI bagi semua perempuan mulai dari sejak usia subur, sebab 85% kelainan di payudara justru pertamakali dikenali penderita itu sendiri (Supit, 2005).

2.2.2. Tujuan

(16)

berarti, dengan tingkat kesembuhan yang cukup tinggi mencapai 80-90% (Depkes, 2010).

Berdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup penderita kanker payudara

(survival rate) per stadium adalah sebagai berikut:

1. Stadium 0 : 10-years survival rate 98% (non breast cancer yang terdeteksi oleh mammografi atau USG )

2. Stadium I : 5-years survival rate 85% 3. Stadium II : 5-years survival rate 60 -70% 4. Stadium III : 5-years survival rate 30-50% 5. Stadium IV : 5-years survival rate 15%

(17)

menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup dari penderita kanker payudara (Supit, 2005).

2.2.3. Upaya Deteksi Dini dengan Pemeriksaan Klinis pada Kanker Payudara Pemeriksaan klinis pada kanker payudara yang dilakukan oleh petugas kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai cara (Depkes, 2010) :

a. Pemeriksaan klinis payudara oleh tenaga medis terlatih (Clinical Breast Examination = CBE)

- Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan melaksanakan SADARI, sedangkan umur 20 - 30 tahun dianjurkan CBE dilakukan setiap 3 tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat SADARI di anjurkan dilaksanakan CBE sehingga dapat lebih memastikan apakah ada kemungkinan keganasan dan dilanjutkan dengan mammografi. - Pada perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan CBE setiap tahun. b. Pemeriksaan ultrasonography (USG)

- Apabila pada pemeriksaan CBE terdapat benjolan maka dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan USG maupun mammografi.

- USG dilakukan terutama untuk membuktikan adanya merasa kistik dan solid/padat yang mengarah kepada keganasan dan pada perempuan dibawah usia 40 tahun.

c. Pemeriksaan penapisan mammografi

(18)

- Dilakukan pada perempuan yang bergejala maupun pada perempuan yang tidak bergejala (opportunistik screening and organized screening).

2.3. SADARI (Periksa Payudara Sendiri) 2.3.1. Pengertian SADARI

SADARI adalah singkatan dari pemerikSAan payuDAra sendiRI. Pemeriksaan berasal dari kata dasar periksa, yang dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti selidik. Pemeriksaan adalah proses, cara, penyelidikan secara teknis terhadap kelenjar susu atau payudara (Nisman, 2011). Menurut kamus besar bahasa Indonesia payudara adalah buah dada, susu, tetek. Sendiri artinya seorang diri atau tidak dengan orang lain (mandiri), dari pengertian-pengertian tersebut maka SADARI dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara pemeriksaan peyudara secara mandiri ataupun seorang diri.

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu tehnik pemeriksaan dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya (Setiati, 2009).

(19)

diperiksa orang lain, tidak perlu merasa malu, bagi wanita yang sibuk hanya perlu menyediakan waktunya selama lebih kurang lima menit, dimana tidak diperlukan waktu khusus, cukup dilakukan saat mandi atau pada saat sedang berbaring mau tidur, tetapi lebih efektif dengan posisi tidur (Nisman, 2011).

2.3.2. Tujuan Pendidikan SADARI

Hingga saat ini banyak ibu/perempuan yang belum mengetahui pentingnya SADARI, diperkirakan hanya 25% sampai 30% wanita yang melakukan SADARI dengan baik dan teratur setiap bulannya. Sebagian besar benjolan pada payudara dapat terdeteksi sendiri oleh wanita sehingga SADARI menjadi topik atau materi yang penting dalam promosi kesehatan melalui pendidikan kesehatan untuk mendeteksi kanker atau penyakit pada payudara lainnya secara dini, dimana apabila terdeteksi sedini mungkin atau pada stadium awal maka harapan kesembuhan lebih tinggi bahkan sampai 80 -90% (Setiati, 2009).

(20)

SADARI dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk mencegah kanker payudara, dengan adanya deteksi dini maka kanker payudara dapat terdeteksi pada stadium awal sehingga pangobatan dini akan memperpanjang harapan hidup penderita kanker payudara dan untuk menurunkan angka kematian penderita kanker payudara dimana apabila ditemukan pada stadium awal akan memberikan harapan hidup yang lebih lama (Nisman, 2011).

Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2 dibawah ini, para ibu/perempuan yang telah dilatih melakukan pemeriksaan payudara sendiri dapat mendeteksi benjolan kecil pada payudara mereka dibandingkan dengan ibu/perempuan yang tidak terlatih (Depkes, 2010).

