12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti sejak kapan tanaman kopi
dikenal dan masuk dalam peradaban manusia. Menurut catatan sejarah, tanaman
ini mulai dikenal pertama kalinya di benua Afrika tepatnya di Ethiopia. Pada
mulanya tanaman kopi belum dibudidayakan secara sempurna oleh penduduk,
melainkan masih tumbuh liar di hutan-hutan dataran tinggi
(Najiyati dan Danarti, 1997).
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang dibudidayakan
dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi dunia mencapai
70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta.
Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri
baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di
luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab (Rahardjo, 2012).
Dairi merupakan salah satu daerah penghasil kopi Arabika di Sumatera
Utara. Kopi Dairi dikenal di pasar kopi internasional sebagai salah satu produk
kopi spesialti dengan nama kopi Sidikalang, diambil dari nama ibukota Kabupaten
Dairi. Kota Sidikalang tersebut terletak pada ketinggian 1.066 m dpl. yang
memang cocok untuk penanaman kopi Arabika. Wilayah Kabupaten Dairi
memiliki areal pertanaman kopi Arabika seluas 10.339 ha yang sebagian besar
berada di wilayah Kecamatan Sumbul dengan total produksi mencapai 10.733
ton/tahun. Di samping kopi Sidikalang yang merupakan jenis Arabika, Dairi juga
memiliki potensi kopi lain jenis Robusta yang tumbuh di dataran rendah dengan
luas areal 14.117 ha dan produksi 6.770 ton/tahun (Erdiansyah, dkk. 2013)
13
Dalam bidang perekonomian Indonesia usaha tani kopi rakyat memegang
peranan yang sangat penting mengingat sebagian besar (93%) produksi kopi di
indonesia berasal dari kopi rakyat. Namun demikian kondisi pengolahan usaha
tani pada perkebunan rakyat masih relatif kurang baik dibandingkan kondisi
perkebunan negara. Masalah utama diidentifikasikan adalah perkebunan kopi
rakyat yaitu produktifitas hasil yang relatif rendah dan mutu hasil produksi yang
kurang memenuhi syarat untuk di ekspor. Permasalahan sangat terkait dengan
rendahnya adopsi teknologi, penggunaaan bibit klon tidak unggul, pemupukan
tidak sesuai dengan rekomendasi, dan kurang nya pengendalian HPT.
Permasalahan diatas nampaknya dapat dipecahkan melalui pengembangan
teknologi HPT. (Septana, dkk, 2007).
Potensi produksi komoditas kopi di Sidikalang mengalami peningkatan
hasil di beberapa tahun terakhir, namun beberapa hambatan yang sering muncul
dalam budidaya tanaman kopi adalah munculnya berbagai serangan hama seperti
serangga PBKo Hypothenemus hampei. Serangga ini dapat menurunkan produksi
kopi baik dari segi kualitas dan kuantitas.
Menurut Kusureng dan Rismayani (2010), sistem pertanian monokultur
menjadi faktor utama penyebab tingginya intensitas serangan H. hampei.
Pertanaman kopi yang tidak memiliki naungan atau penggunaan tanaman lain
sebagai pohon pelindung juga merupakan salah satu faktor yang paling
mendukung. Sedangkan Riyanto (1990) mengatakan ketinggian tempat akan
berpengaruh terhadap perkembangan hama PBKo. Pada ketinggian antara 400–
1.000 m dpl dapat terserang berat sedangkan pada ketinggian 1.500 m dpl tidak
mengalami serangan yang berarti.
14
Berdasarkan permasalahan dan hasil dari beberapa penelitian maka
dipandang perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan perangkap dan methyl
eugenol sebagai salah satu taktik dalam pengendalian hama yang menyerang.
Di lapangan serangga tanah juga dapat dikumpulkan dengan cara
memasang perangkap lubang. Pengumpulan serangga permukaan tanah dengan
memasang perangkap lubang juga tergolong pada pengumpulan serangga tanah
secara dinamik. Perangkap lubang yang digunakan sanagt sederhana, yang mana
hanya berupa bejana yang ditanam di tanah. Bejana diisi air dengan detergen dan
dituangkan ke dalam baskom kira-kira 1/3 dari volume wadah, lalu permukaan
bejana dibuat datar dengan tanah. Agar air hujan tidak masuk kedalam perangkap
maka diberi atap, dan agar air yang mengalir di permukaan tanah yang datar,
sedikit agak ditinggikan (Gallagher dan Lilies, 1991).
Berdasarkan uraian diatas, pemulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Keanekaragaman Serangga
Pada Tanaman Kopi dengan beberapa vegetasi tanaman di Kabupaten Dairi.
Hipotesis Penelitian
- Perbedaan jumlah vegetasi tanaman mempengaruhi tingkat keanekaragaman serangga pada tanaman kopi.
15
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan menjadi
sumber informasi khususnya di Kabupaten Dairi untuk mengetahui pengendalian
hama pada perkebunan kopi rakyat serta diharapkan menjadi sumber informasi
bagi pihak yang membutuhkan