0,2 sentimeter Mammografi setiap tahun

0,6 sentimeter Mammografi pertama kali

1,2 sentimeter Sadari teratur

2,75 sentimeter Sadari tidak teratur

3,75 sentimeter Sadari tidak terlatih

(21)

2.3.3. Waktu Melakukan SADARI

Pada wanita produktif, SADARI harus dilakukan sebulan sekali, 1 minggu setelah haid terakhir (10 hari setelah hari pertama haid) karena saat ini payudara kemungkinan tidak mengeras dan tidak nyeri. Jangan melakukan pemeriksaan payudara pada masa pertengahan siklus haid sampai menjelang haid, payudara biasanya membengkak akibat pengaruh kelenjar susu oleh hormon estrogen dan progesteron, sehingga pemeriksaan akan lebih sulit dilakukan secara akurat. Jika ibu tidak mendapat menstruasi lagi/sudah menopause, ibu harus memilih hari/tanggal yang sama setiap bulan (misalnya setiap tanggal 1 setiap bulan) untuk memeriksakan payudaranya secara teratur (Diananda, 2007).

2.3.4. Cara Melakukan SADARI

Pemeriksaan payudara dapat dilakukan sendiri pada saat mandi atau sebelum tidur. Pemeriksaan payudara saat mandi akan mempermudah pemeriksaan karena tangan dalam kondisi basah dan mudah di gerakkan pada kulit yang sedang basah. Terdapat 6 langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan SADARI:

1. Posisi berdiri di depan cermin

(22)

kedepan karena ada benjolan. Puting yang berubah posisi, dimana seharusnya menonjol keluar, malahan tertarik kedalam, dengan warna memerah, kasar dan terasa sakit.

2. Setelah itu angkat kedua lengan lurus keatas, mengangkat kedua lengan ini akan mempermudah melihat retraksi kulit akibat perlekatan tumor pada payudara bagian bawah (untuk melihat apakah ada kelainan pada kedua payudara bagian bawah). Kembali amati perubahan yang terjadi pada payudara anda, seperti perubahan warna, tarikan, tonjolan, kerutan, perubahan bentuk puting susu atau permukaan kulit menjadi kasar.

3. Sementara masih di depan cermin, tekan puting apakah ada cairan keluar (bisa berupa cairan putih seperti susu, kuning atau darah)

4. Posisi berbaring

- Berbaring lah dan apabila anda memulai pemeriksaan dari payudara sebelah kanan maka langkah-langkah yang dilakukan untuk memeriksa payudara kanan adalah letakkan bantal dibawah bahu kanan dan letakkan lengan kanan diatas kepala, posisi ini bertujuan untuk meratakan jaringan payudara (jaringan payudara tersebar rata di dada) dan jangan ada jaringan yang jatuh kesamping atau ke belakang khususnya bagi yang memiliki payudara yang berukuran besar.

(23)

tengah dan jari manis karena ketiga jari ini mempunyai sensitifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jari yang lain).

Tekan secara mantap namun lembut dengan jari-jari yang rata dan saling merapat. Lakukan perabaan dari atas ke bawah, sisi ke sisi dari dada bagian atas sampai ke perut bagian atas dan dari ketiak sampai lekukan tengah di antara kedua payudara.

- Ikuti satu pola untuk memastikan seluruh bagian payudara anda terperiksa seluruhnya. Anda bisa memulai dari puting susu, lalu melingkar melebar seperti obat nyamuk ke bagian luar payudara. Anda juga bisa mengambil pola seperti orang mengepel lantai, dari atas ke bawah atau kiri ke kanan dengan tarikan lurus-lurus. Mulai dengan rabaan lembut, lalu tekan lebih keras pada bagian yang perlu diperiksa jaringannya sampai kedalam.

- Rasakan seluruh jaringan payudara dengan rabaan yang halus tapi sedikit ditekan dan apabila didapati bagian payudara yang menonjol dapat disertai nyeri dapat juga tidak ada rasa nyeri, maka segera periksa ke dokter.

- Untuk memeriksa payudara kiri sama halnya dengan yang dilakukan saat memeriksa payudara kanan, maka ulangi langkah 3 ini pada payudara sebelah kiri.

(24)

kesamping dan rasakan ketiak anda dengan teliti, apakah teraba benjolan atau tidak.

6. Terakhir, rasakan peyudara ketika sedang berdiri atau duduk. Bagi kebanyakan wanita, paling mudah melakukan perabaan terhadap payudaranya ketika payudara sedang mandi atau basah dan licin sehingga waktu yang paling cocok adalah sewaktu mandi dibawah Shower, dan lakukan perabaan seperti langkah ke-4 dan yakinkan bahwa seluruh bagian payudara teraba seluruhnya (Nisman, 2011).

Gambar 2.3 Langkah-langkah Pelaksanaan SADARI Apa yang perlu di cari saat memeriksa payudara sendiri (SADARI) a. Perubahan ukuran dan bentuk payudara

(25)

c. Perubahan warna kulit d. Terjadi tarikan pada puting

e. Terjadi pembengkakan pada ketiak atau perlukaan di ketiak (Nisman, 2011). Apabila dijumpai benjolan atau penebalan didalam atau dekat payudara atau daerah bawah lengan. Jika benjolan halus atau seperti karet dan bergerak dibawah kulit ketika ditekan dengan jari, tidak perlu khawatir. Tetapi jika benjolan keras, memiliki bentuk yang tidak rata dan tidak terasa sakit, khususnya jika benjolan tersebut hanya berada pada salah satu payudara dan tidak bergerak ketika di tekan, dan hal ini harus diberitahu kepada petugas kesehatan (Pamungkas, 2011).

(26)

2.4. Pendidikan Kesehatan 2.4.1. Pengertian

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Input : sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), pendidik. Proses : upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain Output : melakukan apa yang diharapkan/perilaku.

Kesehatan adalah merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri atas faktor fisik dan psikis, dan faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain: sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan, secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu, kelompok dan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Sudjana (2002), Pendidikan kesehatan adalah kegiatan dalam bidang penyuluhan kesehatan dengan

(27)

tujuan menyadarkan dan mengubah sikap serta perilaku masyarakat agar tercapai tingkat kesehatan yang di inginkan.

Pendidikan kesehatan dalam upaya deteksi dini kanker payudara yang dihubungkan dengan pengertian pendidikan kesehatan yang telah disebutkan diatas adalah: suatu upaya atau kegiatan agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka khususnya kesehatan payudara, dan bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merupakan faktor pendukung terjadinya kanker payudara dengan mendeteksi sedini mungkin dengan praktek SADARI dan apabila di jumpai benjolan di payudara memiliki sikap yang tepat untuk tindakan berikutnya.

Pendidikan kesehatan dengan pendekatan edukasi dalam upaya deteksi dini kanker payudara sebaiknya dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi atau pemahaman, memberikan kesadaran, dan motivasi dengan demikian diharapkan praktek SADARI untuk deteksi dini kanker payudara dapat diterapkan atau di adopsi masyarakat dengan pemahaman, kesadaran dan tehnik yang benar (Pamungkas, 2011).

Pendidikan kesehatan dalam diagnosis dini dan pengobatan segera (early

diagnosis and promp treatment) adalah untuk mendeteksi penyakit yang terjadi di

(28)

terhadap deteksi dini kanker payudara dengan praktek SADARI, hal ini menyebabkan para penderita kanker payudara terdedeksi pada stadum lanjut. Oleh sebab itu pada tahap ini sangat diperlukan pendidikan kesehatan (Nurhidayah, 2010). 2.4.2. Metode Pendidikan Kesehatan

Didalam suatu proses pendidikan kesehatan untuk menuju tercapainya tujuan pendidikan kesehatan yakni perubahan perilaku, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor metode, faktor materi atau pesannya, faktor pendidik atau petugas yang melakukannya juga alat bantu atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Metode atau tehnik dalam pendidikan kesehatan adalah cara dan alat bantu apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan untuk mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

1. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan metode yang paling sering digunakan dalam proses pendidikan kesehatan, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun yang berendidikan rendah (Notoatmodjo, 2007).

Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah yakni dari penceramah kepada para peserta ceramah. Pada metode ini si penceramah lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk memberikan tanggapannya (Lunandi, 1993).

(29)

peserta daripada proses membaca sendiri, lebih dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan. Apalagi kalau waktu yang tersedia sangat minim maka metode inilah yang tepat untuk digunakan dimana dapat menyampaikan banyak pesan dalam waktu yang relatif singkat. Selain keuntungan ada juga kelaemahan dari metode ceramah, salah satunya adalah pesan yang terinci mudah di lupakan setelah beberapa lama (Lunandi, 1993).

Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema serta mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2003) ceramah akan berhasil apabila tehnik ceramah dimodifikasi dengan melakukan tanya jawab sesudah penyampaian materi dan simulasi/ demonstrasi singkat apabila materi yang disampaikan ada yang mau diterapkan/ dipraktekkan dengan latihan singkat, dengan demikian peserta dapat bertanya tentang hal-hal yang belum dipahaminya dan dapat melihat simulasi/demonstrasi langsung mengenai praktek yang akan dilaksanakan.

(30)

peserta ceramah, berdiri ditengah (pertengahan) dan sebaiknya tidak duduk, dan menggunakan alat-alat bantu (Notoatmodjo, 2007).

2. Metode Ceramah Plus

Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, dan metode ini merupakan sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah mahasiswa, yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Menurut sumber bacaan lain metode ceramah plus merupakan metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.

Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus, yaitu :

a. Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT)

Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT) yaitu metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas. Metode ini idealnya dilakukan secara tertib, yaitu :

1. Penyampaian materi oleh penceramah.

2. Pemberian peluang bertanya jawab antara penceramah dan mahasiswa. 3. Pemberian tugas kepada mahasiswa.

Pada hakikatnya metode tanya jawab berusaha menanyakan apakah mahasiswa telah mengtahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain mahasiswa juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran

(31)

yang tepat dan faktual. 1.Tanya Jawab

Penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya penceramah saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa. Sebelumnya penceramah menanyakan kepada mahasiswa, apakah mahasiswa tersebut sudah mengerti dengan materi yang telah diajarkan. Disini penceramah memberikan soal untuk diselesaikan.

2. Tugas

Penceramah memberikan tugas kepada mahasiswa untuk agar mahasiswa bisa memahami lebih lanjut terhadap materi yang telah disampaikan dan melatih mahasiswa untuk bisa menyelesaikan soal-soal lainnya.

Materi yang akan dipakai penulis untuk metode ceramah plus tanya jawab dan tugas nya apa? Jabarkan materi tersebut, sampaikan dengan komunikatif se-efisien mungkin dan se-efektif mungkin. Sehingga para peserta didik dapat memahami isi dari materi yang di berikan. Jika penyampaian materi tersebut berhasil, maka para peserta didik akan terbuka mindset nya mengenai materi tersebut, dan kemungkinan besar mereka mendapatkan inspirasi dari keterbukaan mindset nya itu sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dalam benak mereka yang membuat suasana Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) menjadi aktif meskipun pada umumnya (seperti yang telah diulas pada CPTT di atas ) dalam metode ini membuat para peserta didik menjadi

(32)

materi saja (ceramah).

b. Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan (CPDL)

Metode ini merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill).

1. Metode Pembelajaran Demontrasi

Merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang pengajar atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatu proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

Kelebihan Metode Demonstrasi :

a. Perhatian mahasiswa dapat lebih dipusatkan.

b. Proses belajar mahasiswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam

diri mahasiswa.

Kelemahan Metode Demonstrasi :

a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan. b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.

(33)

menguasai apa yang didemonstrasikan. c. Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas (CPDT)

Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu: pengajar/penceramah menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya pemberian tugas.

3. Metode Diskusi (Discussion Method)

Muhibbin Syah (2000), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem

solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group

discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk : a. Mendorong mahasiswa berpikir kritis.

b. Mendorong mahasiswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

c. Mendorong mahasiswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.

d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :

a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan

(34)

keputusan yang lebih baik.

c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi (Djamarah, 2000).

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :

a. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar. b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas. c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Djamarah, 2000)

2. Tugas

Pengajar memberikan tugas kepada mahasiswa agar mahasiswa memahami lebih lanjut materi yang telah disampaikan dan melatih mahasiswa untuk bisa menyelesaikan soal lainnya.

(35)

Kelebihan metode ceramah plus:

1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.

2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga pengajar mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh mahasiswa.

3. Pengajar dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan mahasiswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan.

Kelemahan metode ceramah plus:

1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.

2. Membutuhkan waktu lebih banyak.

3. Sistem pembelajaran si anak lebih ke arah hafalan (rote learning), sehingga akan kebingungan bila ditanya pengertian dan asal muasal suatu rumus

2.4.3. Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan yang digunakan saat memberikan pendidikan kesehatan pada prinsipnya harus dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan kesehatan, terutama dalam memperjelas materi yang diberikan. Sebagaimana fungsinya bahwa media yang digunakan bertujuan untuk mempermudah pembelajaran atau perubahan tingkah laku pada masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

(36)

atau penyuluh untuk menggunakan media tersebut. Prinsipnya adalah semakin banyak indra yang digunakan, maka kemempuan untuk menyerap informasi juga semakin baik, atau semakin mendekati objek sesungguhnya maka media tersebut semakin baik (Lunandi, 1993).

Media yang digunakan dalam penyampaian pendidikan kesehatan dalam upaya deteksi dini kanker payudara adalah media audio visual atau audio visual aids (AVA) media ini adalah alat bantu pendidikan kesehatan yang mempunyai bentuk gambar dan mengeluarkan suara secara simultan. Dengan media ini seseorang tidak hanya melihat tetapi sekaligus dapat mendengar sehingga dikenal dengan istilah

audio visual aids (AVA) atau alat pandang dengar yang dibagi menjadi dua bagian:

1. Media audio visual diam, misalnya: televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara, buku dan suara.

2. Media audio visual gerak, misalnya video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan suara.

Strategi pendidikan kesehatan adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi, disesuaikan dengan kondisi lingkungan, sifat, ruang lingkup dan urutan kegiatan, termasuk juga didalamnya komponen-komponen materi pendidikan kesehatan mengenai upaya deteksi dini kanker payudara dengan praktek SADARI.

(37)

Metode Ceramah Plus Demonstrasi Dan Latihan (CPDL). Dalam melaksanakan proses pendidikan kesehatan dalam upaya deteksi dini kanker payudara dengan praktek SADARI, menggunakan metode ceramah (expositori) dengan menyampaikan materi yang bersifat teoritis mengenai kanker payudara dan sebagai pengantar ke arah prakek SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara, dan dilanjutkan dengan demontrasi untuk memperagakan tehnik SADARI dengan menggunakan alat penunjang demonstrasi seperti gambar, slide atau film dan menngunakan alat peraga seperti pantom payudara dilanjutkan berupa drama singkat yang di lakoni petugas kesehatan dan seorang perempuan/klien yang diajakan cara memeriksa payudara sendiri dengan praktek SADARI dan diakhiri dengan latihan dengan memberikan beberapa pertanyaan mengenai pengetahuan dan sikap dalam upaya deteksi dini kanker payudara dengan praktek SADARI (Nurhidayah, 2010).

2.4.4. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam upaya deteksi dini kanker payudara, merupakan sebuah proses yang sistematis dan terencana, yang dimulai dari pengkajian, analisa masalah, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian atau evaluasi. untuk pendidikan kesehatan.

(38)

khususnya dalam pemahaman mengenai kanker payudara dan upaya deteksi dini kanker payudara.

2. Pada saat melakukan analisa masalah ditentukan oleh kebutuhan masyarakat yang menjadi masalah yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap ataupun perilaku masyarakat khususnya mengenai pengetahuan terhadap kanker payudara, dan sikap terhadap deteksi dini kanker payudara.

3. Pada tahap perencanaan yang bertujuan untuk membantu masyarakat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya. Upaya ini diwujudkan dengan adanya rancangan pembelajaran yakni SAP (Satuan Acara Penyuluhan) dalam upaya deteksi dini kanker payudara.

4. Pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan yang tertuang dalam SAP. Media dan metode yang digunakan juga berkontribusi terhadap kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pendidikan kesehatan mengenai deteksi dini kanker payudara.

(39)

2.5. Pengetahuan

2.5.1. Definisi Pengetahuan

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu

knowledge. Sedangkan secara terminologi pengetahuan adalah apa yang diketahui

atau hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semu a isi pikiran dengan demikian untuk memperoleh pengetahuan diperlukan usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan melalui kelima inderanya, tetapi sebagian besar memilih suatu proses yaitu proses belajar dan membutuhkan suatu bantuan misalnya bantuan seseorang yang lebih menguasai suatu hal (Notoatmodjo, 2007).

(40)

2.5.2. Hal-hal yang Memengaruhi Pengetahuan

Beberapa hal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah: a. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok juga merupakan usaha manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, dengan visi pendidikan untuk mencerdaskan manusia.

b. Keterpaparan Informasi

Pengertian informasi menurut Oxfort English Dictionary, (Bakhtiar, 2004). adalah segala sesuatu yang disebut berita atau kepintaran. Informasi merupakan sesuatu yang dapat diketahui dan adapula yang mengartikan informasi sebagai transformasi pengetahuan.

2.6. Sikap

2.6.1. Definisi Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun extern sehinnga manifestesinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu (Mara,at, 2005).

Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau memihak

(41)

sebagai derajad efek positif atau negatif terhadap suatu objek psikologis (Azwar, 2005).

Sikap adalah tanggapan atau pandangan untuk kecendrungan mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya adanya tanda-tanda untuk menyenangi /tidak menyenangi objeg tersebut, dan sikap adalah hanya sebagian dari perilaku manusia karena sikap disini belum merupakan tindakan atau aktifitas yang dinyatakan dalam bentuk perilaku (Notoatmodjo, 2007). Apabila dihubungkan dengan sikap terhadap upaya deteksi kanker payudara dengan praktek SADARI, dalam hal ini sikap merupakan reaksi atau respon tertutup dari dari seseorang dan kesiapan bertindak untuk mempraktekkan SADARI sesuai dengan petunjuk pelaksanaan SADARI berdasarkan umur dan kondisi pribadi yang memiliki faktor resiko untuk terjadinya kanker payudara.

2.6.2. Struktur Pembentukan Sikap

Menurut Alport (1954) yang dikutip dari Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek c. Kecendrungan untuk bertindak (tent to behave)

ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan siakap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan

(42)

Hal yang sejalan dikemukakan oleh Mann (1969) dalam Azwar (2005) menyatakan bahwa komponen sikap terdiri dari:

a. Komponen Kognitif

Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah dilihat atau apa yang telah diketahui. Berdasakan hal tersebut maka terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Jika sebuah kepercayaan sudah terbentuk, maka hal ini akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari suatu objeg tertentu. Dengan demikian adanya interaksi dengan pengalaman dimasa yang akan datang serta prediksi mengenai pengalaman tersebut akan lebih mempunyai arti dan keteraturan. Kepercayaan menyederhanakan apa yang dilihat atau apa yang di temui.

Kepercayaan dapat terus berkembang dan pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain dimana kebutuhan emosional merupakan determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan.

b. Komponen Afektif

(43)

atau apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar dan berprilaku terhadap objek yang dimaksud.

c. Komponen Perilaku

Komponen ini dalamstruktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecendrungan berprilaku yang ada dalam diri seseorang dan berkaitan dengan objeg sikap yang dihadapinya. Kecendrungan berprilaku secarakonsisten selaras dengan kepercayaan dan perasaan yang membentuk sikap individu. Kecendrungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konotif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung tetapi meliputi bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang di ucapkan seseorang.

2.7. Landasan Teori

Notoatmodjo (2002) mengatakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

(44)

(Stimulus-Organisme-Response). Proses perubahan perilaku berdasarkan teori ini digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 2.4 Teori S-O-R

2.8. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa yang diteliti adalah perubahan pengetahuan dan sikap tentang SADARI melalui metode ceramah plus. Untuk mengetahui ada tidaknya perubahan pengetahuan dan sikap siswa maka sebelum dilakukan intervensi dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana perubahan pengetahuan dan sikap setelah diberikan intervensi dilakukan

post-test.

STIMULUS ORGANISME

RESPON TERBUKA : Praktek/Tindakan RESPON TERTUTUP :

- Pengetahuan

(45)

Pre-test Post-test

Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian Perubahan pengetahuan

dan Sikap Siswa

Perubahan Pengetahuan dan Sikap Siswa

Gambar

Tabel 2.1. Strategi Pencegahan Kanker Payudara
Gambar 2.3  Langkah-langkah Pelaksanaan SADARI
Gambar 2.4  Teori  S-O-R
Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penulisan Ilmiah ini berisikan sebuah program aplikasi sederhana yang membahas tentang proses check in tamu, penginputan data tamu, penginputan data kamar serta pencarian data

[r]

(5)Dalam hal permohonan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak memungkinkan bagi Petugas Meja Informasi untuk segera mengirimkan formulir

Aplikasi pencatatan tagihan jasa angkutan kontainer selama ini masih dilakukan secara manual sehingga menimbulkan berbagai masalah antara lain kesalahan dalam mencatat laporan

PPID dapat mengembangkan dalam format lain, misalnya secara komputerisasi yang harus tetap dapat diakses oleh publik serta mencakup unsur-unsur yang termuat dalam

Membran PIM yang mengandung senyawa tertaut silang berbasis senyawa epoksida, yakni poli- BADGE 4:1 dapat mentranspor fenol pada pH fasa sumber 4,5 dengan konsentrasi

The high differences of birth, weaning and yearling weight may be caused by genetic factors where Boerawa goat is a result of female Etawah grade and male Boer crossbreeding,